Anda di halaman 1dari 25

TUGAS

KONSEP PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL

Disusun oleh:
Nama : Irawati
Nim : 1911165196
Program :B
Mata Kuliah : Etika Keperawatan
Dosen : Ns. Herlina,M.kep.Sp.Kep.Kom

PROGRAM STUDI DI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERWATAN

UNIVERSITAS RIAU

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur kepda Allah Swt. Karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan tugas Konsep Praktik Keperawatan Profesional.
Makalah ini dibuat sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa, khususnya dalam pelajaran
keperawatan. Makalah ini disusun dari berbagai sumber yang mempunyai relevansi yang sangat
erat dengan pendidikan keperawatan yang diambil dari buku dan media elektronik. Makalah ini
disusun dalam bentuk yang simple dan menarik agar mudah dimengerti oleh kita semua.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat dipergunakan dengan semestinya
dan dapat bermanfaat bagi kita semua. penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu masukan-masukan baik berupa kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah yang akan datang. .
 

Pekanbaru, 26 September 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan bentuk pelayanan professional kepada klien yang diberikan secara
manusiawi komprehensif dan individualistik, berkesinambungan sejak klien membutuhkan
pelayanan sampai saat klien mampu melakukan kegiatan sehari- hari secara produktif untuk diri
sendiri dan orang lain. Pelayanan keperawatan profesional hanya dapat diberikan oleh tenaga
keperawatan profesional yang telah memiliki izin dan kewenangan untuk melakukan tindakan
keperawatan yang dibutuhkan oleh klien. Praktik keperawatan profesional adalah tindakan
mandiri perawat Ahli Madia Keperawatan, Ners, Ners Spesialis dan Ners Konsultan melalui
kerjasama bersifat kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya. Praktik keperawatan di
Indonesia seringkali diasumsikan sama dengan praktik kedokteran, baik oleh masyarakat atau
perawat sendiri. Salah satu penyebab hal ini adalah kurangnya pengetahuan tentang praktik
keperawatan profesional, di lain pihak hukum masih dianggap suatu hal yang menakutkan yang
sering dikaitkan dengan sanksi atau hukuman.
Untuk memperjelas tentang praktik keperawatan profesional, akan dibahas tentang lingkup
praktik keperawatan sehingga diharapkan dapat memperjelas pemahaman tenaga keperawatan
dalam memberikan pelayanan keperawatan serta dapat melindungi masyarakat dari malpraktik
keperawatan. Sebagai suatu profesi, perawat bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan
keperawatan  sesuai dengan wewenang yang dimiliki secara mandiri dan atau berkolaborasi. Hal
tersebut dimungkinkan karena perawat memiliki ilmu dan kiat keperawatan yang mendasari
praktik profesionalnya.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari praktik keperawatan professional dan Standar praktik keperawatan
profesional?
2.      Apa pengertian dari falsafah praktik keperawatan profesional?
3.      Apa ciri – ciri praktek profesional?
4.      Apa saja focus nilai – nilai profesional praktik keperawatan?
5.      Apa saja ruang lingkup kewenangan perawat professional ?
1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa itu praktik keperawatan professional dan Standar Praktik Keperawatan
Profesional.
2.      Untuk mengetahui falsafah praktik keperawatan profesional
3.      Untuk mengetahui ciri - ciri praktik keperawatan profesional
4.      Untuk mengetahui focus nilai – nilai profesional praktik keperawatan
5.      Untuk mengetahui ruang lingkup kewenangan perawat professional

1.4  Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memahami pengertian praktik
keperawatan professional , falsafah  praktik keperawatan , hakekat praktik keperawatan dan juga
mengetahui fokus praktik keperawatan , bentuk bentuk praktik keperawatan serta standar praktik
keperawatan professional.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
A. Praktik Keperawatan Profesional

Kelompok Kerja Keperawatan-Konsorsium Ilmu Kesehatan (1992) mendefinisikan Praktik


Keperawatan adalah tindakan mandiri perawat  profesional melalui kerjasama bersifat
kolaboratif dengan pasien atau klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya.
Perawat profesional pada pengertian di atas adalah Perawat Ahli Madya, Perawat Ahli,
Ners Spesialis dan Ners Konsultan yang pendidikan keperawatannya berasal dari jenjang
perguruan tinggi keperawatan. Praktik keperawatan sebagai tindakan keperawatan profesional
menggunakan pengetahuan teoritis yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar (biologi,
fisika, biomedik, perilaku, sosial), dan ilmu keperawatan sebagai landasan untuk melakukan
pengkajian, diagnosis, menyusun perencanaan, melaksanakan asuhan keperawatan dan evaluasi
hasil-hasil tindakan keperawatan, serta mengadakan penyesuaian rencana keperawatan untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
Malkemes, L.C.(1983) mengatakan bahwa praktik keperawatan profesional (professional
nursing practice) adalah suatu proses ketika Ners terlibat dengan klien, dan melalui kegiatan ini
masalah kesehatan klien diidentifikasi dan diatasi.
Karakteristik praktik keperawatan profesional
1.   Otoritas (autority), yakni memiliki kewenangan sesuai dengan keahliannya
yang akan mempengaruhi proses asuhan melalui peran profesional.
2.   Akuntabilitas (accountability), yakni tanggung gugat terhadap apa yang dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku dan bertanggung jawab kepada klien, diri sendiri, dan
profesi, serta mengambil keputusan yang berhubungan dengan asuhan.
3.      Pengambilan keputusan yang mandiri (independent decision making), berarti sesuai dengan
kewenangannya dengan dilandasi oleh pengetahuan yang kokoh dan menggunakan pendekatan
yang ilmiah dengan membuat keputusan (judgnents) pada tiap tahap proses keperawatan dalam
menyelesaikan masalah klien.
4.      Kolaborasi (collaboration ), artinya dapat bekerja sama, baik lintas program maupun lintas sektor
dengan mengadakan hubungan kerja dengan berbagai disiplin dalam mengakses masalah klien,
dan membantu klien menyelesaikannya.
5.      Pembelaan atau dukungan (advocacy), artinya bertindak demi hak klien untuk mendapatkan
asuhan yang bermutu dengan mengadakan intrevensi untuk kepentingan atau demi klien, dalam
mengatasi masalahnya, serta berhadapan dengan pihak-pihak lain yang lebih luas.
6.      Fasilitasi (facilitation), artinya mampu memberdayakan klien dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatannya dengan memaksimalkan potensi dari organisasi dan sistem klien-keluarga.
  B. Pengertian Standar Praktik Keperawatan
Standar praktik merupakan salah satu perangkat yang diperlukan oleh setiap tenaga professional .
Standar praktik keperawatan adalah ekpektasi/harapan-harapan minimal dalam  memberikan
asuhan keperawatan yang aman, efektif dan etis. Standar praktik keperawatan merupakan
komitmen profesi keperawatan dalam melindungi masyarakat terhadap praktik yang dilakukan
oleh anggota profesi.

1.     Lingkup
Lingkup Standar Praktik Keperawatan Indonesia meliputi :
1. Standar Praktik Professional
a. Standar I Pengkajian
b. Standar II Diagnosa Keperawatan
c. Standar III Perencanaan
d. Standar IV Pelaksanaan Tindakan (Impelementasi)
e. Standar V Evaluasi
2. Standar Praktik Profesional
    

1.    Standar I : Pengkajian Keperawatan


Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat
, singkat dan berkesinambungan.
2.      Rasional
Pengkajian keperawatan merupakan aspek penting dalam proses keperawatan yang bertujuan
menetapkan data dasar tentang tingkat kesehatan klien yang digunakan untuk merumuskan
masalah klien dan rencana tindakan.
2.      Kriteria Struktur
1.      Metode pengumpulan data yang digunakan dapat menjamin :
a. Pengumpulan data yang sistematis dan lengkap.
b. Diperbaharuinya data dalam pencatatan yang ada.
c. Kemudahan memperoleh data.
d. Terjaganya kerahasiaan.
2.      Tatanan praktek mempunyai sistem pengumpulan data keperawatan yang merupakan bagian
integral dari sistem pencatatan pengumpulan data klien
3.      Sistem pencatatan berdasarkan proses keperawatan. Singkat, menyeluruh, akurat dan
berkesinambungan.
4.      Praktek mempunyai sistem pengumpulan data keperawatan yang menjadi bagian dari sistem
pencatatan kesehatan klien.
5.      Ditatanan praktek tersedia sistem penyimpanan data yang dapat memungkinkan diperoleh
kembali bila diperlukan.Tersedianya sarana dan lingkungan yang mendukung.

3.      Kriteria Proses
1.   Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan
mempelajari data penunjang ( pengumpulan data penunjang diperoleh dari hasil pemeriksaan
laboratorium dan uji diagnosis), serta mempelajari catatan lain.
2.   Sumber data adalah klien, keluarga atau orang terkait, tim kesehatan, rekam     medis, serta
catatan lain.
3.   Klien berpartisipasi dalam proses pengumpulan data.
4.   Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi :
a. Status kesehatan klien saat ini
b. Status kesehatan klien masa lalu
c. Status biologis (Fisiologis)
d. Status psikologis (Pola koping)
e. Status social cultural
f. Status spiritual
g. Respon terhadap terapi
h. Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
i. Resiko masalah potensial

4.   Kriteria Hasil

1.      Data dicatat dan dianalisis sesuai standar dan format yang ada.
2.      Data yang dihasilkan akurat, terkini, dan relevan sesuai kebutuhan klien.

3.     Standar II: Diagnosis Keperawatan


Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis keperawatan.

1.   Rasional
Diagnosis keperawatan sebagai dasar pengembangan rencana intervensi keperawatan dalam
rangka mencapai peningkatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan
kesehatan klien.
2.   Kriteria Struktur
1. Tatanan praktek memberi kesempatan ;
A.    kepada teman sejawat, klien untuk melakukan validasi diagnosis keperawatan
B.     adanya mekanisme pertukaran informasi tentang hasil penelitian dalam menetapkan
diagnosis keperawatan yang tepat.
C.     untuk akses sumber-sumber dan program pengembangan profesional yang terkait.
D.    adanya pencatatan yang sistematis tentang diagnosis klien.

3.      Kriteria Proses

A.    Proses dianogsis terdiri dari analisis, & interpretasi data, identifikasi masalah klien dan
perumusan diagnosis keperawatan.
B.     Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), gejala / tanda (S)
atau terdiri dari masalah dengan penyebab (PE).
C.     Bekerjasama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain untuk memvalidasi
diagnosis keperawatan.
D.    Melakukan kaji ulang dan revisi diagnosis berdasarkan data terbaru.

4.      Kriteria Hasil
A.    Diagnosis keperawatan divalidasi oleh klien bila memungkinkan
B.     Diagnosis keperawatan yang dibuat diterima oleh teman sejawat sebagai diagnosis yang
relevan dan signifikan.
C.     Diagnosis didokumentasikan untuk memudahkan perencanaan, implementasi, evaluasi dan
penelitian.
4.    Standar III: Perencanaan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan
meningkatkan kesehatan klien.
1.   Rasional
Perencanaan dikembangkan berdasarkan diagnosis keperawatan.
2.   Kriteria Struktur
               Tatanan praktek menyediakan :
A.    Sarana yang dibutuhkan untuk mengembangkan perencanaan.
B.     Adanya mekanisme pencatatan, sehingga dapat dikomunikasikan.

3.      Kriteria Proses

A.    Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan         rencana tindakan


keperawatan.
B.     Bekerja sama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
C.     Perencanaan bersifat individual (sebagai individu, kelompok dan masyarakat) sesuai dengan
kondisi atau kebutuhan klien.
D.    Mendokumentasikan rencana keperawatan.

4.      Kriteria Hasil
A.     Tersusunnya suatu rencana asuhan keperawatan klien
B.      Perencanaan mencerminkan penyelesaian terhadap diagnosis keperawatan.
C.      Perencanaan tertulis dalam format yang singkat dan mudah didapat.
D.       Perencanaan menunjukkan bukti adanya revisi pencapaian tujuan.

5.Standar IV: Pelaksanaan Tindakan (implementasi)


Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan
keperawatan.

1.      Rasional
Perawat mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan partisipasi klien dalam tindakan keperawatan berpengaruh pada hasil yang
diharapkan.
2.      Kriteria Struktur
Tatanan praktek menyediakan :
A.    Sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan.
B.     Pola ketenagaan yang sesuai kebutuhan.
C.     Ada mekanisme untuk mengkaji dan merevisi pola ketenagaan secara periodik.
D.    Pembinaan dan peningkatan keterampilan klinis keperawatan.
E.     Sistem Konsultasi keperawatan.

3.      Kriteria Proses

A.    Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.


B.     Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan status kesehatan klien.
C.     Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah klien.
D.    Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan dibawah tanggung jawabnya.
E.     Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien untuk mencapai tujuan
kesehatan.
F.      Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitas-fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada.
G.    Memberikan pendidikan pada klien & keluarga mengenai konsep & keterampilan asuhan diri
serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakannya.
H.    Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien.

4.      Kriteria Hasil
A.    Terdokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien secara sistematik dan dengan mudah
diperoleh kembali.
B.     Tindakan keperawatan dapat diterima klien.
C.     Ada bukti-bukti yang terukur tentang pencapaian tujuan.
E.     Standar V : Evaluasi

Perawat mengevaluasi perkembangan kesehatan klien terhadap tindakan dalam pencapaian


tujuan, sesuai rencana yang telah ditetapkan dan merevisi data dasar dan perencanaan.

1.      Rasional
Praktek keperawatan merupakan suatu proses dinamis yang mencakup berbagai perubahan data,
diagnosa atau perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Efektivitas asuhan keperawatan
tergantung pada pengkajian yang berulang-ulang.

2.      Kriteria Struktur
A.    Tatanan praktek menyediakan : sarana dan lingkungan yang mendukung terlaksananya
proses evaluasi.
B.     Adanya akses informasi yang dapat digunakan perawat dalam penyempurnaan perencanaan
C.     Adanya supervisi dan konsultasi untuk membantu perawat melakukan evaluasi secara
effektif dan mengembangkan alternatif perencanaan yang tepat.

3.      Kriteria Proses
A.    Menyusun rencanaan evaluasi hasil tindakan secara komprehensif, tepat waktu dan terus-
menerus.
B.     Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan kearah
pencapaian tujuan.
C.     Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien
D.    Bekerja sama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
E.     Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
F.      Melakukan supervisi dan konsultasi klinik.
4.      Kriteria Hasil
A.    Diperolehnya hasil revisi data, diagnosis, rencana tindakan berdasarkan evaluasi.
B.     Klien berpartisipasi dalam proses evaluasi dan revisi rencana tindakan.
C.     Hasil evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan
D.    Evaluasi tindakan terdokumentasikan sedemikian rupa yang menunjukan kontribusi terhadap
efektifitas tindakan keperawatan dan penelitian.

2.2 Falsafah Parktik Keperawatan


Sebagian besar dasar falsafah praktik keperawatan profesional disusun merujuk kepada
konsep praktik keperawatan profesional dan teori keperawatan. Falsafah praktik keperawatan
secara umum mengandung dasar-dasar pemikiran yang sama untuk mengemban tugas
keperawatan, tetapi disetiap negara, pernyataan yang disusun juga disesuaikan dengan nilai dan
latar belakang budayanya.
Dalam Lokakarya Nasional bulan Januari 1983 telah disepakati adanya profesionalisasi
keperawatan, dengan menetapkan pengertian keperawatan, falsafah keperawatan, serta peran dan
fungsi perawat.

Pernyataan falsafah keperawatan di Indonesia


1.   Perawat merupakan bantuan, diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan
hidup sehari-hari.
2.   Kegiatan dilakukan dalam upaya penyembuhan, pemulihan, serta pemeliharaan kesehatan
dengan penekanan kepada upaya pelayanan utama (PHC) sesuai dengan wewenang, tanggung
jawab dan etika keperawatan.
Falsafah Keperawatan dari lokakarya 1983 dapat dipakai sebagai kerangka untuk
menyusun falsafah praktik keperawatan. Dalam mengembangkan falsafah keperawatan kita tidak
dapat hanya mengacu kepada satu teori keperawatan, namun falsafah harus menjelaskan berbagai
pandangan dasar tentang hakikat manusia dan esensi keperawatan sehingga dapat dijadikan
kerangka dasar yang kokoh bagi praktik keperawatan.

2.3     Ciri – ciri Praktik Keperawatan professional

1. Otonomi dalam Pekerjaan


Perawat mempunyai kemandirian. Perawat mempunyai hak melakukann tugasnya tanpa campur
tangan dari luar.

2. Bertanggung Jawab dan Bertanggung Gugat


Perawat harus dapat bertanggung jawab terhadap apa yang dia kerjakan. Misal dalam hal
member suntikan harus sesuai waktu dan dosisnya. Perawat juga harus berhati-hati dan jujur
serta teliti dalam melakukan kegiatan keperawatan.
3. Pengambilan Keputusan yang Mandiri
Kebebasan perawat untuk bertindak melaksanakan tindakan keperawatan tanpa kendali dari luar.
Seorang perawat dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang perawat, karena telah
memperoleh pendidikan perawat, dan sudah menjadi sebagai perawat profesional.
4. Kolaborasi dengan disiplin lain
Dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat harus melakukan kolaborasi dengan disiplin
ilmu lain. Misal ada orang kecelakaan dan patah tulang, perawat membutuhkan tenaga radiologi
untuk melakukan rongent.
5. Pemberian pembelaan (advocacy)
Pembelaan disebut juga dukungan (advocacy). Yaitu bertindak demi hak klien untuk
mendapatkan asuhan yang bermutu dengan mengadakan interaksi untuk kepentingan atau demi
klien, dalam mengatasi masalahnya serta berhadapan dengan pihak – pihak lain yang lebih luas
(system at large).
6. Memfasilitasi kepentingan pasien atau klien.
Tujuan Praktik Keperawatan Professional diantaranya adalah untuk membantu individu agar
mandiri, selain itu mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan,
kemudian membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan secara
optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara kesehatan, serta membantu
individu memperoleh derajat kesehatan secara optimal.
Lingkup kewenangan perawat dalam praktek keperawatan professional pada kondisi sehat dan
sakit, serta sepanjang daur kehidupan (mulai dari konsepsi sampai meninggal dunia),
mencangkup hal- hal berikut :
1. Asuhan keperawatan anak, yaitu asuhan keperawatan yg diberikan pada anak berusia mulai
dari 28hari sampai 18th.
2. Asuhan keperawatan maternitas, yaitu asuhan keperawatan klien wanita pada masa subur dan
neonates (bayi baru lahir sampai 28hr sampai keadaan sehat).
3. Asuhan medical bedah, yaitu asuhan pada klien usia diatas 18 th sampai 60 th dengan
gangguan fungsi tubuh baik karena trauma atau kelainan fungsi tubuh,
4. Asuhan keperawatan jiwa yaitu asuhan keperawatan pada semua usia yang mengalami
berbagai masalah kesehatan jiwa.
5. Asuhan keperawatan keluarga yaitu asuhan keperawatan pada klien keluarga sebagai unit
terkecil dalaam masyarakat sebagai akibat pola penuyesuaian keluarga yang tidak sehat sehingga
tidak terpenuhinya kebutuhan keluarga.
6. Asuhan keperawatan komunitas yaitu asuhan keperawatan kepada klien masyarakat pada
kelompok di wilayah tertentu pada semua usia sebagai akibat tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
masyarakat.
7. Asuhan keperawatan gerontik yaitu asuhan keperawatan pada klien usia 60 tahun ke atas yang
mengalami proses penuaan dan permasalahannya.

2.4  Fokus Praktik Keperawatan Profesional


Praktik keperawatan tidak boleh terlepas dari upaya kesehatan masyarakat dunia dan sistem
kesehatan nasional. Fokus utama keperawatan saat ini adalah kesehatan masyarakat dengan
target populasi total. Manusia tidak dipandang hanya dari aspek fisik tetapi dipandang sebagai
makhluk yang holistik yang terdiri atas bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual.
Tujuan praktik keperawatan sesuai yang dicanangkan WHO (1985) harus diupayakan pada
pencegahan primer, peningkatan kesehatan pasien, keluarga dan masyarakat, perawatan diri dan
peningkatan kepercayaan diri.
Praktik keperawatan meliputi lima area yang terkait dengan kesehatan (Kozier & Erb,
1990), yaitu:

1.      Peningkatan kesehatan ( Health Promotion)


Kesehatan merupakan status kemampuan individu atau manusia yang didefinisikan sebagai
kemampuan dari salah satu kemampuan yang maksimal maupun potensial. The American
Hospital Association tahun 1980 mendeskripsikan kesehatan sebagai berikut, “Kesehan yang
objektif tidak hanya untuk menghindari penyakit atau untuk memperpanjang hidup, yang objektif
adalah untuk mempertinggi kualitas hidup seseorang”. Kesehatan adalah bagian esensial dari
masing-masing tujuan keperawatan.

Peningkatan kesehatan adalah kerangka aktivitas keperawatan. Kesadaran diri klien, kesadaran
kesehatan, keterampilan kesehatan dan penggunaan semua sumber yang dipertimbangkan
sebagai perawat yang diberikan oleh perawat. Peningkatan kesehatan membantu masyarakat
dalam mengembangkan sumber untuk memelihara atau meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan mereka. Tujuan kesehatan yang ingin diwujudkan adalah mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Fokus peningkatan kesehatan diarahkan untuk memelihara atau
meningkatkan kesehatan umum, individu, keluarga dan komunitas.

Kegiatan yang berorientasi pada peningkatan kesehatan memerlukan:


1.      Pendidikan untuk public atau masyarakat dan individu.
2.      Perundang-undangan atau kebijakan yang mendukung.
3.      Hubungan interpersonal dengan klien secara langsung.
Area keperawatan yang melibatkan perawat meliputi:
1.      Mendorong dan mengadakan suatu latihan fisik secara periodik dan pemantauan terhadap proses
penyakit.
2.      Memimpin pelaksanaan pendidikan kesehatan masyarakat melalui pameran kesehatan dan
program kesehatan mental.
3.      Mendukung undang-undang yang ditunjukkan untuk pemeliharaan kesehatan dan program
perlindungan anak.
4.      Peningkatan kondisi kesehatan dan keselamatan kerja.

2. Pencegah penyakit
Aktivitas pencegahan penyakit secara objektif untuk mengurangi risiko penyakit, untuk
meningkatkan kebiasaan kesehatan yang baik dan untuk mempertahankan fungsi individu secara
optimal.
Aktivitas atau kegiatan yang dapat dilaksanakan antara lain sebagai berikut:
1.      Melakukan program pendidikan di rumah sakit, misalnya perawatan ibu hamil, program
melarang atau menghindari rokok, seminar mengurangi atau mencegah stress.
2.      Program umum dan dasar yang dapat meningkatkan gaya hidup sehat, misalnya melakukan
senam aerobik, berenang atau program kebugaran.
3.      Memberikan informasi tentang kesehatan, makanan yang sehat, olahraga, dan lingkungan yang
sehat melalui liflet, media masa atau media elektronik.
4.      Menyediakan pelayanan keperawatan yang dapat menjamin kesehatan ibu hamil dan kelahiran
bayinya dengan sehat.
5.      Membantu tumbuh kembang bayi dan balita.
6.      Memberikan imunisasi.
7.      Melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi tekanan darah tinggi, kadar kolesterol dan kanker.
8.      Melakukan konseling mengenai pencegahan akibat kekurangan nutrisi dan penghentian rokok.
Peran perawat dalam upaya peningkatan kesehatan meliputi hal-hal berikut:
1.      Bertindak sebagai model peran dalam berperilaku serta bergaya hidup sehat.
2.      Mengajarkan klien tentang strategi keperawatan dan usaha meningkatkan kesehatan, misalnya
dengan cara perbaikan gizi, pengendalian stress, usaha untuk membina hubungan yang baik
dengan sesame.
3.      Meningkatkan klien untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
4.      Menunjukkan klien cara pemecahan masalah yang tepat dan mengambil keputusan yang efektif.
5.      Menguatkan perilaku peningkatan kesehatan pribadi dan keluarga.

3.      Pemeliharaan Kesehatan ( Health Maintenance)


Kegiatan keperawatan dalam pemeliharaan kesehatan adalah kegiatan yang membantu klien
memelihara status kesehatan mereka. Perawat melakukan aktivitas untuk membantu masyarakat
mempertahankan status kesehatannya.
Tiga perkembangan pemeliharaan kesehatan:
1.   Mencoba mengidentifikasi gejala penyakit kronis sebelum penderita mengidapnya, misalnya
melakukan pemeriksaan fisik secara teratur untuk usia diatas 35 tahun.
2.   Meningkatkan ketertarikan terhadap masalah kesehatan sehubungan dengan perubahan struktur
sosial masyarakat.
3.   Ketertarikan pada faktor lingkungan sehubungan dengan penyebab penyakit karena stress.

4.      Pemeliharaan Kesehatan (Health Restoration)


Pemulihan kesehatan berarti perawat membantu pasien meningkatkan kesehatan setelah pasien
memiliki masalah kesehatan atau penyakit.

Kegiatan yang dilakukan dalam perbaikan kesehatan meliputi hal-hal berikut:


1.   Memberikan perawatan secara langsung pada individu yang sedang sakit, misalnya dengan
memberikan perawatan fisik.
2.   Memberikan perawatan pada pasien yang mengalami gangguan kesehatan mental.
3.   Melakukan diagnostik dan pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit.
4.   Merencanakan pengajaran dan rehabilitasi pada pasien-pasien tertentu, misalnya pada pasien
stroke, serangan jantung, arthritis.

5.      Perawatan Pasien Menjelang Ajal


Area praktik keperawatan ini mencakup perawat memberikan rasa nyaman dan merawat orang
dalam keadaan menjelang ajal. Kegiatan dapat dilakukan di rumah sakit, rumah, dan fasilitas
kesehatan lainnya.
Lingkup praktik keperawatan pada dasarnya sangat berkaitan dengan kompetensi lulusan
pendidikan professional keperawatan yang diharapkan mampu berperan atau mengemban fungsi
perawat professional baik sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik, pengelola, maupun
peneliti.
2.5 Nilai-nilai professional dalam praktik keperawatan
Nilai Intelektual
Terdiri dari 3 kompenen yang sangat terkait, yaitu:
1.      Body of knowledge yang melandasi praktik profesional
2.      Pendidikan spesialisasi untuk meneruskan kelompok ilmu pengetahuan
3.      Penggunaan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif
Nilai Komitmen Moral
Perilaku perawat harus dilandasi oleh aspek moral yang meliputi hal-hal berikut.
1.      Beneficience yang berarti sebagai seorang profesional perawat harus selalu mengupayakan tiap
keputusan yang dibuat berdasarkan keinginan untuk melakukan yang terbaik dan tidak
merugikan klien (Johnstone, 1994).
2.      Adil yang berarti tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, sosial budaya,
keadaan ekonomi, dan sebagainya tetapi memperlakukan klien sebagai individu yang
memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki
3.      Fidelity yang berarti bahwa perilaku caring, selalu berusaha mmenepati janji, memberikan
harapan yang memadai, memiliki komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual
klien.
            Otonomi, Kendali, dan Tanggung Gugat
            Otonomi berarti kebebasan dan kewenangan melakukan tindakan secara mandiri, kendali
mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau orang dan tanggung
gugat berarti bertanggung jawab terhadap tindakan yang telah dilakukan.
2.5 Ruang Lingkup Praktek Keperawatan Profesional
Sejak disepakatinya keperawatan sebagai profesi (Januari 1983) , serta ditumbuhkannya
pedidikan keperawatan pada jenjang pendidikan tinggi ( Program DIII Keperawatan pada tahun
1984 dan program pendidikan Sarjana Keperawatan pada tahun 1985) , serta diberlakukannya
UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan, proses registrasi dan legislasi keperawatan sebagai
bentuk pengakuan adanya kewenangan dala melaksanakan praktik keperawatan belum terwujud.
Hal ini mungkin disebabkan antara lain belum adanya pengalaman dalam memberi pengakuan
terhadap praktik keperawatan , karena belum dipahami wujud dan batasan dari praktik
keperawatan sebagai praktik professional. Demikian juga jenis dan sifat praktik keperawatan
professional yang harus dikembangkan belum diapahami dengan benar karena belum ada
pengalaman sebelumnya.
Bertolak dari keadaan yang demikian, sedangkan praktik keperawatan professional harus
dikembangkan, proses registrasi dan legislasi keperawatan sudah ada , serta dilandasi oleh
peraturan perundang undangan yang kokoh, maka dinilai perlu dilakukan pembangunan dan uji
coba (Sebagai proyek rintisan) beberapa model praktik keperawatan. Bentuk model praktik
keperawatan yang dapat dan pantas di ujicobakan dan dikembangkan di Indonesia adalah sebagai
berikut :
1.      Praktik Keperawatan di Rumah Sakit dan Puskesmas
Lingkup  cakupan dan batasan wewenang serta tanggung jawab seorang perawat professional
(ners) dalam praktik keperawatan di rumah sakit  ataupun di puskesmas dikaji. Kedudukan dan
hubungannya dengan pelayanan rumah sakit atau puskesmas secara keseluruhan dan sifat
interdependensi dengan pelayanan rumah sakit atau puskesmas dengan  pelayanan professional
lainnya yang terdapat di rumah sakit atau puskesmas. Perawat professional dengan sikap dan
kemampuan professional yang dapat diberi wewenang dan tanggung jawab melaksanakan
praktik keperawatan rumah sakit atau puskesmas , serta proses dan prosedur pencatatan dan
pemberian kewenangan , tanggung jawab melaksanakan praktik.
Melalui hasil kajian dari model keperawatan rumah sakit atau puskesmas dapat disarankan
kepada yang berwenang hal hal yang berhubungan dengan pengertian praktik keperawatan
rumah sakit atau puskesmas dan lingkup cakupannya sebagai salah satu bentuk praktik
keperawatan professional , seta proses prosedur dan registrasi dan legislasi keperawatan.
2.      Praktek Keperawatan di Rumah (Home Nursing Practice) dalam Konteks Perpanjangan
Pelayanan Rumah sakit atau Puskesmas
Dengan pola pendekatan dan pelaksanaan seperti yang diuraikan untuk praktik keperawatan
rumah sakit atau puskesmas. Pada bentuk praktik keperawatan rumah dalam kajian awalnya ,
ditekankan pada pelaksanaan pelayanan / asuhan keperawatan sebagai kelanjutan pelayanan
rumah sakit atau puskesmas. Dilakukan oleh para perawat professional pelayanan rumah sakit
atau puskesmas, atau melalui pengikutsertaan perawat professional yang melakukan praktik
keperawatan berkelompok.

3.      Praktik Keperawatan Berkelompok (Group Nursing Practice)


Dengan pola pendekatan dan pelaksanaan seperti yang diuraikan untuk praktik
keperawatan rumah sakit atau puskesmas. Beberapa perawat professional membuka praktik
keperawatan selama 24 jam kepada masyarakat yang memerlukan pelayanan / asuhan
keperawatan , mengatasii berbagai bentuk keperawatan yang dihadapi masyarakat. Bentuk
praktik keperawatan ini diperkirakan akan sangat diperlukan di masa depan , terutama jika
pandangan tentang lama rawat rumah sakit perlu dipersingkat mengingat biaya perawat rumah
sakit diperkirakan akan terus meningkat.
Praktik keperawatan berkelompok sebagai model yang akan diujicobakan memerlukan
dukungan peraturan yang berwenang sehingga baik perawatan yang melaksanakan praktik
keperawatan , maupun masyarakat yang menerima asuhan keperawatan terlindungi.
4.   Praktik Keperawatan Individu/Perorangan (Individual Nursing Practice)
Dengan pola pendekatan dan pelaksanaan yang sama seperti yang diuraikan untuk praktik
keperawatan rumah sakit atau puskesmas . Perawat professional senior dan berpengalaman
secara perorangan / sendiri membuka praktik keperawatan dalam jam praktik tertentu , memberi
pelayanan / asuhan  keperawatan khususnya konsultasi dalam keperawatan bagi masyarakat yang
memerlukannya dalam mengatasi masalah keperawatan .
Bentuk praktik yang demikian ini sangat diperlukan oleh kelompok / golongan masyarakat
yang tinggal jauh terpencil dari fasilitas pelayanan kesehatan , khususnya pelayanan keperawatan
yang dikembangkan oleh pemerintah.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pada saat ini kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
keperawatan akan terus meningkat. Masyarakat akan menuntut tersedianya pelayanan kesehatan
dan keperawatan dengan kualitas secara profesional dan dapat dipertanggungjawabka sesuai
dengan standar pelayanan keperawatan yang ditentukan. Sebagai anggota keperawatan yang
telah diakui sebagai profesi dan telah melaksanakan praktik keperawatan secara tidak langsung
melekat tanggung jawab dan tanggung gugat atas segala keputusan dan tindakannya di dalam
lingkup peran dang fungsinya sebagai perawat. Tanggung gugat pada dasarnya erupakan suatu
konsep yang esensial dari praktik keperawatan profesional dan hukum.
Untuk melindungi masyarakat terhadap tindakan kelalaian ataupun penyimpangan atau
malpraktik dan untuk melindungi tenaga keperawatan sebagai tenaga pemberi jasa pelayanan
serta sesuai dengan kepentingannya, pengaturan praktik keperawatan perlu dirumuskan dalam
tatanan perundang-undangan yang tinggi kedudukannya.
Mekanisme regristasi, sertifikasi dan lisensi merupakan proses yang diperlukan untuk
memperlakukan suatu sistem legislasi. Sistem legislasi keperawatan erupakan sistem perundang-
undangan keperawatan yang mencerminkan diberlakukannya hukum praktik keperawatan.
Seluruh sistem yang mengatur tindakan keperawatan dari tenaga keperawatan merupakan suatu
sistem regulasi keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Kozier,B., Erb,G. 1988. Concepts and Issuses in Nursing Practice. Addisoin-Wesley Publ.


Comp. Health Science Division.
Priharjo, R. 1995, Praktik Keperawatan Profesional, Concpts, Process and Hukum. EGC.
Jakarta
DAFTAR PUSTAKA

Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.

Indah. Ilmu Keperawatan Dasar 1. 2013. (Online)


available : http://indahmumpunis1keperawatan.blogspot.com/2013/01/ikd-1ilmu-keperawatan-
dasar-1-konsep.html

Udayati, Made. Praktik Keperawatan Profesional. 2011 (Online)


available : http://udayatimade.blogspot.com/2011/01/praktik-keperawatan-profesional.html
Herman. Nilai dalam Keperawatan. 2012 (Online)
available : http://nursingkeperawatan.blogspot.com/2009/11/nilai-dalam-keperawatan.html

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Etika-Keperawatan-dan-
Keperawatan-Profesional-Komprehensif.pdf?opwvc=1
Contoh soal kasus :

1. Seorang Perawat disebuah ruang rawat memberikan obat suntikan tidak


sesuai dosis yang dianjurkan dokter. Obat tersebut obat tersebut sangat
mahal dan perawat memberikan hanya setengah yang dianjurkan.
Ternyata obat tersebut akan dijual kembali sehingga menambah
pemasukan perawat.
Kasus diatas termasuk pelanggaran prinsip moral yang mana?
A. Otonomi
B. Keadilan
C. Kejujuran
D. Menghargai kehidupan

2. Tn. A adalah seorang ayah, dia meminta anda untuk melepas selang
yang dipasang pada tubuh anaknya yang berusia 15 Tahun, yang telah
koma selama 7 hari. Tn A beranggapan selang yang dipasang hamper
pada semua tubuh anaknya akan dapat mempertahankan dia akan tetap
hidup namun ternyata sebaliknya akan menambah penderitaannya.
Bagaimana sika panda sebagai perawat menghadapi keadaan seperti ini?
A. Secara pribadi, perawat tetap memegang prinsip moral untuk
menjunjung tinggi nilai kehidupan.
B. Perawat menyerahkan sepenuhnya kepada pihak keluarga
C. Perawat menyetujui keinginan pihak keluarga dan mendiskusikan
dengan dokter
D. Perawat tidak memberikan pertimbangan apa – apa.

Anda mungkin juga menyukai