Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KONSEP KEBIDANAN

ETIKOLEGAL DALAM KEBIDANAN

NAMA : MUTIARA ANDINI RUDYAN


PRODI : D3 KEBIDANAN
TINGKAT : 1
DOSEN PENGAMPU : YELTRA ARMI, S. SiT, M.Bimed
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR................................................................................................... ..2

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 3
A.Latar Belakang...................................................................................................... 3
B.Rumusan Masalah.................................................................................................. 4
C.Manfaat dan Tujuan.............................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 4
A.Definisi Bidan....................................................................................................... 4
B. Istilah Dalam Etik…………………………………………………………………………………………..5
C. Masalah etik moral…………………………………………………………………………………………..6
D. Issue etik ........................................................................................................ 7
 E.issue moral .............................................................................................. 8
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 5
A.Kesimpulan..............................................................................................................................
.............................................................................................................5
B.Saran........................................................................................................................................
.............................................................................................................6

Kata pengantar
Puji dan syukur terhadapat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
r a h m a t d a n k a r u n i a n y a k i t a d a p a t m e n y e l e s a i k a n t u g a s e ti k o l e g a l
dalam kebidanan ini.
PENDAHULUAN

Bidan merupakan suatu profesi yang mana dalam seti ap asuhan dan ti nda


kan1ang dilakukan memiliki sebuah tanggung jawab yang besar. Apabila seorang bidanmela
kukan suatu kesalahan yang dilakukanmaka ia akan mendapatkan sanksi danhuku
man yang telah ditetapkan oleh pemenkes.Dalam melakukan ti ndakanti ndakan terseb
ut selain melakukan sesuai denganstandar bidan juga harus memperhatikan norma
dan etika profesi kode etik proesi danhukum profesi dalam setiap tindakannya

Fungsi pengetahuan etik bagi bidan adalah memberikan bantuan yang positif bagi
bidan untuk menghindarkan dari prasangka dalam melakukan pekerjaannya. Etik memliki
dimensi kode etik, yaitu : anggota profesi & klien, anggota profesi & sistem kesehatan,
anggota profesi & profesi kesehatan, sesama anggota profesi

Kode etik merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi yang memberikan


tuntunan bagi bidan untuk melaksanakan praktek kebidanan baik yang berhubungan
dengan klien, keluarga masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya sendiri. Kode etik
memiliki prinsip, yaitu :

• Menghargai otonomi
• Melakukan tindakan yang benar
• Mencegah tindakan yang dapat merugikan
• Memperlakukan manusia secara adil
• Menjelaskan dengan benar
• Menepati janji yang telah disepakati
• Menjaga kerahasiaan

Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi yang bersangkutan di dalam melaksanakan tugas profesinya dan
dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi
anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan
laranganlarangan, yaitu ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat oleh
anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan juga
menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.
Kode etik memiliki tujuan, yaitu menjunjung tinggi martabat dan citra profesi, menjaga &
memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian para anggota profesi
dan meningkatkan mutu profesi

Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan
eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang
memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi. Kode etik
bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disyahkan dalam kongres
Nasional IBI X tahun 1988, sedang petunjuk pelaksanaannya disyahkan dalam rapat kerja
Nasional (Rakernas) IBI tahun 1991, sebagai pedoman dalam berprilaku.

Rumusan Masalah
Mengetahui permenkes tentang regristrasi dan praktek bidan
yang meliputi pengertian bidan pelaporan dan regristrasimasa ,aktifpraktek bidan
wewenang bidan pencatatan dan pelaporan pembinaan dan pengawasan ketentuan pidana
ketentuan peralihan tentang surat pengawasan dan ijin praktek bidan.
C.Manfaat dan Tujuan
Untuk memenuhi tugas etika profesi dalam kebidanan serta menambahwawasan mengenai 
permenkes tentang registrasi dan praktek bidan.

PEMBAHASAN
A. Definisi bidan
Bidan menurut KepMenkes RI No. 900/Menkes/SK/VII/2002 Seorang perempuan yang telah
mengikuti program pendidikan Bidan & lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
1. Untuk melakukan praktik yang bersangkutan Harus mempunyai Kualifikasi agar
mendapatkan lisensi untuk praktik (IBI) Bidan diakui sebagai seorang professional yang
bertanggung jawab dan akuntabel, bermitra dengan perempuan, praktik berdasarkan bukti.
2 Asuhan dan nasehat yang diperlukan selama kehamilan, persalinan & nifas, memfasilitasi
atas tanggung jawabnya sendiri serta memberikan asuhan kepada bayi baru lahir & anak.
3.Asuhan mencakup upaya pencegahan, mendeteksi adanya komplikasi pada ibu& anak,
memperoleh kegawatdaruratan.
4.Bidan mempunyai peran penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan saja untuk
perempuan yang bersangkutan tetpai untuk keluarga & komunitasnya.
5. Tugas mencakup ANC & persiapan menjadi orang tua serta permasalahan tertentu dari
kesehatan reproduksi perempuan, keluarga berencana & asuhan anak,
6.Dia dapat berpraktek di berbagai tempat meliputi: rumah, masyarakat,pondok bersalin.
klinik, RS atau pelayanan di tempat lainnya.

Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam
menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiannya baik atau
salah (Jones, 1994). Penyimpangan mempunyai konotasi yang negative yang berhubungan
dengan hukum. Seseorang bidan dikatakan professional bila ia mempunyai kekhususan.
Sesuai dengan peran dan fungsinya seorang bidan bertanggung jawab menolong persalinan.
Dalam hal ini bidan mempunyai hak untuk mengambil keputusan sendiri yang harus
mempunyai pengetahuan yang memadai dan harus selalu memperbaharui ilmunya dan
mengerti tentang etika yang berhubungan dengan ibu dan bayi. Derasnya arus globalisasi
yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat dunia, juga mempengaruhi
munculnya masalah/penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan teknologi/ilmu
pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Arus kesejahteraan ini tidak dapat
dibendung, pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dengan demikian
penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi juga dalam praktek kebidanan misalnya dalam
praktek mandiri, tidak seperti bidan yang bekerja di RS, RB atau institusi Kesehatan lainnya,
mempertanggungjawabkan sendiri apa yang dilakukan. Dalam hal ini bidang yang praktek
mandiri menjadi pekerja yang bebas Mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali
pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.

Istilah dalam Etik

Sebelum melihat masalah etik yang Mungkin timbul dalam pelayanan kebidanan,
maka ada baiknya dipahami beberapa Istilah berikut ini :

1. Legislasi (Lieberman, 1970) Ketetapan hukum yang mengatur hak dan kewajiban
seseorang yang berhubungan erat dengan tindakan.
2. Lisensi Pemberian izin praktek sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan yang
telah diterapkan. Tujuannya untuk membatasi pemberian wewenang dan untuk
meyakinkan klien.
3. Deontologi/Tugas Keputusan yang diambil berdasarkan keserikatan/berhubungan
dengan tugas. Dalam pengambilan keputusan, perhatian utama pada tugas.

4. Hak Keputusan berdasarkan hak seseorang yang tidak dapat diganggu. Hak berbeda
dengan keinginan, kebutuhan dan kepuasan.
5. Instusioner Keputusan diambil berdasarkan pengkajian dari dilemma etik dari kasus
per kasus. Dalam teori ini ada beberapa kewajiban dan peraturan yang sama
pentingnnya.
6. Beneficience Keputusan yang diambil harus selalu menguntungkan.
7. Mal-efecience Keputusan yang diambil merugikan pasien
8. Malpraktek/Lalaia o Gagal melakukan tugas/kewajiban kepada klien o Tidak
melaksanakan tugas sesuai dengan standar o Melakukan tindakan yang mencederai
klien o Klien cedera karena kegagalan melaksanakan tugas.
9. Malpraktek terjadi karena.
o Ceroboh o Lupa

o Gagal mengkomunikasikan

Bidan sebagai petugas Kesehatan sering berhadapan dengan masalah etik yang
berhubungan dengan hukum. Sering masalah dapat diselesaikan dengan hukum, tetapi
belum tentu dapat diselesaikan berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai etik. Banyak hal
yang bisa membawa seorang bidan berhadapan dengan masalah etik.

Masalah Etik Moral

Bidan harus memahami dan mengerti situasi etik moral, yaitu :

1) Untuk melakukan tindakan yang tepat dan berguna.


2) Untuk mengetahui masalah yang perlu diperhatikan

Kesulitan dalam mengatasi situasi :

1) Kerumitan situasi dan keterbatasan pengetahuan kita


2) Pengertian kita terhadap situasi sering diperbaruhi oleh kepentingan, prasangka, dan
faktor-faktor subyektif lain

Masalah Etik Moral yang mungkin terjadi dalam praktek kebidanan

1) Tuntutan bahwa etik adalah hal penting dalam kebidanan karena :


- Bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat
- Bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil
2) Untuk dapat menjalankan praktik kebidanan dengan baik dibutuhkan :
- Pengetahuan klinik yang baik
- Pengetahuan yang Up to date
- Memahami issue etik dalam pelayanan kebidanan 3) Harapan Bidan dimasa
depan :
- Bidan dikatakan profesional, apabila menerapkan etika dalam menjalankan
praktik kebidanan (Daryl Koehn,Ground of Profesional Ethis,1994)
- Dengan memahami peran bidan tanggung jawab profesionalisme terhadap
patien atau klien akan meningkat
- Bidan berada dalam posisi baik memfasilitasi klien dan
membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menerapkan
dalam strategi praktik kebidanan

Issue Etik Dalam Pelayanan Kebidanan

Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia
dalm menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah pernyataan itu baik
atau buruk. Issue etik dalam pelayanan kebidanan merupakan topik yang penting yang
berkembang di masyarakat tentang nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan yang
berhubungan dengan segala aspek kebidanan yang menyangkut baik dan buruknya.
Beberapa pembahasan masalah etik dalm kehidupan sehari hari adalah sebagai berikut:

1. Persetujuan dalam proses melahirkan.


2. Memilih atau mengambil keputusan dalam persalinan.
3. Kegagalan dalam proses persalinan.
4. Pelaksanan USG dalam kehamilan.
5. Konsep normal pelayanan kebidanan.
6. Bidan dan pendidikan seks.

Contoh masalah etik yang berhubungan dengan teknologi:


1. Perawatan intensif pada bayi.
2. Skreening bayi.
3. Transplantasi organ.
4. Teknik reproduksi dan kebidanan.

Contoh masalah etik yang berhubungan dengan profesi:

1. Pengambilan keputusan dan penggunaan etik.


2. Otonomi bidan dan kode etik profesional.
3. Etik dalam penelitian kebidanan.
4. Penelitian tentang masalah kebidanan yang sensitif.

Biasanyan beberapa contoh mengenai isu etik dalm pelayananan kebidanan adalah
berhubungan dengan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Agama / kepercayaan.
2. Hubungan dengan pasien.
3. Hubungan dokter dengan bidan.
4. Kebenaran.
5. Pengambilan keputusan.
6. Pengambilan data.
7. Kematian.
8. Kerahasiaan.
9. Aborsi.
10. AIDS.
11. In Vitro fertilization

Bidan dituntut untuk berprilaku hati-hati dalm setiap tindakannya dalam memberikan
asuhan kebidanan dengan menampilkan perilaku yang etis dan profesional.
Issue Moral Dalam Pelayanan Kebidanan

Moral merupakan pengetahuan atau keyakian tentang adanya hal yang baik dan
buruk yang mempengaruhi siakap seseorang.

Kesadaran tentang adanya baik buruk berkembang pada diri seseorang seiring
dengan pengaruh lingkungan, pendidikan, sosial budaya, agama, dll. Hali ini yang disebut
kesadaran moral.

Isu moral dalam pelayanan kebidanan merupakan topik yang penting yang
berhubungan dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari yang ada kaitannya
dengan pelayanan kebidanan.

Beberapa contoh isu moral dalam kehidupan sehari-hari:

1. Kasus abortus.
2. Euthanansia.
3. Keputusan untuk terminasi kehamialn.
4. Isu moral juga berhubungan dengan kejadian luar biasa dalam kehidupan sehari-hari,
seperti yang menyangkut konflik dan perang.

Dilema dan Konflik Moral

Dilema moral menurut Campbell adalah suatu keadaan dimana dihadapkan pada dua
alternative pilihan, yang kelihatannya sama atau hampir sama dan membutuhkan
pemecahan masalah.

Dilema muncul karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin, atau
pertentangan antara nilai-nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada. Ketika
mencari solusi atau pemecahan masalah harus mengingat akan tanggung jawab profesional,
yaitu:

1. Tindakan selalu ditujukan untuk peningkatan kenyamanan kesejahteraan pasien atau


klien.

2. Menjamin bahwa tidak ada tindakan yang menghilangkan sesuatu bagian [omission],
disertai ras tanggung jawab memperhatikan kondisi dan keamanan pasien atau klien.
3. Konflik moral menurut Johnson adalh bahwa konflik atau dilema pada dasarnya
sama , kenyataannya konflik berada diantara prinsip moral dan tugas yang mana
sering menyebabkan dilema.

Ada 2 tipe konflik:

1. Konflik yang berhubungan dengan prinsip.


2. Konflik yang berhubungan dengan otonomi.

Dua tipe konflik ini merupakan dua bagian yang tidak dapat dipisahkan.

Informed Choice
Pengertian Informed Choice

Pengertian informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan


penjelasan tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya. Menurut kode etik internasional
bidan yang dinyatakan oleh ICM tahun 1993 bahwa bidan harus menghormati hak wanita
setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab
terhadap hasil dari pilihannya. Definisi informasi dalam konteks ini adalah meliputi:
informasi yang lengkap sudah diberikan dan dipahami ibu, tentang pemahaman resiko,
manfaat, keuntungan, dan kemungkinan hasil dari tiap pilihannya. Hak dan keinginan wanita
harus dihormati, tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya.

Dari riwayat yang sudah lama berlangsung, petugas kesehatan termasuk bidan
sungkan baik untuk membagikan informasi maupun membuat keputusan bersama dengan
klien. Ini bertentangan dengan aspek hukum dan untuk sikap profesionalisme yang wajib
dan bersusah payah untuk menjelaskan kepada klien semua kemungkinan pilihan tindakan
dan hasil yang diharapkan dari setiap pilihannya.

Di negara manapun ada hambatan dalam memberdayakan wanita mengenai


pelaksanaan informed choice ini, misalnya sangat kurang informasi yang diperoleh ketika
wanita mulai hamil dan ada prasangka bahwa wanita sendiri enggan menggambil tanggung
jawab untuk membuat keputusan yang sulit dalam kehamilan maupun persalinan. Dari hasil
penelitian yang pernah dilakukan menunjukan bahwa wanita ingin membuat pilihan kalau
diberikan informasi yang cukup dan justru para bidan yang enggan memberikan informasi
yang lengkap agar wanita dapat membuat keputusan. Wanita dengan pendidikan tinggi
dapat membuat pilihan karena banyak membaca atau mempunyai bekal untuk membuat
keputusan, tetapi untuk sebagian besar masih sulit karena berbagai alasan, misalnya alasan
social ekonomi, kurangnya pendidikan dan pemahaman masalah kesehatan, kesulitan
bahasa dan pemahaman system kesehatan yang tersedia.

Sebagai seorang bidan dalam memberikan inform choise kepada klien harus:

• Memperlakukan klien dengan baik.


• Berinteraksi dengan nyaman
• Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta tidak berlebihan.
• Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai dengan
kondisinya.

Rekomendasi yang Dianjurkan untuk Bidan

1. Bidan harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam


berbagai aspek agar dapat membuat keputusan klinisdan secara teoritis agar dapat
memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan kliennya.
2. Bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan jujur dalam bentuk yang dapat
dimengerti oleh si wanita dengan menggunakan media alternative dan
penterjemah kalau perlu, begitu juga tatap muka langsung.
3. Bidan dan petugas kesehatan lain perlu belajar untuk membantu wanita melatih
diri dalam menggunakan haknya dan menerima tanggung jawab untuk keputusan
yang mereka ambil sendiri. Ini tidak hanya dapat diterima secara etika tetapi juga
melegakan para profesional kesehatan. Memberikan jaminan bahwa para petugas
kesehatan sudah memberikan asuhan yang terbaik dan memastikan bahwa wanita
itu sudah diberikan informasi yang lengkap tentang implikasi dari keputusan
mereka dan mereka telah memenuhi tanggung jawab moral mereka.
4. Dengan memfokuskan asuhan yang berpusat pada wanita dan berdasarkan fakta,
diharapkan bahwa konflik dapat ditekan serendah mungkin.
5. Tidak perlu takut akan konflik tetapi menganggapnya sebagai suatu kesempatan
untuk saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang objektif, bermitra
dengan wanita dari system asuhan dan suatu tekanan positif terhadap perubahan.

Bentuk Pilihan yang Ada dalam Asuhan Kebidanan

Ada beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh pasien, antara lain:

a. Bentuk pemeriksaan ANC dan pemeriksaan laboratorium atau screening


antenatal.
b. Tempat melahirkan
c. Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan
d. Pendampingan waktu melahirkan
e. Klisma dan cukur daerah pubis
f. Metoda monitor denyut jantung janin
g. Percepatan persalinan atau augmentasi
h. Diet selama proses persalinan
i. Mobilisasi selama proses persalinan
j. Pemakaian obat penghilang rasa sakit
k. Pemecahan ketuban
l. Posisi ketika melahirkan
m. Episiotomi
n. Penolong persalinan
o. Keterlibatan suami waktu bersalin/kelahiran.
p. Pemotongan tali pusat
q. Metode kontrasepsi

Pencegahan konflik etik, meliputi empat hal:


1. Informed Consent
2. Negosiasi
3. Persuasi
4. Komite Etik
Latar belakang diperlukannya informed consent adalah karena tindakan medik yang
dilakukan bidan, hasilnya penuh dengan ketidak pastian dan unpredictable (tidak dapat
diperhitungkan secara matematik), sebab dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berada di
luar kekuasaan bidan, seperti perdarahan post partum, shock, asfiksia neonatorum.
Menurut Dr.H.J.J Leenen, bahwa isi dari informasi adalah diagnosa, terapi, tentang
cara kerja, resiko, kemungkinan perasaan sakit, keuntungan terapi, dan prognosa. Yang
berhak memberikan persetujuan adalah mereka yang dalam keadaan sadar dan sehat
mental, telah berumur 21 tahun atau telah menikah, bagi mereka yang telah berusia lebih
dari 21 tahun tetapi dibawah pengampuan maka persetujuan diberikan oleh wali. Ibu hamil
yang telah melangsungkan perkawinan, berarapun umurnya, menurut hukum adalah
dewasa (cakap), berhak mendapat informasi.
Hak atas persetujuan bilamana ada pertentangan dengan suami maka pendapat ibu
hamil yang diturut karena yang memebrikan persetujuan adalah ibu hamil sendiri,
mengingat akan hak atas alat reproduksi.
Pernyataan dalam informed consent menyatakan kehendak kedua belah pihak, yaitu
pasien menyatakan setuju atas tindakan yang dilakukan bidan dan formulir persetujuan itu
ditandatangani oleh kedua belah pihak, maka persetujuan kedua belah pihak saling
mengikat dan tidak dapat dibatalkan oleh salah satu pihak. Ia hanya dapat dipergunakan
sebagai bukti tertulis akan adanya izin atau persetujuan dari pasien terhadap tindakan yang
dilakukan.
Bilamana ada formulir yang ditandatangani pasien atau wali pada umumnya
berbunyi segala akibat dari tindakan akan menjadi tanggung jawab bidan atau rumah
bersalin. Rumusan tersebut secara hukum tidak mempunyai kekuatan hukum, mengingat
seseorang tidak dapat membebaskan diri dari tanggung jawabnya atas kesalahan yang
belum dibuat.
Rahasia pribadi yang diberitahu oleh ibu hamil adalah rahasia yang harus dipegang
teguh dan dirahasiakan bahkan sampai yang bersangkutan meninggal dunia. Hukuman
membuka rahasia jabatan diatur dalam KUHP BAB XVII pasal 322 tentang membuka rahasia.
Informed consent mempunyai dua dimensi, yaitu sebagai berikut:
1. dimensi hukum, merupakan perlindungan pasien terhadap bidan yang berperilaku
memaksakan kehendak, memuat:
a. keterbukaan informasi antara bidan dengan pasien
b. informasi yang diberikan harus dimngerti pasien
c. memberikan kesempatan pasien untuk memperoleh yang terbaik
2. Dimensi etik, mengandung nilai-nilai:
a. menghargai otonomi pasien
b. tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien bila diminta atau
dibutuhkan
c. bidan menggali keinginan pasien baik secara subjektif atau hasil pemikiran
rasional
Syarat syahnya perjanjian atau consent adalah:
1. Adanya kata sepakat, sepakat dari pihak tanpa paksaan, tipuan maupun kekeliruan.
Dalam hal perjanjian antara bidan dan pasien, kata sepakat harus diperoleh dari
pihak bidan dan pasien setelah terlebih dahulu bidan memberikan informasi kepada
pasien sejelas-jelasnya.
2. Kecakapan, artinya bahwa seseorang memiliki kecakapan memberikan persetujuan,
jika orang tersebut mampu melakukan tindakan hukum, dewasa, dan tidak gila
3. Suatu hal tertentu, objek dalam persetujuan antara bidan dan pasien harus
disebutkan dengan jelas dan terperinci. Misalnya dalam persetujuan ditulis dengan
jelas identitas pasien meliputi: nama, jenis kelamin, alamat, suami atau wali.
Kemudian yang terpenting harus dilampirkan identitas yang memberikan
persetujuan
4. Suatu sebab yang halal, maksudnya adalah isi persetujuan tidak boleh bertentangan
dengan undang-undang, tata tertib, kesusilaan, norma dan hukum.
Untuk memahami informed consent, maka digambarkan urutan pelaksanaannya
pada bagan alir sebagai berikut:
PASIEN BIDAN

INFORMASI

CHOICE/PILIHAN

KEPUTUSAN

CONSENT (PERSETUJUAN) REFUSAL (MENOLAK)

MENANDATANGANI FORM MENANDATANGANI FORM


PERSETUJUAN PENOLAKAN
INFORMED CONSENT

Tindakan medic yang dilakukan bidan,hasilnya penuh dengan ketidakpastian dan


unpredictable(tidak dapat diperhitungkan secara metematik), sebab dipengaruhi oleh
factor-faktor lain yang lain berada di luar kekuasaan bidan.

Istilah consent adalah dari bahasa latin yaitu consensio. Kemudian di dalam bahasa
Inggris menjadi consent yang berarti persetujuan izin, memberi izin kepada seseorang untuk
melakukan sesuatu.

Menurut Culver and Gert, ada 4 komponen yang harus dipahami pada suatu
consent/persetujuan :

1. Sukarela (voluntariness)
2. Informasi (information)
3. Kompetensi (competence)
4. Keputusan (decision)

Perbedaan Pilihan (choice) dan Persetujuan (consent)

1. Pilihan (choice) penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan
kebidanan yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya
dan merupakan aspek otonomi pribadi menentukan “pilihannya sendiri”.
2. Persetujuan (consent) penting dari sudut pandang bidan karena berkaitan dengan
aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan
bidan. Choice berarti ada alternatif lain, ada lebih dari satu pilihan dan klien mengerti
perbedaannya sehinggga dia dapat menentukan mana yang disukai atau sesuai
dengan kebutuhannya.

Agar pilihan dapat dipeluas dan menghindari konflik, maka yang harus dilakukan
adalah:
1. Memberi informasi yang lengkap pada ibu, informasi yang jujur, tidak bias, dan dapat
dipahami oleh ibu, menggunakan alternatif media ataupun yang lain, sebaiknya tatap
muka.
2. Bidan dan tenaga kesehatan lain perlu belajar untuk membantu ibu menggunakan
haknya dan menerima tanggung jawab keputusan yang diambil. Hal ini dapat
diterima secara etika dan menjamin bahwa tenaga kesehatan sudah memberikan
asuhan yang terbaik dan memastikan ibu sudah diberikan informasi yang lengkap
tentang dampak dari keputusan mereka.
3. Untuk pemegang kebijakan pelayanan kesehatan perlu merencanakan,
mengembangkan sumber daya, memonitor perkembangan protokol dan petunjuk
teknis baik di tingkat daerah, propinsi, untuk semua kelompok tenaga pemberi
pelayanan bagi ibu.
4. Menjaga fokus asuhan pada ibu dan evidence based, diharapkan konflik dapat
ditekan serendah mungkin.
5. Tidak perlu takut akan konflik tetapi menganggapnya sebagai sesuatu kesempatan
untuk saling memberi, dan mungkin suatu penilaian ulang yang objektif, bermitra
dengan wanita dari sistem asuhan dan tekanan positif pada perubahan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Keputusan mentri kesehatan mengenai registrasi dan praktek bidan dapat di


golongkan atas beberapa babdiantaranyameliputi, pengertian bidan, pelaporan dan
regristrasi, masa bakti, praktek bidan, wewenang bidan, pencatatan dan pelaporan.
pembinaan dan pengawasan, ketentuan pidana, ketentuan peralihan tentang surat
pengawasan dan ijin praktek bidansemuanya telah tercantum dalam Permenkes RI
No.1464/ Menkes/X/2010 dan Permenkes RI No.900/Menkes/SK/VII/2002

B. Saran

Semoga dengan adanya keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia mengenai


registrasi dan praktek bidan ini menjadi pedoman terhadap para bidan dan calon
bidan dalam menjalankan praktik dan tindakan yang akan i lakukan.

Anda mungkin juga menyukai