Anda di halaman 1dari 7

EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE (ENBP)

HIPERTIROIDISME

KMB: ENDOKRIN
Tanggal 17-19 Mei 2021

Disusun Oleh:

Irawati (Kelompok 2)
Mahasiswa Profesi Keperawatan 2021

Preseptor:
Yesi Hasneli, SKp. MNS

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2021
A. EVIDENCE BASED PRACTICE
1. Judul penelitian
Selenium sebagai Terapi OftalmopatiGraves Derajat Ringan .
2. Penelitian oleh : Laura Agnestasia Djunaedi, Ferdy Iskandar, Cisca Kuswidyati.
3. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah diharapakan dapat membantu mengatasi OG terutama
pada derajat ringan dengan memperbaiki ketidakseimbangan antara kadar oksidan
danantioksidan di dalam tubuh.
4. Metode
Penelitian merupakan studi kasus.
5. Hasil yang diukur
Hasil yang diukur dalam penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana efektifitas
Selenium sebagai Terapi OftalmopatiGraves.
6. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan OftalmopatiGraves .
7. Hasil
Hasil penelitian menunjukkan pemberian Selenium efektif sebagai Terapi
OftalmopatiGraves Derajat Ringan.
8. Kesimpulan
Terdapat berbagai mekanisme penyebab OG, salah satunya ketidakseimbangan
kadar antioksidan serta oksidan di dalam tubuh. Selenium, sebagai salah satu
antioksidan paling banyak di dalamkelenjar tiroid, menjadi salah satu alternatifterapi
terbaru untuk mengatasi OG. Pemberian selenium dianggap efektif untuk
menangani gejala OG derajat ringan.
9. Analisa keterkaitan hasil penelitian dalam penyelesaian permasalahan kasus
Hipertiroid merupakan kelainan endokrin. Grave’s disesase merupakan penyebab
terbanyak terjadinya hipertiroid. Oftalmopati graves (OG) merupakan manifestasi
ekstra-tiroid tersering dari penyakit graves. Terdapat berbagai mekanisme
penyebab OG, salah satunya ketidakseimbangan kadar antioksi dan serta oksidan
di dalam tubuh. Selenium merupakan ssalah satu antioksidan paling banyak di
dalam kelenjar tiroid, menjadi salah satu alternatif terapi terbaru untuk mengatasi
OG.Pemberian suplementasi selenium sebanyak200 μg/hari, setelah dilakukan
pengecekan kadar selenium, dianggap efektif untuk menangani gejala OG derajat
ringan.

B. Standar Operasional Prosedur (SOP)


1. Definisi tindakan
Pemberian terapi Selenium.
2. Tujuan tindakan
Tujuan dari tindakan ini
a. Untuk membantu mengatasi OG terutama pada derajat ringan dengan
memperbaiki ketidakseimbangan antara kadar oksidan dan antioksidan di
dalam tubuh.
3. Alat dan Bahan
a. Handscoon
b. Masker
c. Suplementasi Selenium.
4. Prosedur yang dilakukan

No. Kegiatan
1. Pra interaksi
- Periksa rekam medis pasien
- Persiapkan alat dan bahan yangdibutuhkan
- Cuci tangan
2. Orientasi
- Mengucapkan salam
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan prosedur tindakan dan tujuan tindakan
- Minta persetujuan pasien
- Mengatur posisi nyaman pasien
- Menjaga rahasia/privacy pasien
- Kontrak waktu
3. Kerja
- Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
- Menggunakan sarung tangan
- Pakai masker
- Memastikan pasien benar sesuai dengan gelang pasien
- Menjelaskan pasien tentang terapi selenium yang akan diberikan ( sesuai
prinsip 8 benar obat).
- Memberikan pasien suplementasi selenium sebesar 200 μg/hari.
4. Terminasi
- Kaji perasaan dan rasa nyaman pasien setelah dilakukan tindakan.
- Bersihkan dan rapikan alat
- Melepas handscoon, masker, dan mencuci tangan dengan baik dan
benar
- Kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya
5. Dokumentasi
- Catat hasil kegiatan dalam catatan keperawatan (tindakan yang
dilakukan, jam, reaksi obat dan bagaimana respon pasien)

C. EVIDENCE BASED PRACTICE


1. Judul penelitian
Perbandingan efektivitas obat antitiroid antara Tiamazol dengan propiltiourasl terhadap
pasien Hipertiroid yang disebabkan grave’s disease di Rsud cengkareng periode 2017.
2. Penelitian oleh : Edwinantha Rama.
3. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efektivitas obat
antitiroid antara tiamazol dengan propiltiourasil.
4. Metode
Penelitian merupakan analitik observasional menggunakan desain cross-sectional.

5. Hasil yang diukur


Hasil yang diukur dalam penelitian ini adalah untuk melihat Perbandingan efektivitas
obat antitiroid antara Tiamazol dengan propiltiourasl terhadap pasien Hipertiroid
yang disebabkan grave’s disease.
6. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien hipertiroid yang disebabkan Grave’s
disease dengan terapi tiamazol atau propiltiourasil dalam tiga bulan pertama. Jumlah
sampel terdiri dari 82 responden dan dibagi menjadi dua kelompok dengan masing-
masing 41 responden.
7. Hasil
Hasil penelitian menunjukkan didapatkan p-value pada pearson chi-square adalah
0.008 (<0.05) dan p-value pada continuity correction adalah 0.016 (<0.05) yang
artinya terdapat perbedaan efektivitas yang bermakna antara kedua obat. Berdasarkan
hasil penelitian didapatkan bahwa propiltiourasil lebih efektif dibandingkan tiamazol
dalam pengobatan hipertiroid yang disebabkan Grave’s disease
8. Kesimpulan
Pemberian propiltiourasil lebih efektif dibandingkan tiamazol dalam pengobatan
hipertiroid yang disebabkan Grave’s disease.
9. Analisa keterkaitan hasil penelitian dalam penyelesaian permasalahan kasus
Hipertiroid merupakan kelainan endokrin. Grave’s disesase merupakan penyebab
terbanyak terjadinya hipertiroid. Pemberian propiltiourasil lebih efektif dibandingkan
tiamazol dalam pengobatan hipertiroid yang disebabkan Grave’s disease.

10. Standar Operasional Prosedur (SOP)


1. Definisi tindakan
Pemberian terapi propiltiourasil.
2. Tujuan tindakan
Tujuan dari tindakan ini
b. Untuk membantu mengatasi gejala hipertiroid akibat Grave’s disease
3. Alat dan Bahan
d. Handscoon
e. Masker
f. Terapi propiltiourasil (
4. Prosedur yang dilakukan

No. Kegiatan
1. Pra interaksi
- Periksa rekam medis pasien
- Persiapkan alat dan bahan yangdibutuhkan
- Cuci tangan
2. Orientasi
- Mengucapkan salam
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan prosedur tindakan dan tujuan tindakan
- Minta persetujuan pasien
- Mengatur posisi nyaman pasien
- Menjaga rahasia/privacy pasien
- Kontrak waktu
3. Kerja
- Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
- Menggunakan sarung tangan
- Pakai masker
- Memastikan pasien benar sesuai dengan gelang pasien
- Menjelaskan pasien tentang terapi selenium yang akan diberikan ( sesuai
prinsip 8 benar obat).
- Memberikan pasien obat 300 mg 3 kali sehari atau setiap 8 jam ( untuk pasien
dengan kasus hipertiroid ringan, jika beratdi tingkatkan dosis menjadi 600-
900mg perhari.
4. Terminasi
- Kaji perasaan dan rasa nyaman pasien setelah dilakukan tindakan.
- Bersihkan dan rapikan alat
- Melepas handscoon, masker, dan mencuci tangan dengan baik dan
benar
- Kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya
5. Dokumentasi
- Catat hasil kegiatan dalam catatan keperawatan (tindakan yang
dilakukan, jam, reaksi obat dan bagaimana respon pasien)

Anda mungkin juga menyukai