Anda di halaman 1dari 13

RPS ETIKOLEGAL

1. Konsep Etika Moral dalam memberikan pelayanan


kebidanan
 Pengertian Etika, Etiket, Moral dan Hukum
a) Pengertian etika
Menurut Bertens, etika adalah nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, arti ini bisa
dirumuskan sebagai sistem nilai. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Etika dirumuskan
dalam 3 arti yaitu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, nilai yang berkenaan dengan
akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Dalam konteks lain secara luas dinyatakan bahwa “etika” adalah aplikasi dari proses dan teori
filsafat moral terhadap kenyataan yang sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan prinsip-
prinsip dasar dan konsep yang membimbing makhluk hidup dalam berpikir dan bertindak
serta menekankan nilai-nilai mereka (Shirley R Jones- Ethics in Midwifery).
b) Pengertian etiket
Dalam bahasa Prancis,etiket adalah adat, sopan santun tata krama yg perlu di perhatikan agar
hubungan selalu baik. etiket juga berasal dari bahasa inggris yaitu etiquette yang
mengandung arti yaitu sopan santun. Menurut para ahli etiket adalah Suatu sikap seperti
sopan santun atau aturan lainnya yang mengatur hubungan antara kelompok manusia yang
beradap dalam pergaulan.
c) Moral
Moral adalah nilai nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Moral juga berarti mengenai apa yang dianggap
baik atau buruk di masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu sesuai perkembangan atau
perubahan norma atau nilai. Moralitas berasal dari bahasa latin Moralis,artinya:
1. Segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya.
2. Sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkanaan dengan baik buruknya.
d) Hukum
Hukum berhubungan erat dengan moral,hukum tidak berarti kalau tidak di jiwai oleh
moralitas,sebaliknya moral hanya sebatas hal yang abstrak saja tanpa adanya hukum.sehingga
prinsip etis ini berlaku di masyarakat maka harus di atur dengan hukum.

 Sistematika Etika
Sebagai suatu ilmu maka etika terdiri atas berbagai macam jenis dan ragamnya antara lain:
a) Etika umum
etika umum yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi manusia
untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori teori dan prinsip prinsip
moral
b) Etika sosial / profesi
etika sosial atau profesi merupakan nilai benar salah dan baik buruk yang terkait dengan
pekerjaan profesional.

2. Fungsi etika dan moralitas dalam pelayanan kebidanan


a) Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya bidan dank lien
b) Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah Tindakan yang
merugikan/membahayakan orang lain.
c) Menjaga privacy setiap individu.
d) Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya.
e) Dengan etik kita mengetahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa
alasannya.
f) Menghasilkan tindakan yang benar.
g) Mendapatkan informasi tentang hal yang sebenarnya.
h) Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara baik,
buruk, benar atau salah sesuai dengan moral yang berlaku pada umumnya.
i) Berhubungan dengan pengaturan hal-hal yang bersifat abstrak.
j) Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik.
k) Mengatur hal-hal yang bersifat praktik.
l) Mengatur tata cara pergaulan baik didalam tata tertib masyarakat maupun tata
cara didalam organisasi profesi.
m) Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yang
biasa disebut kode etik profesi.

 Sumber etika
a) Etika pelayanan kebidanan
1. Pelayanan kebidanan yang adil
2. Metode pemberian pelayanan kebidanan
3. Dokumentasi pelayanan kebidanan
4. Keikutsertaan suami dalam pelayanan kebidanan atau kelahiran
5. Menjaga mutu pelayanan kebidanan
6. Implementasi pelayanan kebidanan
b) Kode etik
c) Kode etik kebidanan
Kode etik profesi bidan merupakan suatu ciri profesi bidan yang bersumber dari nilai-nilai
internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif profesi
bidan yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi
 Hak, kewajiban dan tanggung jawab

A) Hak Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan


1. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya.
2. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setia tingkat/ jenjang
pelayanan kesehatan.
3. Bidan berhak menolak keinginan pasien/ klien dan keluarga yang bertentangan
dengan Peraturan perundangan, dank ode etik profesi
4. Bidan berhak atas privasi dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik oleh
keluarga, maupun profesilain.
5. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan
maupun pelatihan.
6. Bidan berhak atas kesempatan meningkatka jenjang kair dan jabatan yang sesuai.
7. Bidan berhak mendapt kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.

B) Kewajiban
1. Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara
bidan tersebut dengan rumah sakit dan sarana pelayanan dimana ia bekerja.
2. Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi
dengan menghormati hak hak pasien.
3. Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai
kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.
4. Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi oleh suami atau
keluarga.
5. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah sesuai
dengan keyakinannya.
6. Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien.
7. Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan
serta resiko yang mungkin dapat timul.
8. Bidan wajib meminta tertulis (informed consent) atas tindakan yang akan dilakukan.
9. Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.
10. Bidan wajib mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu pengetahuannya
melalui pendidikan formal atau non formal.
11. Bidan wajib bekerjasama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secara timbal
balik dalam memberikan asuhan kebidanan

C) Tanggung Jawab Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan


1. Menempatkan kebutuhan pasien di atas kepentingan sendiri
2. Melindungi hak pasien untuk memperoleh keamanan dan pelayanan yang berkualitas
dari bidan
3. Selalu meningkatkan pengetahuan, keahlian serta menjaga perilaku dalam
melaksanakan tugasnya
3. Kode Etik Profesi Kebidanan
Kode etik profesi bidan merupakan suatu ciri profesi bidan yang bersumber dari nilai – nilai
internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif profesi
bidan yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.
Kode etik profesi bidan juga merupakan suatu pedoman dalam tata cara dan keselarasan
dalam pelaksanaan pelayanan profesional bidan. Kode etik bidan Indonesia pertama kali
disusun tahun 1986 dan disyahkan dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia (IBI) X
tahun 1988, dan petunjuk pelaksanaannya disyahkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas)
IBI tahun 1991. Kode etik bidan Indonesia terdiri atas 7 (tujuh) bab, yang dibedakan atas
tujuh bagian:
1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat
a. Setiap bidan senatiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran,
tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat.
d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien
menghormati hak klien dan menghormati nilainilai yang berlaku di masyarakat.
e. Setiap bidan dalam menjalankan tugas senantiasa mendahulukan kepentingan
klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat
2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya
a. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga
dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
b. Setiap bidan berkewajiban memberikan pertolongan sesuai dengan kewenangan
dalam mengambil keputusan termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan
atau rujukan.
c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan dengan kepentingan klien.
3. Kewajiban Bidan Terhadap Sejawat Dan Tenaga Kesehatan Lainnya
a) Setiap bidan harus menjalin hubungan yang baik dengan teman sejawatnya untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi.
b) Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik
terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya
a) Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya
dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang
bermutu kepada masyarakat.
b) Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
a) Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas
profesinya dengan baik.
b) Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c) Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.
6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air
a) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan
ketentuan pemerintah dalam bidan kesehatan khususnya dalam pelayanan
KIA/KB dan kesehatan keluarga.
b) Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan
pemikirannya kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan
pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.
7. Penutup (1 butir). Menurut Standar Profesi Bidan 2007, terdapat beberapa pada
bagian 5, yaitu kewajiban bidan terhadap diri sendiri

4. Aspek Hukum, disiplin hukum dan peristilahan hukum


 Pengertian hukum dan keterkaitannya dgn moral dan etika
Etika, hukum dan moral merupakan the guardians (pengawal) bagi kemanusiaan.
Ketiganya mempunyai tugas dan kewenangan untuk memanusiakan manusia dan
memperadab manusia. Istilah etika yang kita gunakan sehari-hari pada hakikatnya berkaitan
dengan falsafah moral, yaitu mengenai apa yang dianggap “baik” atau “buruk” di masyarakat
dalam kurun waktu tertentu, sesuai dengan perubahan/perkembangan norma dan nilai.
Dikatakan dalam kurun waktu tertentu karena moral bisa berubah seiring waktu. Etika dan
moral senantiasa berjalan beriringan, sehingga suatu tindakan yang dinilai bermoral pasti etis
dan sesuatu yang tidak bermoral pasti dianggap tidak etis pula.
Etika dan hukum memiliki tujuan yang sama, yaitu mengatur tata tertib dan
tentramnya pergaulan hidup dalam masyarakat. Pelanggaran etik tidak selalu pelanggaran
hukum. Tetapi sebaliknya, pelanggaran hukum hampir selalu merupakan pelanggaran etik.
Etika tanpa hukum hanya merupakan pajangan belaka, bagaikan harimau tanpa taring, hanya
bisa digunakan untuk memberi teguran, nasehat bahwa suatu tindakan itu salah atau benar,
tanpa bisa berbuat lebih jauh lagi. Sebaliknya, hukum tanpa etika ibarat rumah tanpa pondasi
yang kuat.
Karena hukum ditujukan bagi masyarakat, maka bila hukum dibuat tanpa dasar etika,
artinya menganggap manusia seperti robot. Keduanya saling membutuhkan, berkaitan dan
keberadaannya tidak bisa digantikan. Misalnya, aborsi tanpa indikasi medis yang jelas,
dianggap sebagai tindakan yang melanggar etika. Etika tidak hanya ”bergerak” sebatas
member peringatan dan tuntutan, sedangkan hukum (dengan dasar etika yang jelas), bisa
member sanksi yang lebih jelas dan tegas dalam bentuk tuntutan.
 Disiplin hukum
Disiplin hukum dan keterkaitannya dengan moral dan etika, seperti yang kita ketahui
disiplin hukum suatu sistem ajaran tentang hukum. Sistem ajaran mengenai hukum sangat
erat hubungannya dengan politik hukum yang mengarah pada kebijakan-kebijakan hukum
yang berlaku dalam memberikan pelayanan kebidanan. Kebijakan tersebut dibuat atas dasar
“hukum dasar” yang mempelopori peraturan dan kebijakan yang dibuat.
Tentunya dengan segala kebijakan hukum yang ada Kita tidak bisa meninggalkan
etika dan moral yang berlaku. Kebijakan yang dibuat harus tetap memperhatikan kaidah etika
dan moral yang diakui secara umum. Tanpa etika dan moral kebijakan hukum akan menjadi
hukum yang kaku tanpa adanya dinamisasi yang harmonis dan selaras antara peraturan dan
yang menerapkan peraturan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, dalam praktik pelayanan kebidanan sistem harus sejalan dengan etika dan moral
yang berlaku agar sistem tata hukum berlaku dengan baik dan mencapai tingkat efisien dan
efektif untuk pelayan kesehatan terutama bidan.
 Macam-macam hukum
Hukum yang ada di Indonesia sangat beragam jenisnya namun hukum yang berkaitan
dengan moral dan etika seperti hukum pidana dan perdata yang mengatur hubungan antara
perseorangan dengan orang lain. Hal ini berkaitan erat karena dalam hubungan antar manusia
ada etika dan moral yang mengatur kehidupan ini agar berjalan dengan baik dan sejalan
dengan hukum yang berlaku.
Tentunya dalam kasus-kasus pelayanan kebidanan tidak lepas dari hubungan
bermasyarakat untuk selalu memperhatikan moral dan etika berprilaku dalam memberikan
pelayanan agar resiko kelalaian dalam memberikan pelayanan dapat dicegah dengan adanya
hukum yang mengatur kebijakan dalam memberikan pelayanan. Jika tidak diteraapkan maka
berlaku hukum pidana ataupun hukum perdata yang nantinya berupa tuntutan akan pelayanan
yang diberikan, apakah sesuai standar atau tidak.
Maka dari itu, dalam memberikan pelayanan harus berkiblat pada hukum yang berlaku dan
diiringi dengan etika dan moral yang menjadi pendukung kualitas pelayanan yang kita
berikan kepada masyarakat.

5. Landasan hukum dalam praktek profesi


 Aspek hukum dan keterkaitannya dgn pelayanan/praktek bidan dan kode etik
Bidan merupakan suatu profesi yang selalu mempunyai ukuran atau standar profesi
Diatur dalam KEPMENKES RI No. 369/MENKES/SK/III/2007 yang berisi mengenai latar
belakang kebidanan.
a) Pelayanan Kebidanan yaitu seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek
profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan
kesehatan keluarga dan masyarakat.
b) falsafah kebidanan yaitu bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan, manusia terdiri dari
pria dan wanita yang kemudia kedua jenis individu berpasangan membentuk keluarga
yang mempunyai anak, bidan berkeyakinan didalam dirinya bahwa semua manusia
adalah makhluk bio psiko sosio kultur dan spiritual yang unik.
c) Paradigma kebidanan yaitu berupa pandangan terhadap manusia/wanita, lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
d) Lingkup praktek kebidanan yaitu meliputi asuhan mandiri/otonomi pada anak-anak
perempuan, remaja putri, wanita dewasa. Memberikan pengawasan nasehat selama
masa hamil,bersalin, dan nifas.
e) Standar Praktek kebidanan yaitu adanya metode asuhan, pengkajian,diagnosa
kebidanan, rencana asuhan, tindakan, partisipasi klien,pengawasan, evaluasi,
dokumentasi.
f) Kode etik sutu profesi yaitu berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di
masyarakat.

 Hak-hak klien dan persetujuannya untuk bertindak


a) Hak pasien dan persetujuannya
1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dalam peraturan yang
berlaku di rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur.
3. Pasien berhak meminta atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya.
b) Kewajiban pasien
1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata
tertib rumah sakit atau institusi pelayanan Kesehatan
2. Pasien memenuhi hal-hal yang selalu disepakati atau perjanjian yang telah
dibuatnya.

 Tanggung jawab dan tanggung gugat bidan dalam praktek kebidanan


Tanggung jawab dalam praktek kebidanan:
1. Tanggung jawab bidan terhadap klien dan masyarakat
2. Tanggung jawab bidan terhadap tugasnya
3. Tanggung jawab bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya.
4. Tanggung jawab bidan terhadap profesinya
5. Tanggung jawab bidan terhadap pemerintah
Tanggung gugat dalam praktek kebidanan
1. Mal episiensi yaitu keputusan yang diambil merugikan pasien.
2. Mal praktek/lalai yaitu gagal melakukan tugas sesuai standar.

 Standar praktek kebidanan


Yaitu rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan
dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan yang menjadi
tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat
(Depkes RI, 2001: 53).

6. Aspek Legal dalam Pelayanan Kebidanan

 Aspek legal pelayanan kebidanan


1. Latar Belakang Sistem Legislasi Tenaga Bidan
Bidan merupakan profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia, memiliki
pertanggung jawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua Tindakan yang
dilakukannya, sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi
dan didasari suatu evidence based. Accountability diperkuat dengan satu landasan hukum
yang mengatur batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan. Beberapa dasar dalam
otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait dengan pelayanan kebidanan antara lain
sebagai berikut:
a) Permenkes No. 1464/MENKES/ X/2010 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan
b) PP No 36 tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
c) Kepmenkes Republik Indonesia 1144/Menkes/Per/VIII/2010 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kemenkes
d) UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
e) Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/ 2007 Tentang Standar
Profesi Bidan
f) UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
g) UU Tentang Aborsi, Adopsi, Bayi Tabung, dan Transplantasi
h) KUHAP, dan KUHP, 1981
i) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 585/Menkes/Per/IX/ 1989
Tentang Persetujuan Tindakan Medi.
j) UU yang terkait dengan Hak Reproduksi dan Keluarga Berencana
k) UU No. 10/1992 Tentang Pengembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera
l) UU No. 23/2003 Tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan di Dalam
Rumah Tangga
m) Undang-Undang Tentang Otonomi daerah

 legislasi, Registrasi dan Lisensi praktek kebidanan


A. Legislasi
1) Pengertian
Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan perangkat hukum
yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi (pengaturan kompetensi), registrasi
(pengaturan kewenangan), dan lisensi (pengaturan penyelenggaraan kewenangan).
2) Tujuan Legislasi
Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan
yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut adalah meliputi:
a) Mempertahankan kualitas pelayanan
b) Memberi kewenangan
c) Menjamin perlindungan hukum
d) Meningkatkan profesionalisme
STR (Surat Tanda Registrasi) adalah bukti Legislasi yang dikeluarkan oleh Majlis Tenaga
Kesehatan Indonesia (MTKI) atas nama Kementrian Kesehatan menyatakan bahwa bidan
berhak menjalankan pekerjaan kebidanan.
B. Registrasi
1) Pengertian
Menurut Permenkes No 1464/Menkes/X/2010, registrasi adalah proses pendaftaran,
pendokumentasian dan pengakuan terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal
kompetensi inti atau standar penampilan minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan
mental mampu melaksanakan praktik profesinya.
2) Tujuan Registrasi
a) Meningkatkan kemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat.
b) Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam penyelesaian kasus
mal praktik.
c) Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik

3) Syarat Registrasi
a) Fotokopi ijasah bidan
b) Fotokopi transkrip nilai akademik
c) Surat keterangan sehat dari dokter
d) Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak2 (dua) lembar.
e) Sertifikat Uji kompetensi.

C. Lisensi
1) Pengertian
Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang berwenang
berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang telah teregistrasi untuk
pelayanan mandiri.
2) Tujuan
a) Tujuan umum lisensi adalah melindungi masyarakat dan pelayanan profesi.
b) Tujuan khusus lisensi adalah:
1. Memberikan kejelasan batas wewenang.
2. Menetapkan sarana dan prasarana.
Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk SlPB (Surat Ijin Praktik
Bidan). Menurut Permenkes No. 1464/ MENKES/X/2010 SIPB berlaku sepanjang STR
belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali.
 Otonomi dalam pelayanan kebidanan
Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang penting dan di
tuntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa
manusia adalah pertanggung jawaban dan tanggung guguat (accountability) atas semua
tindakan yang dilakukanya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus
berbasis kopetensi dan didasari suatu evidence based. Accountability diperkuat dengan suatu
landasan hukum yang mengatur batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan.
Praktik kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya melalui:
a) Pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan
b) Pengembangan ilmu dan tekhnologi dalam kebidanan
c) Akreditasi
d) Sertifikasi
e) Registrasi
f) Uji kompetensi
g) Lisensi
Adapun Tujuan Otonomi dalam Pelayanan Kebidanan. Supaya bidan mengetahui
kewajiban otonomi dan mandiri yang sesuai dengan kewenangan yang didasari oleh undang –
undang kesehatan yang berlaku. Selain itu tujuan dari otonomi pelayanan kebidanan ini
meliputi:
a) Untuk mengkaji kebutuhan dan masalah Kesehatan
Misalnya mengumpulkan data – data dan mengidentifikasi masalah pasien pada kasus
tertentu.
b) Untuk menyusun rencana asuhan kebidanan.
Merencanakan asuhan yang akan diberikan pada pasien sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan oleh pasien tersebut.
c) Untuk mengetahui perkembangan kebidanan melalui penelitian.
Berperan sebagai anggota tim Kesehatan, Misalnya membangun komunikasi yang baik antar
tenaga kesehatan, dan menerapkan keterampilan manajemen.
d) Berperan sebagai anggota tim Kesehatan
Misalnya membangun komunikasi yang baik antar tenaga kesehatan, dan menerapkan
keterampilan manajemen.
e) Untuk melaksanakan dokumentasi kebidanan
Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan, mengidentifikasi perubahan yang terjadi
dan melakukan pendokumentasian.

7. Permenkes tentang registrasi dan praktek bidan


 Pengertian bidan
Bidan (bahasa Inggris: midwife) adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan
bidan yang diakui di negaranya dan telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi
kualifikasi untuk didaftarkan (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk
melakukan praktik bidan. Definisi ini ditetapkan melalui kongres ICM (International
Confederation of Midwives) ke-27 yang dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane
Australia.
 Pelaporan dan regostrasi
a) Pasal 2
(1) Pimpinan penyelenggaraan pendidikan bidan wajib menyampaikan laporan secara tertulis
kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi mengenai peserta didik yang baru lulus,
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah dinyatakan lulus.
(2) Bentuk dan isi laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Formulir I
terlampir.
b) Pasal 3
(1) Bidan yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi
kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi di mana institusi pendidikan berada guna
memperoleh SIB selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah menerima ijazah bidan.
 masa bakti
a) Pasal 8
Masa bakti bidan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
 praktek bidan
a) Pasal 14

Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang


meliputi:

1. pelayanan kebidanan;
2. pelayanan keluarga berencana;
3. pelayanan kesehatan masyarakat.

b) Pasal 15
(1) Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a ditujukan kepada ibu
dan anak.
(2) Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilan, masa
persalinan, masa nifas, menyusui dan masa antara (periode interval).
(3) Pelayanan kebidanan kepada anak diberikan pada masa bayi baru lahir, masa bayi, masa
anak balita dan masa pra sekolah.

 wewenang bidan
Wewenang bidan diatur dalam Permenkes RI No. 28 tahun 2017 bagian kedua tercantum
pada pasal 18 bahwa dalam penyenggaraan praktik kebidanan, bidan memiliki kewenangan
untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan
kesehatan reproduksi serta keluarga berencana. Pasal 19 ayat (2) dan (3) Permenkes RI No.
28 Tahun 2017 menjelaskan bahwa kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa
menyusui, dan masa antara dua kehamilan. Pelayanan kesehatan ibu meliputi:
a) Konseling pada masa sebelum hamil
b) Antenatal pada kehamilan normal
c) Persalinan normal
d) Pelayanan kesehatan ibu nifas normal
e) Pelayanan kesehatan pada ibu menyusui
f) Konseling pada masa antara dua kehamilan.

 pencatatan dan pelaporan


a) Pasal 27
(1) Dalam melakukan praktiknya bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai
dengan pelayanan yang diberikan.
(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan ke Puskesmas dan
tembusan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
(3) Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran IV Keputusan ini.
b) Pasal 28
(1) Pejabat yang berwenang mengeluarkan dan mencabut SIPB adalah Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(2) Dalam hal tidak ada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala
Dinas Kesehatan Propinsi dapat menunjuk pejabatlain.

 pembinaan dan pengawasan


a) Pasal 31
(1) Bidan wajib mengumpulkan sejumlah angka kredit yang besarnya ditetapkan oleh
organisasi profesi.
(2) Angka kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikumpulkan dari angka kegiatan
pendidikan dan kegiatan ilmiah dan pengabdian masyarakat.
(3) Jenis dan besarnya angka kredit dari masing-masing unsur sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan oleh organisasi profesi.
(4) Organisasi profesi mempunyai kewajiban membimbing dan mendorong para anggotanya
untuk dapat mencapai angka kredit yang ditentukan.

b) Pasal 32
Pimpinan sarana kesehatan wajib melaporkan bidan yang melakukan praktik dan
yang berhenti melakukan praktik pada sarana kesehatannya kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada organisasi profesi.
 ketentuan pidanan
Tidak Memberi Pertolongan Pertama Kepada Pasien
a) Pasal 190
ayat (1) menentukan bahwa “Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga
kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan
yang dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang
dalam keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud dalam. Pasal 32 ayat (2) atau
Pasal 85 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda
paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
b) Pada ayat (2) ditentukan bahwa dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) mengakibatkan terjadinya kecacatan atau kematian,pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan tersebut dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).

 ketentuan peralihan tentang surat penugasan dan izin praktik


a) Ketentuan Peralihan
Pasal 45
(1) Bidan yang telah mempunyai surat penugasan dan SIPB berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 572/Menkes/Per/VI/1996 tentang Registrasi dan Praktek Bidan dianggap
telah memiliki SIB dan SIPB berdasarkan ketentuan ini.
(2) SIB dan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun dan
apabila telah habis masa berlakunya dapat diperbaharui sesuai Ketentuan Keputusan ini.
b) Tentang Perizinan
Pasal 9
(1) Bidan yang menjalankan praktik harus memiliki SIPB.
(2) Bidan dapat menjalankan praktik pada sarana kesehatan dan/atau perorangan.
Pasal 10
(1) SIPB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) diperoleh dengan mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

Anda mungkin juga menyukai