Anda di halaman 1dari 14

Dilema Etik / Moral Pelayanan Kebidanan

PENDAHULUAN

Fungsi pengetahuan etik bagi bidan adalah memberikan bantuan yang positif bagi bidan untuk
menghindarkan dari prasangka dalam melakukan pekerjaannya. Etik memliki dimensi kode etik,
yaitu : anggota profesi & klien, anggota profesi & sistem kesehatan, anggota profesi & profesi
kesehatan, sesama anggota profesi

Kode etik merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi yang memberikan tuntunan bagi
bidan untuk melaksanakan praktek kebidanan baik yang berhubungan dengan klien, keluarga
masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya sendiri

Kode etik memiliki prinsip, yaitu :

1. Menghargai otonomi
2. Melakukan tindakan yang benar
3. Mencegah tindakan yang dapat merugikan
4. Memperlakukan manusia secara adil
5. Menjelaskan dengan benar
6. Menepati janji yang telah disepakati
7. Menjaga kerahasiaan

Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota
profesi yang bersangkutan di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di
masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi tentang
bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan tentang
apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan
tugas profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan
sehari-hari di dalam masyarakat. Kode etik memiliki tujuan, yaitu menjunjung tinggi martabat
dan citra profesi, menjaga & memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian
para anggota profesi dan meningkatkan mutu profesi
Fungsi kode etik adalah sebagai :

1. Panduan, kode etik memberi bantuan dalam memberikan panduan dengan fasilitasdalam
menjalankan pekerjaan profesional

2. Peraturan, menentukan beberapa peraturan dalam suatu kelompok profesi seperti tanggung jawab
moral, tindakan yang standar, nilai-nilai khas suatu profesi, izin profesi.

3. Disiplin, mengatur tingkah laku yang melanggar hukum dengan mengidentifikasi dan menentukan
jenis tindakan serta membuat instrument yang menjadi peraturan tetap dimana profesi berada.

4. Pelindung, melindungi masyarakat termasuk anggota masyarakat yang menerima profesi.

5. Informasi, memberikan informasi kepada masyarakat diluar profesi (Klien, kolega, pekerja, masy)
tentang standar shg profesi mendapat kepercayaan.

6. Pernyataan, menyatakan eksistensi dengan mengumumkan aspirasi kelompok ttg status profesi
dgn kehormatan moral dan otonomi

7. Negosiasi, menyediakan alat dalam negosiasi dan perdebatanantara profesi, colega, pekerjaan,
pemerintah dengan memberikan penjelasan ttg kebenaran sikap termasuk tindakan.

KODE ETIK KEBIDANAN

Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal
suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan
tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi. Kode etik bidan Indonesia
pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disyahkan dalam kongres Nasional IBI X tahun 1988,
sedang petunjuk pelaksanaannya disyahkan dalam rapat kerja Nasional (Rakernas) IBI tahun
1991, sebagai pedoman dalam berprilaku. Kode etik bidan Indonesia mengandung beberapa
kekuatan yang semuanya tertuang dalam mukadimah, tujuan dan bab

1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masy (6)


2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3)
3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2)
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3)
5. Kewajiban bidan terhadap dirinya sendiri (2)
6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2)
7. Penutup (1)

KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN DAN MASYARAKAT

1. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah


jabatabnya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan
3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat
4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatannya secara optimal

KEWAJIBAN TERHADAP TUGASNYA

1. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan
klien keluarga dan masyarakat
2. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam
mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan
atau rujukan
3. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau dipercayakan
kepadanya, kecuali diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan
kepentingan klien

KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP SEJAWAT DAN TENAGA KESEHATAN


LAINNYA

1. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi
2. Setiap tindakan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya

KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PROFESINYA

1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat
2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya
yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya

KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP DIRI SENDIRI

1. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya
dengan baik
2. Setiap bidan seyogyanya berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi

KEWAJIBAN TERHADAP PEMERINTAH, NUSA, BANGSA DAN TANAH AIR

1. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan


pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan
keluarga
2. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada
pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga

URAIAN MATERI

Etik sebagai filsafat moral, mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan
secara rasional teori yang berlaku tentang benar salah, baik buruk, yang secara umum dipakai
sebagai suatu perangkat prinsip moral yang menjadi pedoman suatu tindakan.

Bidan dihadapkan pada dilema etik  membuat keputusan dan bertindak didasarkan atas
keputusan yg dibuat berdasarkan Intuisi  mereflekasikan pada pengalamannya atau
pengalaman rekan kerjanya.

Contoh : persalinan dengan KPD  pasien menolak

Terdapat 4 prinsip etika yg umumnya digunakan dalam praktek kebidanan :

1. Autonomy : memperhatikan penguasaan diri, hak akan kebebasan & pilihan individu.

2. Beneficence : Memperhatikan peningkatan kesejahteraan klien  berbuat yg terbaik untuk


orang lain.

3. Non Malefecence : tidak menimbulkan kerugian untuk orang lain  jng membuat kerugian.

4. Justice ; memperhatikan keadilan & keuntungan

Dilema = konflik, berada di antara 2 pilihan, dua tipe konflik :

1. Konflik dalam prinsip

2. Konflik 2 prinsip

A. MASALAH – MASALAH ETIK MORAL YANG MUNGKIN TERJADI DALAM


PRAKTEK KEBIDANAN
1. Masalah Etik Moral Yang Mungkin Terjadi

Bidan harus memahami dan mengerti situasi etik moral, yaitu :

1) Untuk melakukan tindakan yang tepat dan berguna.

2) Untuk mengetahui masalah yang perlu diperhatikan

Kesulitan dalam mengatasi situasi :

1) Kerumitan situasi dan keterbatasan pengetahuan kita

2) Pengertian kita terhadap situasi sering diperbaruhi oleh kepentingan, prasangka,


dan faktor-faktor subyektif lain

Langkah-langkah penyelesaian masalah :

1) Melakukan penyelidikan yang memadai

2) Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli

3) Memperluas pandangan tentang situasi

4) Kepekaan terhadap pekerjaan

5) Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain

Masalah Etik Moral yang mungkin terjadi dalam praktek kebidanan :

1) Tuntutan bahwa etik adalah hal penting dalam kebidanan karena :

- Bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat

- Bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil

2) Untuk dapat menjalankan praktik kebidanan dengan baik dibutuhkan :


- Pengetahuan klinik yang baik

- Pengetahuan yang Up to date

- Memahami issue etik dalam pelayanan kebidanan

3) Harapan Bidan dimasa depan :

- Bidan dikatakan profesional, apabila menerapkan etika dalam menjalankan


praktik kebidanan (Daryl Koehn ,Ground of Profesional Ethis,1994)

- Dengan memahami peran bidan  tanggung jawab profesionalisme terhadap


patien atau klien akan meningkat

- Bidan berada dalam posisi baik  memfasilitasi klien dan membutuhkan


peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menerapkan dalam strategi
praktik kebidanan

B. PEMBAGIAN DILEMA / KONFLIK ETIK

Pembagian konflik etik meliputi empat hal :

• Informed Concent

• Negosiasi

• Persuasi

• Komite etik

Menurut Culver and Gert ada 4 komponen yang harus dipahami pada suatu consent atau
persetujuan :

1. Sukarela (Voluntariness)
Sukarela mengandung makna pilihan yang dibuat atas dasar sukarela tanpa ada unsur
paksaan didasari informasi dan kompetensi

2. Informasi (Information)

Jika pasien tidak tahu sulit untuk dapat mendeskripsikan keputusan. Dalam berbagai
kode etik pelayanan kesehatan bahwa informasi yang lengkap dibutuhkan agar
mampu keputusan yang tepat.

Kurangnya informasi atau diskusi tentang risiko, efek samping akan membuat klien
sulit mengambil keputusan

3. Kompetensi (Competence)

Dalam konteks consent kompetensi bermakna suatu pemahaman bahwa seseorang


membutuhkan sesuatu hal untuk mampu membuat keputusan yang tepat bahkan ada
rasa cemas dan bingung

4. Keputusan (decision)

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses, dimana merupakan persetujuan


tanpa refleksi. Pembuatan keputusan merupakan tahap terakhir proses pemberian
persetujuan.Keputusan penolakan pasien terhadap suatu tindakan harus di validasi
lagi apakah karena pasien kurang kompetensi.

1. Informed Consent

Pesetujuan yang diberikan pasien atau walinya yang berhak terhadap bidan, untuk
melakukan suatu tindakan kebidanan kepada pasien setelah memperoleh informasi
lengkap dan dipahami mengenai tindakan yang akan dilakukan. Informed consent
merupakan suatu proses. Secara hukum informed consent berlaku sejak tahun 1981 PP
No.8 tahun 1981.
Informed consent bukan hanya suatu formulir atau selembar kertas, tetapi bukti jaminan
informed consent telah terjadi. Merupakan dialog antara bidan dan pasien di dasari
keterbukaan akal pikiran, dengan bentuk birokratisasi penandatanganan formulir.
Informed consent berarti pernyataan kesediaan atau pernyataan setelah mendapat
informasi secukupnya sehingga setelah mendapat informasi sehingga yang diberi
informasi sudah cukup mengerti akan segala akibat dari tindakan yang akan dilakukan
terhadapnya sebelum ia mengambil keputusan. Berperan dalam mencegah konflik etik
tetapi tidak mengatasi masalah etik, tuntutan, pada intinya adalah bidan harus berbuat
yang terbaik bagi pasien atau klien.

a. Dimensi informed consent

1) Dimensi hukum, merupakan perlindungan terhadap bidan yang berperilaku


memaksakan kehendak, memuat :

- Keterbukaan informasi antara bidan dengan pasien

- Informasi yang diberikan harus dimengerti pasien

- Memberi kesempatan pasien untuk memperoleh yang terbaik

2) Dimensi Etik, mengandung nilai – nilai :

- Menghargai otonomi pasien

- Tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien bila diminta atau


dibutuhkan

- Bidan menggali keinginan pasien baik secara subyektif atau hasil pemikiran
rasional

b. Syarat Sahnya Perjanjian Atau Consent (KUHP 1320)

1) Adanya Kata Sepakat


Sepakat dari pihak bidan maupun klien tanpa paksaan, tipuan maupun kekeliruan
setelah diberi informasi sejelas – jelasnya.

2) Kecakapan

Artinya seseorang memiliki kecakapan memberikan persetujuan, jika orang itu


mampu melakukan tindakan hukum, dewasa dan tidak gila.

Bila pasien seorang anak, yang berhak memberikan persetujuan adalah orangtuanya,
pasien dalam keadaan sakit tidak dapat berpikir sempurna shg ia tidak dapat
memberikan persetujuan untuk dirinya sendiri, seandainya dalam keadaan terpaksa
tidak ada keluarganya dan persetujuan diberikan oleh pasien sendiri dan bidan gagal
dalam melakukan tindaknnya maka persetujuan tersebut dianggap tidak sah.

Contoh :

Bila ibu dalam keadaan inpartu mengalami kesakitan hebat, maka ia tidak dapat
berpikir dengan baik, maka persetujuan tindakan bidan dapat diberikan oleh
suaminya, bila tidak ada keluarga atau suaminya dan bidan memaksa ibu untuk
memberikan persetujuan melakukan tindakan dan pada saat pelaksanaan tindakan
tersebut gagal, maka persetujuan dianggap tidak sah.

3) Suatu Hal Tertentu

Obyek persetujuan antara bidan dan pasien harus disebutkan dengan jelas dan terinci.

Misal :

Dalam persetujuan ditulis dengan jelas identitas pasien meliputi nama, jenis kelamin,
alamat, nama suami, atau wali. Kemudian yang terpenting harus dilampirkan identitas
yang membuat persetujuan

4) Suatu Sebab Yang Halal


Isi persetujuan tidak boleh bertentangan dengan undang – undang, tata tertib,
kesusilaan, norma dan hukum

contoh :

abortus provocatus pada seorang pasien oleh bidan, meskipun mendapatkan


persetujuan si pasien dan persetujuan telah disepakati kedua belah pihak tetapi
dianggap tidak sah sehingga dapat dibatalkan demi hukum

c. Segi Hukum Informed Consent

Pernyataan dalam informed consent menyatakan kehendak kedua belah pihak, yaitu
pasien menyatakan setuju atas tindakan yang dilakukan bidan dan formulir persetujuan
ditandatangani kedua belah pihak, maka persetujuan tersebut mengikat dan tidak dapat
dibatalkan oleh salah satu pihak.

Informed consent tidak meniadakan atau mencegah diadakannya tuntutan dimuka


pengadilan atau membebaskan RS atau RB terhadap tanggungjawabnya bila ada
kelalaian. Hanya dapat digunakan sebagai bukti tertulis adan adanya izin atau persetujuan
dari pasien terhadap diadakannya tindakan.

Formulir yang ditandatangani pasien atau wali pada umumnya berbunyi segala akibat
dari tindakan akan menjadi tanggung jawab pasien sendiri dan tidak menjadi tanggung
jawab bidan atau rumah bersalin. Rumusan tersebut secara hukum tidak mempunyai
kekuatan hukum, mengingat seseorang tidak dapat membebaskan diri dari tanggung
jawabnya atas kesalahan yang belum dibuat.

d. Masalah Yang Lazim Terjadi Pada Informed Consent

Pengertian kemampuan secara hukum dari orang yang akan menjalani tindakan, serta
siapa yang berhak menandatangani.

Masalah wali yang sah. Timbul apabila pasien atauibu tidak mampu secar hukum
untuk menyatakan persetujuannya.
Masalah informasi yang diberikan, seberapa jauh informasi dianggap telah dijelaskan
dengan cukup jelas, tetapi juga tidak terlalu rinci sehingga dianggap menakut – nakuti

Dalam memberikan informasi apakah diperlukan saksi, apabila diperlukan apakah


saksi perlu menanda tanagani form yang ada. Bagaimana menentukan saksi?

Dalam keadaan darurat, misal kasus perdarahan pada bumil dan kelaurga belum bisa
dihubungi, dalam keadaan begini siapa yang berhak memberikan persetujuan, sementara
pasien perlu segera ditolong.

C. MENGHADAPI MASALAH ETIK MORAL DAN DILEMA DALAM PRAKTEK


KEBIDANAN

Menurut Daryl Koehn (1994) bidan dikataka profesional bila dapat menerapkan
etika dalam menjalankan praktik.

Bidan ada dalam posisi baik yaitu memfasilitasi pilihan klien dan membutuhkan
peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menetapkan dalam strategi praktik
kebidanan

1. Informed Choice

Informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentan


alternatif asuhan yang akan dialaminya.

Menurut kode etik kebidanan internasionl (1993) bidan harus menghormati hak
informed choice ibu dan meningkatkan penerimaan ibu tentang pilihan dalam asuhan dan
tanggungjawabnya terhadap hasil dari pilihannya

Definisi informasi dalam konteks ini meliputi : informasi yang sudah lengkap
diberikan dan dipahami ibu, tentang pemahaman resiko, manfaat, keuntungan dan
kemungkinan hasil dari tiap pilihannya.

Pilihan (choice) berbeda dengan persetujuan (consent) :


a. Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan karena berkaitan dengan
aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan
bidan

b. Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan
kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya
dan menerapkan aspek otonomi pribadi menentukan “ pilihannya” sendiri.

2. Bagaimana Pilihan Dapat Diperluas dan Menghindari Konflik

Memberi informai yang lengkap pada ibu, informasi yang jujur, tidak bias dan
dapat dipahami oleh ibu, menggunakan alternatif media ataupun yang lain, sebaiknya
tatap muka.

Bidan dan tenaga kesehatan lain perlu belajar untuk membantu ibu menggunakan
haknya dan menerima tanggungjawab keputusan yang diambil.

Hal ini dapat diterima secara etika dan menjamin bahwa tenaga kesehatan sudah
memberikan asuhan yang terbaik dan memastikan ibu sudah diberikan informsi yang
lengkap tentang dampak dari keputusan mereka

Untuk pemegang kebijakan pelayanan kesehatan perlu merencanakan,


mengembangkan sumber daya, memonitor perkembangan protokol dan petunjuk teknis
baik di tingkat daerah, propinsi untuk semua kelompok tenaga pemberi pelayanan bagi
ibu.

Menjaga fokus asuhan pada ibu dan evidence based, diharapkan konflik dapat
ditekan serendah mungkin

Tidak perlu takut akan konflik tetapi mengganggapnya sebagai sutu kesempatan
untuk saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang obyektif bermitra dengan
wanita dari sistem asuhan dan tekanan positif pada perubahan

3. Beberapa Jenis Pelayanan Yang Dapat Dipilih Klien


• Bentuk pemeriksaan ANC dan skrening laboratorium ANC

• Tempat melahirkan

• Masuk ke kamar bersalin pada tahap awal persalinan

• Di dampingi waktu melahirkan

• Metode monitor djj

• Augmentasi, stimulasi, induksi

• Mobilisasi atau posisi saat persalinan

• Pemakaian analgesia

• Episiotomi

• Pemecahan ketuban

• Penolong persalinan

• Keterlibatan suami pada waktu melahirkan

• Teknik pemberian minuman pada bayi

• Metode kontrasepsi

Anda mungkin juga menyukai