Anda di halaman 1dari 44

Aspek Legal Keperawatan Perioperatif

Abror Shodiq

KODE ETIK KEPERAWATAN


Abror Shodiq

Praktek Keperawatan Profesional


1
BENAR Evidenced Based Practice BAIK Etis
LEGAL Sesuai standar

Arti Etis

Perawat Sebagai Profesi


PERAWAT 1. 2. 3. 4. PROFESI Knowledge Berorientasikan pelayanan Autonomi Kode Etik MITRA Masing-masing akuntabel atas tindakannya Perawat sebagai profesi harus akuntabel kepada : 1. PASIEN yg menerima pelayanannya 2. RS yg memperkerjakannya 3. PROFESINYA 4. PEMERINTAH/LEMBAGA pemberi lisensi 5. DIRI SENDIRI dan ANGGOTA TIM lainnya DOKTER

Pengertian
Etik atau ethics berasal dari bahasa Yunani : ethos = adat, kebiasaan, perilaku, atau karakter.
= Berhubungan dengan pertimbangan pembuat keputusan, benar tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada UU atau peraturan yg menegaskan hal yg harus dilakukan.

Menurut kamus Webster etik = suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Etik = ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu :
Baik dan buruk Kewajiban dan tanggung jawab

Pengertian
Keperawatan : pelayanan profesional yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan, berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif dan ditujukan kepada individu, kelompok, dan masyarakat baik sakit sehat maupun sehat.

KODE ETIK KEPERAWATAN


Bagian dari etika kesehatan yang menerapkan nilai etika terhadap bidang pemeliharaan atau pelayanan kesehatan masyarakat. Disusun dan disahkan o/ organisasi atau wadah yg membina profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode etik keperawatan di Indonesia telah disusun oleh DPP PPNI melalui Munas PPNI di Jakarta tanggal 29 Nopember 1989.
Terdiri dari 4 bab dan 16 pasal.

Keputusan Munas VI PPNI telah memberlakukan Kode Etik Keperawatan Indonesia bagi semua warga keperawatan pd tanggal 14 April 2000. Etika profesi keperawatan dikenal sebagai practice discipline perwujudannya melalui asuhan/praktek keperawatan.

KODE ETIK PERAWAT


Tingkah Laku Ber-beda2

Manusia

Pedoman : -Tepat -Bermoral

KODE ETIK PERAWAT

Perawat
Fungsi : Pelayanan Perawat akan berbuat : - Benar - Diperlukan - Menguntungkan Universal Berdasarkan kebutuhan manusia

Tujuan
Untuk menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan di antara sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan.

Cakupan Etika Profesi keperawatan


Mencakup 2 hal penting :
Kemampuan penampilan kerja
Merupakan respon terhadap tuntutan profesi lain Mengharapkan bahwa sesuatu yang dilakukan o/ tenaga keperawatan memenuhi standar pelayanan yg ditetapkan o/ keperawatan sendiri. Dinyatakan dengan kata-kata teknis

Perilaku manusiawi
Merupakan reaksi terhadap tekanan dari luar. Biasanya adalah individu atau masyarakat yang dilayani. Dinyatakan dalam bentuk kebutuhan yang ada dan nilai kehidupan manusia yg konkret.

Prinsip Etika Profesi keperawatan


Prinsip : menghargai hak dan martabat manusia, tidak akan pernah berubah Apabila menghadapi suatu situasi yang melibatkan keputusan yang bersifat etis dan moralitas, perawat hendaknya bertanya kepada dirinya sendiri :
1. Bagaimana pengaruh tindakan saya kepada pasien? 2. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap atasan dan orang-orang yang ekerja sama dengan saya? 3. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap diri saya sendiri? 4. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap profesi?

Fungsi Kode Etik Profesi keperawatan

1. 2. 3.

Fungsi Kode Etik :


Menghindari ketegangan antar manusia Memperbaiki status kehidupan Menopang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan

Prinsip moral :
Mempunyai peran yang penting dalam menentukan perilaku etis dan dalam pemecahan masalah etik. Merupakan standar umum dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk sustu sistem etik. Berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan, atau diizinkan dalam suatu keadaan. Tiga prinsip moral : autonomy, non-maleficience, dan justice

Otonomi
Berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri. Menghargai otonomi berarti menghargai manusia sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat yang mampu menentukan sesuatu bagi dirnya. Perawat harus menghargai harkat dan martabat manusia sebagai individu yang dapat memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya.

Otonomi
Contoh tindakan yang tidak memperhatikan otonomi :
1. Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka diberitahu sebelumnya. 2. Melakukan sesuatu tanpa memberi nformasi relevan yang penting diketahui klien dalam membuat suatu pilihan 3. Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat gangguan atau penyimpangan. 4. Tidak memberikan informasi yang lengkap walaupun klien menghendaki informsi tersebut. 5. Memaksa klien memberi informasi tentang hal-hal yang mereka sudah tidak bersedia menjelaskannya.

Non-maleficience
Berarti tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya/cedera bagi orang lain. Johnson (1989)menyatakan bahwa prinsip untuk tidak melukai orang lain berbeda dan lebih keras daripada prinsip untuk melakukan yang baik. Beneficience merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain. Contoh : kasus transfusi darah.

Justice (Keadilan)
Merupakan prinsip moral untuk semua individu. Tindakan yang dilakukan untuk semua orang sama Tindakan yang sama tidak selalu identik, tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi yangrelatif sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Prinsip moral ini tidak berdiri sendiri, tetapi bersifat komplementer sehingga kadang-kadang menimbulkan masalah dalam berbagai situasi.

Masalah Etik Keperawatan


Lima masalah dasar etika keperawatan :
1. Kuantitas versus kualitas hidup 2. Kebebasan versus penanganan dan pencegahan bahaya 3. Berkata secara jujur versus berkata bohong 4. Keinginan terhadap pengetahuan yang bertentangan dengan falsafah, agama, politik, ekonomi, dan ideologi 5. Terapi ilmiah konvensional dan versus terapi tidak ilmiah dan coba-coba.

Masalah Etik Keperawatan


Terdapat lima faktor yang pada umumnya harus dipertimbangkan :
1. Pernyataan dari klien yang pernah diucapkan kepada anggota keluarga, teman-temannya, dan petugas kesehatan. 2. Agama dan kepercayaan klien yang dianutnya 3. Pengaruh terhadap anggota keluarga pasien 4. Kemungkinan akibat sampingan yang tidak dikehendaki. 5. Prognosis dengan atau tanpa pengobatan.

Masalah Etik Keperawatan


1. Kuantitas versus kualitas hidup
Contoh : Seorang ibu meminta perawat untuk melepas semua slang yang dipasang pada anaknya yang berusia 14 tahun Seorang bayi yangdilahirkan dengan penyakit Sindrom Down dan beberapa cacat bawaan lainnya, untuk menyelamatkan kehidupannya perlu operasi tetapi keluarga menolak. Seorang nenek yang menderita berbagai penyakit kronis menolak makan dan minum serta tidak mau minum obat dengan alasan suapaya cepat meninggal dunia.

Masalah Etik Keperawatan


2. Kebebasan versus penanganan dan pencehagan bahaya. Contoh
Seorang nenek berusia lanjut yang menolak untuk memakai tongkat sewaktu berjalan, ia ingin berjalandengan bebas. Bapak DS yang selalu menolak anjuran perawat dan mengatakan semua itu bertentangan dengan keyakinannya.

Masalah Etik Keperawatan


3. Berkata jujur versus bohong Contoh :
Seorang perawat anestesi yang mendapati teman kerjanya menggunakan narkotika, dalam posisi ini perawat tersebut berada pada pilihan apakah akan mengatakan terbuka atau diam karena diancam akan dibuka rahasia yang dimilikinya bial melaporkan hal itu pada orang lain.

Masalah Etik Keperawatan


4. Keinginan terhadap pengetahuan yangbertentangan dengan falsafah agama, politik, ekonomi dan ideologi. Contoh :
Klien yang memilih penghapusan dosa dari pada berobat ke dokter.

5. Terapi ilmiah konvensional versus terapi tidak ilmiah dan coba-coba. Contoh :
Di Iriang Jaya masyarakat melakukan tindakan untuk mengatasi nyeri dengan daun-daunan yang safatnya gatal. Mereka percaya bahwa pada daun gatal tersebut terdapat miang yang dapat melekat danmenghilangkan rasa nyeri bila dipukul-pukulkan dibagian tubuh yang sakit.

Masalah Etika Dalam Praktek keperawatan


1. Berkata jujur 2. AIDS 3. Fertilisasi in vitro, inseminasi artifisial dan pengontrolan reproduksi. 4. Abortus 5. Eutanasia 6. Penghentian pemberian makanan, cairan dan pengobatan 7. Transplantasi organ

Masalah Etika Dalam Praktek keperawatan


1. Masalah perawat dan sejawat 2. Masalah perawat dan klien 3. Masalah perawat dan profesi kesehatan lain

Upaya Mencegah Konflik


1. Uraian tugas, tanggung jawabnya, dan wewenang yang jelas 2. Komunikasi vertikal dan horisontal 3. Adanya mekanisme penyampaian keluhan 4. Keterbukaan 5. Keadilan 6. Pengamatan atau pemantauan gairah kerja 7. Keikutsertaan semua tim kesehatan dalam mengambil keputusan 8. Bimbingan dan penyuluhan.

ETIKA KERJA DI KAMAR BEDAH

PENGERTIAN
Etika kerja = nilai-nilai atau norma tentang sikap, perilaku dan budaya yang baik dan telah disepakati oleh masing-masing kelompok profesi kamar operasi. Tujuan : agar anggota tim melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya dengan baik serta penuh kesadaran terhadap pasien/keluarga.

RUANG LINGKUP
1. 2. 3. 4. Persetujuan Operasi Tata Tertib Kamar Operasi Pencatatan dan Pelaporan Keselamatan dan keamanan kerja

1. PERSETUJUAN OPERASi
Persetujuan operasi dari pasien atau keluarga merupakan hal yang mutlak diperlukan sebelum pembedahan untuk menghindarkan tim bedah/rumah sakit dari tuntutan hukum bila ada hal-hal yang terjadi sehubungan dengan operasi yang dilakukan serta untuk melindungi pasien dari mal praktek.
1. Setiap tindakan pembedahan kecil, sedang, maupun besar harus ada persetujuan operasi secara tertulis. Persetujuan operasi ini berdasarkan ketentuan Permenkes No.585/MEN.KES/PER/1989, Perihal : Persetujuan Tindakan Medik.

b. Persetujuan operasi diperoleh dari pasien/keluarga yang bersangkutan atau perwalian yang sah menurut hukum. Izin bedah dapat diperoleh dari pasien yang bersangkutan, keluarga atau perwalian yg sah menurut hukum. b. Dalam keadaan emergency pasien tidak sadar, tidak ada keluarga/perwalian persetujuan operasi dapat diberikan oleh Direktur RS yang bersangkutan/pejabat yang berwenang.

d. Pasien harus mendapat informasi yang lengkap dan jelas tentang prosedur tindakan pembedahan yang akan dilakukan serta akibatnya. e. Persetujaun operasi merupakan dasar pertanggungjawaban yang sah bagi dokter kepada pasien/keluarga/wali/. f. Persetujuan operasi harus disimpan dalam berkas dokumen pasien/rekam medis.

2. TATA TERTIB KAMAR OPERASI


Tata tertib kamar operasi disusun dengan tujuan agar semua petugas dan anggota tim bedah memahami dan mentaati ketentuan-ketentuan yang berlaku sehingga program operasi yang direncanakan dapat berjalan dengan lancar. Tata tertib yang perlu ditaati antara lain :
a. Semua orang yang masuk kamar operasi, tanpa kecuali wajib memakai baju khusus sesuai dengan ketentuan. b. Semua petugas memahami tentang adanya ketentuan pembagian area kamar operasi dengan segala konsekuensinya dan memahami ketentuan tersebut.

c. Setiap petugas harus memahami dan melaksanakan teknik aseptik sesuai dengan peran dan fungsinya. d. Semua anggota tim harus melaksanakan jadual harian operasi yang telah dijadwalkan oleh perawat kepala kamar operasi. e. Perubahan jadwal operasi harian yang dilakukan atas indikasi kebutuhan dan kondisi pasien harus ada persetujuan antara ahli bedah dan perawat kepala kamar operasi f. Pembatalan jadual harus dijelaskan oleh ahli bedah kepada pasien/keluarganya.

g. Setiap petugas dikamar operasi harus bekerja seusia dengan uraian tugas yang diberlakukan. h. Setiap perawat di kamar operasi harus melaksanakan asuhan keperawatan perioperatif sesuai dengan peran dan fungsinya, agar dapat memberikan asuhan secara paripurna i. Setiap petugas melaksanakan pemeliharaan alat-alat dan ruangan kamar operasi dengan penuh tanggung awab dan disiplin. j. Semua tindakan yang dilakukan dan peristiwa yang terjadi selama pembedahan harus dicatat dengan teliti.

k. Anggota tim bedah mempunyai kewajiban untuk menjamin kerahasiaan informasi/data pasien yang diperoleh pada waktu pembedahan terhadap pihak yang tidak berkepentingan l. Khusus pada pasien dengan pembiusan regional (lumbal anestesi) perlu diperhatikan hal sebagai berikut :
Tim bedah harus bicara seperlunya, karena pasien dapat melihat dan mendengar keadaan sekitarnya.

m. Ahli anestesi harus menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang efek obat bius yang digunakan dan hal-hal yang harus ditaati.

3. PENCATATAN DAN PELAPORAN


Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu aspek dari suatu proses akhir dalam perioperatif yang mencerminkan pertanggungjawaban dari tim bedah dalam pelaksanaan pembedahan kepada pasien/masyarakat dan rumah sakit. Adapun pencatatan dan pelaporan tersebut meliputi :
a. Asuhan keperawatan b. Registrasi pasien kamar bedah c. Pemakaian obat-obatan, harus ditulis dengan lengkap dan jelas di formulir yang telah tersedia.

d. Peristiwa/kejadian luar biasa harus segra dilaporkan sesuai dengan sistem yang berlaku. e. Catatan kegiatan rutin f. Catatan pengiriman bahan pemeriksaan laboratoroum harus ditulis lengkap, jelas dan singkat pada formulir yang telah tersedia. g. Laporan operasi harus ditulis lengkap, jelas dan singkat oleh ahli bedah/operator h. Laporan operasi harus ditulis lengkap, jelas dan singkat oleh dokter ahli anestesi/perawat anestesi.

4. KESELAMATAN DAN KEAMANAN KERJA


Keselamatan dan keamanan kerja ditujukan kepada pasien, petugas, dan alat, meliputi hal-hal berikut :
a. Keselamatan dan keamanan pasien. Untuk menjamin keselamatan dan keamanan pasien semua anggota tim bedah meneliti kembali :
1. 2. 3. 4. 5. 6. Identitas pasien Rencana tindakan Jenis pemberian anestesi yang akan dipakai Faktor-faktor alergi Respon pasien selama perioperatif Menghindari pasien dari bahaya fisik akibat penggunaan alat/kurang teliti.

b. Keselamatan dan keamanan petugas


1. Melakukan pemeriksaan periodik sesuai ketentuan 2. Beban kerja harus sesuai dengan kemampuan dan kondisi kesehatan petugas 3. Perlu adanya keseimbangan antara kesejahteraan , penghargaan dan pendidikan berkelanjutan 4. Melakukan pembinaan secara terus menerus dalam rangka mempertahankan hasil kinerja. 5. Membina hubungan kerja sama yang baik inter dan antara profesi, dalam pencapaian tujuan tindakan pembedahan.

c. Keselamatan dan kemanan alat-alat


1. Menyediakan pedoman/manual dalam bahasa Indonesia tentang cara penggunaan alat-alat dan menggantungkannya pada alat tersebut 2. Memeriksa secara rutin kondisi alat dan memberi label khusus untuk alat yang rusak 3. Semua petugas harus memahami penggunaan alat dengan tepat 4. Melaksanakan pelatihan tentang cara penggunaan dan pemeliharaan alat secara rutin dan berkelanjutan. 5. Memeriksa setiap hari ada tidaknya kebocoran pada pipa gas medis. Pemeriksaan dilakukan oleh petugas IPSRS

6. Memeriksa alat ventilasi udara agar berfungsi dengan baik 7. Memasang simbol khusus untuk daerah rawan bahaya atau mempunyai resiko mudah terbakar 8. Menggunakan diatermi tidak boleh bersamaan dengan pemakaian obat bius ether. 9. Memeriksa alat pemadam kebakaran agar dalam keadaaaan siap pakai. 10.Pemeriksaan secara rutin alat elektro medis yang dilakukan oleh petugas IPSRS.

d. Program jaminan mutu


1. Melaksanakan evalausi pelayanan dikamar operasi melalui macam-macam audit. 2. Melakukan surveilans infeksi nosokomial secara periodik dan berkesinambungan.

Anda mungkin juga menyukai