Anda di halaman 1dari 28

Manajemen Keperawatan

Kasus Pelanggaran
Kode Etik
Kelompok 1, 2, 3
Kelas A21.2
Anggota Kelompok 1

1. Alfina Shafira D. (22020121130085)


2. Erikka Dyah W. T. (22020121120026)
3. Emalia Kartika (22020121140189)
4. Muhamad Iqbal A. (22020121130104)
Perawat dan Perawat dan
5.KlienNur Fatimah R. F.Masyarakat
(22020121130093)
6. Vania Kaisah N. (22020121140193)
Perawat dan Perawat dan
Praktik Teman
Sejawat
Anggota Kelompok 2

1. Amara Puteri K. (22020121140199)


2. Anugrah C. R. (22020121130096)
3. Fisca Meita L. (22020121130097)
4. Laela Nur Rohmah (22020121140172)
Perawat dan Perawat dan
5.KlienShabirah Mila N. Masyarakat
(22020121130083)
6. Yasmin Tsabitah N. (22020121140193)
Perawat dan Perawat dan
Praktik Teman
Sejawat
Anggota Kelompok 3

1. Arlista Eka Setiani (22020121100019)


2. Layla Nur Fatihah (22020121130098)
3. Marsha Andiena Z. (22020121140192)
4. Nur’aini Zahra (22020121140201)
Perawat dan Perawat dan
5.KlienSyifa Nur Azizah Masyarakat
(22020121130100)
6. Yulia Nanda D. P. (22020121130102)
Perawat dan Perawat dan
Praktik Teman
Sejawat
Pokok Bahasan

Konsep Dilema Etik Kasus dan


Dasar Kode Analisis
Etik
Konsep Dasar
Kode Etik
Pengertian
Kode Etik
Menurut Wijono D. (1999),
kode etik merupakan asas
dan nilai yang berhubungan
erat dengan moral sehingga
bersifat normatif dan tidak Menurut PPNI (2003), Kode etik perawat
empiris, sehingga penilaian merupakan suatu pernyataan atau
dari segi etika sangat keyakinan yang mengungkapkan
memerlukan tolak ukur. kepedulian moral, nilai dan tujuan
keperawatan
Tujuan Kode Etik Keperawatan
Menurut Hasyim, dkk (2012), pada dasarnya tujuan kode
etik keperawatan adalah sebagai upaya agar perawat, dalam
menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai
dan menghormati martabat manusia.

1. Kode etik keperawatan merupakan dasar dalam


mengatur hubungan antar perawat, klien, teman sebaya,
masyarakat, dan unsur profesi;
2. Menjadi standar untuk mengatasi masalah yang
dilakukan oleh praktisi keperawatan;
3. Untuk mendukung profesi perawat yang dalam
menjalankan tugasnya diperlakukan secara tidak adil
oleh institusi maupun masyarakat;
4. Sebagai dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan
keperawatan;
5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat akan
pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas
praktek keperawatan.
Kode Etik Keperawatan
di Indonesia
Kode etik perawat nasional Indonesia merupakan aturan yang berlaku untuk seorang
perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas sebagai seorang perawat. Untuk
menghindari terjadinya sebuah pelanggaran, perawat diharuskan berpegang teguh
terhadap kode etik yang ada. Kode etik keperawatan Indonesia menurut PPNI di antaranya:

Perawat dan Perawat dan Perawat dan


Klien Masyarakat Profesi

Perawat dan Perawat dan


Praktik Teman
Sejawat
Kode Etik Keperawatan
Internasional
Kode etik keperawatan yang dirumuskan oleh ICN diadopsi oleh kode etik keperawatan
hampir seluruh negara di dunia. Rumusan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perawat melaksanakan pelayanan dengan menghargai hakikat manusia dan keunikan
klien, tidak membedakan sosial ekonomi, keadaan pribadi, atau hakikat masalah
kesehatan;
2. Perawat menyelamatkan hak klien dengan memelihara hak klien;
3. Perawat menyelamatkan klien atau masyarakat bila asuhan dan keamanan kesehatan
klien dijamah oleh orang yang tidak berwenang, tidak sesuai etik, atau tidak resmi;
4. Perawat bertanggung jawab atas kegiatan dan pertimbangan keperawatan kepada
seseorang;
5. Perawat membina kompetensi keperawatan;
6. Perawat menggunakan pertimbangan akan kualifikasi kompetensi orang yang akan
diminta konsultasi atau diberi tanggung jawab dan menerima delegasi tugas;
7. Perawat turut serta dalam usaha profesi untuk mengadakan dan membina keadaan

tugas tenaga kerja yang memungkinkan untuk mencapai kualitas keperawatan yang

tinggi;
8. Perawat turut serta dalam kegiatan pengembangan profesi ilmu pengetahuan;
9. Perawat turut serta dalam usaha profesi untuk melindungi umum dari informasi yang

salah dan penyajian yang salah untuk memelihara integrasi keperawatan;
10. Perawat berkolaborasi dengan anggota profesi kesehatan dan warga lain dalam
meningkatkan usaha nasional dan masyarakat untuk memperoleh kebutuhan
kesehatan masyarakat.
Dilema Etik
Definisi Dilema Etik
Thompson & Thompson (1985)
mendefinisikan dilema etik
sebagai suatu masalah yang
sulit dimana tidak ada alternatif
penyelesaian yang memuaskan
atau suatu situasi dimana
alternatif penyelesaian yang
memuaskan dan yang tidak
memuaskan sebanding.
Dilema Etik Keperawatan
Dilema etik keperawatan merupakan suatu masalah yang muncul dalam
pemberian asuhan keperawatan yang melibatkan dua atau lebih
landasan moral suatu tindakan, akan tetapi landasan moral tersebut
tidak dapat dilakukan keduanya.

Dilema etik dapat menimbulkan dampak emosional seperti rasa marah,


takut, atau frustasi selama proses pengambilan keputusan rasional
sehingga diperlukan kemampuan interaksi dan dan komunikasi yang
baik bagi seorang perawat.
Dilema Etik yang terjadi dalam Keperawatan

Agama / Kepercayaan Hubungan Perawat dengan Klien

Perawat pasti akan bertemu beberapa dilema yang sering


dengan pasien yang memiliki muncul :
agama atau kepercayaan yang a. Berkata jujur atau tidak
berbeda selama praktik di rumah b. Kepercayaan klien
sakit. Perbedaan kepercayaan ini c. Membagi perhatian
dapat menjadikan perawat maupun d. Pemberian informasi kepada
klien memiliki cara pandang yang klien
berbeda dalam menyelesaikan
permasalahan.
Dilema Etik yang terjadi dalam Keperawatan

Pengambilan Keputusan Hubungan Perawat dengan Dokter

Agar mencapai suatu pengambilan a. Perbedaan pandangan dalam


keputusan yang etis, seorang perawat pemberian praktik pengobatan.
harus mempertimbangan pemikiran b. Konflik peran perawat.
yang rasional, bukan emosional. Misalkan, dalam suatu waktu dimana
Terkadang muncul beberapa dampak keputusan pasien untuk dipulangkan
emosional saat seorang perawat sangat bergantung pada putusan
dihadapkan dengan dilema etik, dokter, maka perawat juga bisa
misalnya frustasi, marah, hingga rasa menyatakan kapan pasien bisa pulang
takut untuk mengambil keputusan atau harus tetap tinggal di rumah sakit.
rasional mengenai masalah tersebut.
Otonomi
Otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa
seorang individu mampu berpikir logis dan
membuat keputusan. Orang dewasa dianggap
berkompeten dalam membuat, memilih, hingga
Prinsip Moral memiliki keputusan atau pilihan yang dihargai.
dalam
Penyelesaian
Dilema Etik
Keperawatan Keadilan
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk menerapkan
terapi yang sama serta adil kepada klien atau
orang lain sesuai dengan permasalahannya.
Prinsip keadilan harus menjunjung prinsip-
prinsip moral, legal, dan kemanusiaan.
Kejujuran
Prinsip veracity atau kejujuran berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran kepada
klien mengenai setiap hal yang berhubungan dengan kondisi
Prinsip Moral kesehatan klien selama menjalankan perawatan.

dalam
Penyelesaian
Dilema Etik
Kerahasiaan
Keperawatan Prinsip kerahasiaan diperlukan untuk menjaga privasi dari
seluruh informasi klien. Segala informasi yang termuat dalam
catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam proses
pengobatan klien. Setiap orang tidak dapat memperoleh
informasi klien, kecuali apabila diizinkan oleh klien dengan
bukti persetujuannya. Perawat harus mencegah adanya
diskusi tentang klien di luar area pelayanan
Pemecahan Dilema Etik Keperawatan
Menurut Kozier and Erb (1989), kerangka pemecahan dilema etik yaitu:

2. Identifikasi Konflik 3. Tindakan Alternatif


1. Mengembangkan
akibat Situasi terhadap Tindakan
Data Dasar
tersebut yang Dilakukan

4. Menetapkan Siapa 5. Mengidentifikasi 6. Membuat


Pembuat Keputusan Kewajiban Perawat Keputusan
Kerangka Pemecahan Dilema Etik Keperawatan
Menurut Kozier & Erb, 1989 untuk melakukan ini, perawat dapat melakukan
pengumpulan informasi sebanyak mungkin, diantaranya:
Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan keterlibatannya.
Apa tindakan yang akan diusulkan
Maksud dari tindakan yang diusulkan
Konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan.
Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut.
Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut.
Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut.
Mengidentifikasi kewajiban perawat.
Membuat keputusan.
Pembahasan
Kasus dan
Analisis
Kasus 1
Masyarakat miskin kembali mengalami perlakukan diskriminatif untuk memperoleh pelayanan kesehatan
dari rumah sakit. Di Tangerang, Aswanah dan Asmiah dua pasien pemilik Jamkesmas dan Surat
Keterangan Tidak Mampu (SKTM) mengeluhkan buruknya pelayanan RSUD Tanggerang kepada pejabat
Kemenkes. Hal ini terjadi ketika dua pasien mendaptkan informasi yang salah tentang penyakit yang
diderita. Dalam kasus Aswah dikatakan bahwa "operasi mata yang dialaminya akan buta sehingga
harus menunggu dokter ahli dari jakarta". Sedangkan Asmiah ia dirujuk ke RSCM karena RSUD
Tanggerang menyatakan bahwa "peralatan medis rumah sakit tidak lengkap dan dokter tidak mampu
mengoprasi pasien". Kedua pasien tersebut memilih untuk bungkam tetapi pembungkaman suara
pasien miskin melalui diskriminasi, pengabaian, dan mempersulit pelayanan akan memperburuk citra
pelayanan rumah sakit di indonesia.

Analisis Kasus 1
Pada kasus tersebut, seorang perawat tidak memberikan pelayanan yang baik terhadap kedua pasien
dengan melakukan diskriminatif sehingga semakin sulit untuk mendapatkan tindakan medis. Tindakan
ini melanggar salah satu kode etik keperawatan yaitu kode etik perawat dan klien karena sebagai
seorang perawat sebaiknya dapat memberikan pelayanan kesehatan yang adil terhadap semua lapisan
masyarakat dengan baik, tanpa membedakan suku, agama, warna kulit, kedudukan sosial, dan lain
sebagainya. Sehingga semua masyarakat mendapatkan pelayanan yang baik oleh tenaga kesehatan.
Kasus 2
Seorang bayi berumur satu bulan berinisial DAN meninggal dunia setelah diduga ada perawat yang
salah menyuntikkan obat kepadanya. Pasien DAN masuk ke RS untuk menjalani operasi hernia dan
harus rawat inap sebelum melakukan operasi. Malam sebelum operasi, ada seorang perawat yang
meminta izin untuk menyuntikan obat ke DAN. Setelah disuntikkan, ibu DAN terkejut melihat nama
yang tertera dalam kemasan obat tersebut. Obat yang disuntikan ke DAN merupakan obat bernama
pasien lain. Perawat membenarkan jika obat salah saat ditanya ibu DAN. Namun tanpa memberikan
penjelasan lebih lanjut, ia pergi setelah menyuntik DAN. Sang ibu segera melaporkan kejadian ini ke
dokter. Sesampainya di kamar DAN, ibu melihat anak lelakinya itu dalam kondisi tubuh membiru. Tidak
lama berselang, DAN dinyatakan meninggal dunia. Keluarga DAN akan melaporkan kasus ini ke pihak
berwajib dan tim rumah sakit juga segera melakukani investigasi

Analisis Kasus 2
Pada kasus tersebut, seorang perawat melakukan pelanggaran SOP yaitu salah memberikan obat
kepada pasien. Perawat tersebut pun tidak langsung menyadari kesalahannya sehingga yang
mengungkap kesalahan obat untuk pertama kali adalah sang ibu pasien. Hal tersebut menyebabkan
pasien meninggal dunia. Tindakan perawat ini melanggar kode etik perawat dan praktik karena diduga
melakukan malpraktik. Perawat tersebut tidak teliti dalam bekerja sehingga mutu pelayanan yang
diberikan kurang maksimal dan berakibat merugikan pasien. Seharusnya seorang perawat melakukan
praktik keperawatan dengan teliti dan sesuai dengan ketentuan dan ilmu yang didapat.
Kasus 3
Hasil survei terhadap prevalensi merokok oleh tenaga kesehatan yang dilakukan (LM3) di
Jakarta dengan hasil, dokter Puskesmas (16,4%), dokter swasta (11%) dan perawat
Puskesmas (13,5%). Berdasarkan hasil penelitian lain oleh Impriyadi (2012) diperoleh data
bahwa 53 orang dari 87 orang perawat RSUD Arifin Achmad Pekanbaru adalah perokok
aktif dengan rata-rata latar belakang pendidikan adalah Diploma III Keperawatan dimana
seharusnya mereka menunjukkan perilaku hidup sehat (tidak merokok) akan tetapi
ditemukan kenyataan sebaliknya. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada 5
orang perawat perokok didapatkan bahwa mereka tidak bisa menghentikan kebiasaan
merokok dikarenakan telah kecanduan rokok. Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat
oleh Sarna et.al (2009), menunjukkan bahwa perawat mempunyai kebiasaan merokok
terbesar yaitu sekitar 31,28%. Angka ini adalah yang terbesar dibandingkan dengan profesi
kesehatan lain seperti dokter umum 2,3%, dokter gigi 3,01%, terapis pernafasan 19,28%,
dan apoteker 3,25 %. Patelarou et. Al (2011) juga melaporkan hasil survey terhadap
mahasiswa keperawatan di negara Yunani yaitu 33% adalah perokok aktif, sampai saat ini
74% dilaporkan pernah melakukan percobaan merokok.
Analisis Kasus 3
Profesionalitas, khusus nya pada profesi keperawatan. Mengacu kepada sikap para anggota profesi
terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki dalam rangka
melakukan pekerjaannya dan penerapan kehidupan sehari-harinya sebagai role model masyarakat
dalam meningkatkan hidup sehat. Faktanya, walaupun sudah memiliki ilmu, keahlian, dan bekerja
dalam lingkup kesehatan tidak menjamin seorang perawat akan berhenti dari kebiasaan merokok.
Padahal di dalam kode etik perawat dengan masyarakat tercantum jelas bahwa perawat bertanggung
jawab dalam memprakarsai dan mendukung kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan
masyarakat. peran perawat yang utama dengan masyarakat adalah bertanggung jawab memberikan
asuhan keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat maupun yang
sakit atau yang mempunyai masalah kesehatan/keperawatan. Baik itu dirumah, sekolah, panti dan
sebagainya sesuai kebutuhan. Perawat juga berperan sebagai pendidik atau penyuluh kesehatan yang
merupakan bagian dari promosi kesehatan. Oleh sebab itu kemampuan dalam promosi kesehatan
dengan baik dan benar harus dimiliki oleh setiap perawat (Depkes,2006). Sehingga, perawat harus
memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat tentang bagaimana cara hidup yang sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh
masyarakat.
Kasus 4
Dalam video CCTV yang dibagikan, adegan perkelahian terekam dalam ruang operasi. Sementara di
dekatnya, operasi tetap berlangsung. Rekaman tersebut diduga diambil di sebuah fasilitas medis di
Kabupaten Lankao, Provinsi Henan. Perkelahian itu bermula saat dua petugas medis yang saling
melontarkan argumen berakhir dengan pertengkaran. Perawat wanita tampak menepuk kepala rekan
kerjanya yang laki-laki. Tak terima, perawat satunya membalas dengan pukulan beruntun di kepala dan
membuat rekannya terjatuh di lantai. Petugas medis lainnya kemudian mencoba melerai pertarungan
antara dua perawat itu. Sementara seorang ahli bedah tampak tidak terganggu dan meneruskan
pekerjaannya di meja operasi sendirian. Melansir dari Shanghaiist, pihak berwenang saat ini sedang
menyelidiki insiden tersebut. Menurut perwira polisi setempat, setelah pertarungan itu selesai, pasien
segera dipindahkan dari ruang operasi.

Analisis Kasus 4
Pada kasus diatas, terdapat dua orang perawat yang melanggar kode etik antara perawat dan teman
sejawat. Mereka tidak dapat menciptakan lingkungan kerja yang harmonis untuk memberikan layanan
kesehatan yang menyeluruh. Seorang perawat hendaknya memiliki hubungan yang harmonis dan baik
dengan sesama rekan kerja dan tim medis lainnya. Hal ini dimaksudkan agar seorang perawat dan
tenaga kesehatan lainnya dapat memberikan layanan kesehatan yang maksimal. Perawat dituntut untuk
dapat bekerja secara individu dan tim, oleh karena itu perawat memiliki kewajiban untuk memiliki
kemampuan berkomunikasi yang baik.
Kasus 5
Rizki yang baru berusia 14 tahun menjadi korban kecelakaan tunggal di jalan raya. Menurut keterangan
warga, saat terjatuh dari motor, kondisi tubuhnya mengalami luka yang cukup parah. Warga yang
menyaksikan kecelakaan tersebut melarikan korban ke Puskesmas Panjang yang dinilai terdekat. Saat
sampai puskesmas, korban hanya diberikan infus dan obat luka. Setelah itu Rizki dibiarkan hingga
keluarga datang pada pukul 17.00. Lisnawati mendapat informasi selama anaknya di ruang gawat
darurat puskesmas, perawat justru asyik bermain HP. Saat keluarga datang, korban sudah meninggal.
Pelayanan Puskesmas Panjang sudah sering dikeluhkan masyarakat setempat. Perawat yang bertugas
sering mengacuhkan pasien yang datang berobat. Penanganan pasien yang sakit hanya diberikan
pengobatan seadanya padahal banyak pasien yang mengidap penyakit parah. Pihak Puskesmas
Panjang Belum bisa dikonfirmasi karena tidak ada lagi petugas yang berjaga di tempat itu.

Analisis Kasus 5
Pada kasus diatas, perawat melakukan pelanggaran kode etik keperawatan yaitu kode etik keperawatan
dengan profesi. Pada kasus tersebut perawat tidak memberikan asuhan keperawatan sesuai standar
pendidikan dan pelayanan keperawatan. Pasien hanya diberikan penanganan infus dan obat luka
kemudian diabaikan padahal pasien tersebut baru saja mengalami kecelakan tunggal dengan luka yang
cukup parah. Kasus perawat yang mengacuhkan pasien yang datang berobat sudah sering dikeluhkan
oleh masyarakat sekitar. Seharusnya seorang perawat memberikan pelayanan keperawatan sesuai
dengan standar yang ada serta membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi
terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai