Disusun oleh:
Nama : Irawati
Nim : 1911165196
Program :B
Mata Kuliah : Etika Keperawatan
Dosen : Ns. Herlina,M.kep.Sp.Kep.Kom
FAKULTAS KEPERWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji syukur kepda Allah Swt. Karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan tugas Konsep Praktik Keperawatan Profesional.
Makalah ini dibuat sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa, khususnya dalam pelajaran
keperawatan. Makalah ini disusun dari berbagai sumber yang mempunyai relevansi yang sangat
erat dengan pendidikan keperawatan yang diambil dari buku dan media elektronik. Makalah ini
disusun dalam bentuk yang simple dan menarik agar mudah dimengerti oleh kita semua.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat dipergunakan dengan semestinya
dan dapat bermanfaat bagi kita semua. penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu masukan-masukan baik berupa kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah yang akan datang. .
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan bentuk pelayanan professional kepada klien yang diberikan secara
manusiawi komprehensif dan individualistik, berkesinambungan sejak klien membutuhkan
pelayanan sampai saat klien mampu melakukan kegiatan sehari- hari secara produktif untuk diri
sendiri dan orang lain. Pelayanan keperawatan profesional hanya dapat diberikan oleh tenaga
keperawatan profesional yang telah memiliki izin dan kewenangan untuk melakukan tindakan
keperawatan yang dibutuhkan oleh klien. Praktik keperawatan profesional adalah tindakan
mandiri perawat Ahli Madia Keperawatan, Ners, Ners Spesialis dan Ners Konsultan melalui
kerjasama bersifat kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya. Praktik keperawatan di
Indonesia seringkali diasumsikan sama dengan praktik kedokteran, baik oleh masyarakat atau
perawat sendiri. Salah satu penyebab hal ini adalah kurangnya pengetahuan tentang praktik
keperawatan profesional, di lain pihak hukum masih dianggap suatu hal yang menakutkan yang
sering dikaitkan dengan sanksi atau hukuman.
Untuk memperjelas tentang praktik keperawatan profesional, akan dibahas tentang lingkup
praktik keperawatan sehingga diharapkan dapat memperjelas pemahaman tenaga keperawatan
dalam memberikan pelayanan keperawatan serta dapat melindungi masyarakat dari malpraktik
keperawatan. Sebagai suatu profesi, perawat bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan wewenang yang dimiliki secara mandiri dan atau berkolaborasi. Hal
tersebut dimungkinkan karena perawat memiliki ilmu dan kiat keperawatan yang mendasari
praktik profesionalnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari praktik keperawatan professional dan Standar praktik keperawatan
profesional?
2. Apa pengertian dari falsafah praktik keperawatan profesional?
3. Apa ciri – ciri praktek profesional?
4. Apa saja focus nilai – nilai profesional praktik keperawatan?
5. Apa saja ruang lingkup kewenangan perawat professional ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu praktik keperawatan professional dan Standar Praktik Keperawatan
Profesional.
2. Untuk mengetahui falsafah praktik keperawatan profesional
3. Untuk mengetahui ciri - ciri praktik keperawatan profesional
4. Untuk mengetahui focus nilai – nilai profesional praktik keperawatan
5. Untuk mengetahui ruang lingkup kewenangan perawat professional
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memahami pengertian praktik
keperawatan professional , falsafah praktik keperawatan , hakekat praktik keperawatan dan juga
mengetahui fokus praktik keperawatan , bentuk bentuk praktik keperawatan serta standar praktik
keperawatan professional.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
A. Praktik Keperawatan Profesional
1. Lingkup
Lingkup Standar Praktik Keperawatan Indonesia meliputi :
1. Standar Praktik Professional
a. Standar I Pengkajian
b. Standar II Diagnosa Keperawatan
c. Standar III Perencanaan
d. Standar IV Pelaksanaan Tindakan (Impelementasi)
e. Standar V Evaluasi
2. Standar Praktik Profesional
3. Kriteria Proses
1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan
mempelajari data penunjang ( pengumpulan data penunjang diperoleh dari hasil pemeriksaan
laboratorium dan uji diagnosis), serta mempelajari catatan lain.
2. Sumber data adalah klien, keluarga atau orang terkait, tim kesehatan, rekam medis, serta
catatan lain.
3. Klien berpartisipasi dalam proses pengumpulan data.
4. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi :
a. Status kesehatan klien saat ini
b. Status kesehatan klien masa lalu
c. Status biologis (Fisiologis)
d. Status psikologis (Pola koping)
e. Status social cultural
f. Status spiritual
g. Respon terhadap terapi
h. Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
i. Resiko masalah potensial
4. Kriteria Hasil
1. Data dicatat dan dianalisis sesuai standar dan format yang ada.
2. Data yang dihasilkan akurat, terkini, dan relevan sesuai kebutuhan klien.
1. Rasional
Diagnosis keperawatan sebagai dasar pengembangan rencana intervensi keperawatan dalam
rangka mencapai peningkatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan
kesehatan klien.
2. Kriteria Struktur
1. Tatanan praktek memberi kesempatan ;
A. kepada teman sejawat, klien untuk melakukan validasi diagnosis keperawatan
B. adanya mekanisme pertukaran informasi tentang hasil penelitian dalam menetapkan
diagnosis keperawatan yang tepat.
C. untuk akses sumber-sumber dan program pengembangan profesional yang terkait.
D. adanya pencatatan yang sistematis tentang diagnosis klien.
3. Kriteria Proses
A. Proses dianogsis terdiri dari analisis, & interpretasi data, identifikasi masalah klien dan
perumusan diagnosis keperawatan.
B. Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), gejala / tanda (S)
atau terdiri dari masalah dengan penyebab (PE).
C. Bekerjasama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain untuk memvalidasi
diagnosis keperawatan.
D. Melakukan kaji ulang dan revisi diagnosis berdasarkan data terbaru.
4. Kriteria Hasil
A. Diagnosis keperawatan divalidasi oleh klien bila memungkinkan
B. Diagnosis keperawatan yang dibuat diterima oleh teman sejawat sebagai diagnosis yang
relevan dan signifikan.
C. Diagnosis didokumentasikan untuk memudahkan perencanaan, implementasi, evaluasi dan
penelitian.
4. Standar III: Perencanaan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan
meningkatkan kesehatan klien.
1. Rasional
Perencanaan dikembangkan berdasarkan diagnosis keperawatan.
2. Kriteria Struktur
Tatanan praktek menyediakan :
A. Sarana yang dibutuhkan untuk mengembangkan perencanaan.
B. Adanya mekanisme pencatatan, sehingga dapat dikomunikasikan.
3. Kriteria Proses
4. Kriteria Hasil
A. Tersusunnya suatu rencana asuhan keperawatan klien
B. Perencanaan mencerminkan penyelesaian terhadap diagnosis keperawatan.
C. Perencanaan tertulis dalam format yang singkat dan mudah didapat.
D. Perencanaan menunjukkan bukti adanya revisi pencapaian tujuan.
1. Rasional
Perawat mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan partisipasi klien dalam tindakan keperawatan berpengaruh pada hasil yang
diharapkan.
2. Kriteria Struktur
Tatanan praktek menyediakan :
A. Sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan.
B. Pola ketenagaan yang sesuai kebutuhan.
C. Ada mekanisme untuk mengkaji dan merevisi pola ketenagaan secara periodik.
D. Pembinaan dan peningkatan keterampilan klinis keperawatan.
E. Sistem Konsultasi keperawatan.
3. Kriteria Proses
4. Kriteria Hasil
A. Terdokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien secara sistematik dan dengan mudah
diperoleh kembali.
B. Tindakan keperawatan dapat diterima klien.
C. Ada bukti-bukti yang terukur tentang pencapaian tujuan.
E. Standar V : Evaluasi
1. Rasional
Praktek keperawatan merupakan suatu proses dinamis yang mencakup berbagai perubahan data,
diagnosa atau perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Efektivitas asuhan keperawatan
tergantung pada pengkajian yang berulang-ulang.
2. Kriteria Struktur
A. Tatanan praktek menyediakan : sarana dan lingkungan yang mendukung terlaksananya
proses evaluasi.
B. Adanya akses informasi yang dapat digunakan perawat dalam penyempurnaan perencanaan
C. Adanya supervisi dan konsultasi untuk membantu perawat melakukan evaluasi secara
effektif dan mengembangkan alternatif perencanaan yang tepat.
3. Kriteria Proses
A. Menyusun rencanaan evaluasi hasil tindakan secara komprehensif, tepat waktu dan terus-
menerus.
B. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan kearah
pencapaian tujuan.
C. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien
D. Bekerja sama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
E. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
F. Melakukan supervisi dan konsultasi klinik.
4. Kriteria Hasil
A. Diperolehnya hasil revisi data, diagnosis, rencana tindakan berdasarkan evaluasi.
B. Klien berpartisipasi dalam proses evaluasi dan revisi rencana tindakan.
C. Hasil evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan
D. Evaluasi tindakan terdokumentasikan sedemikian rupa yang menunjukan kontribusi terhadap
efektifitas tindakan keperawatan dan penelitian.
Peningkatan kesehatan adalah kerangka aktivitas keperawatan. Kesadaran diri klien, kesadaran
kesehatan, keterampilan kesehatan dan penggunaan semua sumber yang dipertimbangkan
sebagai perawat yang diberikan oleh perawat. Peningkatan kesehatan membantu masyarakat
dalam mengembangkan sumber untuk memelihara atau meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan mereka. Tujuan kesehatan yang ingin diwujudkan adalah mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Fokus peningkatan kesehatan diarahkan untuk memelihara atau
meningkatkan kesehatan umum, individu, keluarga dan komunitas.
2. Pencegah penyakit
Aktivitas pencegahan penyakit secara objektif untuk mengurangi risiko penyakit, untuk
meningkatkan kebiasaan kesehatan yang baik dan untuk mempertahankan fungsi individu secara
optimal.
Aktivitas atau kegiatan yang dapat dilaksanakan antara lain sebagai berikut:
1. Melakukan program pendidikan di rumah sakit, misalnya perawatan ibu hamil, program
melarang atau menghindari rokok, seminar mengurangi atau mencegah stress.
2. Program umum dan dasar yang dapat meningkatkan gaya hidup sehat, misalnya melakukan
senam aerobik, berenang atau program kebugaran.
3. Memberikan informasi tentang kesehatan, makanan yang sehat, olahraga, dan lingkungan yang
sehat melalui liflet, media masa atau media elektronik.
4. Menyediakan pelayanan keperawatan yang dapat menjamin kesehatan ibu hamil dan kelahiran
bayinya dengan sehat.
5. Membantu tumbuh kembang bayi dan balita.
6. Memberikan imunisasi.
7. Melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi tekanan darah tinggi, kadar kolesterol dan kanker.
8. Melakukan konseling mengenai pencegahan akibat kekurangan nutrisi dan penghentian rokok.
Peran perawat dalam upaya peningkatan kesehatan meliputi hal-hal berikut:
1. Bertindak sebagai model peran dalam berperilaku serta bergaya hidup sehat.
2. Mengajarkan klien tentang strategi keperawatan dan usaha meningkatkan kesehatan, misalnya
dengan cara perbaikan gizi, pengendalian stress, usaha untuk membina hubungan yang baik
dengan sesame.
3. Meningkatkan klien untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
4. Menunjukkan klien cara pemecahan masalah yang tepat dan mengambil keputusan yang efektif.
5. Menguatkan perilaku peningkatan kesehatan pribadi dan keluarga.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pada saat ini kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
keperawatan akan terus meningkat. Masyarakat akan menuntut tersedianya pelayanan kesehatan
dan keperawatan dengan kualitas secara profesional dan dapat dipertanggungjawabka sesuai
dengan standar pelayanan keperawatan yang ditentukan. Sebagai anggota keperawatan yang
telah diakui sebagai profesi dan telah melaksanakan praktik keperawatan secara tidak langsung
melekat tanggung jawab dan tanggung gugat atas segala keputusan dan tindakannya di dalam
lingkup peran dang fungsinya sebagai perawat. Tanggung gugat pada dasarnya erupakan suatu
konsep yang esensial dari praktik keperawatan profesional dan hukum.
Untuk melindungi masyarakat terhadap tindakan kelalaian ataupun penyimpangan atau
malpraktik dan untuk melindungi tenaga keperawatan sebagai tenaga pemberi jasa pelayanan
serta sesuai dengan kepentingannya, pengaturan praktik keperawatan perlu dirumuskan dalam
tatanan perundang-undangan yang tinggi kedudukannya.
Mekanisme regristasi, sertifikasi dan lisensi merupakan proses yang diperlukan untuk
memperlakukan suatu sistem legislasi. Sistem legislasi keperawatan erupakan sistem perundang-
undangan keperawatan yang mencerminkan diberlakukannya hukum praktik keperawatan.
Seluruh sistem yang mengatur tindakan keperawatan dari tenaga keperawatan merupakan suatu
sistem regulasi keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Etika-Keperawatan-dan-
Keperawatan-Profesional-Komprehensif.pdf?opwvc=1
Contoh soal kasus :
2. Tn. A adalah seorang ayah, dia meminta anda untuk melepas selang
yang dipasang pada tubuh anaknya yang berusia 15 Tahun, yang telah
koma selama 7 hari. Tn A beranggapan selang yang dipasang hamper
pada semua tubuh anaknya akan dapat mempertahankan dia akan tetap
hidup namun ternyata sebaliknya akan menambah penderitaannya.
Bagaimana sika panda sebagai perawat menghadapi keadaan seperti ini?
A. Secara pribadi, perawat tetap memegang prinsip moral untuk
menjunjung tinggi nilai kehidupan.
B. Perawat menyerahkan sepenuhnya kepada pihak keluarga
C. Perawat menyetujui keinginan pihak keluarga dan mendiskusikan
dengan dokter
D. Perawat tidak memberikan pertimbangan apa – apa.