KELOMPOK 4 :
IIS DIAN SAVIQOH (1911166340)
IRAWATI (1911165196)
LATIFA OKTIFANI (1911165724)
MAHDALENA (1911166520)
MELATI TRYSIANA PASARIBU (1911166586)
MERIN SEMBIRING (1911166538)
MEYSHIN ADELINA NAIBAHO (1911166577)
MUHAMMAD IQBAL (1911166481)
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan salah satu komponen profesi yang dianggap sebagai
kunci keberhasilan asuhan kesehatan di rumah sakit, Perawat dapat dikatakan
professional apabila telah memiliki kompetensi yang diharapkan yaitu kompetensi
intelektual, interpersonal dan teknikal serta berlandaskan pada etika profesi. Oleh
karena itu institusi pendidikan keperawatan yang memproduksi tenaga perawat dan
pelayanan yang menggunakan tenaga perawat ikut bertanggung jawab dalam
pembinaanya termasuk dalam pembinaan etika (Sumijatun, 2011).
Etika adalah kode perilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi
kelompok tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip perbuatan yang bisa
disebut benar. Etika berhubungan dengan peraturan atas perbuatan atau tindakan yang
mempunyai prinsip benar atau salah serta prinsip moralitas karena etika bertanggung
jawab secara moral (Wulan, 2011).
Menurut Haryono (2013) permasalahan etis yang dihadapi perawat dalam
praktik keperawatan telah menimbulkan konflik antara kebutuhan pasien dengan
harapan perawat dan falsafah. Masalah etika keperawatan pada dasarnya merupakan
masalah etika kesehatan, dalam hal ini di kenal dengan istilah masalah etika biomedis
dan bioetis yang mengandung arti ilmu yang mempelajari masalah-masalah yang
timbul akibat kemajuan ilmu pengetahuan terutama dibidang biologi dan kedokteran.
Ketidakpuasan yang timbul dalam pendekatan berdasarkan prinsip etika mengarahkan
banyak perawat untuk memandang care atau asuhan sebagai fondasi dan kewajiban.
Kasus pelanggaran etik yang terjadi Mount Sinai Hospital USA, perawat terlambat
mendeteksi adanya apneu pada bayi. Akibatnya, bayi mengalami hipoksia berat ke
otak yang mengakibatkan cedera otak permanen dan cerebral palsy (Triwibowo,
2012). Kasus tersebut juga pernah terjadi di Indonesia Omnii International Hospital
karena keterlambatan pemberian pelayanan kepada salah satu pasien sehingga
keluarga pasien mengeluhkan tindakan tersebut. Dari kasus tersebut terlihat bahwa
pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan kode etik (Yani, 2009).
Perawat merupakan tenaga pelayanan kesehatan yang selalu berhadapan
langsung dengan pasien, sehingga dalam pelaksanaannya memberikan pelayanan
berupa asuhan keperawatan perawat harus senantiasa menjunjung kode etik
keperawatan dan menerapkan prinsip etik keperawatan. Kode etik sekaligus
mencegah kesalahpahaman dan konfik karena merupakan kristalisasi prilaku yang
dianggap benar menurut pendapat umum dan berdasarkan pertimbangan kepentingan
profesi, kode etik berisi prinsipprinsip etik yang dianut oleh profesi tertentu
(Triwibowo, 2010)
Menurut Potter and Perry (2005) Perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan berkewajiban berpedoman terhadap 6 prinsip etik keperawatan yaitu: 1)
otonomi (penentuan diri), 2) non malficience (tidak merugi), 3) beneficience
(melakukan hal yang baik), 4) justice (keadilan), 5) veracity (kejujuran), 6) fidelity
(menepati janji). Sedangkan menurut Marquis and Huston (2010) terdapat 7 prinsip
etik keperawatan yaitu: 1) otonomi (penentuan diri), 2) beneficience atau
paternalisme (membuat keputusan untuk orang lain), 3) utiliti
(meyakinkan/membenarkan), 4) keadilan (memperlakukan orang secara adil), 5)
vercity (berbicara jujur), 6) fidelity (menepati janji), 7) kerahasiaan (menghormati
informasi istimewa).
Menurut Purba dan Marlindawati (2010) ada 7 prinsip etik yaitu: 1) outonomy
(penentuan diri) yang merupakan hak para individu untuk mengatur kegiatan-kegiatan
mereka menurut alasan dan tujuan mereka sendiri, 2) beneficience (melakukan hal
yang baik) berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik, 3) juctice (keadilan)
dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung
prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan, 4) non malfience (tidak merugi) berarti
segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak menimbulkan bahaya/cedera secara
fisik dan psikologik, 5) veracity (kejujuran) berarti penuh dengan kebenaran, 6)
fidelity (menepati janji) dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain , 7) confidentiality (kerahasiaan) Apa yang
terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan klien.
Penerapan prinsip etik penting untuk dilakukan mengingat perawat yang dalam
melakukan asuhan keperawatan berprilaku tidak etik menimbulkan kerugian bagi
klien sebagai penerima asuhan keperawatan dapat menimbulkan injury atau bahaya
fisik seperti nyeri, kecacatan atau kematian, serta bahaya emosional seperti perasaan
tidak berdaya atau terisolasi Canadian nurses assocation (CNA, 2004). Kerugian yang
dialami klien tersebut akan menyebabkan ketidakpuasan klien yang pada akhirnya
akan berdampak pada citra dan pendapatan rumah sakit (Okpara & College, 2002).
Sebaliknya perawat yang mengetahui tentang prinsip etik dan menerapkannya dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien akan menimbulkan kepuasan kepada
klien dan mempertahankan hubungan antara perawat, klien dan petugas kesehatan
lain sehingga klien merasa yakin akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman
dan berkualitas (Malau, 2008).
Penelitian Chiovitti (2011) membahas bagaimana perawat memenuhi tanggung
jawab mereka untuk menyeimbangkan keselamatan pasien di rumah sakit (kebaikan
dan non-sifat mencelakakan) dengan pilihan pasien (otonomi) melalui teori
perlindungan memberdayakan, proses inti keseluruhan pemberdayaan pelindung dan
pertanyaan-pertanyaan reflektif yang terkait adalah sebagai lensa baru untuk
menyeimbangkan keselamatan pasien dengan pilihan perawat. kinerja berdasarkan
prinsip etik dalam memberikan asuhan keperawatan.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang kode etik keperawatan dan standard
praktik keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami defenisi kode etik.
b. Mahasiswa mampu memahami yang termasuk kedalam kode etik.
c. Mahasiswa mampu memahami standart praktik keperawatan.
d. Mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip kode etik.
e. Mahasiswa mampu memahami kelebihan dan kelemahan kode etik.
f. Mahasiswa mampu memahami hambatan kode etik.
g. Mahasiswa mampu memahami isu kode etik.
h. Mahasiswa mampu memahami aspek legal.
i. Mahasiswa mampu memahami defenisi dilema etik.
BAB II
PEMBAHASAN
Skenario
Apa yang sebaiknya saya lakukan…???
2. Ada 4 jawaban :
a. Bisa resti bisa tidak, tergantung kepribadian seksual Tn. A.
b. Bisa dari istri Tn. A yang mengidap HIV/AIDS
c. Tergantung pergaulan Tn. A, apakah suka melakukan sex bebas atau tidak.
d. Bisa saja Tn. A mengkonsumsi narkoba, bisa melalui jarum suntik atau
tetesan darah yang mengenai tangan yang sedang terluka.
3. Ada 2 jawaban :
a. Tidak berhak bila kita jelaskan kepada pasien tentang penyakitnya karena
melanggar kode etik dan standart praktik keperawatan sehingga perawat
harus merahasiakannya sesuai dengan kode etik yang berlaku.
b. Pasien berhak mengetahui penyakitnya jarena itu merupakan hak dari pasien
tersebut.
4. Ada 3 jawaban :
a. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan atau konkret.
b. Perawat harus lebih memahami tentang kode etik.
c. Memahami prinsip etika keperawatan.
5. Ada 3 tahap yang terjadi :
a. Virus masuk melalui aliran darah, sehingga membuat kondisi pasien menjadi
lemah, berat badan menurun, dan ini terjadi dalam kurun waktu 2-6 bulan.
b. HIV berkembang, penyebaran virus terjadi 5-10 tahun.
c. ODHA.
6. Ada 2 jawaban :
a. Wajib diberi tahu karena itu merupakan hak pasien.
b. Untuk diagnosa lebih diserahkan kepada dokter, silahkan keluarga atau
pasien bertanya kepada dokter, tetapi untuk kondisi pasien perawat bisa
memberitahunya.
7. Ada 6 jawaban :
a. Melanggar karena bukan haknya perawat untuk menjelaskan.
b. Untuk kondisi, perawat bisa memberitahu keluarga atau pasien..
c. Dokter tidak mengatakan diagnose kepada pasien, akan tetapi lebih ke
penkes.
d. Ketika visit, dokter tidak banyak menjelaskan, tetapi apabila keluarga atau
pasien ingin meminta penjelasan dokter, maka dokter akan menjelaskan.
e. Dokter melimpahkan kepada perawat untuk menjelaskan tentang penyakit
pasien.
f. Perawat hanya berhak menjelaskan kondisi pasien tersebut dan memberi
penkes.
11. Otonomi.
HIV/AIDS
Perawat/Klien/Keluarga
Dilema Etik
Step VI : Mandiri
b. Standar Perawatan:
Menguraikan tingkat asuhan keperawatan yang kompeten seperti yang
diperlihatkan oleh proses keperawatan yang mencakup semua tindakan penting
yang dilakukan oleh perawat dalam memberikan perawatan dan membentuk
dasar pengambilan keputusan klinik:
1. Pengkajian : Perawat mengumpulkan data kesehatan pasien.
2. Diagnosa : Perawat menganalisis data yang diperoleh melalui pengkajian
untuk menentukan diagnose.
3. Identifikasi hasil : Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan secara
individual pada pasien.
4. Perencanaan : Perawat membuat rencana perawatan yang memuat
intervensi-intervensi untukuntuk mencapai hasil yang diharapkan.
5. Implementasi : Perawat mengimplementasikan intervensi-intervensi yang
telah diidentifikasi dalam rencana perawatan.
6.Evaluasi : Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap pencapaian
hasil.
e. Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun
harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi
yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran
merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klie memiliki otonomi
sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.
f. Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan
meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki
komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari apa yang telah di uraikan di atas, bisa di tarik suatu kesimpulan
bahwa untuk mencapai pelayanan yang efektif maka perawat, dokter dan tim
kesehatan harus saling bekerjasama. Tidak ada kelompok yang dapat menyatakan
lebih berkuasa diatas yang lainnya. Masing-masing profesi memiliki kompetensi
profesional yang berbeda sehingga ketika digabungkan dapat menjadi kekuatan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Banyaknya faktor yang berpengaruh
seperti kerjasama, sikap saling menerima, berbagi tanggung jawab, komunikasi
efektif sangat menentukan bagaimana suatu tim berfungsi. Penangananan
masalah yang efektif dan cepat dalam mengatasi masalah antara anggota tim
kesehatan dapat memfasilitasi terselenggaranya pelayanan pasien yang
berkualitas.
B. Saran
Kode etik keperawatan bukan hanya sebagai syarat administratif ,tetapi
juga berfungsi sebagai landasan bagi perawat dalam menjalankan profesinya.
Untuk itu setiap perawat diharapkan dapat benar-benar mengetahui dan mengerti
tentang kode etiknya serta fungsi dan juga tujuan dari dibentuknya koe etik ini
agar perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan lebih baik dan
profesional sesuai dengan kode etiknya.
Agar seorang perawat memiliki etika yang baik,diperlukan pembelajaran
etika keperawatan secara dini.