Anda di halaman 1dari 55

Moral dan etik

Focus Group 2
Denny Riandhika
Dina
Ika Sri Wariyastuti
Norita Margaretta Theresia Sinurat
Sisca Yunita Eka Futry
Rana Jumana
Visya Septiana
Etika dan Kode Etik Keperawatan
Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia :

• Kode etik adalah norma dan asas yang diterima oleh kelompok tertentu sebagai landasan
tingkah laku
• etika mempunyai arti ilmu tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak dan kewajiban
serta moral.
Etika adalah cabang filosofi yang menguji atau memeriksa perbedaan
antara benar dan salah (De Laune, 2011)

Etika Keperawatan mengacu pada masalah etika dalam praktik


keperawatan ( Bermant, A.T, 2015)
Kode Etik Keperawatan
Kode Etik Menurut ICN (The Internasioanl
Council of Nurse)
• Kode etik ini dikembangkan pada tahun 1953 dan direvisi
pada tahun 2006 (DeLaune, 2011).
• Kode Etik dari ICN ini lebih menekankan kepada hak
asasi manusia yang didalamnya ada hak untuk hidup, hak
untuk bermartabat dan hak untuk diperlakukan dengan
hormat.Kode Etik dari ICN juga mempromosikan
lingkungan yang menghormati nilai, adat istiadat dan
kepercayaan spiritual dari setiap individu.
Lanjutan…
Kode Etik Menurut ANA ( American Nurse Associaton)

• Kode Etik yang dikeluarkan oleh ANA adalah mengenai tanggung jawab perawat
terhadap klien dan masyarakat luas (De Laune, 2011).Tanggung jawab yang dimaksud
juga mencakup menjaga privasi dan kemanan klien, meningkatkan asuhan
keperawatan, dan mengasumsikan tanggung jawab untuk setiap tindakan
keperawatan.
Kode Etik Menurut CAN ( California Nurse Associatons)

• Kode Etik ini dikembangkan pada tahun 1980 dan direvisi pada tahun 2008.Kode etik
ini digunakan sebagai panduan bagi perawatan profesional dan membantu dalam
memecahkan dilemma etik pada praktik keperawatan
KODE ETIK MENURUT PPNI
(TAHUN 2000)

Perawat dan Klien

• Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat


manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan
sosial.
• Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup
beragama dari klien.
• Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan
• Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh berwenang sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku
KODE ETIK MENURUT PPNI
( TAHUN 2000)

Perawat dan Praktik

• Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan melalui belajar terus menerus
• Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran professional yang
menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
• Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan mempertimbangkan
kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan
delegasi kepada orang lain.
• Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku
professional.

Perawat dan Masyarakat

• Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai
kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
KODE ETIK MENURUT PPNI
( TAHUN 2000)

Perawat dan Teman Sejawat

• Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan
lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh
• Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak
kompeten, tidak etis dan illegal.

Perawat dan Profesi

• Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta
menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan
• Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan
• Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja yang
kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.
TEORI MORAL
Pengertian Moral
Secara Etimologis, kata moral berasal dari kata Mos dalam bahasa Latin, bentuk jamaknya
mores yang artinya adalah tata cara atau adat istiadat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia moral adalah ajaran tentang baik dan buruk yang
diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban.

Perkembangan moral adalah proses belajar untuk mengetahui perbedaan antara salah dan
benar dan pembelajaran mengenai apa yang sebaiknya boleh atau tidak boleh dilakukan
(Berman, et.al.,2016)
TEORI MORAL
Dua teoretikus perkembangan moral yang terkemuka
adalah Lawrence Kohlberg (1969) dan Carol Gilligan
(1982).

Teori Kohlberg menekankan pada hak dan penalaran


formal, sedangkan teori Gilligan menekankan kepedulian
dan tanggung jawab.
Kerangka Moral
Menurut (Berman, et.al,. 2016) teori moral
memberi kerangka kerja yang berbeda yang dapat
digunakan perawat untuk melihat dan memperjelas
asuhan keperawatan. Perawat dapat menggunakan
teori moral untuk menyusun penjelasan dan
keputusan serta tindakan etik terhadap asuhan
keperawatan.
Tiga tipe teori moral yang dibedakan berdasarkan
penekanannya yaitu konsekuensi, prinsip dan kewajiban ,
hubungan.

Teori berbasis konsekuensi (Teleologis)

• Melihat konsekuensi tindakan untuk menilai apakah tindakan tersebut benar/ salah. Contohnya Utilitarisme memandang
tindakan baik sebagai sesuaitu yang membawa manfaat sebesar mungkin dan bahaya sekecil mungkin.

Teori berbasis prinsip (Deontologis )

• Menekankan pada hak, tugas, dan kewajiban individu. Moralitas suatu tindakan ditentukan bukan berdasarkan
konsekuensi yang ditimbulkan melainkan apakah tindakan tersebut dilakukan sesuai dengan prinsip yang objektif atau
prinsip yang adil.
Teori berbasis hubungan (Caring)

• Menekankan pada keberanian,kedermawanan, komitmen, dan pentingnya membina dan mempertahankan hubungan.
Caring adalah daya utama ddalam hubungan perawt klien dan daya untuk melindungi dan meningkatkan harga diri klien.
PRINSIP MORAL
Menurut (Berman, et.al,. 2016) prinsip moral adalah pernyataan mengenai konsep
filosofis, umum, dan luas seperti otonomi dan keadilan. Prinsip ini memberikan
dasar untuk aturan moral yang merupakan acuan spesifik untuk setiap tindakan.

1. Otonomi

• Hak untuk membuat keputusan mandiri. Dapat diterapkan jika sesorang


mempunyai kemampuan untuk menngambil kepuusan sendiri. Perawat
melibatkan klien dalam mengambil keputusan. Contoh tindakan yang tidak
memperhatikan otonomy yaitu melakukan sesuatu untuk klien tanpa
memberitahukan sebelumnya. Penghargaan tentang otonomi klien itu tercermin
dalam informed consent.
2. Nonmaleficence

• Prinsip tidak menimbulkan bahaya perlukaan baik fisik maupun


emosional. Contoh tidak menimbulkan nyeri, kecacatan atau
menimbulkan perasaan marah terisolasi dan merasa tidak berdaya.
Mencakup hal tidak membunuh, tidak menimbulkan penderitaan, tidak
menyerang atau memaksaorang lain.
3. Beneficence

• Prinsip melakukan hal yang baik dan tidak merugikan orang lain. Tidak
menimbulkan bahaya bagi orang lain. Hal mendasar dari prinsip ini
mencakup melindungi dan mempertahankan hak orang lain, mengatasi
kondisi yang berbahaya bagi orang lain, membantu klien yang tidak
mampu.
4. Justice

• Sering dianggap ketidakberpihakan atau adil. Perawat dihadapkan pada


keputusan yang menuntut keadilan.

5. Fidelity

• Patuh terhadap kesepakatan atau janji. Kewajiban perawat untuk tetap setia
pada komitmennya. Mencakup menepati janji, menyimpan rahasia, serta
caring.
6. Veracity

• Mengatakan yang sebenarnya, tidak membohongi klien. Penting saat


melakukan informed consent memberikan informasi secara terbuka sehingga
klien dapat membuat keputusan yang benar.
MASALAH MORAL DAN
ETIK KEPERAWATAN
Permasalahan Dasar Moral
Keperawatan

Kuantitas versus Kualitas Hidup

Kebebasan versus Penanganan dan Pencegahan Bahaya

Berkata Jujur versus Berkata Bohong

Keingintahuan yang bertentangan dengan falsafah agama, politik, ekonomi dan ideology

Terapi ilmiah Konvensional versus Terapi coba – coba


Permasalahan Etika Dalam Praktik Keperawatan Saat Ini

Malpraktik
• Dalam profesi kesehatan, istilah malpraktik merujuk pada kelalaian
dari seorang dokter atau perawat dalam mempergunakan tingkat
kepandaian dan ilmu pengetahuannya untuk mengobati dan merawat
klien
Negligence (Kelalaian)
• Kelalaian adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat
melanggar standar sehingga mengakibatkan cidera/kerugian orang
lain
Malpraktik
Criminal Malpractice atau Malpraktik kriminal (pidana)

• merupakan kesalahan dalam menjalankan praktek yang berkaitan dengan pelanggaran UU Hukum “pidana”
seperti: melakukan tindakan medis tanpa persetujuan klien

Civil malpractice atau Malpraktik sipil (perdata)

• apabila tidak melaksanakan kewajiban atau tidak melaksanakan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati
(ingkar janji).

Malpraktik etik

• merupakan tidakan keperawatan yang bertentangan dengan etika keperawatan, sebagaimana yang diatur dalam
kode etik keperawatan yang merupakan seperangkat standar etika, prinsip, aturan, norma yang beraku untuk
perawat
Negligence (Kelalaian)

Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang melanggar hukum atau tidak


tepat/layak. Misal: melakukan tindakan keperawatan tanpa indikasi yang
memadai/tepat.
Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat tetapi
dilaksanakan dengan tidak tepat. Misal: melakukan tindakan keperawatan dengan
menyalahi prosedur.
Nonfeasance : yaitu tidak melakukan tindakan keperawatan yang merupakan
kewajibannya. Misalnya Klien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur tapi tidak
dilakukan.
Masalah Etik Yang Sering Terjadi Dalam Pelayanan
Kesehatan/Keperawatan
Organ transplantation (transplantasi organ)

• Permenkes RI Nomor 38 Tahun 2016, pemerintah membentuk Komite Transplantasi Nasional. Agar mengatur penyelenggaraan
Transplantasi Organ yang aman, bermutu, mudah diakses, adil, efektif, efisien, dan berdasarkan kebutuhan masyarakat harus
dilaksanakan dengan mempertimbangkan norma agama, budaya, moral, dan etika

Determination of clinical death (perkiraan kematian klinis)

• Masalah etik yang sering terjadi adalah penentuan meninggalnya seseorang secara klinis. Banyak kontroversi ciri-ciri dalam menentukan
mati klinis

Quality of Life (kualitas dalam kehidupan)

• Hal ini mendasari tim kesehatan untuk mengambil keputusan etis untuk menentukan seorang klien harus mendapatkan intervensi atau
tidak
Ethical issues in treatment

• Klien menolak pengobatan atau tindakan yang direkomendasikan (refusal oftreatment)

Euthanasia

• Euthanasia merupakan masalah bioetik yang juga menjadi perdebatan utama di dunia barat yang berarti meninggal dunia dengan baik
atau bahagia
Kerangka pemecahan dilema etik
(Berman,. Et all. 2016)
Mengembangkan data dasar

Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut

Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir
atau konsekwensi tindakan tersebut

Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang tepat

Mendefinisikan kewajiban perawat

Membuat keputusan
Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan
Keputusan Etis dalam Praktek Keperawatan

Faktor Agama dan Adat-Istiadat

Faktor Sosial

Faktor legislasi dan keputusan yuridis

Faktor Dana/Keuangan

Faktor Pekerjaan
Legal Hukum Praktik
Keperawatan
Pengertian Hukum

• Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau


kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama; atau keseluruhan
peraturan tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama,
yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.
• Hukum kesehatan adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hak
dan kewajiban baik dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya
kesehatan maupun dari individu dan masyarakat yang menerima
upaya kesehatan tersebut dalam segala aspek promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif serta organisasi dan sarana.
Perawat perlu tahu tentang hukum yang mengatur prakteknya
untuk :
1. Memberikan kepastian bahwa keputusan & tindakan perawat
yang dilakukan konsisten dengan prinsip-prinsip hukum.
2. melindungi perawat dari liabilitas.
Kozier, B., Erb, Berman, Snyder.( 2016)
Fungsi hukum bagi keperawatan
1. Hukum memberikan kerangka untuk menentukan tindakan
keperawatan mana yang sesuai dengan hukum.
2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi yang lain
3. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan
keperawatan mandiri.
4. Membantu dalam mempertahankan standar praktek keperawatan
dengan meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas di
bawah hukum
Potter & Perry. (2009)
Sumber Hukum

Hukum Perundang- Hukum peraturan atau


Hukum umum
undangan hukum administratif
• Hukum yang • Pengambilan • Berasal dari
dikeluarkan oleh keputusan yang keputusan pengadilan
badan legislatif. dilakukan oleh badan yang dibuat di ruang
Menggambarkan dan administratif. Salah pengadilan saat kasus
menjelaskan batasan satu contoh hukum hukum individu
legal praktek peraturan adalah diputuskan. Contoh
keperawatan. kewajiban untuk hukum umum adalah
Undang-undang ini melaporkan tindakan informed consent dan
melindungi hak-hak keperawatan yang hak klien untuk
penyandang cacat di tidak kompeten atau menolak pengobatan.
tempat kerja, institusi tidak etis.
pendidikan, dan
dalam masyarakat.
Tipe Hukum
Potter, Perry (2009)

Huku
• Hukum yang mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran dan
kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan
mana diancam dengan hukuman yang merupakan suatu
m penderitaan atau siksaan.
• Pasal 359 KUHP tentang kewajiban untuk bertanggung jawab

Pidana secara pidana bagi tenaga kesehatan atau sarana kesehatan yang
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Huku • arti luas meliputi semua hukum privat materiil, yaitu segala
hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan
m perseorangan.
• Pasal 1365 KUH Perdata mengatur tentang kewajiban hukum
Perdat untuk mengganti kerugian yang dialami oleh pasien akibat
adanya perbuatan wanprestasi dan atau perbuatan melawan

a
hukum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
Peran Perawat Berdasarkan Hukum
Penyedia Layanan

Pegawai atau Penerima Kontrak Sebagai


Penyedia Layanan

Warga Negara
Contoh Penerapan Hukum

• a) UU No. 23/ 1992 Tentang Kesehatan yang telah diubah


menjadi UU No 36/2009 tentang Kesehatan

• b) UU No, 44/ 2009 tentang Rumah sakit

• c) UU No. 36/2014 tentang Tenaga Kesehatan


• d) Permenkes 161/2010 tentang Uji kompetensi
• e) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1239/MENKES/SK/XI/2001tentang Registrasi dan Praktek
Perawat (sebagai revisi dari SK No. 647/MENKES/SK/IV/2000)
Standar Pelayanan
• Merupakan pedoman legal bagi praktik keperawatan dan
memberi batasan minimum pelayanan keperawatan yang
dapat diterima. (Potter, Perry. 2009).
• Cara terbaik bagi perawat untuk menyelesaikan masalah
hukum tertentu yang mempengaruhi praktik keperawatan
adalah dengan mengenali standar pelayanan, kebijakan, dan
prosedur agensi tempat mereka bekerja, serta membaca
literatur keperawatan terbaru yang ada di area praktek
mereka.
TANGGUNG GUGAT PERAWAT
PENGERTIAN TANGGUNG GUGAT
(AKUNTABILITAS)

Tanggung Gugat adalah merujuk pada kemampuan perawat untuk


menjelaskan alasan tindakannya dan menjamin tindakan professional
kepada klien. ( Potter & Perry, 2013)

Tanggung Gugat adalah bertanggung jawab kepada diri sendiri dan orang
lain untuk tindakan sendiri. Dengan demikian perawat harus mampu
menjelaskan alasan dan rasionalisasi setiap tindakan yang dilakukan dan
mengakui standar yang dipegang. ( Berman, Snyder, Frandsen, 2015)
PENGERTIAN TANGGUNG GUGAT

Tanggung gugat adalah partisipasi


perawat dalam membuat suatu
keputusan dan belajar dengan
keputusan tersebut dan
konsekuensinya. ( Kozier, 2011).
STANDAR UNTUK MEMONITOR DAN
MELINDUNGI PRAKTIK KEPERAWATAN

Melindungi standar nasional untuk pendidikan berkelanjutan dan pengembangan

kurikulum di sekolah perawatan.

Memonitor penyelenggaraan edukasi

Pedoman nasional untuk menjamin keselamatan klien dan keselamatan tempat

kerja melalui praktik keperawatan yang konsisten dan efektif.

Perlindungan pembuatan keputusan etik oleh institusi pelayanan kesehatan.


TUJUAN TANGGUNG GUGAT PERAWAT

Mengevaluasi praktisi –praktisi professional baru dan mengkaji praktisi yang sudah
ada

Mempertahankan standar perawatan kesehatan.

Memberikan fasilitas refleksi professional, pemikiran etis dan pertumbuhan pribadi


sebagai bagian dari professionalism perawatan kesehatan.

Memberikan dasar untuk membuat keputusan etis.


MACAM-MACAM TANGGUNG
GUGAT
1. Contractual Liability

• tanggunggugat yang muncul karena adanya ingkar janji yaitu tidak dilaksanakannya suatu kewajiban atau dipenuhinya
hak orang lain.

2. Liability in tort

• tanggung gugat karena melawan hukum, baik dalam arti hukum yang sesungguhnya atau kesusilaan

3. Strict Liability

• tanggung gugat tanpa melakukan kesalahan. Perawat harus bertanggungjawab terhadap sesuatu yang tidak dilakukan.

Vicarious Liability

• tanggung gugat yang timbul karena kesalahan bawahannya.


PENGERTIAN REGULASI
Regulasi adalah sebuah pengaturan (KBBI). Secara lebih lengkap regulasi merupakan cara
untuk mengendalikan manusia atau masyarkat dengan suatu aturan atau pembatasan tertentu.

Regulasi keperawatan (registrasi dan praktik keperawatan) adalah kebijakan atau ketentuan
yang mengatur profesi keperawatan dalam melaksanakan tugas profesinya dan terkait dengan
kewajuban dan hak.

Regulasi merupakan proses yang terdiri dari registrasi (administrasi dan kompetensi), lisensi,
dan serifikasi. Hal ini diperlukan untuk mempertahankan identitas dan status profesi, menopang,
melaksanakan dan membina standar pendidikan keperawatan dan praktik keperawatan.
TUJUAN REGULASI
Tujuan regulasi menurut Kusnanto (2004) terbagi menjadi tujuan
umum dan tujuan khusus.
• Tujuan umum dari regulasi perawatan adalah melindungi perawat dan masyarakat
• Tujuan khususnya dari regulasi keperawatan adalah:
• Mempertahankan dan memelihara meningkatkan pelayanan kesehatan
• Menetapkan standar pelayanan keperawatan
• Menapis IPTEK keperawatan
• Menilai boleh tidaknya praktik
• Menilai kesalahan dan kelalaian
REGULASI TERKAIT KEPERAWATAN

Kode etik keperawatan Indonesia

Pedoman prilaku sebagai penjabaran kode etik keperawatan

Permenkes RI No. 17 tentang PMK Perubahan 148 tahun 2010 tentang praktik perawat

AD-ART PPNI

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan

Permenkes RI No.40 tahun 2017 tentang pengembangan jenjang karir profesional perawat klinis

Permenkes RI No. 49 tahun 2013 tentang komite keperawatan 

UU No. 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan

Kepmenkes RI No. 1239 tentang registrasi dan praktek perawat

Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Perawat Indonesia 

Standar kompetensi perawat Indonesia


Pembahasan kasus pemicu
Kasus Pemicu
• Pada suatu pertemuan yang dihadiri oleh head nurse dan nurse officer,
diangkat issue tantang hand phone.Disampaikan bahwa dari hari ke hari
perawat pelaksana di sela – sela kerja menggunakan hand phone entah
untuk keperluan apa saja.Menurut Head Nurse dan Nurse
Officer fenomena ini mengganggu untuk kedekatan intervensi atau relasi
perawat pasien.Walau sudah beberapa kali disampaikan pada perawat
pelaksana,namun belum tampak suatu perubahan.Head
Nurse dan Nurse Officer tidak tahu lagi cara menyelesaikan masalah ini.
Masalah
• Ketidakjelasan aturan mengenai penggunaan handphone saat dinas
sehingga mengganggu kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien dan
kurangnya kesadaran dalam penerapan etika keperawatan di area praktik
keperawatan
Hipotesis
• Perlunya regulasi mengenai penggunaan handphone saat jam kerja
Pembahasan Kasus
• Penggunaan telepon genggam atau handphone untuk kepentingan pribadi
oleh perawat pada jam kerja merupakan perilaku yang merugikan bagi
pasien dan rekan sejawat perawat lainnya. Sebagai suatu anggota profesi,
perawat seharusnya bersikap professional dengan mempertimbangkan
tanggung jawab dan etik dalam menjalankan tugasnya. Tidak ada peraturan
teknologi informasi yang spesifik mengatur pembatasan penggunaan
telepon genggam di rumah sakit, akan tetapi, pengendalian diri perawat
maupun tenaga kesehatan lainnya diperlukan dalam penggunaan handphone
pada saat jam kerja.
• Peraturan pembatasan penggunaan handphone di Indonesia hanya diterapkan
pada peraturan pada saat berkendara, yaitu UU No. 22 tahun 2009. Pada undang-
undang tersebut juga tidak disebutkan secara jelas tentang larangan penggunaan
handphone, hanya saja diatur bahwa pengemudi dilarang melakukan hal-hal yang
dapat mengganggu konsentrasi dalam mengemudi kendaraan, yang salah satunya
adalah menggunakan handphone. Pasal 106 ayat 1 tentang pengemudi wajib
mengendarai kendaraan dengan penuh konsentrasi. Pengertiannya wajib
mengendarai dengan penuh konsenterasi, mencakup melarang kegiatan-kegiatan
yang mengganggu konsentrasi berkendara.
• Beberapa rumah sakit di Amerika Serikat dan Kanada tidak memiliki peraturan
yang mutlak tentang larangan penggunaan telepon genggam pada rumah sakit,
jurnal yang diterbitkan tentang isu tersebut menyebutkan bahwa masalah tersebut
merupakan masalah tanggung jawab etik dari setiap profesi yang ada di rumah
sakit. Mayoritas tenaga kesehatan di Amerika serikat dan Kanada telah memiliki
kesadaran untuk tidak menggunakan handphone demi kepentingan pribadi pada
saat jam kerja. Rumah sakit QEII HSC di Halifax, Nova Scotia, Kanada
contohnya, tidak memiliki peraturan mutlak tentang larangan menggunakan
telepon genggam pada jam kerja, bahkan rumah sakit menyediakan akses WiFi
untuk pengguna smart phone, akan tetapi akses tersebut sengaja dibatasi untuk
tidak dapat mengakses media sosial. Akan tetapi, kesadaran pekerja di rumah
sakit tersebut tinggi, dan mereka tetap menjunjung tinggi profesionalisme dan
tanggung jawab pada jam kerja.
• Contoh lainnya adalah rumah sakit Jewish General Hospital (JGH), Montreal,
Quebec, Kanada. Kebijakan di rumah sakit ini menerapkan tiga zona, yaitu zona
hijau seperti pada lorong, ruang tunggu keluarga pasien, taman dan kafetaria
sebagai zona bebas menggunakan handphone. Zona selanjutnya adalah zona
kuning, dimana penggunaan handphone dibatasi hanya boleh digunakan oleh
petugas atau pegawai saja. Zona kuning ini mencakup nurse station pada ruang
rawat inap dan ruang farmasi. Zona ketiga adalah zona merah, dimana
penggunaan handphone dilarang untuk petugas, pasien maupun keluarga pasien,
yaitu pada ruang operasi, ruang x-ray, ruang gawat darurat, dan ruang perawatan
intensif.
• Beberapa rumah sakit di Indonesia telah menerapkan peraturan yang melarang
keluarga pasien maupun petugas di rumah sakit untuk mengambil foto tanpa izin
pada ruang pelayanan dan perawatan khususnya terkait dengan pelayanan dan
tindakan medis. Berikut dasar hukum atas peraturan larangan mengambil gambar
di ruang pelayanan dan perawatan rumah sakit :
• Undang-Undang Rumah Sakit Nomor 44 Tahun 2009, Pasal 29, Pasal 32 huruf i, Pasal 38
ayat (1) dan Pasal 44 ayat (1)
• Peaturan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2012, Pasal 4
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2014, Pasal 28 huruf a dan c
Solusi
• Mengingat rendahnya kesadaran petugas kesehatan, maka menurut kelompok peraturan tegas dari rumah sakit maupun dari
kementerian kesehatan tentang larangan penggunaan handphone pada saat jam kerja sangatlah diperlukan. Seperti aturan
mengenai pembagian wilayah area penggunaan hand phone yaitu :

• Area Bebas dimana merupakan area publik seperti cafetaria, tempat parkir atau tempat umum lainnya yang membolehkan
baik klien, keluarga atau tim kesehatan menggunakan hand phone secara bebas.
• Area Bebas terbatas yaitu ruang rawat, nurse station, atau tempat yang lainnya yang menyakut dengan kontak klien-perawat
dimana klien boleh menggunakan hand phone tetapi perawat tidak boleh menggunakan hand phone diarea tersebut
walaupun terkait dengan kepentingan klien, tetapi perawat masih boleh membawa hand phone disaku baju atau celananya,
• Area Terbatas, yaitu area hanya tim kesehatan tertentu yang diperbolehkan menggunakan hand phone untuk kepentingan
klien, disini klien dan keluarga tidak diperbolehkan menggunakan hand phone seperti ruangan ICU atau ruangan-ruangan
yang peka terhadap frekuensi hand phone.
• Area terlarang, yaitu baik klien ataupun tim kesehatan dilarang menggunakan hand phone sama sekali seperti di ruang
operasi.
• Selain dari aturan tersebut, kelompok juga menekankan pentingnya pendidikan moral dan etika kembali terhadap perawat.
Aturan tanpa dibarengi dengan pendidikan moral dan etika maka biasanya akan cenderung dilanggar, dan jika moral dan
etika tanpa aturan maka akan tetap berpotensi terjadi penyimpangan karena hukuman yang tidak jelas. Sehingga Aturan
yang dibuat harus dijiwai oleh moral dan etika maka akan terlaksana secara optimal.
Referensi
Berman, A. et. All. (2016). Kozier & Erb’s fundamentals of nursing : concepts, practice, and process, Tenth edition. Singapore :
Pearson
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Transplantasi Organ
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2009). Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 1. Editor : Adrina. Jakarta : Salemba Medika
Utami, N. W., dkk. (2016). Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional. Kementrian Kesehatan RI : Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
De Laune, Sue.C.2011.Fundamental of Nursing:Standards and Practice Fourth Edition.USA : Delmar.
PPNI.2000. Kode Etik Keperawatan Lambang Panji PPNI dan Ikrar Keperawatan.Jakarta: Pengurus Pusat PPNI.
KBBI. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Available at http://kbbi.web.id/pusat [diakses 17 November 2018]
Kozier, et al. ( 2011). Fundamentals of nursing: concepts, process and practice 7 th Ed. New jersey: Pearson Education.
Potter. P.A & Perry, A.G. (2013). Fundamental of Nursing: Concepts, process, and practice.8th Ed. St. Louis, MI: Elseiver
Referensi
Aspek Hukum dan Regulasi Praktik Keperawatan. (2012). Diakses pada tanggal 18 November 2018 dari
http://ridwankupra.blogspot.com/2012/09/aspek-hukum-dan-regulasi-praktik.html

Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan profesional. Jakarta: EGC

Makalah Regulasi Keprawatan. Diakses pada tanggal 18 November 2018 dari


https://www.academia.edu/17096215/Makalah_Regulasi_keperawatan

Regulasi. Diakses pada tanggal 18 November 2018 dari https://kbbi.web.id/regulasi

Regulasi Terkait Keperawatan Indonesia. Diakses pada tanggal 18 November 2018 dari
https://ppni-rsjlawang.or.id/regulasi-terkait-keperawatan-indonesia/
DAFTAR PUSTAKA

Aspek Hukum dan Regulasi Praktik Keperawatan. (2012). Diakses pada tanggal 18 November 2018 dari http://
ridwankupra.blogspot.com/2012/09/aspek-hukum-dan-regulasi-praktik.html

Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan profesional. Jakarta: EGC

Makalah Regulasi Keprawatan. Diakses pada tanggal 18 November 2018 dari https://www.academia.edu/17096215/Makalah_Regulasi_keperawatan

Regulasi. Diakses pada tanggal 18 November 2018 dari https://kbbi.web.id/regulasi

Regulasi Terkait Keperawatan Indonesia. Diakses pada tanggal 18 November 2018 dari https://ppni-rsjlawang.or.id/
regulasi-terkait-keperawatan-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai