Anda di halaman 1dari 46

Laporan Kasus

Karsinoma Mammae

Disusun Oleh
Nisa Kurniawati
H1AP11005

Pembimbing
dr. Diah Herliani, Sp.B

SMF BEDAH
RSUD M.YUNUS KOTA BENGKULU
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER PROFESI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Kanker payudara merupakan suatu penyakit yang banyak menimbulkan


kesengsaran dan kematian pada manusia. Kanker payudara merupakan kanker
dengan insidens tertinggi nomor dua di Indonesia dan terdapat kecenderungan dari
tahun ke tahun insidens ini meningkat, seperti halnya di negara barat. Angka
kejadian kanker payudara di Amerika Serikat 92/100.000 wanita per tahun dengan
mortalitas yang cukup tinggi 27/100 atau 18% dari kematian yang dijumpai pada
wanita. Di Indonesia berdasarkan “porthological based registration” kanker
payudara mempunyai insidens relatif 11,5%. Diperkirakan di Indonesia
mempunyai insidens minimal 20.000 kasus baru per tahun; dengan kenyataan
bahwa lebih dari 50% kasus masih berada dalam stadium lanjut. 1, 4
Kurva insidens usia bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini
jarang sekali ditemukan pada wanita usia dibawah 20 tahun. Anggka tertinggi
terdapat pada usia 45 sampai 66 tahun. Insidens kaker payudara pada laki-laki
hanya 1% dari kejadian pada perempuan. 2
Gejala awal dari kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan
dengan jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam
keadaan lanjut. Hal ini yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker
tersebut. Padahal, pada stadium dini kematian akibat kanker payudara dapat
dicegah. 2
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Maisaro
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Penjual sayur
Alamat : Jl. Bumi Ayu RT 02 Bengkulu, Kota Bengkulu
Masuk Rumah Sakit : 21 Juni 2018
No Rekam Medis : 709924

B. ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)
Keluhan Utama
Benjolan disertai luka di payudara kiri sejak ± 3 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien merupakan rujukan dari RSUD Kota Bengkulu mengeluhkan
benjolan disertai luka di payudara kiri yang membesar sejak 3 bulan yang
lalu. Sejak 3 tahun yang lalu, pasien pernah dilakukan operasi pengangkatan
payudara sebelah kiri di RS DKT, jaringan payudara yang diangkat
diperiksakan di Patologi Anatomi dan didapatkan hasilnya kanker payudara
kiri. Pasien telah disarankan untuk dilakukan kemoterapi di Palembang atau
di Jakarta dikarenakan di Bengkulu belum ada pengobatan kemoterapi. Pasien
merupakan keluarga yang kurang mampu dan hanya sanggup kontrol ke
dokter bedah setiap 3 hari sekali, dan pasien hanya kontrol 4 kali. Pasien juga
mengaku karena tidak mampu untuk kemoterapi, pasien akhirnya rutin
meminum obat herbal tanaman benalu dari pohon jeruk setiap hari sebanyak 3
kali selama 2 tahun, namun tidak ada perbaikan.
Sejak 2 minggu setelah operasi pasien mengeluhkan bekas operasi
mulai membengkak dan terdapat benjolan sebesar jempol kaki. Keluhan
disertai darah dan pus pada luka bekas operasi. Benjolan tersebut lama
kelamaan membesar dan kemudian pecah membentuk kembang kol disertai
darah (+), bau (+), pus (+). Pasien juga mengaku dalam 3 bulan ini muncul
benjolan di payudara sebelah kanan. Keluhan tidak disertai dengan demam
dan sesak, sakit kepala, terkadang nyeri pada tulang punggung, pasien juga
mengeluhkan perut terasa penuh di daerah ulu hati.
Sejak 10 hari SMRS, pasien sempat di rawat di RSUD Kota Bengkulu
selama 10 hari dan pasien mendapatkan transfusi sebanyak 9 kantong.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat operasi payudara kiri tahun 2012 di RS Bhayangkara, sampel
benjolan diperiksa di Padang didapatkan hasil kelenjar getah bening. Pada
tahun 2016 dilakukan operasi payudara kiri di RS DKT, dilakukan
pemeriksaan didapatkan hasilnya karsinoma mamae sinistra.
Riwayat darah tinggi tidak ada, pasien tidak pernah memeriksakan
gula darah, asam urat dan kolesterol, riwayat sakit jantung, asma dan alergi
obat tidak ada. Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Reproduksi
Menarche usia 17 tahun, lama haid 2 hari, siklus haid tidak teratur,
pasien sudah menggunakan KB suntik selama ± 20 tahun.

Riwayat Penyakit Keluarga


Menurut sepengetahuan pasien, tidak ada anggota keluarga pasien
yang lain menderita sakit seperti yang dialami pasien saat ini.

Riwayat Kebiasaan
Pasien makan teratur 3 kali sehari. Pasien sehari-hari bekerja di pasar
sebagai penjual sayur. Pasien mengaku tidak merokok dan tidak
mengkonsumsi alkohol. Pasien dulu sering mengonsumsi mie instan hampir
setiap hari.

Riwayat Sosial dan Ekonomi


Pasien tinggal bersama seorang suami dan 5 orang anaknya. Pasien
merupakan penjual sayur dan suami bekerja sebagai buruh. Pasien tinggal di
rumah sendiri dan memiliki sanitasi dan ventilasi yang baik.

PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG


Status Present
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,5 °C

Status Generalis
Kepala : Normocephal, simetris, tidak terlihat deformitas,
warna kulit sama dengan sekitar.
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-),
edema palpebra (-/-)
Hidung : Tidak ada terlihat deformitas, discharge (-/-)
Mulut : Mukosa mulut tidak anemis, tidak ada discharge,
pemeriksaan tonsil (-)
Leher : KGB membesar di regio supraclavikula dan di
regio axilla, struma (-), JVP 5-2 mmHG
Regio Thorak
Paru
Inspeksi : Statis dan dinamis simetris kanan dan kiri.
Retraksi sela iga dan supraklavikula (-)
Penggunaan otot bantu nafas (-)
Sifat pernapasan torakoabdominal
Palpasi : Stemfremitus normal kanan = kiri
Ekspansi dinding dada dextra sinistra simetris.
Perkusi : Sonor disemua lapang paru.
Auskultasi : Vesikuler (+) normal.
Wheezing -/-. Ronki -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC 5 linea midklavikula
sinistra, Thrill (-), Lifting (-)
Perkusi : Batas kanan jantung linea sternalis dextra,
Batas kiri jantung linea midklavikula sinistra ICS
V
Batas atas jantung ICS II sinista
Auskutasi : BJ1 dan BJ2 (+) reguler, gallop (-), murmur (-)

Abdomen
Inspeksi : Supel, tampak asites (+), simetris kanan dan kiri,
tidak ada penonjolan
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Teraba keras di regio epigastrium dan
hipokondrium.
Ekstremitas
Superior : Warna kulit sama dengan sekitar, akral hangat,
CRT < 2”
Inferior : Warna kulit sama dengan sekitar, CRT < 2”,
edema tibia (+/+)

Status lokalis
Regio Payudara Kiri
Inspeksi : Tampak payudara kiri seperti gambaran kembang kol, darah (+),
pus (+).
Palpasi : Teraba massa tidak beraturan dengan diameter ± 10 cm,
konsistensi lunak, tidak berbatas tegas, tidak dapat digerakkan,
nyeri tekan (+), mengeluarkan darah dan pus.

Regio Payudara Kanan


Inspeksi : Tampak benjolan sebanyak tiga buah di dekat puting, darah(-),
pus (-).
Palpasi : Teraba benjolan sebesar kacang dengan diameter ± 2 cm,
konsistensi kenyal, dapat digerakkan, berbatas jelas, nyeri tekan
(+), darah (-).
Regio KGB Regional

Terdapat pembesaran KGB di regio supraclavikula sebesar biji kacang hijau


dengan diameter ± 0,5 cm dan di regio axilla sinistra dan dextra sebesar
kelereng dengan diameter ± 2 cm.

Pemeriksaan Laboratorium

Gula darah sewaktu : 94 mg/dL


Hemoglobin : 12,1 g/dL
Hematokrit : 36%
Leukosit : 11.200/mm3
Trombosit : 346.000 sel/mm3
Ureum : 17 mg/dL
Kreatinin : 0,7 mg/dL
Albumin : 1,7 g/dL
Natrium : 140 mmol/I
Kalium : 5,0 mmol/I
Klorida : 105 mmol/I

Pemeriksaan Patologi Anatomi (03/02/2016)


Makroskopis : Scrapping lesi di mamae sinistra
Mikroskopis : Sediaan sitopatologi latar belakang sel eritrosit, massa
nekrosis, penuh sel-sel debris, diantaranya dijumpai sel
epitel atipik dengan inti plemorfik, vesikuler, anak inti
nyata, sebagian tanpa sitoplasma, sebagian dengan
sitoplasma basofilik, berkelompok maupun tersebar tunggal
Kesan : Carcinoma mamae sinistra

Pemeriksaan Radiologi
 Foto Thorax

Kesan : Soft mass tissue mammae sinistra


Susp. Pneumonia tipe pulmonal metastasis mamme sinistra

Masalah/Diagnosis
Karsinoma mamae sinistra
Penatalaksanaan
1. IVFD RL XX gtt/menit
2. Infus albumin 20% 100 cc
3. Inj ceftriaxone 2x1 gr
4. Inj ranitidin 2x1 amp
5. Inj Asam tranexamat 3x1 amp
6. Paracetamol 3 x 500 mg tab

HASIL FOLLOW-UP
1. Hari pertama pasien di rawat di ruang Seruni (B2) RS M. Yunus (21 Juni
2018):

S : Lemas (+), nyeri di payudara kiri, perut tampak kembung


O : Tampak kesakitan, Compos Mentis, TD: 100/70 mmHg, S:37,2oC N:
89x, R:22x
Regio payudara sinistra
I: luka basah, darah (+), bau (+).
A : Ca mamae sinistra advanced
P : Diet tinggi protein, IVFD RL XX gtt/menit, Infus albumin 20% 100
cc, Inj ceftriaxone 2x1 gr, Inj ranitidin 2x1 amp, Inj Asam
tranexamat 3x1 amp, Paracetamol 3 x 500 mg tab.

2. Hari kedua pasien menjalani operasi dan dirawat di ruang Seruni (B2) RS
M. Yunus (22 Juni 2018):

S : Lemas (+), nyeri di payudara kiri, perut tampak kembung.


O : Sens: Compos Mentis, TD: 100/60 mmHg, S:36,8oC N: 86x, R:20x
Regio payudara sinistra
I: luka basah, darah (+), bau (+)
A : Ca mamae sinistra advanced
P : Diet tinggi protein, IVFD RL XX gtt/menit, Infus albumin 20% 100
cc, Inj ceftriaxone 2x1 gr, Inj ranitidin 2x1 amp, Inj Asam tranexamat
3x1 amp, Paracetamol 3 x 500 mg tab, GV.

3. Hari ketiga pasien di rawat di ruang Seruni (B2) RS M. Yunus (23 Juni
2018):
S : Lemas (+), nyeri di payudara kiri, perut tampak kembung
O : Sens: Compos Mentis, TD: 90/60 mmHg, S:36,8oC N: 87x, R:20x
Regio payudara sinistra
I: luka basah, darah (+), bau (+)
A : Ca mamae sinistra advanced
P : Diet tinggi protein, IVFD RL XX gtt/menit, Infus albumin 20%
100 cc, Inj ceftriaxone 2x1 gr, Inj ranitidin 2x1 amp, Inj Asam
tranexamat 3x1 amp, Paracetamol 3 x 500 mg tab, posavit 3 x 1 tab.

4. Hari keempat pasien di rawat di ruang Seruni (B2) RS M. Yunus (24 Juni
2018):
S : Lemas (+) berkurang, nyeri di payudara kiri, perut tampak kembung,
nafsu makan berkurang.
O : Sens: Compos Mentis, TD: 90/60 mmHg, S:36,5oC N: 79x, R:20x
Regio payudara sinistra
I: luka basah, darah (+), bau (+)
A : Ca mamae sinistra advanced
P : Diet tinggi protein, IVFD RL XX gtt/menit, Inj ceftriaxone 2x1 gr, Inj
ranitidin 2x1 amp, Inj Asam tranexamat 3x1 amp, Paracetamol 3 x
500 mg tab, posavit 3 x 1 tab, GV.

5. Hari kelima pasien di rawat di ruang Seruni (B2) RS M. Yunus (25 Juni
2018):
S : Lemas (+) berkurang, nyeri di payudara kiri, perut tampak kembung,
nafsu makan berkurang..
O : Sens: Compos Mentis, TD: 90/70 mmHg, S:36,5oC N: 82x, R:20x
Regio payudara sinistra
I: luka basah, darah (+), bau (+)
A : Ca mamae sinistra advanced
P : Diet tinggi protein, IVFD RL XX gtt/menit, Infus albumin 20% 100
cc, Inj ceftriaxone 2x1 gr, Inj ranitidin 2x1 amp, Inj Asam tranexamat
3x1 amp, Paracetamol 3 x 500 mg tab, posavit 3 x 1 tab.

6. Hari keenam pasien di rawat di ruang Seruni (B2) RS M. Yunus (26 Juni
2018):
S : Lemas (+) berkurang, nyeri di payudara kiri, perut tampak kembung,
nafsu makan berkurang.
O : Sens: Compos Mentis, TD: 90/60 mmHg, S:36,7oC N: 84x, R:20x
Regio payudara sinistra
I: luka basah, darah (+), bau (+), pus (+)
A : Ca mamae sinistra advanced
P : Diet tinggi protein, IVFD RL XX gtt/menit, Inj ceftriaxone 2x1 gr, Inj
ranitidin 2x1 amp, Inj Asam tranexamat 3x1 amp, Paracetamol 3 x
500 mg tab, posavit 3 x 1 tab, GV.

7. Hari ketujuh pasien di rawat di ruang Seruni (B2) RS M. Yunus (27 Juni
2018):
S : Lemas (+) berkurang, nyeri di payudara kiri, perut tampak kembung,
nafsu makan berkurang.
O : Sens: Compos Mentis, TD: 90/70 mmHg, S:36,7oC N: 80x, R:20x
Regio payudara sinistra
I: luka basah, darah (+), bau (+), pus (+)
A : Ca mamae sinistra advanced
P : Diet tinggi protein, IVFD RL XX gtt/menit, Infus albumin 20% 100
cc, Inj ceftriaxone 2x1 gr, Inj ranitidin 2x1 amp, Inj Asam tranexamat
3x1 amp, Paracetamol 3 x 500 mg tab, posavit 3 x 1 tab.
8. Hari kedelapan pasien di rawat di ruang Seruni (B2) RS M. Yunus (28 Juni
2018):
S : Lemas (+) berkurang, nyeri di payudara kiri, perut tampak kembung,
nafsu makan berkurang.
O : Sens: Compos Mentis, TD: 100/60 mmHg, S:36,7oC N: 83x, R:20x
Regio payudara sinistra
I: luka basah, darah (+), bau (+), pus (+)
A : Ca mamae sinistra advanced
P : Diet tinggi protein, IVFD RL XX gtt/menit, Infus albumin 20% 100
cc, Inj ceftriaxone 2x1 gr, Inj ranitidin 2x1 amp, Inj Asam
tranexamat 3x1 amp, Paracetamol 3 x 500 mg tab, posavit 3 x 1 tab,
GV.

9. Hari kesembilan pasien di rawat di ruang Seruni (B2) RS M. Yunus (29


Juni 2018):
S : Nyeri di payudara kiri, perut tampak kembung, nafsu makan
berkurang.
O : Sens: Compos Mentis, TD: 90/70 mmHg, S:36,7oC N: 80x, R:20x
Regio payudara sinistra
I: luka basah, darah (+), bau (+), pus (+)
A : Ca mamae sinistra advanced
P : Diet tinggi protein, IVFD RL XX gtt/menit, Infus albumin 20%
100 cc, Inj ceftriaxone 2x1 gr, Inj ranitidin 2x1 amp, Inj Asam
tranexamat 3x1 amp, Paracetamol 3 x 500 mg tab, posavit 3 x 1 tab.

10. Hari kesepuluh pasien di rawat di ruang Seruni (B2) RS M. Yunus (30
Juni 2018):
S : Perut terasa kembung, nafsu makan berkurang.
O : Sens: Compos Mentis, TD: 100/60 mmHg, S:36,5oC N: 82x, R:20x
Regio payudara sinistra
I: luka basah, darah (+), bau (+), pus (+)
A : Ca mamae sinistra advanced
P : Diet tinggi protein, IVFD RL XX gtt/menit, Infus albumin 20%
100 cc, Inj ceftriaxone 2x1 gr, Inj ranitidin 2x1 amp, Inj Asam
tranexamat 3x1 amp, Paracetamol 3 x 500 mg tab, posavit 3 x 1 tab,
GV.

11. Hari kesebelas pasien di rawat di ruang Seruni (B2) RS M. Yunus (1 Juli
2018):
S : Perut terasa kembung, nafsu makan berkurang.
O : Sens: Compos Mentis, TD: 90/70 mmHg, S:36,7oC N: 82x, R:20x
Regio payudara sinistra
I: luka basah, darah (+), bau (+), pus (+)
A : Ca mamae sinistra advanced
P : Diet tinggi protein, IVFD RL XX gtt/menit, Infus albumin 20%
100 cc, Inj ceftriaxone 2x1 gr, Inj ranitidin 2x1 amp, Inj Asam
tranexamat 3x1 amp, Paracetamol 3 x 500 mg tab, posavit 3 x 1 tab.

12. Hari keduabelas pasien di rawat di ruang Seruni (B2) RS M. Yunus (2 Juli
2018):
S : Perut terasa kembung, nafsu makan berkurang.
O : Sens: Compos Mentis, TD: 100/60 mmHg, S:36,7oC N: 80x, R:20x
Regio payudara sinistra
I: luka basah, darah (+), bau (+), pus (+)
A : Ca mamae sinistra advanced
P : Diet tinggi protein, IVFD RL XX gtt/menit, Infus albumin 20%
100 cc, Inj ceftriaxone 2x1 gr, Inj ranitidin 2x1 amp, Inj Asam
tranexamat 3x1 amp, Paracetamol 3 x 500 mg tab, posavit 3 x 1 tab.

13. Hari ketigabelas pasien di rawat di ruang Seruni (B2) RS M. Yunus (3


Juli 2018):
S : Lemas (+) berkurang, nyeri di payudara kiri, perut tampak kembung,
nafsu makan berkurang.
O : Sens: Compos Mentis, TD: 90/70 mmHg, S:36,7oC N: 78x, R:20x
Regio payudara sinistra
I: luka basah, darah (+), bau (+), pus (+)
A : Ca mamae sinistra advanced
P : Diet tinggi protein, IVFD RL XX gtt/menit, Infus albumin 20%
100 cc, Inj ceftriaxone 2x1 gr, Inj ranitidin 2x1 amp, Inj Asam
tranexamat 3x1 amp, Paracetamol 3 x 500 mg tab, posavit 3 x 1 tab,
GV.

14. Hari keempatbelas pasien di rawat di ruang Seruni (B2) RS M. Yunus (4


Juli 2018):
S : Perut terasa kembung, nafsu makan berkurang.
O : Sens: Compos Mentis, TD: 90/70 mmHg, S:36,7oC N: 80x, R:20x
Regio payudara sinistra
I: luka basah, darah (+), bau (+), pus (+)
A : Ca mamae sinistra advanced
P : Diet tinggi protein, IVFD RL XX gtt/menit, Infus albumin 20%
100 cc, Inj ceftriaxone 2x1 gr, Inj ranitidin 2x1 amp, Inj Asam
tranexamat 3x1 amp, Paracetamol 3 x 500 mg tab, posavit 3 x 1 tab.

G. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia et malam
Quo ad sanactionam : Dubia et malam
Quo ad fungsionam : Dubia et malam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi
Payudara wanita dewasa berlokasi dalam fascia superficial dari dinding
depan dada. Dasar dari payudara terbentang dari iga kedua di sebelah atas sampai
iga keenam atau ketujuh di sebelah bawah, dan dari sternum batas medialnya
sampai ke garis midaksilrasis sebagai batas lateralnya. Dua pertiga dasar tersebut
terletak di depan muskulus pectoralis major dan sebagian muskulus serratus
anterior. Sebagian kecil terletak di atas muskulus obliqus externus. 2, 3
Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus, beberapa lebih besar
daripada yang lainnya, berada dalam fascia superficial, dimana dihubungkan
secara bebas dengan fascia sebelah dalam. 2,3

Potongan sagital mammae dan dinding dada sebelah depan


Topografi aksila

Suplai Darah
Payudara diperdarahi dari 2 sumber, yaitu arteri thoracica interna yang
merupakan cabang dari arteri axillaries dan arteri intercostal. 2
Vena aksilaris, vena thoracica interna, dan vena intercostals 3-5
mengalirkan darah dari kelenjar payudara.Vena-vena ini mengikuti arterinya.
Vena aksilaris terbentuk dari gabungan vena brachialis dan vena basilica, terletak
di medial atau superficial terhadap arteri aksilaris, menerima juga 1 atau 2 cabang
pectoral dari payudara. Setelah vena ini melewati tepi lateral dari iga pertama,
vena ini menjadi vena subclavikula. Di belakang, vena intercostalis berhubungan
dengan sistem vena vertebra dimana masuk vena azygos, hemiazygos, dan
accessory hemiazygos. Kemudian mengalirkan ke dalam vena cava superior. Ke
depan, berhubungan dengan brachiocephalica. Melalui jalur kedua dan jalur
pertama metastasis karsinoma payudara dapat mencapai paru-paru. Melalui jalur
ketiga, metastasis dapat ke tulang dan system saraf pusat. 2,3,5
Pada 18% individu, payudara diperdarahi oleh arteri internal thoracic, axillary,
dan intercostals. Pada 30%, kontribusi dari arteri aksilaris tidak berarti. Pada 50%,
arteri intercostal hanya sedikit kontribusinya.

Aliran Limfatik 2,3,5


a. Pembuluh getah bening
1. Pembuluh getah bening aksila
2. Pembuluh getah bening mamaria intena
3. Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah
payudara
b. Kelenjar getah bening aksila
Terdapat beberapa grup kelenjar getah bening aksila:
1. Kelenjar getah bening mammaria eksterna
Grup ini dibagi dalam dua kelompok:
i. Kelompok superior setinggi interkostal II-III
ii. Kelompok inferior setinggi interkostal IV-VI
2. Kelenjar getah bening skapula
3. Kelenjar getah bening sentral (central nodes)
Kelenjar getah bening ini merupakan kelenjar aksila yang terbesar dan
terbanyak jumlahnya, terletak di dalam jaringan lemak di pusat ketiak.
Beberapa di antaranya terletak sangat superfisial di bawah kulit dan fascia
kira-kira pada pertengahan lipat ketiak sehingga relatif paling mudah diraba.
1. Kelenjar getah bening interpektoral (Rotter’s nodes)
2. Kelenjar getah bening v. aksilaris
3. Kelenjar getah bening subklavikula
4. Kelenjar getah bening prepektoral
5. Kelenjar getah bening mammaria eksterna
Persarafan
Payudara dipersarafi oleh nervus intercosta 2-6, dengan cabang-cabangnya
melewati permukaan kelenjar.2

Saraf-saraf perifer penting yang ditemukan selama mastectomy

Faktor Risiko
Etiologi pasti dari kanker payudara masih belum jelas. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa wanita dengan faktor risiko tertentu lebih sering untuk
berkembang menjadi kanker payudara dibandingkan yang tidak memiliki
beberapa faktor risiko tersebut. Beberapa faktor risiko tersebut adalah:
1. Umur
Kemungkinan untuk menjadi kanker payudara semakin meningkat seiring
bertambahnya umur seorang wanita. Sekitar 1 hingga 8 kejadian kanker
payudara yang invasif ditemukan pada wanita yang lebih muda dari usia 45
tahun, sedangkan 2 hingga 3 kejadian ditemukan pada wanita berusia 55
tahun keatas. 2,5
2. Jenis kelamin
Kanker payudara 100 kali lebih sering terjadi pada perempuan daripada
laki-laki. Alasan utamanya adalah karena pada wanita, sel-sel pada payudara
lebih sering terekspose oleh hormon-hormon estrogen dan progesteron yang
mempengaruhi peertumuhan sel-sel pada payudara.9 Angka kejadian kanker
payudara pada laki-laki hanya 1 %.2

3. Riwayat kanker payudara


Wanita dengan riwayat pernah mempunyai kanker pada satu payudara
mempunyai risiko untuk berkembang menjadi kanker pada payudara yang
lainnya.2
4. Riwayat Keluarga
Risiko untuk menjadi kanker lebih tinggi pada wanita yang ibunya atau
saudara perempuan kandung memiliki kanker payudara. Risiko lebih tinggi
jika anggota keluarganya menderita kanker payudara sebelum usia 40 tahun.
Risiko juga meningkat bila terdapat kerabat/saudara (baik dari keluarga
ayah atau ibu) yang menderita kanker payudara. 2,8,9
5. Riwayat reproduksi dan menstruasi
Meningkatnya paparan estrogen berhubungan dengan peningkatan risiko
untuk berkembangnya kanker payudara, sedangkan berkurangnya paparan
2,5
justru memberikan efek protektif. Beberapa faktor yang meningkatkan
jumlah siklus menstruasi seperti menarche dini (sebelum usia 12 tahun),
nuliparitas dan menopause yang terlambat (di atas 55 tahun) berhubungan
juga dengan peningkatan risiko kanker. Diferensiasi akhir dari epitel
payudara yang terjadi pada akhir kehamilan akan memberi efek protektif,
sehingga semakin tua umur seorang wanita melahirkan anak pertamanya,
risiko kanker meningkat.7,8,9
6. Ras
Kanker payudara lebih sering terdiagnosis pada wanita kulit putih,
dibandingkan wanita Latin Amerika, Asia atau Afrika. Insidensi lebih tinggi
pada wanita yang tinggal di daerah industrialisasi. 2,9
7. Kurangnya aktivitas fisik
Wanita yang aktivitas fisik sepanjang hidupnya kurang, risiko untuk
menjadi kanker payudara meningkat. Dengan aktivitas fisik akan membantu
mengurangi peningkatan berat badan dan obesitas. 2,6
8. Diet
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang sering minum alkohol
mempunyai risiko kanker payudara yang lebih besar. Karena alkohol akan
meningkatkan kadar estriol serum. Sering mengkonsumsi banyak makan
berlemak dalam jangka panjang akan meningkatkan kadar estrogen serum,
sehingga akan meningkatkan risiko kanker.2,5

Metastasis Kanker Payudara


Metastasis kanker payudara dapat terjadi melalui dua jalan: 1,4
a. Metastasis melalui sistem vena
Melalui sistem vena kanker payudara dapat bermetastasis ke paru-paru,
vertebra, dan organ-organ lain. V. mammaria interna merupakan jalan
utama metastasis kanker payudara ke paru-paru melalui sistem vena
sedangkan metastasis ke vertebra terjadi melalui vena-vena kecil yang
bermuara ke v.interkostalis yang selanjutnya bermuara ke dalam v.
vertebralis.
b. Metastasis melalui sistem limfe
Metastasis melalui sistem limfe pertama kali akan mengenai KGB regional
terutama KGB aksila. KGB sentral (central nodes) merupakan KGB aksila
yang paling sering (90%) terkena metastasis sedangkan KGB mammaria
eksterna adalah yang paling jarang terkena. Kanker payudara juga dapat
bermetastasis ke KGB aksila kontralateral tapi jalannya masih belum jelas,
diduga melalui deep lymphatic fascial plexus di bawah payudara
kontralateral melalui kolateral limfatik. Jalur ini menjelaskan mengapa bisa
terjadi metastasis ke kelenjar aksila kontralateral tanpa metastasis ke
payudara kontralateral.
Metastasis ke KGB supraklavikula dapat terjadi secara langsung
maupun tidak langsung. Penyebaran langsung yaitu melalui kelenjar
subklavikula tanpa melalui sentinel nodes. Penyebaran tidak langsung
melalui sentinel nodes yang terletak di sekitar grand central limfatik
terminus yang menyebabkan stasis aliran limfe sehingga terjadi aliran balik
menuju ke KGB supraklavikula. Metastasis ke hepar selain melalui sistem
vena dapat juga terjadi melalui sistem limfe. Keadaan ini dapat terjadi bila
tumor primer terletak di tepi medial bagian bawah payudara dan terjadi
metastasis ke kelenjar preperikardial. Selanjutnya terjadi stasis aliran limfe
yang berakibat adanya aliran balik limfe ke hepar.

Klasifikasi kanker payudara 1,2,6,8


1. Non invasive carcinoma
a. Ductal carcinoma in situ
Ductal carcinoma in situ, juga disebut intraductal cancer, merujuk pada
sel kanker yang telah terbentuk dalam saluran dan belum menyebar.
Saluran menjadi tersumbat dan membesar seiring bertambahnya sel
kanker di dalamnya.Kalsium cenderung terkumpul dalam saluran yang
tersumbat dan terlihat dalam mamografi sebagai kalsifikasi terkluster
atau tak beraturan (clustered or irregular calcifications) atau disebut
kalsifikasi mikro (microcalcifications) pada hasil mammogram seorang
wanita tanpa gejala kanker. DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan
puting atau munculnya massa yang secara jelas terlihat atau dirasakan,
dan terlihat pada mammografi. Jika diabaikan dan tidak ditangani, DCIS
dapat menjadi kanker invasif dengan potensi penyebaran ke seluruh
tubuh. DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana salah satu
sel cenderung lebih invasif dari tipe satunya. Tipe pertama, dengan
perkembangan lebih lambat, terlihat lebih kecil dibandingkan sel normal.
Sel ini disebut solid, papillary atau cribiform. Tipe kedua, disebut
comedeonecrosis, sering bersifat progresif di awal perkembangannya,
terlihat sebagai sel yang lebih besar dengan bentuk tak beraturan.

Ductal Carcinoma in situ (A) dan Sel-sel kanker menyebar keluar dari ductus,
menginvasi jaringan sekitar dalam mammae (B).
b. Lobular carcinoma in situ
Meskipun sebenarnya ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang digolongkan
sebagai tipe kanker payudara non-invasif. Bermula dari kelenjar yang
memproduksi air susu, tetapi tidak berkembang melewati dinding
lobulus. Mengacu pada National Cancer Institute, Amerika Serikat,
seorang wanita dengan LCIS memiliki peluang 25% munculnya kanker
invasive (lobular atau lebih umum sebagai infiltrating ductal carcinoma)
sepanjang hidupnya.

Lobular carcinoma in situ

2. Invasive carcinoma
a. Paget’s disease dari papilla mammae
Sering muncul sebagai erupsi eksim kronik dari papilla mammae, dapat
berupa lesi bertangkai, ulserasi, atau halus. Paget's disease biasanya
berhubungan dengan DCIS (Ductal Carcinoma in situ) yang luas dan
mungkin berhubungan dengan kanker invasif. Biopsi papilla mammae
akan menunjukkan suatu populasi sel yang identik (gambaran atau
perubahan pagetoid). Pada kanker ini terlihat sel besar pucat dan
bervakuola (Paget's cells) dalam deretan epitel. Terapi pembedahan
untuk Paget's disease meliputi lumpectomy, mastectomy, atau
modified radical mastectomy, tergantung penyebaran tumor dan adanya
kanker invasif.
b. Invasive ductal carcinoma
 Adenocarcinoma with productive fibrosis (Scirrhous carsinoma)
Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara dan pada 60%
kasus kanker ini mengadakan metastasis (baik mikro maupun
makroskopik) ke KGB aksila. Kanker ini biasanya terdapat pada
wanita perimenopause atau postmenopause dekade kelima sampai
keenam, sebagai massa soliter dan keras. Batasnya kurang tegas dan
pada potongan melintang, tampak permukaannya membentuk
konfigurasi bintang di bagian tengah dengan garis berwarna putih
kapur atau kuning menyebar ke sekeliling jaringan payudara. Sel-sel
kanker sering berkumpul dalam kelompok kecil, dengan gambaran
histologi yang bervariasi.
 Medullary carcinoma (4%)
Medullary carcinoma adalah tipe khusus dari kanker payudara,
berkisar 4% dari seluruh kanker payudara yang invasif dan
merupakan kanker payudara herediter yang berhubungan dengan
BRCA-1. Peningkatan ukuran yang cepat dapat terjadi sekunder
terhadap nekrosis dan perdarahan. 20% kasus ditemukan bilateral.
Karakterisitik mikroskopik dari medullary carcinoma berupa:
1. Infiltrat limforetikular yang padat terutama terdiri dari sel
limfosit dan plasma.
2. Inti pleomorfik besar yang berdiferensiasi buruk dan mitosis
aktif.
3. Pola pertumbuhan seperti rantai, dengan minimal atau tidak ada
diferensiasi duktus atau alveolar.
Sekitar 50% kanker ini berhubungan dengan DCIS dengan
karakteristik terdapatnya kanker perifer, dan kurang dari 10%
menunjukkan reseptor hormon.
 Mucinous (colloid) carcinoma (2%)
Mucinous carcinoma (colloid carcinoma), merupakan tipe khusus
lain dari kanker payudara, sekitar 2% dari semua kanker payudara
yang invasif, biasanya muncul sebagai massa tumor yang besar dan
ditemukan pada wanita yang lebih tua. Karena komponen
musinnya, sel-sel kanker ini dapat tidak terlihat pada pemeriksaan
mikroskopik.
 Papillary carcinoma (2%)
Papillary carcinoma merupakan tipe khusus dari kanker payudara
sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif. Biasanya
ditemukan pada wanita dekade ketujuh dan sering menyerang
wanita non kulit putih. Ukurannya kecil dan jarang mencapai
diameter 3 cm.
 Tubular carcinoma (2%)
Tubular carcinoma merupakan tipe khusus lain dari kanker
payudara sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif.
3. Invasive lobular carcinoma (10%)
Invasive lobular carcinoma sekitar 10% dari kanker payudara. Gambaran
histopatologi meliputi sel-sel kecil dengan inti yang bulat, nucleoli tidak
jelas, dan sedikit sitoplasma.Pewarnaan khusus dapat mengkonfirmasi
adanya musin dalam sitoplasma, yang dapat menggantikan inti (signet-ring
cell carcinoma). Seringnya multifokal, multisentrik, dan bilateral. Karena
pertumbuhannya yang tersembunyi sehingga sulit untuk dideteksi.
4. Kanker yang jarang (adenoid cystic, squamous cell, apocrine)

Klasifikasi Kanker Payudara


Gradasi histologis 2,5
Seluruh kanker payudara kecuali tipe medulare harus dibuat gradasi
histologisnya. Sistim gradasi histologis yang direkomendasikan adalah menurut
“The hottingham combined histologic grade” (menurut Elston-Ellis yang
merupakan modifikasi dari Bloom-Richardson). Gradasinya adalah sebagai
berikut:
Gx : Grading tidak dapat dinilai
G1 : Low grade (rendah)
G2 : Intermediate grade (sedang)
G3 : High grade (tinggi)

Klasifikasi stadium TNM (UICC/AJCC) 2002 1,2 ,5


Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan TNM system dari
UICC/AJCC tahun 2002 adalah sebagai berikut:
T = Ukuran tumor primer Ukuran T secara klinis, radiologis dan
mikroskopis adalah sama. Nilai T dalam cm, nilai paling kecil dibulatkan ke
angka 0,1 cm.
Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai
To : Tidak terdapat tumor primer
Tis : Karsinoma in situ
Tis (DCIS) : Ductal carcinoma in situ
Tis (LCIS) : Labural carcinoma in situ
Tis (Paget) : Penyakit Paget pada putting tanpa adanya tumor
Catatan:
Penyakit Paget dengan adanya tumor dikelompokkan sesuai dengan ukuran
tumornya.

T1 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2 cm atau kurang


T1mic : Adanya mikroinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang
T1a : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm
T1b : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm
T1c : Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm
T2 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 cm
sampai 5 cm
T3 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar lebih dari 5 cm
T4 : Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding
dada atau kulit

Catatan:

Dinding dada adalah termasuk iga, otot, interkosialis, dan serratus anterior
tapi tidak termasuk otot pektoralis.

T4a : Ekstensi ke dinding dada (tidak termasuk otot paktoralis)


T4b : Edema (termasuk peau d’orange), ulserasi, nodul satelit pada kulit
yang terbatas pada 1 payudara
T4c : Mencakup kedua hal di atas
T4d : Mastitis karsinomatosa

N = Kelenjar getah bening regional.


Nx : Kgb regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya)
N0 : Tidak terdapat metastasis kgb
N1 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral yang mobil
N2 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral terfiksir, berkonglomerasi,
atau adanya pembesaran kgb mamaria interna ipsilateral (klinis,
tanpa adanya metastasis ke kgb aksila)
N2a : Metastasis pada kgb aksila terfiksir atau berkonglomerasi atau
melekat ke struktur lain
N2b : Metastasis hanya pada kgb mamaria interna ipsilateral secara
klinis dan tidak terdapat metastasis pada kgb aksila
N3 : Metastasis pad kgb infraklavikular ipsilateral degan atau tanpa
metastasis kgb aksila atau klinis terdapat metastasis pada kgb
mamaria interna ipsilateral klinis dan metastasis pada kgb aksila
atau metastasis pad kgb supraklavikula ipsilateral dengan atau
tanpa metastasis pada kgb aksila/mamaria interna
N3a : Metastasis ke kgb infraklavikular ipsilateral
N3b : Metastasis ke kgb mamaria interna dan kgb aksila
N3c : Metastasis ke kgb supraklavikular

Catatan:

Terdeteksi secara klinis: terdeteksi dengan pemeriksaan fisik atau secara


imaging (diluar unifoscintigrafi).

Patologi (pN)
pNx : Kgb regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya atau
tidak diangkat)
pN0 : Tidak terdapat metastasis ke kgb secara patologi, tanpa
pemeriksaan tambahan untuk “isolated tumor cells” (ITC)

Catatan:

ITC adalah sel tumor tunggal atau kelompok sel kecil dengan ukuran tidak
lebihdari 0,2 mm yang biasanya hanya terdeteksi dengan pewarnaan
imunahistokimia (IHC) atau metode molekular lainnya tapi masih dalam
pewarnaan H & E. ITC tidak selalu menunjukkan adanya aktifitas keganasan
seperti proliferas atau reaksi stromal.

pN0(-) : Tidak terdapat metastasis kgb secara histologis, IHC


negatif

pN0(+) : Tidak terdapat metastasis kgb secara histologis, IHC


positif, tidak terdapat kelompok IHC yang lebih dari
0,2 mm

pN0(mol -) :Tidak terdapat metastasis kgb secara histologis,


pemeriksaan molekular negatif (RT-PCR)
pN0(mol +) :Tidak terdapat metastasis kgb secara histologis,
pemeriksaan molekular positif (RT-PCR)
Catatan:
a. klasifikasi berdasarkan diseksi kgb aksila dengan atau tanpa pemeriksaan
sentinelnode. Klasifikasi berdasarkan hanya pada diseksi sentinel node
tanpa diseksi kgb aksila ditandai dengan (sn) untuk sentinel node,
contohnya: pN0(+) (sn).
b. RT-PCR : neverse transcriptase/polymerase chain reaction.
pN1 : Metastasis pada 1-3 kgb aksila dan atau kgb mamaria
interna (klinis negatif) secara mikroskopis yang terdeteksi
dengan sentinel node diseksi
pN1mlc : Mikrometastasis (lebih dari 0,2 mm sampai 2,0 mm)
pN1a : Metastasis pada kgb aksila 1-3 bulan
pN1b : Metastasis pada kgb mamaria interna (klinis negatif)
secara mikroskopis terdeteksi melalui diseksi sentinel
node
pN1c : Metastasis pada 1-3 kgb aksila dan kgb mamaria interna
secara mikroskopis melaui diseksi sentinel node dan
secara klinis negatif (jika terdapat lebih dari 3 buah kgb
aksila yang positif, maka kgb mamaria interna
diklasifikasikan sebagai pN3b untuk menunjukkan
peningkatan besarnya tumor)
pN2 : Metastasis pada 4-9 kgb aksila atau secara klinis terdapat
pembesaran kgb mamaria interna tanpa adanya metastasis
kgb aksila
pN2a : Metastasis pada 4-9 kgb aksila (paling kurang terdapat 1
deposit tumor lebih dari 2,0mm)
pN2b : Metastasis pada kgb mamaria interna secara klinis tanpa
metastasis kgb aksila
pN3 : Metastasis pada 10 atau lebih kgb aksila; atau
infraklavikula atau metastasis kgb mamaria interna (klinis)
pada 1 atau lebih kgb aksila yang positif; atau pad
metastasis mikroskopis kgb mamaria interna negatif; atau
pada kgb supraklavikula
pN3a : Metastasis pada 10 atau lebih kgb aksila (paling kurangi
satu deposit tumor lebih dari 2,00mm), atu metastasis pada
kg infraklavikula
pN3b : Metastasis kgb mamaria interna ipsilateral (klinis) dan
metastasis pada kgb aksila 1 atau lebih; atau metastasis
pada kgb aksila 3 buah dengan terdapat metastasis
mikroskopis pada kgb mamaria interna yang terdeteksi
dengan diseksi sentinel node yang secara klinis negatif
pN3c : Metastasis pada kgb supraklavikula ipsilateral

Catatan:
Tidak terdeteksi secara klinis/klinis negatif: adalah tidak terdetek dengan
pencitraan (kecuali limfoscinligrafi) atau dengan pemeriksaan fisik.
M : Metastasis jauh
Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai
M0 : Tidak terdapat metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasis jauh

Grup stadium
Stadium 0 : Tis N0 M0
Stadium 1 : T1 N0 M0
Stadium IIA : T0 N1 M0
T1 N1 M0
Stadium IIB : T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA : T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stadium IIIB : T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stadium IIIC : Tiap T N3 M0
Stadium IV : TiapT Tiap N M1

Prosedur Diagnosis
I. Pemeriksaan Klinis 1,2,3
I. Anamnesis:
1. Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya
a. Benjolan
b. Kecepatan tumbuh
c. Rasa sakit
d. Nipple discharge
e. Nipple retraksi dan sejak kapan
f. Krusta pada areola
g. Kelainan kulit: dimpling, peau d’orange, ulsrasi, venektasi
h. Perubahan warna kulit
i. Benjolan ketiak
j. Edema lengan
2. Keluhan di tempat lain berhubungan dengan metastasis, antara lain:
a. Nyeri tulang (vertebra, femur)
b. Rasa penuh di ulu hati
c. Batuk
d. Sesak
e. Sakit kepala hebat dan lain-lain
II. Pemeriksaan fisik
1. Status generalis, cantumkan performance status
2. Status lokalis:
a. Payudara kanan dan kiri harus diperiksa
b. Masa tumor:
- Lokasi
- Ukuran
- Konsistensi
- Permukaan
- Bentuk dan batas tumor
- Jumlah tumor
- Terfiksasi atau tidak ke jaringan sekitar payudara, kulit, m.
pektoralis dan dinding dada
c. Perubahan kulit:
 Kemerahan, dimpling, edema, nodul satelit
 Pedu d’orange, ulserasi
d. Nipple:
- Tertarik
- Erosi
- Krusta
- Discharge
e. Status kelenjar getah bening:
- KGB aksila :
Jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir satu sama lain atau
jaringan sekitar
- KGB infraklavikula : idem
- KGB supra klavikula : idem
f. Pemeriksaan pada daerah yang dicurigai metastasis:
- Lokasi organ (paru, tulang, hepar, otak)

Teknik pemeriksaan2,10
Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka
1. Posisi tegak (duduk)
Lengan penderita jatuh bebas di samping tubuh, pemeriksa berdiri di
depan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada inspeksi
dilihat simetri payudara kiri dan kanan; perubahan kulit berupa peau
d’orange, kemerahan, dimpling, edema, ulserasi dan nodul satelit;
kelainan puting susu seperti retraksi, erosi, krusta dan adanya
discharge.
2. Posisi berbaring
Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh tersebar rata
di atas lapangan dada, jika perlu bahu atau punggung diganjal dengan
bantal kecil terutama pada penderita yang payudaranya besar. Palpasi
dilakukan dengan mempergunakan falang distal dan falang medial jari
II, III dan IV yang dikerjakan secara sistematis mulai dari kranial
setinggi iga kedua sampai ke distal setinggi iga keenam, juga
dilakukan pemeriksaan daerah sentral subareolar dan papil. Palpasi
juga dapat dilakukan dari tepi ke sentral (sentrifugal) berakhir di
daerah papil. Terakhir diadakan pemeriksaan kalau ada cairan keluar
dengan menekan daerah sekitar papil. Pemeriksaan dengan rabaan
halus akan lebih teliti daripada dengan rabaan kuat karena rabaan
halus akan dapat membedakan kepadatan massa payudara. Pada
pemeriksaan ini ditentukan lokasi tumor berdasarkan kuadran
payudara (lateral atas, lateral bawah, medial atas, medial bawah, dan
daerah sentral), ukuran tumor (diameter terbesar), konsistensi,
permukaan, bentuk dan batas-batas tumor, jumlah tumor serta
mobilitasnya terhadap jaringan sekitar payudara, kulit, m.pektoralis
dan dinding dada.

Pemeriksaan kelenjar getah bening regional


1. Aksila
Sebaiknya dalam posisi duduk karena dalam posisi ini fossa aksila
jatuh ke bawah sehingga mudah untuk diperiksa dan lebih banyak
yang dapat dicapai. Pada pemeriksaan aksila kanan tangan kanan
penderita diletakkan atau dijatuhkan lemas di tangan/bahu kanan
pemeriksa dan aksila diperiksa dengan tangan kiri pemeriksa.
Diraba kelompok KGB mammari eksterna di bagian anterior dan di
bawah tepi m.pektoralis aksila; KGB subskapularis di posterior
aksila; KGB sentral di bagian pusat aksila; dan KGB apikal di
ujung atas fossa aksilaris. Pada perabaan ditentukan ukuran,
konsistensi, jumlah, apakah terfiksasi satu sama lain atau ke
jaringan sekitarnya. Supra dan infraklavikula serta leher utama,
bagian bawah dipalpasi dengan cermat dan teliti. Selain payudara
dan KGB, organ lain yang ikut diperiksa adalah paru, tulang, hepar,
dan otak untuk mencari metastase jauh.
II. Pemeriksaan Radiodiagnostik/Imaging 1,,3,7
1. Diharuskan (recommended)
a. USG payudara dan mamografi untuk tumor <3cm
b. Foto toraks
c. USG abdomen (hepar)
2. Optional (atas indikasi)
a. Bone scanning atau dan bone survey (bilamana sitologi atau klinis
sangat mencurigai pada lesi >5cm)
b. CT scan

III. Pemeriksaan Fine Needle Aspiration Blopsy-sitologi


Dilakukan pad lesi yang secara klinis dan raiologik curiga ganas.1,2
Catatan: belum merupakan Gold Standard, Bila mapu, dianjurkan untuk diperiksa
TRIPLE DIAGNOSTIC

IV. Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic)


Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan potong beku dan/atau parafin.
Bahan pemeriksaan histopatologi diambil melalui: 1,3
- Care blopsy
- Biopsi eksisional untuk tumor ukuran >3cm
- Biopsi insisional untuk tumor:
- Operabel ukuran > 3 cm operasi definitif
- Inoperabel
- Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan kgb
- Pemeriksaan Imunohistokimia: ER, PR, c-erbm-2 (HER-2 nou),
cathepsin-D, p53, (situsional)
V. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai dengan
perkiraan metastasis. 1,2
Screening
Metode: 8,10
1. SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) Dilaksanakan pada wanita
mulai usia subur, setiap 1 minggu setelah hari pertama menstruasi
terakhir.
2. Pemeriksaan fisik Oleh dokter secara lige artis.
3. Mammografi, pada wanita diatas 35 tahun-50 tahun setiap 2 tahun dan
pada wanita diatas 50 tahun setiap 1 tahun.

Catatan:
Pada daerah yang tidak ada mammogarfi 1 USG, untuk deteksi dini
dilakukan dengan SADARI dan pemeriksaan fisik saja.

Diagnosis Banding Kanker Payudara 2,3,5


a. Fibroadenoma
Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak dan merupakan golongan terbesar
dari tumor payudara yaitu 45,28%-50% di RS Dr. Soetomo (Sukardja).
Fibroadenoma mammae (FAM) ini secara klinis diketahui sebagai tumor di
payudara dengan konsistensi padat kenyal, dapat digerakkan dari jaringan
sekitarnya, berbentuk bulat lonjong dan berbatas tegas. Pertumbuhannya
lambat, tidak ada perubahan pada kulit, dan tidak disertai rasa nyeri. FAM
terdapat pada usia muda yaitu 15-30 tahun, dapat dijumpai bilateral atau
multipel (15%). Sebagai tumor jinak, tidak ada metastase regional dan jauh,
pengobatannya cukup dengan eksisi tumornya.
b. Penyakit fibrokistik
Fibrocystic disease (FCD) biasanya multipel dan bilateral, disertai rasa
nyeri terutama menjelang haid. Ukurannya dapat berubah, terasa lebih
besar, penuh dan nyeri menjelang haid dan akan mengecil serta nyeri
berkurang setelah haid selesai. Hal ini terjadi karena FCD dipengaruhi oleh
keseimbangan hormonal. Tumor jenis ini umumnya tidak berbatas tegas
kecuali kista soliter. Konsistensinya padat kenyal, dapat pula kistik. Jenis
yang padat kadang-kadang sukar dibedakan dengan kanker payudara dini.
Kelainan ini dapat juga dijumpai tanpa massa tumor yang nyata hingga
jaringan payudara teraba padat, permukaan granular. Pengobatan FCD
umumnya adalah medikamentosa simptomatis. Namun apabila
medikamentosa tidak menghilangkan keluhan nyerinya dan ditemukan pada
usia pertengahan sampai tua diperlukan terapi operatif.
c. Cystosarcoma philloides
Gambaran klinis Cystosarcoma philloides dapat seperti FAM yang besar.
Bentuknya bulat lonjong, permukaan berbenjol, batas tegas, ukuran bisa
mencapai 20-30 cm. Konsistensinya dapat padat kenyal tapi ada bagian
yang kisteus. Walaupun ukurannya besar tidak ada perlekatan ke dasar atau
kulit. Kulit payudara tegang, berkilat dan tampak venektasi. Cystosarcoma
philloides tidak bermetastase karena ini adalah kelainan jinak tapi sejumlah
kecil (27%) ditemukan dalam bentuk ganas yang disebut malignant
cystosarcoma philloides. Pengobatannya adalah simple mastectomy untuk
mencegah residif. Pada orang muda atau belum berkeluarga dapat
dipertimbangkan untuk mastekstomi subkutan.
d. Galactocele
Galaktokel bukan kelainan neoplasma atau pertumbuhan baru melainkan
suatu massa tumor kistik yang timbul akibat tersumbatnya duktus laktiferus
pada ibu-ibu yang sedang atau baru selesai masa laktasi. Tumor ini berbatas
tegas, bulat dan kisteus karena berisi air susu yang mengental.
e. Mastitis
Mastitis adalah suatu infeksi pada kelenjar payudara yang biasanya terdapat
pada wanita yang sedang menyusui. Ditemukan tanda-tanda radang dan
sering sudah menjadi abses.

Prosedur Terapi 1,2,8


A. Modalitas terapi
1. Operasi
2. Radiasi
3. Kemoterapi
4. Hormonal terapi
5. Molecular targetting therapi (biologi therapi)
Operasi:
Jenis operasi untuk terapi
1. BCS (Breast Conserving Surgery )
2. Simpel mastektomi
3. Radikal mastektomi modifikasi
4. Radikal mastektomi
Radiasi
1. Primer
2. Adjuvan
3. Pallatif
Kemoterapi
1. Harus kombinasi
2. Kombinasi yang dipakai
a. CMF
b. CAF, CEF
c. Taxane-Doxorubicin
d. Capecetabin
Hormoni
1. Ablative : Bilateral ovarektomi
2. Additive : Tamoxifen
3. Optional :
a. Aromatase Inhibitor
b. GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone), dsb.
B. Terapi
Kanker payudara stadium 0. Dilakukan:
1. BCS
2. Mastektomi simple
Terapi definitif pada TD tergantung pada pemeriksaan blok parafin,
lokasi didasarkan pada hasil pemeriksaan Imaging.
Indikasi BCS
a. T: 3 cm
b. Pasien menginginkan mempertahankan payudaranya
Syarat BCS
a. Keinginan penderita setelah dilakukan informed consent.
b. Penderita dapat dilakukan kontrol rutin setelah pengobatan.
c. Tumor tidak terletak sentral.
d. Perbandingan ukuran tumor dan volume payudara cukup baik
untuk kosmetik pasca BCS.
e. Mamografi tidak memperlihatkan mil rokalsifikasi/tanda keganasan
lain yang difus (luas).
f. Tumor tidak multipal.
g. Belum pernah terapi radiasi di dada.
h. Tidak menderita penyakit LE atau penyakit kolagen.
i. Terdapat sarana radioterapi yang memadai.

Kanker payudara stadium dini/operabel :


Dilakukan:
1. BCS (harus memnuhi syarat di atas)
2. Mastektomi radikal
3. Mastektomi radikal modifikasi
Terapi adjuvant :
a. Dibedakan pada keadaan : Node (-) atau Node (+)
b. Pemberiannya tergantung dari :
1) Node (+) / (-)
2) ER / PR
3) Usia pre menopause atau post menopause
4) Dapat berupa :
 Radiasi
 Kemoterapi
 Hormonal terapi

Terapi adjuvant: 1,2,3,8


I. Radiasi
Diberikan apabila ditemukan keadaan sebagai berikut:
a. Setelah tindakan operasi terbatas (BSC)
b. Tepi sayatan dekat (T> T2)/tidak bebas tumor
c. Tumor sentral/medial
d. KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler
Acuan pemberian radiasi sebagai berikut:
a. Pada dasarnya diberikan radiasi lokoregional (payudara dan aksila
beserta supraklavikula), kecuali:
- Pada keadan T< T2 bila cN = 0 dan pN, maka tidak dilakukan radiasi
pada KGB aksila supraklavikula.
- Pada keadaan tumor dimedial/sentral diberikan tambahan radiasi pada
mamaria interna
b. Dosis lokoregional profilaksis adalah 50Gy, booster dilakukan sebagai
berikut:
 Pada potensial terjadi residif ditambahkan 10Gy (misalnya tepi
sayatan dekat tumor atu post BCS).
 Pada terdapat masa tumor atau residu post op (mikroskopik atau
makroskopik) maka diberikan boster dengan dosis 20Gy kecuali pada
aksila 15Gy
II. Khemoterapi
Khemoterapi: Kombinasi CAF (CEF), CMF, A
Khemoterapi adjuvant : 6 siklus
Khemoterapi paliatif : 12 siklus
Khemoterapi neoadjuvant: - 3 siklus pra terapi primer
ditambah
- 3 siklus pasca terapi primer
- Kombinasi CAF
Dosis:
C: Cyclophgosfamide 500 mg/m2 hari 1
A: Adriamycin = Doxorul in 50 mg/m2 hari 1
F: 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2 hari 1
Interval 3 minggu
- Kombinasi CEF
Dosis:
C: Cyclophgosfamide 500 mg/m2 hari 1
E: Epirublein 50 mg/m2 hari 1
F: 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2 hari 1
Interval 3 minggu
- Kombinasi CMF
Dosis:
C: Cyclophgosfamide 100 mg/m2 hari 1 s/d 14
M: Melotrexate 40 mg/m2 hari 1 & 8
F: 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2 hari 1 & 8
Interval 3 minggu
- Kombinasi AC
Dosis:
A: Adriamycin
C: Cyclophospamide
- Optional
- Kombinasi Taxan + Doxorubicin
- Capecitabine
- Gemcitabine
III. Hormonal terapi
Macam terapi hormonal
a. Additive : Pemberian tamoxi’en
b. Abiative : Bilateral oophorectoml (ovarektomi bilateral)
Dasar pemberian :
a. Pemeriksaan Reseptor ER + PR + ; ER + PR - ; ER – PR +
b. Status hormonal
 Additive, Apabila :
ER–PR +
ER+PR – (menopause tanpa pemeriksaan ER & PR)
ER–PR +
 Abiasi, Apabila
- Tanpa pemeriksaan reseptor
- Premenopause
- Menopause 1-5 tahun dengan efek estrogen (+)
- Perjalanan penyakit slow growing & intermediateo growing

Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut)


a. Operable Locally advanced
 Simple mastektomi/mrm + radiasi kuratif + kemoterapi adjuvant +
hormonal terapi
 Inoperable Localy advanced
- Radiasi kuratif + kemoterapi + hormonal terapi
- Radiasi + operasi + kemoterapi + hormonal terapi
- Kemoterapi neo adj + operasi + kemoterapi + radiasi + hormonal
terapi
Kanker payudar lanjut metastase jauh, Prinsip:
 Sifat terapi palilatif
 Terapi sistemik merupakan terapi primer (Kemoterapi dan hormonal
terapi)
 Terapi lokoregional (radiasi & bedah) apabila diperlukan

Rehabilitasi dan follow Up 1,3,8


I. Rehabilitasi:
Pra Operatif
a. Latihan pernafasan
b. Latihan batuk efektif
Pasca Operatif Hari 1-2
a. Latihan lingkup gerak sendi untuk siku pergelangan tangan dan jari
lengan daerah yang dioperasi
b. Untuk sisi sehat latihan lingkup gerak sendi lengan secara penuh
c. Untuk lengan atas bagian operasi latihan isometrik
d. Latihan relaksasi otot leher dan toraks
e. Aktif mobilisasi

Pasca Operatif Hari 3-5


a. Latihan lingkup gerak sendi untuk bahu sisi operasi (bertahap)
b. Latihan relaksasi
c. Aktif dalam sehari-hari dimana sisi operasi tidak dibebani

Pasca Operatif Hari 6 dan seterusnya


a. Bebas gerakan
b. Edukasi untuk mempertahankan lingkup gerak sendi dan usaha untuk
mencegah/menghilangkan timbulnya lymphedema

Follow up
a. Tahun 1 dan 2  Kontrol tiap 2 bulan
b. Tahun 3 s/d 5  Kontrol tiap 3 bulan
c. Setelah tahun 5  Kontrol tiap 6 bulan
d. Pemeriksaan fisik  Setiap kali kontrol
e. Thorax foto  Setiap 6 bulan
f. Lab, marker  Setiap 2-3 bulan
g. Mammografi kontra lateral  Setiap tahun atau ada indikasi
h. USG Abdomen/lever  Setiap 6 bulan atau ada indikasi
i. Bone scanning  Setiap 2 bulan atau ada indikasi

Prognosis
5 tahun survival untuk stadium I adalah 94%, stadium IIa 85%, IIb 70%,
dimana pada stadium IIIa sekitar 52%, IIIb 48% dan untuk stasium IV adalah
18%.2,4
DAFTAR PUSTAKA

1. Albar, Zafiral Azdi dkk (editor). Protokol PERABOI 2003. PERABOI.


Jakarta. Edisi Pertama. 2004. Hlm: 2-15.
2. Asrul. Hubungan antara Besar Tumor dan Tipe Histologi Kanker Payudara
dengan Adanya Metastase pada Kelenjar Getah Bening Aksila. Bagian Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2003. Available
from: http://www.usu.ac.id.
3. De Jong, Wim . Buku Ajar Ilmu Bedah . EGC. Jakarta. Edisi Pertama . 2005 .
Hlm : 387-402.
4. World Health Organization. Breast cancer : Prevention and Control .2009.
Available from : www.who.int.
5. Manuaba, Tjakra W. Payudara. R. Sjamsuhidajat dan Wim de Jong (editor).
Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. EGC. 2004. Hlm: 387-402.
6. Haskell, Charles M. and Dennis A. Casciato. Breast Cancer. Dennis A.
Casciato and Berry B. Lowitz (editors). Manual on Clinical Oncology.
Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia. 2000. Page: 11.
7. Souhami, Robert L. Et al (editors). Oxford Textbook of Oncology. 2nd Ed.
Oxford Press. Page: 110-116
8. American Cancer Society . Detailed Guide : Breast Cancer . 2009. Available
from : www.acs.org.
9. Makhoul, Issam. Breast Cancer: Overview. 2006 Available from:
http://www.emedicine.com.
10. Toward Optimized Practice (TOP) Program. Guideline for the Early Detection
of Breast Cancer. Available from: http://www.albertadoctors.org.

Anda mungkin juga menyukai