Anda di halaman 1dari 10

MODUL PRAKTIKUM

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

PENGKAJIAN
SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017

0
PETUNJUK TEKNIS PENGUNAAN MODUL
(Untuk Mahasiswa)

1. Bacalah modul praktikum ini sebelum pelaksanaan praktikum agar anda dapat menyiapkan diri lebih
awal dan mempermudah mencapai kompetensi yang diinginkan
2. Bacalah juga bahan bacaan / sumber referensi yang berhubungan dengan topik/keterampilan yang
akan dipelajari dalam modul ini, seperti anatomi, fisiologi, patofisiologi, dan referensi lainnya, agar
dapat memahami keterkaitan topik/keterampilan yang dipelajari dengan referensi yang anda pelajari
3. Jawablah pertanyaan yang disediakan sebelum praktikum untuk mengevaluasi aspek kognitif anda
terhadap kompetensi yang akan dilakukan / dipelajari
4. Selain praktikum di laboratorium dengan pengawasan instruktur/fasilitator, anda dapat melakukan
latihan mandiri di rumah maupun laboratorium, secara perorangan/sendiri maupun berkelompok,
untuk meningkatkan kemampuan / skill anda
5. Modul praktikum ini dapat anda gunakan sebagai acuan dan panduan baik dalam pembelajaran
laboratorium maupun latihan mandiri.

1
Nama: Tanggal Praktikum/Ujian:

Nim : Nilai:

PRAKTIKUM PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian sistem imun dan hematologi dengan benar

Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mendemonstrasikan pengkajian pada sistem imun dan hematologi dengan wawancara
2. Mendemonstrasikan pengkajian sistem imun dan hematologi dengan pengamatan (observasi)
3. Mendemonstrasikan pengkajian sistem imun dan hematologi dengan pemeriksaan fisik (physical
assesment)

2
KONSEP SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI

1. Definisi
Sistem imun adalah sistem yang melindungi tubuh dari invasi (serangan) oleh antigen asing,
mengidentifikasi dan merusak sel yang kemungkinan berbahaya serta menghilangkan debris seluler (Le
Mone, 2015).
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sistem cairan (khususnya darah) serta jaringan
pembentuk darah. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari dua bagian besar
yaitu plasma darah dan bagian korpuskul.
2. Konsep Sistem Imun:
a. Fungsi Sistem Imun:
1) Sumsum tulang:Tempat terbentuknya sel darah merah, darah putih (limfosit dan makrofag)
dan platelet.
2) Timus: tempat pematangan sel-sel limfoid sebelum ke sirkulasi.
3) Getah bening: Mengembalikan cairan & protein dari jaringan ke sirkulasi darah.
3. Konsep Sistem Hematologi:
Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. Darah berbentuk
cairan yang berwarna merah dan agak kental. Darah merupakan bagian penting dari sistem transport
karena darah mengalir keseluruh tubuh kita dan berhubungan langsung dengan sel-sel tubuh kita.Warna
merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya oksigen dan karbondioksida didalamnya.
Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa
pembakaran atau metabolisme di dalam tubuh.
a. Karakteristik fisik darah:
1. Viskositas atau kekentalan darah 4,5-5,5
2. Temperature 38 C
3. PH 7,37- 7,45
4. Salinitas 0,9%
5. Berat 8 % dari berat badan
6. Volume 5-6 liter (pria) 4-5 liter (wanita)
b. Fungsi darah:
1. Mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dari jaringan ke paru-paru.
2. Mengangkut sari makanan yang diserap dari usus halus keseluruh tubuh.
3. Mengangkut sisa metabolisme menuju alat ekskresi.
4. Berhubungan dengan kekebalan tubuh karena didalamnya terkandung lekosit,antibodi, dan subtansi
protektif lainnya.
5. Mengangkut ekskresi hormon dari organ satu ke organ lainnya.
6. Mengatur keseimbangan air dalam tubuh.
7. Mengatur suhu tubuh.
8. Mengatur keseimbangan tekanan osmotik
9. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh.
10. Mengatur keseimbangan ion-ion dalam tubuh
c. Tempat pembentukan sel darah
1. Pembentukan sel darah (hemopoiesis) terjadi pada awal masa embrional, sebagian besar pada hati dan
sebagian kecil pada limpa
2. Pembentukan sel darah orang dewasa di luar sumsum tulang (extramedullary hemopoiesis) masih
dapat terjadi bila sumsum tulang mengalami kerusakan atau mengalami fibrosis
3. Sampai dengan usia 5 tahun, semua tulang dapat menjadi tempat pembentukan sel darah, tetapi
sumsum tulang dari tulang panjang, kecuali bagian proksimal humerus dan tibia, tidak lagi
membentuk sel darah setelah usia mencapai 20 tahun
4. Setelah usia 20 tahun, sel darah diproduksi terutama pada tulang belakang, sternum, tulang iga dan
ileum

3
d. Komponen darah
1) Trombosit
Trombosit adalah sel anuclear nulliploid (tidak mempunyai nukleus pada DNA-nya) dengan bentuk
tak beraturan dengan ukuran diameter 2-3 µm yang merupakan fragmentasi dari
megakariosit. Trombosit memiliki bentuk yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran
lebih kecil darieritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar. Keping darah
tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam mekanisme hemostasis tingkat sel yang menimbulkan
pembekuan darah (trombus). Disfungsi atau jumlah keping darah yang sedikit dapat menyebabkan
pendarahan, sedangkan jumlah yang tinggi dapat meningkatkan risiko trombosis. trombosit memiliki
bentuk yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kesil dari eritrosit dan
leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar.
Fungsi:
Trombosit berfungsi dalam hemostasis ( penghentian perdarahan) dan perbaikan pembuluh darah
yang robek.
2) Plasma darah
Terdiri dari air dan protein darah: Albumin, Globulin dan Fibrinogen. Cairan yang tidak
mengandung unsur fibrinogen disebut Serum Darah. Protein dalam serum inilah yang bertindak
sebagai Antibodi terhadap adanya benda asing (Antigen). Zat antibodi adalah senyawa Gama
Globulin. Tiap antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksinya bermacam-macam.
1. Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen = Presipitin.
2. Antibodi yang dapat menguraikan antigen = Lisin.
3. Antibodi yang dapat menawarkan racun = Antitoksin.
3) Eritrosit
Sel darah merah, eritrosit, red blood cell (RBC), erythrocyte adalah jenis sel darah yang paling
banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan
bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, yang dapat mengikat
oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru akan dilepaskan saat eritrosit
melewati pembuluh kapiler.
Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya
adalah zat besi. Sel darah merah manusia dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk
kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif
selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan.
4. Pemeriksaan penunjang pada sistem imun dan hematologi.
a. Darah lengkap: jumlah sel darah putih, sel darah merah, dan trombosit.
- Leukimia: sel darah putih sangat tinggi, kadar trombosit dan hemoglobin yang rendah di dalam
sel darah merah.
b. Biopsi sumsum tulang: mengetahui sel-sel leukimia di dalam sumsum tulang
c. Sitogenetik: Meneliti kromosom sampel sel darah sumsum tulang atau kelenjar getah bening.
Mengetahui jenis leukimia.
d. Spinal tap (lumbar puncture): mengambil sedikit cairan serebrospinal, untuk mengetahui adanya
sel-sel leukimia atau tanda-tanda lain.

e. X-Ray dada: Mengetahui pembengkakan kelenjar getah bening atau penyakit lain di area dada.
f. Pemeriksaan tes antibodi anti-nuklir (anti-nuclear antibody/ ANA)
Memeriksa keberadaan sel antibodi tertentu dalam darah (SLE)

4
PENGKAJIAN SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI

1. Wawancara (anamnesa)
Wawancara atau anamnesa adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah
yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Wawancara dalam pengkajian
sistem imun dan hematologi berupa:
a. Autoanamnesa : Wawancara klien langsung
b. Alloanamnesa : Wawancara dengan keluarga / orang terdekat
Wawancara (pada pasien / keluarga) meliputi:
a. Nama pasien:
b. Usia
c. Alamat
d. Pekerjaan
e. Asal daerah
f. Agama
g. Riwayat keluarga, bepergian, ras, dan lain-lain
Auto anamnesa / allo anamnesa meliputi: Keluhan utama (KU) dan riwayat penyakit sekarang
(keluhan tambahan dan riwayat kebiasaan).
Keluhan meliputi: kencing darah, mellena, alergi makanan , obat, dll.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan yaitu mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data
tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Tujuan:
Melihat tanda dan gejala yang ada pada pasien berhubungan dengan sistem imun hematologi
Misal: peteki, purpura, ekimosis, hematoma, dll.
3. Pemeriksaan fisik (Physical Assesment)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PEMERIKSAAN FISIK PADA SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI
NO KEGIATAN YA TIDAK PERLU
LATIHAN
1 a. Cek riwayat medis klien
b. Mengkaji apakah pasien memerlukan tindakan pemeriksaan sistem
imun dan hematologi
2 Menjelaskan:
a. Nama perawat
b. Prosedur
c. Tujuan pemeriksaan
d. Persetujuan pasien (Informed Consent)
e. Kontrak waktu
(pada klien dan keluarga)
3 Mencuci tangan
4 Mempersiapkan alat-alat:
a. sarung tangan bersih / steril
b. Tounge spatel
c. Penlight
d. Stetoskop manual atau digital.
e. Jam
f. Termometer
g. Tensimeter
h. Air dalam gelas
atau sesuai kebutuhan dan mengatur posisi di samping tempat tidur,
memindahkan peralatan yang tidak diperlukan
5 Menjaga privasi klien dengan menutup tirai / jendela
6 Memposisikan pasien sesuai kebutuhan

5
A Inspeksi dan palpasi
7 a. Inspeksi penampilan umum: adanya keletihan / kelemahan dapat
mengindikasikan penyakit akut, kronis atau imunodifisiensi.
Catat apakah usia sesuai dengan penampilan. Ukur berat badan, tinggi
badan, apakah pasien kehilangan berat badan.
Observasi kemudahan pasien bergerak, nyeri, kekakuan, kesulitan.
Ukur Tanda Tanda Vital, peningkatan suhu sebagai respon inflamasi.
b. Inspeksi jari-jari tangan dan telapak tangan: warna kuku, bentuk kuku,
warna telapak tangan, kekuningan, pucat, berkeringat
c. Inspeksi dan palpasi mata: palpebra, adakah jaundice
d. Instruksikan pasien menelan, beri minuman dalam gelas, lihat area
leher ketika menelan. Adakah pembesaran.
e. Inspeksi membran mukosa hidung dan mulut terkait warna dan
kondisi.
Hidung: pucat, berair, mungkin alergi kronis
Oral: petekie (diameter < 2 mm), noda putih, atau plak putih berjaring
(hemolisis / imunodifisiensi) (gambar 1).
Wajah: Butterfly rash pada lupus (jarang) (gambar 2)
Gunakan penlight jika perlu untuk menginspeksi.
f. Kaji warna kulit, suhu, kelembapan.
Kulit:
1) Pucat / ikterus (reaksi hemolitik)
2) Pucat (supresi sumsung tulang disertasi imunodifisiensi)
3) Ruam /lesi : petekie, purpura, memar yang banyak, noda ungu atau
biru, sarkoma kaposi (gambar 3), luka infeksi, inflamasi
Catat lokasi dan distribusi setiap ruam atau lesi.

g. Inspeksi dan palpasi:


Nodus limfatik: area leher, daerah sekitar auricula, daerah oksipital,
Servikal, aksila dan nodus limfe pangkal paha terhadap adanya
limfadenopati (pembengkakan) / nyeri tekan. (gambar 4)

6
h. Inspeksi dan palpasi sendi meliputi:
1) Kemerahan
2) Bengkak
3) Nyeri tekan
4) Deformitas (mengindikasikan gangguan autoimun: artritis
reumathoid /AR), SLE (Systemic Lupus Erythematosus)
5) Kaji pergerakan sendi sendi termasuk spina.
i. Inspeksi dan palpasi daerah abdomen:adakah pembesaran abdomen.
Inspeksi dan Palpasi Hepar dan Spleen (limpa)
1) Hepar:Inspeksi dan palpasi,
a. Letakkan tangan kiri di belakang penderita untuk menyangga
costa ke 11 dan 12 dengan posisi sejajar costa
b. Minta pasien untuk rileks, dengan mendorong hepar ke depan,
hepar akan lebih mudah teraba dari depan dengan tangan
kanan.
c. Tempatkan tangan kanan anda pada abdomen penderita
sebelah kanan, di sebelah lateral otot rektus, dengan ujung jari
di tempatkan di bawah batas bawah daerah redup hepar.
d. Dengan posisi jari menunjuk ke atas atau obliq, tekanlah
dengan lembut ke arah dalam dan ke atas.
e. Minta penderita untuk bernafas dalam-dalam, rasakan hepar
pada jari anda pada waktu hepar bergerak ke bawah dan
menyentuh jari anda. Batas hepar normal: lunak, tegas, tidak
berbenjol-benjol.

2) Lien (limpa/ spleen). Organ limfoid yang berada di bawah tulang rusuk
posterior kesembilan, kesepuluh dan kesebelas di sebelah kiri. Dan pada
keadaan sehat biasanya tidak teraba (Garis schuffner).
a. Pasien terlentang.
- Letakkan tangan kiri untuk menyangga costa bagian bawah
sebelah kiri penderita. Tangan kanan diletakkan di bawah
arcus costa, lakukanlah tekanan ke arah lien. Mulailah
palpasi di daerah yang cukup rendah untuk dapat meraba
lien yang membesar. Minta penderita untuk bernapas
dalam-dalam. Lien yang yang membesar dapat terlewatkan
7
dari pemeriksaan (tidak dapat teraba) apabila tangan terlalu
ke atas.
- Perhatikan nyeri tekan, bagaimana permukaannya dan
perkirakanlah jarak antara lien dengan batas terendah dari
kosta kiri terbawah.

b. Pasien miring.
- Ulangi penderita dengan posisi miring ke kanan, dengan
tungkai fleksi pada paha dan lutut. Pada posisi ini gaya
gravitasi akan menyebabkan lien terdorong ke depan ke
kanan, sehingga mudah teraba.
Catat adanya nyeri tekan, pembesaran dan lain-lain

17 Lepas sarung tangan buang di tempat sampah untuk alat-alat medis


18 Pasien dirapikan, akhiri kontrak
19 Rapikan alat
20 Cuci tangan
21 Dokumentasikan tindakan:
Status klien, waktu, Hasil normal dan abnormal, respon pasien, tanda
tangan

8
Evaluasi Diri/Penguji

Mahasiswa Pembimbing/Penguji

( ) ( )

Daftar Pustaka:
Le Mone, et. al. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Keterangan gambar:

(gambar 1. Petekie dan Purpura) (Gambar 2. Butterfly Rash)

(Gambar 3. Sarkoma Kaposi) (Gambar 4. Pembengkakan leher)

Anda mungkin juga menyukai