Anda di halaman 1dari 82

ETIKA KEDOKTERAN

Kelompok Tutorial 4:
1. Saskia Amadea Yonathan
1910006
2. William Setiawan
1910016
3. Sharone Amabel
1910038
4. Balqist Sriprobo Pangestuti 1910066
5. Dini Candra Yunita
1910090
6. Albert Christoper Valentinus Tarigan 1910099
7. Alya Fasya Ramadhani
TERMINOLOGI
● Etika kedokteran : Perilaku para dokter terhadap pasien, teman
sejawat,masyarakat
● Obat OAD/OHO (obat hipoglikemik oral) : obat yang membantu mengontrol
kadar gula darah pada penderita
● DM tipe 2 : penyakit gangguan metabolik kronis yang ditandai dengan
hipergllikemik dalam darah yang disebabkan karena penurunan sekresi
insulin oleh sel beta pankreas dan atau gangguan fungsi insulin ( resistensi
reseptor terhadap insulin
● Sumpah Hippocrates : sumpah yang dilakukan oleh Hippocrates di depan
masyarakat kala itu untuk menempatakan kepentingan pasien di atas
kepentingan sendiri.
Norma, Etika, dan
Moralitas
Norma Etika
Aturan berperilaku dalam Kajian mengenai moralitas,
kehidupan bermasyarakat. refleksi terhadap moral secara
Baik bagi individu atau pun sistematik dan hati - hati,
kelompok yang melanggar analisis terhadap keputusan
norma-norma yang berlaku moral yang berlaku pada masa
di masyarakat tersebut, lampau, masa sekarang, dan
maka akan dikenakan sanksi masa yang akan datang.
sesuai peraturan. - Untuk mengetahui sesuatu
https://www.romadecade.org/pengertian-norma/#!
(knowing)
Moralitas
Dimensi nilai dari keputusan dan tindakan yang
dilakukan manusia; melakukan suatu tindakan
Meliputi hak dan tanggung jawab
Sehingga dapat menilai :
- Sesuatu yang baik dan yang buruk
- Sesuatu yang sesuai dan tidak sesuai
- Sesuatu yang benar dan salah
Hubungan moralitas dan etika
Etika mencoba untuk memberikan kriteria rasional bagi
seseorang untuk menentukan (semua aspek) keputusan atau
tindakan - tindakan diantara segala pilihan yang ada;
melakukan suatu pilihan yang terbaik

Contoh : ketika sakit memilih obat herbal yang sudah diuji


klinis atau obat yang empiris (belum teruji secara klinis)
Norma dalam Etika
Kedokteran
Merupakan norma moral yang hirarkinya lebih tinggi dari norma
hukum dan norma sopan santun (pergaulan).
Fakta fundamental hidup bersusila: Etika mewajibkan dokter
secara mutlak, namun sekaligus tidak memaksa. Jadi dokter
tetap bebas, Bisa menaati
atau masa bodoh. Bila melanggar: kesadaran moral / suara
hatinya akan menegur sehingga timbul rasa bersalah, menyesal,
http://www.academia.edu/35366468/KAIDAH_DASAR_MORAL_DAN_TEORI_ETIKA_DALAM
_MEMBINGKAI_TANGGUNGJAWAB_PROFESI_KEDOKTERAN

tidak tenang
Kaitan etika kedokteran dengan
hukum
Etika kedokteran sangat berhubungan dengan hukum; secara umum, berlaku
sama di seluruh dunia. Sebagaimana tercantum dalam Sumpah Hippocrates
Prinsip etika kedokteran : berlandaskan norma - norma etik yang mengatur
hubungan manusia, yang memiliki falsafah dalam masyarakat, yang diterima
dan dikembangkan.

Perbedaan etika kedokteran dengan hukum :


1. Etika tercermin dalam sumpah dokter dan kode etik
2. Hukum berkaitan dengan peraturan dan perundang undangan
3. Disiplin dalam keilmuan dan kompetensi
● Etika akademik
Kesadaran dan pedoman bagaimana menerapkan moral dan etik
dalam proses pembelajaran kebenaran yang dasar.
● Etika profesi
Kesadaran dan pedoman yang mengatur dokter dalam
profesinya yang bertujuan untuk mengatur mutu dan memelihara
martabat profesi
● Hukum
Mengatur etik secara garis besar yang berlaku umum dalam
kehdupan masyarakat, bertujuan untuk menjaga ketertiban
bersama dan mempunyai sanksi
Rumusan kode etik dan aturan tersebut diatur oleh
lembaga pemerintahan atau organisasi tertentu profesi
dan menghasilkan hukum dan etik yang sah dan harus di
patuhi oleh semua dokter.

Persamaanya ;

● Berisi aturan, petunjuk, larangan, dan keharusan


7 Area Kompetensi
1. Komunikasi Efektif
2. Keterampilan Klinik Dasar
3. Penerapan dasar ilmu biomedik, perilaku dan epidemiologi
dalam praktek kedokteran keluarga
4. Pengelolaan masalah kesehatan pada Individu, keluarga,
masyarakat
5. Mengakses, menilai secara kritis kesahihan mengelola
informasi
6. Mawas diri dan belajar sepanjang hayat
7. Etika, moral dan profesionalisme dalam praktek
Mawas diri dan Komunikasi efektif
pengembangan diri Mampu menggali dan bertukar
Mampu melakukan kompetensi yang informasi secara faktual dan verbal
(pasien dengan dokter)
menjadi keterbatasan mengatasi
Lulusan dokter mampu berkomunikasi
masalah profesional, pengembangan dengan pasien serta keluarga untuk
diri dan mengikuti penyegaran membangun hubungan komunikasi
peningkatan pengetahuan secara verbal/non verbal
berkesinambungan serta Seperti : menunjukkan empati (verbal),
mengembangkan pengetahuan demi menerima, mendengar keluhan pasien
keselamatan pasien dengan aktif (non verbal),
Lulusan dokter harus : berkomunikasi dengan mitra kerja
mempraktekkan belajar sepanjang (teman sejawat/profesi lain),
berkomunikasi dengan masyarakat
hayat, mengembangkan pengetahuan
dengan rangka mengindentifikasi
baru masalah kesehatan
(Konsil Kedokteran Indonesia)
Sifat Etika Kedokteran
1. Etika khusus (tidak sepenuhnya sama dengan etika umum)
2. Etika sosial (kewajiban terhadap manusia lain / pasien).
3. Etika individual (kewajiban terhadap diri sendiri = self imposed)
4. Etika normatif (mengacu ke deontologis, kewajiban ke arah norma-
norma yang
seringkali mendasar dan mengandung 4 sisi kewajiban yakni diri
sendiri, umum, teman
sejawat dan pasien/klien & masyarakat khusus lainnya)
http://www.academia.edu/35366468/KAIDAH_DASAR_MORAL_DAN_TEORI_
ETIKA_DALAM_MEMBINGKAI_TANGGUNGJAWAB_PROFESI_KEDOKTER
AN
5. Etika profesi (biasa):
- Bagian etika sosial tentang kewajiban dan tanggungjawab
profesi.
- Bagian etika khusus yang mempertanyakan nilai-nilai, norma,
kewajiban dan keutamaan-keutamaan moral
- Sebagian isinya dilindungi hukum, misal hak kebebasan untuk
menyimpan rahasia pasien/rahasia jabatan.
- Hanya bisa dirumuskan berdasarkan pengetahuan &
pengalaman profesi kedokteran.
- Isi: 2 norma pokok: 1) sikap bertanggungjawab atas hasil
pekerjaan dan dampak praktek profesi bagi orang lain; 2)
bersikap adil dan menghormati Hak Asasi Manusia (HAM).
6. Etika profesi luhur/mulia:
Isi: 2 norma pokok etika profesi biasa ditambah
dengan:
- Bebas pamrih (dalam hal kepentingan
pribadi dokter)
- Ada idealisme: tekad untuk mempertahankan
cita-cita luhur/etos profesi
http://www.academia.edu/35366468/KAIDAH_DASAR_MORAL_DAN_TEORI_ETIK
A_DALAM_MEMBINGKAI_TANGGUNGJAWAB_PROFESI_KEDOKTERAN
Penjabaran etika profesi
luhur/mulia
1. Profesionalisme yang luhur : melingkupi kompetensi
dokter
2. Bermoral, beretika, dan berdisiplin
3. Sadar dan taat akan hukum
4. Berwawasan sosial - budaya
5. Berperilaku profesional
PROFESIONALISME DAN ETIKA KEDOKTERAN
Profesionalisme : mutu,kualitas,dan tindak tanduk yang
merupakan ciri suatu profesi.
Etika : kajian mengenai moralitas - refleksi terhadap moral
secara sistematik dan hati-hati dan analisis terhadap keputusan
moral dan perilaku baik pada masa lampau, sekarang atau masa
mendatang.
Hubungan keduanya adalah bahwa etika mencoba memberikan
kriteria rasional bagi orang untuk menentukan keputusan atau
bertindak dengan suatu cara diantara pilihan cara yang lain.
PRINSIP PROFESIONALISME :
1. Alturisme : kepentingan pasien diatas kepentingan pribadi,
komunikasi dengan baik dan menghormati kebutuhan pasien
2. Excellence (keunggulan) : senantiasa belajar untuk
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan
3. Humanism (humanisme) : rasa perikemanusiaan yang
meliputi rasa hormat (respect), rasa kasih (compassion),
empati, serta kehormatan dan integritas (honor and integrity)
4. Accountability : moral, etik, disiplin
PELANGGARAN DISIPLIN PROFESIONAL DOKTER

1. Melakukan Praktik Kedokteran 4.Menyediakan Dokter pengganti


dengan tidak kompeten. sementara yang tidakmemiliki
kompetensi dan kewenangan yang sesuai
2.Tidak merujuk pasien kepada Dokter atau tidak melakukan pemberitahuan
lain yang memilikiKompetensi yang perihal penggantian tersebut.
sesuai.
5.Menjalankan Praktik Kedokteran dalam
3. Mendelegasikan pekerjaan kepada kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun
tenaga kesehatan tertentu yang mental sedemikian rupa sehingga tidak
tidakmemiliki kompetensi untuk kompeten dan dapat membahayakan
melaksanakan pekerjaan tersebut. pasien.
9.Melakukan tindakan/asuhan medis tanpa
6.Tidak melakukan tindakan/asuhan
memperoleh persetujuan dari pasien atau
medis yang memadai pada situasi
keluarga dekat, wali, atau pengampunya.
tertentu yang dapat membahayakan
pasien. 10.Tidak membuat atau menyimpan rekam
medis dengan sengaja.
7.Melakukan pemeriksaan atau
pengobatan berlebihan yang tidak 11. Melakukan perbuatan yang bertujuan
sesuai dengan kebutuhan pasien. untuk menghentikan kehamilan yang tidak
sesuai dengan ketentuan peraturan
8.Tidak memberikan penjelasan yang
perundang-undangan yang berlaku
jujur, etis, dan memadai
(adequateinformation) kepada 12. Melakukan perbuatan yang dapat
pasien atau keluarganya dalam mengakhiri kehidupan pasien atas permintaan
melakukan Praktik Kedokteran. sendiri atau keluarganya
13. Menjalankan praktik kedokteran dengan 16. Menolak atau menghentikan
menerapkan pengetahuan, keterampilan, tindakan/asuhan medis atau tindakan
atau teknologi yang belum diterima atau di pengobatan terhadap pasien tanpa alasan
luar tata cara praktik kedokteran yang layak yang layak dan sah sesuai dengan ketentuan
etika profesi atau peraturan perundang
14. Melakukan penelitian dalam praktik undangan yang berlaku
kedokteran dengan menggunakan manusia
sebagai objek penelitian tanpa persetujuan 17. Membuka rahasia kedokteran
etik dari lembaga yang diakui pemerintah
18. Membuat keterangan medis yang tidak
15. Tidak melakukan pertolongan darurat didasarkan kepada hasil pemeriksaan yang
atas dasar perikemanusiaan, padahal tidak diketahuinya secara benar dan patut
membahayakan dirinya, kecuali bila ia yakin
ada orang lain yang bertugas dan mampu 19. Turut serta dalam perbuatan yang
melakukannya termasuk tindakan penyiksaan (torture) atau
eksekusi hukuman mati
20. Meresepkan atau memberikan
obat golongan narkotika, 23. Menerima imbalan sebagai hasil dari
psikotropika, dan zat adiktif lainnya merujuk, meminta pemeriksaan, atau
yang tidak sesuai dengan ketentuan memberikan resep obat/alat kesehatan
etika profesi atau peraturan
perundang undangan yang berlaku 24. Mengiklankan kemampuan/pelayanan
atau kelebihan kemampuan/ pelayanan
21. Melakukan pelecehan seksual, yang dimiliki baik lisan ataupun tulisan
tindakan intimidasi, atau tindakan yang tidak benar atau menyesatkan
kekerasan terhadap pasien dalam
penyelenggaraan praktik kedokteran 25. Adiksi pada narkotika, psikotropika,
alkohol, dan zat adiktif lainnya
22. Menggunakan gelar akademik
atau sebutan profesi yang bukan
haknya
26. Berpraktik dengan menggunakan surat tanda registrasi, surat izin praktik,
dan/atau sertifikat kompetensi yang tidak sah atau

27. Tidak jujur dalam menentukan jasa medis

28.tidak memberikan informasi, dokumen, dan alat bukti lainnya yang


diperlukan MKDKI untuk pemeriksaan Tidak memberikan informasi, dokumen,
dan alat bukti lainnya yang dierlukan MKDKI I MKDKI-P untuk pemeriksaan atas
pengaduan dugaanpelanggaran Disiplin Profesional Dokter

(peraturan KONSIL Kedokteran Indonesia Nomor 4 Tahun 2011)


Sumpah
Hippocrates
Dari Hippocrates muncul konsep pengobatan sebagai profesi,
ahli pengobatan masa itu membuat janji di depan masyarakat
bahwa mereka akan menempatkan kepentingan pasien
mereka di atas kepentingan mereka sendiri.
Sumpah Hippocrates
” Saya bersumpah demi Apollo dewa penyembuh, dan Aesculapius dan
Hygea, dan Panacea, dan semua dewa-dewa sebagai saksi, bahwa sesuai
dengan kemampuan dan fikiran saya, saya akan mematuhi janji-janji
berikut ini :
1. Saya akan memperlakukan guru yang mengajarkan ilmu ini dengan
penuh kasih sayang sebagaimana terhadap orang tua saya sendiri, jika
perlu akan saya bagikan harta saya untuk dinikmati bersamanya.
2. Saya akan memperlakukan anak-anaknya sebagai saudara kandung
saya dan saya akan mengajarkan ilmu yang telah saya peroleh dari
ayahnya, kalau mereka memang mau mempelajarinya, tanpa imbalan
apapun.
3. Saya akan meneruskan ilmu pengetahuan ini kepada anak-anak saya
sendiri, dan kepada anak-anak guru saya, dan kepada mereka yang telah
mengikatkan diri dengan janji dan sumpah untuk mengabdi kepada ilmu
pengobatan, dan tidak kepada hal-hal yang lainnya.

4. Saya akan mengikuti cara pengobatan yang menurut pengetahuan dan


kemampuan saya akan membawa kebaikan bagi penderita, dan tidak akan
merugikan siapapun.

5. Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapapun


meskipun diminta, atau menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu. Atas
dasar yang sama, saya tidak akan memberikan obat untuk menggugurkan
kandungan.
6. Saya ingin menempuh hidup yang saya baktikan kepada ilmu
saya ini dengan tetap suci dan bersih.

7. Saya tidak akan melakukan pembedahan terhadap seseorang,


walaupun ia menderita penyakit batu, tetapi akan menyerahkannya
kepada mereka yang berpengalaman dalam pekerjaan ini.

8. Rumah siapapun yang saya masuki, kedatangan saya itu saya


tujukan untuk kesembuhan yang sakit dan tanpa niat-niat buruk
atau mencelakakan, dan lebih jauh lagi tanpa niat berbuat cabul
terhadap wanita ataupun pria, baik merdeka maupun hamba
sahaya.
9. Apapun yang saya dengar atau lihat tentang kehidupan
seseorang yang tidak patut disebarluaskan, tidak akan saya
ungkapkan karena saya harus merahasiakannya.

10. Selama saya mematuhi sumpah saya ini, izinkanlah saya


menikmati hidup dalam mempraktekkan ilmu sya ini, dihormati
oleh semua orang, disepanjang waktu ! Tetapi jika sampai saya
mengkhianati sumpah ini, balikkanlah nasib saya.
Permenkes RI no 290/menkes/per/iii/2008

Tentang : PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh


pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap
mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan kepada pasien.
KODEKI 2012

● Kode Etik 2012 memiliki pasal - pasal sebagai berikut :


○ Kewajiban umum : Pasal 1 - 13
○ Kewajiban Dokter Terhadap Pasien : Pasal 14 - 17
○ Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat : Pasal 18 - 19
○ Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri : Pasal 20 - 21
Deklerasi Geneva
Deklarasi Geneva
Sumber pertama sumpah dokter yang diterapkan di Indonesia adalah Deklarasi Geneva
1948 dan terus disempurnakan hngga tahun 2012 di Muktamar IDI ke-28.

Deklarasi Geneva merupakan sumpah yang di yang diterapkan oleh World Medical
Association (WMA) yang mencakup seluruh tugas dan prnsp etik profesi dokter, antara
lain hubungan dokter-pasien, kerahasiaan medis, dan penghargaan guru dan kolega.

Baru-baru ini, WMA membuat revisi terhadap Deklarasi Geneva pada tanggal 14
Oktober 2017. Revisi dirasakan perlu karena perubahan kehidupan kedokteran terus
terjadi seiring perubahan kondisi demografik dan sosoekonomi masyarakat serta
perkembangan dunia medis dan teknologi.
Lafal Sumpah Dokter 2012
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan

2. Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan
bersusila sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter

3. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur
profesi kedokteran

4. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena


keprofesian saya

5. Saya tidak akan menggunakan pengetahuan saya untuk sesuatu yang


bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam

6. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan


7. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dengan
memperhatikan kepentingan masyarakat

8. Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak


terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan,kesukuan,gender,
politik,kedudukan sosial dan jenis penyakit dalam menunaikan kewajiban
terhadap pasien

9. Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan


pernyataan terimakasih selayak-layaknya

10. Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara kandung

11. Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia

12. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan


mempertaruhkan kehormatan diri saya
KAIDAH
KEDOKTERAN
Kaidah dasar (prinsip) Etika/Bioetik adalah studi interdisipliner tentang
masalah-masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan
kedokteran, tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi
pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan timbulnya masalah
pada masa yang akan datang (F. Abel).
https://worldmeister.wordpress.com/2011/05/27/euthanasia-dan-bioetika-kedokteran/

Pengertian bioetika
Bioetika berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan
ethos yang berarti norma-norma atau nilai-nilai moral.
Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah
yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan
ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro, masa kini
dan masa mendatang.
https://worldmeister.wordpress.com/2011/05/27/euthanasia-dan-bioetika-kedokteran/

Prinsip dasar bioetika


Prinsip-prinsip dasar etika adalah suatu aksioma yang
mempermudah penalaran etik. Prinsip-prinsip itu harus
dibersamakan dengan prinsip-prinsip lainnya atau yang
disebut spesifik. Tetapi pada beberapa kasus, kerana kondisi
berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk
digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain.

Keadaan terakhir disebut dengan Prima Facie.


https://worldmeister.wordpress.com/2011/05/27/euthanasia-dan-bioetika-kedokteran/

Prinsip dasar bioetika (lanjutan)


Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), dengan mengadopsi prinsip etika
kedokteran barat, menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia
mengacu kepada kepada 4 kaidah dasar moral yang sering juga
disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika, antara lain:

1. Beneficence
2. Non-malficence
3. Justice
4. Autonomy
https://worldmeister.wordpress.com/2011/05/27/euthanasia-dan-bioetika-kedokteran/

Beneficence
Prinsip bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati
martabat manusia, dokter tersebut juga harus
mengusahakan agar pasiennya dirawat dalam keadaan
kesehatan. Beneficence membawa arti menyediakan
kemudahan dan kesenangan kepada pasien mengambil
langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada
hal yang buruk.
https://worldmeister.wordpress.com/2011/05/27/euthanasia-dan-bioetika-kedokteran/

Ciri-ciri Beneficence
● Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak
dibandingkan dengan suatu keburukannya
● Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan
● Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang
baik seperti yang orang lain inginkan
● Memberi suatu resep
https://worldmeister.wordpress.com/2011/05/27/euthanasia-dan-bioetika-kedokteran/

Non-malficence
Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang
dokter tidak melakukan perbuatan yang memperburuk
pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya
bagi pasien sendiri.
Ciri-ciri Non-malficence
● Menolong pasien emergensi
● Mengobati pasien yang luka
● Tidak membunuh pasien
● Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
https://worldmeister.wordpress.com/2011/05/27/euthanasia-dan-bioetika-kedokteran/

Justice
Keadilan (Justice) adalah suatu prinsip dimana seorang
dokter memperlakukan sama rata dan adil terhadap untuk
kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan
tingkat ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan,
perbedaan kedudukan sosial, kebangsaan, dan
kewarganegaraan tidak dapat mengubah sikap dokter
terhadap pasiennya.
https://worldmeister.wordpress.com/2011/05/27/euthanasia-dan-bioetika-kedokteran/

Ciri-ciri Justice
● Memberlakukan segala sesuatu secara universal
● Menghargai hak sehat pasien
● Menghargai hak hukum pasien
https://worldmeister.wordpress.com/2011/05/27/euthanasia-dan-bioetika-kedokteran/

Autonomy
Dalam prinsip ini seorang dokter menghormati martabat
manusia. Setiap individu harus diperlakukan sebagai manusia
yang mempunyai hak menentukan nasib diri sendiri. Dalam
hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan
membuat keputusan sendiri.

Autonomy bermaksud menghendaki, menyetujui,


membenarkan, membela, dan membiarkan pasien demi
dirinya sendiri.
https://worldmeister.wordpress.com/2011/05/27/euthanasia-dan-bioetika-kedokteran/

Ciri-ciri Autonomy
● Menghargai hak menentukan nasib sendiri
● Berterus terang menghargai privasi
● Menjaga rahasia pasien
● Melaksanakan Informed Consent
SISTEM RUJUKAN
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan
kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal.
(Permenkes no.001 thn 2012 pasal 3)
(Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial, 2012)

Sistem rujukan dibagi menjadi 2:

Rujukan horizontal adalah rujukan


yang dilakukan antar pelayanan Rujukan vertikal adalah rujukan yang
kesehatan dalam satu tingkatan dilakukan antar pelayanan kesehatan
apabila perujuk tidak dapat yang berbeda tingkatan, dapat
memberikan pelayanan kesehatan dilakukan dari tingkat pelayanan
sesuai dengan kebutuhan pasien yang lebih rendah ke tingkat
karena keterbatasan fasilitas, pelayanan yang lebih tinggi atau
peralatan dan/atau ketenagaan yang sebaliknya.
sifatnya sementara atau menetap
Vertikal Rendah ke Tinggi, jika:

● Pasien butuh pelayanan kesehatan spesialistik/ subspesialistik


● Perujuk tidap dapat memberika pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
pasien (fasilitas, peralatan, ketenagaan)
Vertikal Tinggi ke Rendah, jika:

● Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan


kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya
● Kompetensi dan kewenangan tingkat pertama lebih baik menangani pasien
tersebut
● Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh
tingkatan yang lebih rendah (alasan: kemudanan, efisiensi, pelayanan
jangka panjang)
● Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
pasien (keterbatasan sarana, prasarana, peralatan, ketenagaan)
(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, 2012)

Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang


1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis
2. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke faskes tersier hanya
untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana terapinya, merupakan pelayanan
berulang dan hanya tersedia di faskes tersier
3. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi gawat darurat,
kekhususan kesehatan pasien, bencana, pertimbangan geografis dan ketersediaan fasilitas
4. Pelayanan oleh bidan dan perawat
5. Rujukan parsial, yaitu pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi pelayanan kesehatan lain
dalam rangka menegakkan diagnosis atau pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian
perawatan pasien di Faskes tersebut
REKAM MEDIS
Berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien
(Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran)
Permenkes Nomor 269/MenKes/Per/III/2008

Manfaat Rekam Medis


1. Sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan dan menganalisis penyakit serta
merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang harus diberikan kepada pasien
2. Meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga medis dan untuk pencapaian
kesehatan masyarakat yang optimal.
3. Informasi perkembangan kronologis penyakit, pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis,
bermanfaat untuk bahan informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang
profesi kedokteran dan kedokteran gigi.
4. Pembiayaan Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan
pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan.
5. Sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya untuk mempelajari perkembangan
kesehatan masyarakat dan untuk menentukan jumlah penderita pada penyakit- penyakit
tertentu
6. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama,
sehingga bermanfaat dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik.
(Hatta, 1985)

Tujuan Rekam Medis


1. Aspek administrasi karena isinya 4. Aspek uang karena isinya menyangkut data dan informasi yang
meyangkut tindakan berdasarkan dapat digunakan dalam menghitung biaya pengobatan/tindakan
wewenang dan tanggung jawab sebagai dan perawatan.
tenaga medis dan paramedis dalam 5. Aspek penelitian, karena isinya menyangkut data/informasi
mencapai tujuan pelayanan yang dapat dipergunakan dalam penelitian dan pengembangan
kesehatan. ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
2. Aspek medis, karena catatan tersebut 6. Aspek pendidikan, karena isinya menyangkut data/informasi
dipergunakan sebagai dasar untuk tentang perkembangan/ kronologis dan kegiatan pelayanan medis
merencanakan pengobatan /perawatan yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat
yang harus diberikan seorang pasien. dipergunakan sebagai bahan/referensi pengajaran di bidang
3. Aspek hukum karena isinya menyangkut profesi kesehatan.
masalah adanya jaminan kepastian hukum 7. Aspek dokumentasi, karena isinya menyangkut sumber ingatan
atas dasar keadilan, dalam rangka usaha yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan
menegakkan hukum serta penyediaan pertanggung jawaban dan laporan sarana pelayanan kesehatan.
bahan bukti untuk menegakkan keadilan.
INFORMED CONSENT

● Informed consent: suatu proses penyampaian informasi secara


relevan: pernyataan atas dasar persetujuan pasien dan eksplisit
kepada pasien/subyek penelitian untuk memperoleh
persetujuan medis sebelum dilakukan suatu tindakan
medis/pengobatan/partisipasi dalam penelitian.
● Permenkes No.585 / Menkes / Per / IX / 1989, Persetujuan
Tindakan Medik adalah Persetujuan yang diberikan oleh pasien
atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan
medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
Fungsi dari Informed Consent adalah :

● Promosi hak otonomi perorangan;


● Untuk kepentingan keadilan
● Mencegah terjadinya penipuan atau paksaan;
● Menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk mengadakan
introspeksi terhadap diri sendiri;
● Promosi dari keputusan-keputusan rasional;
● Keterlibatan masyarakat (dalam memajukan prinsip otonomi sebagai
suatu nilai sosial dan mengadakan pengawasan dalam penyelidikan
biomedik.
TUJUAN INFORM CONSENT

● Melindungi pasien terhadap segala tindakan medis yang dilakukan tanpa


sepengetahuan pasien;
● Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap akibat yang
tidak terduga dan bersifat negatif, misalnya terhadap risk of treatment
yang tak mungkin dihindarkan walaupun dokter sudah mengusahakan
semaksimal mungkin dan bertindak dengan sangat hati-hati dan teliti.
Informed Consent itu sendiri menurut jenis tindakan / tujuannya dibagi tiga, yaitu:

a. Yang bertujuan untuk penelitian (pasien diminta untuk menjadi subyek


penelitian).
b. Yang bertujuan untuk mencari diagnosis. Contoh: saat akan melakukan mri, ct scan
c. Yang bertujuan untuk terapi. Contoh: saat akan melakukan terapi
Bentuk Persetujuan Informed Consent

Ada 2 bentuk Persetujuan Tindakan Medis, yaitu :

1. Implied Consent (dianggap diberikan)

dokter dapat menangkap persetujuan tindakan medis tersebut dari isyarat yang
diberikan/dilakukan pasien. Demikian pula pada kasus emergency sedangkan dokter
memerlukan tindakan segera sementara pasien dalam keadaan tidak bisa memberikan
persetujuan dan keluarganya tidak ada ditempat, maka dokter dapat melakukan tindakan
medik terbaik menurut dokter.

2. Expressed Consent (dinyatakan)

Dapat dinyatakan secara lisan maupun tertulis. Dalam tindakan medis yang bersifat invasive
dan mengandung resiko, dokter sebaiknya mendapatkan persetujuan secara tertulis
Hubungan Dokter Pasien
Komunikasi dokter - pasien
Komunikasi dokter–pasien adalah suatu hal yang sangat
penting dalam proses terapeutik di rumah sakit.

Kualitas komunikasi yang terjadi diantara kedua belah pihak


akan menghasilkan kepuasan di dalam diri pasien karena

pasien akan merasa puas dan kembali lagi ke dokter yang


sama jika komunikasi mereka baik dan efektif.
Permenkes no. 4 Tahun 2018

● Peraturan Menteri Kesehatan No 4 Tahun 2018 Tentang Kewajiban


Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien

● Kewajiban Rumah sakit diatur dalam Pasal 2

● Kewajiban Pasien diatur dalam Pasal 26


Kewajiban Rumah Sakit
● memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada
masyarakat;
● memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan
efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar
pelayanan Rumah Sakit;
● memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;
● berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana,
sesuai dengan kemampuan pelayanannya;
● menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau
miskin;
● melaksanakan fungsi sosial;
● membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;
● menyelenggarakan rekam medis;
● menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak meliputi sarana ibadah,
parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak,
lanjut usia;
● melaksanakan sistem rujukan;
● menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan
etika serta peraturan perundang-undangan;
● memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien;
● menghormati dan melindungi hak pasien;
● melaksanakan etika Rumah Sakit;
● memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana;
● melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara
regional maupun nasional;
● membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau
kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya;
● menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by
laws);
● melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah
Sakit dalam melaksanakan tugas; dan
● memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa
rokok
Kewajiban Pasien
● mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
● menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggung jawab;
● menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta
petugas lainnya yang bekerja di Rumah Sakit ;
● memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
● memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan
kesehatan yang dimilikinya;
● mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan
di Rumah Sakit dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah
mendapatkan penjelasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
● menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak
rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau
tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan untuk
penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya; dan
● memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Larangan terhadap Pasien
● Kata kata kasar
● Tidak menghomati
● Komunikasi bermakna seksual
● Tidak bisa mengontrol emosi
● Jangan mngkritik staf di depan pasien
● Komentar yang tidak konstruktif
● Tidak jujur
● Menutupi kesalahan yang dibuat
Komunikasi Klinis
KOMUNIKASI KLINIS
ASAS KOMUNIKASI (DEVITO 2011)
1. Keterbukaan ( openess ): kesediaan mengungkapkan informasi,
membuka diri
2. Empati : kemampuan mengetahu apa yang dirasakan orang tersebut
serta harapan mereka dimasa mendatang
3. Dukungan : mendukung dengan cara deskriptif bukan , spontan bukan
strategis, profesional bukan sangat yakin
4. Sikap positif : menyaakan sikap positif dan mendorong orang utuk
berinteraksi (dengan kepercayaan)
5. Kesetaraan (equality) :pengakuan bahwa kedua pihak sama sama bernilai
dan berharga, tidak mendominasi
Komunikasi Efektif
Komunikasi Efektif

● Komunikasi yang mampu menarik


perhatian, membangkitkan hasrat dan
minat, keyakinan dan rasa percaya, dan
berakhir dengan tindakan.
https://www.komunikasipraktis.com/2019/04/komunikasi-efektif-pengertian.html
Elemen - elemen yang terdapat dalama
komunikasi menurut Golden (1978)
● Komunikator: orang yang menyampaikan pesan
● Pesan: ide atau informasi yang disampaikan
● Media: sarana komunikasi
● Komunikan: pihak yang menerima pesan
● Umpan Balik: respon dari komunikan terhadap pesan
yang diterimanya
academicjournal.yarsi.ac.id › index.php › article › download › pdf
Menurut Kurtz (1978) Pendekatan Komunikasi yang
dilakukan Dokter pada Pasien :
● Disease centered communication style atau doctor centered
communication style.

Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan


diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan
gejala-gejala.

● Illness centered communication style atau patient centered


communication style.

Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang


secara individu merupakan pengalaman unik.
Tujuan Komunikasi Efektif

● Memfasilitasi terciptanya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan pasien).


● Membantu pengembangan rencana perawatan pasien bersama pasien, untuk
kepentingan pasien dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk kemampuan
finansial.
● Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah
kesehatan pasien.
● Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang
penyakit atau masalah yang dihadapinya.
● Membantu mengendalikan kinerja dokter dengan acuan langkah-langkah
atau hal-hal yang telah disetujui pasien
academicjournal.yarsi.ac.id › index.php › article › download › pdf
Langkah - Langkah dalam mewujudkan
Komunikasi Efektif Dokter - Pasien
1. Sikap profesional dokter, sikap yang menunjukkan kemampuan dokter
dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai peran dan fungsinya, mampu
mengatur diri sendiri seperti ketepatan waktu, dan mampu menghadapi
berbagai tipe pasien, serta mampu bekerja sama dengan profesi kesehatan
yang lain.
2. Pengumpulan informasi, yang di dalamnya terdapat proses anamnesis yang
akurat, dan sesi penyampaian informasi.
3. Penyampaian informasi yang akurat.
4. Proses langkah-langkah komunikasi, yang terdiri dari salam, ajak bicara,
menjelaskan, dan mengingatkan pasien.
academicjournal.yarsi.ac.id › index.php › article › download › pdf
Manfaat Komunikasi Efektif
● Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari
dokter atau institusi pelayanan medis.
● Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar
hubungan dokter-pasien yang baik.
● Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis.
● Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal
dalam menghadapi penyakitnya

academicjournal.yarsi.ac.id › index.php › article › download › pdf


Sengketa Medis

● Kesenjangan Medis antara dokter dan pasien


● Dapat disebabkan oleh :
○ Salah Komunikasi antara Pasien dan Dokter
○ Ekspetasi yang berlebihan dari pasien terhadap
dokter
○ Penyakit
Daftar Pustaka
1. http://bksikmikpikkfki.net/file/download/PMK%20No.%20001%20Th%202012%20ttg%20Sistem%20Ruju
kan%20Yankes%20Perorangan.pdf
2. https://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/7c6f09ad0f0c398a171ac4a6678a8f06.pdf
3. https://www.med.hku.hk/fme2009/Powerpoint_Prof%20Suzanne%20Kurtz.pdf
4. https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.kki.go.id/assets/data/arsip/Perk
onsil_No_4_Tahun_2011%5Bsmallpdf.com%5D_.pdf&ved=2ahUKEwjquIvLr_blAhVOzjgGHQhiAOMQFjAB
egQIAhAB&usg=AOvVaw3f3-FUp1GxHNWUiIC1gvU4

5. https://media.neliti.com/media/publications/222386-pengaruh-komunikasi-interpersonal-antara.pdf

6. https://worldmeister.wordpress.com/2011/05/27/euthanasia-dan-bioetika-kedokteran/

7. http://eprints.undip.ac.id/44650/3/Hamim_Tohari_22010110110013_Bab2KTI.pdf

8. http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/165/160
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai