Sistematika Etika
Sebagai suatu ilmu maka etika terdiri atas berbagai macam jenis dan ragamnya antara lain:
a) Etika umum
etika umum yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi manusia
untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori teori dan prinsip prinsip
moral
b) Etika sosial / profesi
etika sosial atau profesi merupakan nilai benar salah dan baik buruk yang terkait dengan
pekerjaan profesional.
Sumber etika
a) Etika pelayanan kebidanan
1. Pelayanan kebidanan yang adil
2. Metode pemberian pelayanan kebidanan
3. Dokumentasi pelayanan kebidanan
4. Keikutsertaan suami dalam pelayanan kebidanan atau kelahiran
5. Menjaga mutu pelayanan kebidanan
6. Implementasi pelayanan kebidanan
b) Kode etik
c) Kode etik kebidanan
Kode etik profesi bidan merupakan suatu ciri profesi bidan yang bersumber dari nilai-nilai
internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif profesi
bidan yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi
Hak, kewajiban dan tanggung jawab
B) Kewajiban
1. Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara
bidan tersebut dengan rumah sakit dan sarana pelayanan dimana ia bekerja.
2. Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi
dengan menghormati hak hak pasien.
3. Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai
kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.
4. Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi oleh suami atau
keluarga.
5. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah sesuai
dengan keyakinannya.
6. Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien.
7. Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan
serta resiko yang mungkin dapat timul.
8. Bidan wajib meminta tertulis (informed consent) atas tindakan yang akan dilakukan.
9. Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.
10. Bidan wajib mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu pengetahuannya
melalui pendidikan formal atau non formal.
11. Bidan wajib bekerjasama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secara timbal
balik dalam memberikan asuhan kebidanan
3) Syarat Registrasi
a) Fotokopi ijasah bidan
b) Fotokopi transkrip nilai akademik
c) Surat keterangan sehat dari dokter
d) Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak2 (dua) lembar.
e) Sertifikat Uji kompetensi.
C. Lisensi
1) Pengertian
Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang berwenang
berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang telah teregistrasi untuk
pelayanan mandiri.
2) Tujuan
a) Tujuan umum lisensi adalah melindungi masyarakat dan pelayanan profesi.
b) Tujuan khusus lisensi adalah:
1. Memberikan kejelasan batas wewenang.
2. Menetapkan sarana dan prasarana.
Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk SlPB (Surat Ijin Praktik
Bidan). Menurut Permenkes No. 1464/ MENKES/X/2010 SIPB berlaku sepanjang STR
belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali.
Otonomi dalam pelayanan kebidanan
Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang penting dan di
tuntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa
manusia adalah pertanggung jawaban dan tanggung guguat (accountability) atas semua
tindakan yang dilakukanya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus
berbasis kopetensi dan didasari suatu evidence based. Accountability diperkuat dengan suatu
landasan hukum yang mengatur batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan.
Praktik kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya melalui:
a) Pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan
b) Pengembangan ilmu dan tekhnologi dalam kebidanan
c) Akreditasi
d) Sertifikasi
e) Registrasi
f) Uji kompetensi
g) Lisensi
Adapun Tujuan Otonomi dalam Pelayanan Kebidanan. Supaya bidan mengetahui
kewajiban otonomi dan mandiri yang sesuai dengan kewenangan yang didasari oleh undang –
undang kesehatan yang berlaku. Selain itu tujuan dari otonomi pelayanan kebidanan ini
meliputi:
a) Untuk mengkaji kebutuhan dan masalah Kesehatan
Misalnya mengumpulkan data – data dan mengidentifikasi masalah pasien pada kasus
tertentu.
b) Untuk menyusun rencana asuhan kebidanan.
Merencanakan asuhan yang akan diberikan pada pasien sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan oleh pasien tersebut.
c) Untuk mengetahui perkembangan kebidanan melalui penelitian.
Berperan sebagai anggota tim Kesehatan, Misalnya membangun komunikasi yang baik antar
tenaga kesehatan, dan menerapkan keterampilan manajemen.
d) Berperan sebagai anggota tim Kesehatan
Misalnya membangun komunikasi yang baik antar tenaga kesehatan, dan menerapkan
keterampilan manajemen.
e) Untuk melaksanakan dokumentasi kebidanan
Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan, mengidentifikasi perubahan yang terjadi
dan melakukan pendokumentasian.
1. pelayanan kebidanan;
2. pelayanan keluarga berencana;
3. pelayanan kesehatan masyarakat.
b) Pasal 15
(1) Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a ditujukan kepada ibu
dan anak.
(2) Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilan, masa
persalinan, masa nifas, menyusui dan masa antara (periode interval).
(3) Pelayanan kebidanan kepada anak diberikan pada masa bayi baru lahir, masa bayi, masa
anak balita dan masa pra sekolah.
wewenang bidan
Wewenang bidan diatur dalam Permenkes RI No. 28 tahun 2017 bagian kedua tercantum
pada pasal 18 bahwa dalam penyenggaraan praktik kebidanan, bidan memiliki kewenangan
untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan
kesehatan reproduksi serta keluarga berencana. Pasal 19 ayat (2) dan (3) Permenkes RI No.
28 Tahun 2017 menjelaskan bahwa kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa
menyusui, dan masa antara dua kehamilan. Pelayanan kesehatan ibu meliputi:
a) Konseling pada masa sebelum hamil
b) Antenatal pada kehamilan normal
c) Persalinan normal
d) Pelayanan kesehatan ibu nifas normal
e) Pelayanan kesehatan pada ibu menyusui
f) Konseling pada masa antara dua kehamilan.
b) Pasal 32
Pimpinan sarana kesehatan wajib melaporkan bidan yang melakukan praktik dan
yang berhenti melakukan praktik pada sarana kesehatannya kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada organisasi profesi.
ketentuan pidanan
Tidak Memberi Pertolongan Pertama Kepada Pasien
a) Pasal 190
ayat (1) menentukan bahwa “Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga
kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan
yang dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang
dalam keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud dalam. Pasal 32 ayat (2) atau
Pasal 85 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda
paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
b) Pada ayat (2) ditentukan bahwa dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) mengakibatkan terjadinya kecacatan atau kematian,pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan tersebut dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).