Oleh:
Thomas Erickson (H1AP12052)
Suci Mentari (H1AP12045)
Vivi Wulandari (H1AP11050)
Pembimbing:
Mardhatillah Sariyanti, M. Biomed
dr. Erlina Panca Putri, MH
Penguji :
dr. Enny Nugraheni, M. Biomed
1
A. LATAR BELAKANG
Defisiensi gizi merupakan penyebab utama kematian ibu hamil maupun bayi
yang dilahirkannya. Salah satu zat gizi yang sangat penting dalam masa kehamilan
yaitu asam folat1,2. Selain sel darah merah yang sering mengalami penurunan pada
wanita hamil, asam folat juga terbukti mengalami penurunan yang signifikan pada
wanita hamil yang tidak mendapatkan suplementasi sebelumnya3. Defisiensi asam
folat seperti anemia megaloblastik telah dilaporkan kejadiannya mencapai 24% di
wilayah Asia, Afrika, dan Amerika Selatan, namun berkisar 2.5-5% dari wanita
tersebut tergolong dalam populasi dengan status nutrisi yang baik4. Pemberian asam
folat juga terbukti dapat mencegah kejadian defisiensi asam folat subklinik dan
anemia megaloblastik5
Berkurangnya kadar asam folat selama kehamilan berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan asam folat tyang dibutuhkan bagi pertumbuhan fetal,
plasenta, dan jaringan-jaringan maternal. Peningkatan katabolisme asam folat juga
terjadi selama kehamilan yang dapat berkontribusi pada penurunan status asam folat
yang sering terjadi pada ibu hamil.6 Asam folat dibutuhkan pada sintesis DNA dan
metilasi, serta proses remetilasi dari homosistein menjadi metionin, sehingga
menjadi determinan penting dari konsentrasi homosistein plasma.
Hiperhomosisteinemia berhubungan dengan peningkatan risiko komplikasi
kehamilan seperti neural tube defects, preeclampsia, placenta previa, keguguran,
berat badan lahir rendah, dan retardasi pertumbuhan intrauterin7.
Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, hasil penelitian telah menunjukkan
bahwa pemberian suplemen asam folat pada awal kehamilan dapat mengurangi
risiko kejadian dan kekambuhan dari neural tube defect.8 Bukti-Bukti tersebut secara
jelas merekomendasikan wanita yang berencana hamil untuk mengonsumsi asam
folat 400 µg dari masa prekonsepsi sampai dengan akhir trimester pertama.9
Walaupun rekomendasi suplementasi asam folat pada ibu hamil sebelum dan sampai
awal dari kehamilan dipercaya dapat mencegah neural tube defects, akan tetapi
manfaat suplementasi asam folat yang dilanjutkan sampai dengan kehamilan
trimester kedua dan ketiga belum sepenuhnya diketahui.
Pada awal kehamilan, sudah terdapat rekomendasi suplementasi asam folat,
Namun setelah minggu 12 dari kehamilan tidak ada rekomendasi yang diakui,
2
sementara petunjuk yang diberikan pada wanita hamil terkait suplementasi asam
folat sangat bervariasi dan tidak konsisten.
Di UPTD Puskesmas Sukamerindu pasien wanita hamil yang datang untuk
antenatal care, pasien hamil yang memeriksakan diri ke dokter sering diresepkan
suplementasi asam folat dari puskesmas. Pemberian asam folat di PKM Puskesmas
Sukamerindu diberikan baik pada trimester pertama maupun trimester kedua dan
ketiga. Tujuan dari penulisan laporan EBCR ini adalah untuk mengetahui efek dari
pemberian suplementasi asam folat yang dilanjutkan setelah trimester pertama
kehamilan pada kadar asam folat dan homosistein plasma, serta efeknya pada
karakteristik bayi baru lahir.
3
B. ILUSTRASI KASUS
An. C, 2 tahun 6 bulan datang ke Poli Anak UPTD Puskesmas Pasar Ikan diantar
oleh ibunya dengan keluhan batuk dan pilek sejak 3 hari yang lalu. Keluhan ini
sudah sering dirasakan pasien sejak 2 minggu yang lalu sebelum pasien berobat ke
poli. Pasien sudah sering berobat untuk mengobati keluhannya
Keluhan ini pertama kali dirasakan pasien. Keluhan demam, mual maupun
muntah disangkal. Keluhan batuk pilek dan sakit menelan disangkal. Pasien
menyangkal adanya riwayat asma dan penyakit alergi. Riwayat digigit oleh serangga
juga disangkal oleh pasien.
Ibu pasien mengatakan bahwa terdapat keluarga yang mengalami hal serupa,
saudara pasien yang tinggal satu rumah dengan pasien dan tidur bersama pasien
mengalami keluhan yang sama dengan pasien.
Pasien belum menerima pengobatan apapun sebelumnya. Untuk mengurangi
rasa gatal tersebut, ibu pasien memberikan bedak bayi ke tubuh pasien tetapi keluhan
tidak berkurang.
Pasien tinggal bersama orang tuanya di rumah dan 2 orang saudara kandungnya.
Ukuran rumah kecil dengan lingkungan padat penduduk. Pasien biasanya mandi 2x
dalam sehari, mengganti pakaiannya 2x dalam sehari termasuk pakaian dalam dan
menggunakan handuk sendiri. Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal
ibu pasien.
Pada pemeriksaan fisik tanda vital yaitu tekanan darah 110/70 mmHg,
frekuensi nadi 84x/menit, pernafasan 20x/menit, dan suhu 37.3o C. Pemeriksaan fisik
umum dalam batas normal.
Status dermatologis:
Distribusi : Regional
Lokasi : Manus dextra et sinistra, pedis dextra et sinistra, thorakal
dan inguinal.
Eflurosensi : Papula eritematosa, berjumlah multipel berbentuk
polimorfik dan tersebar secara regional disertai
dengan adanya ekskoriasi, krusta diatasnya.
4
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka diganosis skabies pada
pasien dapat ditegakkan berdasarkan adanya 2 dari 4 tanda kardinal skabies.
Penatalaksanaan medikamentosa pada pasien yaitu pemberian salep sulfur 2x/sehari
dan cetirizin 1x10 mg. Berdasarkan panduan praktis klinis bagi dokter di pelayanan
kesehatan primer tahun 2014, terapi skabies dapat diberikan dengan salah satu obat
topikal (skabisid) yaitu salep sulfur (Salep 2-4) atau krim permethrin 5%.7 Terapi
pilihan pertama adalah skabisid topikal, yaitu krim permethrin 5% yang
diaplikasikan selama 8–12 jam dan setelah itu dicuci bersih dan berdasarkan United
States Food and Drug Administration (FDA), krim permethrin 5% juga lebih
direkomendasikan karena terbukti aman dan efektif, tetapi untuk saat ini kebanyakan
obat topikal yang tersedia di pusat pelayanan primer seperti Puskesmas hanya salep
sulfur. Berdasarkan hal inilah sehingga dokter mempertimbangkan efektifitas
pemberian terapi skabies dengan salep sulfur dibandingkan dengan krim permethrin.
Status Obstetri
Pemeriksaan luar:
Tinggi fundus uteri 3 pertengahan umbilikus dan Prosesus Xypoideus
(28cm), letak janin memanjang, punggung di sebelah kanan, bagian terbawah
janin kepala, His tidak ada, DJJ 148x/menit, dan TBJ 2480 gram.
5
C. PERTANYAAN KLINIS
1. Apakah pemberian suplemen vitamin D dosis tinggi dapat membantu
mencegah infeksi virus saluran pernafasan atas akut pada anak pra sekolah
pada saat musim dingin dibandingkan dengan pemberian suplemen vitamin D
dosis standar?
P : Anak usia pra sekolah usia 1-5 tahun
I : Pemberian suplemen vitamin D dosis tinggi
C : Pemberian suplemen vitamin D dosis standar
O : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pemberian suplemen vitamin D
dosis tinggi dengan dosis rendah pada anak pra sekolah
D. KATA KUNCI
Pencarian jurnal dilakukan dengan menggunakan PubMed dan Cochrane
pada tanggal 10 April 2018 dengan menggunakan kata kunci:
Upper Respiratory Tract Infection AND Children AND after first trimester
AND effect
Pregnant AND folic acid AND after first trimester AND impact
Pregnant AND folic acid suplementation AND second trimester OR third
trimester AND impact
Pregnant AND folic acid suplementation AND second trimester OR third
trimester AND neural kektube defect
6
F. METODOLOGI
Pencarian artikel dilakukan pada tanggal 10 April 2018 pada dua
database yaitu PUBMED dan Cochrane Library. Pencarian artikel pada kedua
database menggunakan 4 kata kunci. Dari hasil pencarian dengan menggunakan
kata kunci tersebut didapatkan total 186 artikel dengan 58 artikel yang memiliki
judul yang sama sehingga menjadi 128 artikel. Kemudian dilakukan penyaringan
berdasarkan judul dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga
menyisakan 16 artikel. Kemudian dilakukan penyaringan berdasarkan abstrak
sehingga menyisakan 1 artikel yang sesuai. Detail lebih lengkap mengenai
penyaringan pada masing-masing database dapat dilihat pada diagram 1.
Dari proses penyaringan ini didapatkan satu artikel yang sesuai dengan kasus
dan kemudian di telaah dalam laporan kasus ini. Artikel ini berjudul “Impact of
continuing folic acid after the first trimester of pregnancy : finding of randomized
trial of folic acid suplementation in second and third trimester” ditulis oleh McNulty
dkk di Inggris dan dipublikasikan di PUBMED dan Cochrane pada tahun 2013.
G. Telaah Kritis
McNulty dkk melakukan penelitian di Inggris yang bertujuan untuk
menginvestigasi konsumsi asam folat selama kehamilan dan respon homosistein
serta efek pada bayi sebagai akibat dari konsumsi asam folat setelah trimester
pertama kehamilan. Jumlah responden penelitian 119 pasien yang dibagi menjadi 60
pasien pada kelompok plasebo dan 59 pasien pada kelompok terapi.
Semua pasien adalah ibu hamil usia 18-35 tahun yang mengunjungi klinik
antenatal pada Causeway Hospital, Coleraine, United Kingdom pada September
2005 hingga Desember 2006, tanpa komplikasi kehamilan yang dilaporkan
mengkonsumsi suplemen asam folat pada trimester kedua dan ketiga kehamilan.
Partisipan adalah wanita sehat dengan kehamilan janin tunggal tanpa komplikasi
kehamilan. Wanita di eksklusi dari partisipan jika mereka memiliki penyakit
gastrointestinal, hepatik, ginjal, pembuluh darah, gangguan hematologi, epilepsi,
8
kehamilan sebelumnya dengan NTD, memiliki kerabat perempuan langsung yang
pernah hamil dengan NTD, atau partisipan menderita NTD. Partisipan yang
mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi kerja vitamin B atau partisipan
yang menjalankan fertilisasi in vitro juga di ekslusi. Pada kunjungan pertama ibu
hamil diminta untuk mengisi kuesioner skrining mengenai kesehatan secara umum
dan kehamilan. Salah satu bagian dari skrining mendiskusikan mengenai
suplementasi vitamin B dan asam folat, kapan dimulai dan frekuensi penggunaannya.
Hanya wanita yang mengkonsumsi suplemen asam folat dengan dosis 400 µg satu
kali sehari pada trimester pertama kehamilan yang dimasukkan kedalam penelitian.
Kelompok terapi mendapatkan asam folat lanjutan setelah trimester pertama
hingga kelahiran. Sedangkan kelompok kedua hanya mendapatkan plasebo. Asam
folat dan plasebo identik dalam bentuk, warna dan ukuran. Kemudian darah tali
plasenta dikumpulkan sebagai sampel dan diproses dalam waktu 4 jam. Sampel
darah dianalisis menggunakan perhitungan mikrobiologi untuk menilai serum kadar
folat vitamin B12 dan melalui polarisasi fluorosense imunoassay untuk kadar plasma
homosistein.
Analisis statistik menggunakan SPSS 20.0. Variabel kontinuos perbedaan antara
kelompok dinilai menggunakan T test Independent. Untuk variabel kategorikal
dinilai menggunakan Chi-Square. Perbedaan respon terhadap asam folat dinilai
menggunakan ANNOVA. Pada setiap analisis p <0,05 dianggap signifikan. Telaah
kritis menggunakan kriteria Center of Evidence Based Medicine Oxford dapat dilihat
di Tabel 1, sedangkan bagan Gate Frame dapat dilihat di Gambar 1.
9
sample size was estimated by using mean
(6SD) red blood cell folate and
homocysteine concentrations in women who
had taken (or not taken) FA supplements
from our previous observational study of
pregnant women in Northern Ireland…”
Kemiripan YA
Populasi Tercantum pada Subject and Method pada
sub bab Partisipant publikasi pada hal 93
paragraf 1 dan 2.
“Participants were healthy women with
singleton pregnancies, without current
pregnancy complications, and aged between
18 and 35 y (ie, on the basis that pregnancy
complications are generally more prevalent
in women .35 y of age)…”
10
Intention-to- Tercantum pada Hasil publikasi halaman 94
Treat paragraf 1.
TOTAL
NILAI 5
VALIDITAS
Follow Up I
11
IMPORTANCE Effect Size (Mean treatment – Mean control) / SD
( Serum Folat) pool
(48.2 – 19.5)/19.7=1,45
Follow-Up 2
Neonatal Characteristis (SEX)
IMPORTANCE Control c/c+d
Event Rate 54 %
(CER)
Experimental f m
Event Rate t 30 29
(EER) p 32 28
(a/a+b)
51%
12
-0,3/1,25=-0,24
Berat lahir Effect size (Mean treatment – Mean control) / SD pool
-0,07
Panjang Lahir Effect size (Mean treatment – Mean control) / SD pool
-0,09
Lingkar kepala Effect size (Mean treatment – Mean control) / SD pool
0
Serum folat Effect size (Mean treatment – Mean control) / SD pool
-0,97
Folat SDM Effect size (Mean treatment – Mean control) / SD pool
-0,81
Serum Vit, 12 Effect size (Mean treatment – Mean control) / SD pool
-0,23
Plasma Effect size (Mean treatment – Mean control) / SD pool
Homosistein -0,24
APLIKABILITAS Karakteristik
pasien pada
studi
1
menyerupai
pasien pada
populasi
Terapi dapat
dilakukan
1
pada praktik
sehari-hari
Keuntungan
yang
diberikan 1
lebih dari
risiko yang
13
dapat
ditimbulkan
TOTAL APLIKABILITAS 3
H. DISKUSI
Pentingnya peran asam folat semakin disadari sejak diketahui bahwa terjadi
penurunan yang progresif dari kadar asam folat pada wanita hamil. Selain sel darah
merah yang memang lazim mengalami penurunan pada wanita hamil, asam folat
juga terbukti mengalami penurunan yang signifikan pada wanita hamil yang tidak
mendapatkan suplementasi sebelumnya6.
Pada awal kehamilan, telah didapati kesepakatan yang sifatnya universal
terkait rekomendasi pemberian suplementasi Asam folat, Namun setelah minggu 12
dari kehamilan tidak ada rekomendasi yang sah, sementara petunjuk yang diberikan
pada wanita hamil terkait suplementasi Asam folat sangat bervariasi dan tidak
konsisten. Di UPTD Puskesmas sendiri pemberian asam folat lazim diberikan pada
ibu hamil walaupun sudah melewati trimester pertama kehamilan. Pemberian asam
folat setelah trimester pertama di Indonesia masih belum ditemukan guideline yang
di laksanakan secara seragam dan konsisten.
Pencarian artikel dilakukan pada dua database, yaitu PUBMED dan
Cochrane Library. Setelah dilakukan penyaringan dan penapisan, didapatkan satu
artikel yang dapat digunakan. Penilaian validitas menggunakan kriteria Oxford
Center of Evidence Based Medicine menunjukkan artikel yang valid.
Penelitian ini dilakukan oleh McNulty dkk pada tahun 2013 di UK.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu respon kadar asam folat dan homosistein
dan efek pada bayi baru lahir yang dihasilkan dari pemberian suplemen asam folat
lanjutan setelah trimester pertama kehamilan. Semua partisipan adalah wanita sehat
dengan kehamilan tunggaltanpa komplikasi berusia 18-35 tahun. Semua wanita
hamil akan dimasukkan kedalam penelitian jika telah mengkonsumsi asam folat
400µg pada trimester pertama kehamilan. Partisipan kemudian dibagi menjadi dua
kelompok, kelompok intervensi mendapatkan asam folat 400µg sedangkan
14
kelompok kontrol mendapatkan placebo. Suplemen asam folat dan plasebo mirip
dari segi warna, bentuk, dan ukuran. Pemberian dimulai sejak awal trimester kedua
hingga akhir kehamilan. Pada awal trimester kedua dilakukan penilaian terhadap
Karakteristik umum seperti usia, etnis, BMI, merokok, riwayat persalinan, usia
kehamilan, genotype, asupan nutrisi harian, dan Status plasma folat, folat dalam sel
darah merah, homosistein plasma dan serum vitamin B12.
Kemudian setiap kelompok dinilai Serum folat, Folat dalam sel darah merah,
dan homosistein plasma pada akhir minggu ke 36. Kemudian dinilai juga
Karakteristik dari bayi yang baru lahir seperti jenis kelamin, Berat, lahir, panjang
lahir dan lingkar kepala untuk setiap perlakuan. Selain itu dinilai juga serum folat,
folat dalam sel darah merah, homosistein plasma dan serum vitamin B1 dari darah
plasenta.
15
Dari total 296 wanita hamil 248 wanita dilaporkan mengkonsumsi asam folat
pada trimester pertama dari jumlah tersebut 22 orang dieksklusi karena
mengkonsumsi asam folat yang lebih tinggi dari dosis yang direkomendasikan yaitu
400 µg. Dari 226 partisipan 36 mengundurkan diri. Sehingga total 190 partisipan
yang di iktkan FASSTT trial. Dari total 190 hanya 119 yang menyelesaikan
intervensi, 71 peserta lainnya tidak mnyelesaikan karena beberapa alasan seperti
mengundurkan diri, komplikasi kehamilan, kematian fetus, di pindahkan ke rumah
sakit lain, dan tidak menyelesaikan.
16
Pada sample yang diambil pada minggu ke 14 tidak menunjukkan perbedaan
yang signifikan dari segi karakteristik umum seperti usia, etnis, BMI, merokok,
riwayat persalinan, usia kehamilan. Sejalan dengan karakteristik umum tidak ada
perbedaan yang signifikan pada asupan nutrisi harian dan konsentrasi homosistein,
asam folat darah.
17
Pada penilaian Karakteristik neonatus dan dari sampel darah plasenta
didapatkan bahwa karakteristik neonatus sepertijenis kelamin, berat badan, panjang
badan, dan lingkar kepala tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kadar serum asam folat dan asam folat
dalam darah menunjukkan hasil yang secara signifikan lrbih tinggi pada infant dari
ibu yang mengkonsumsi suplemen asam folat. Kadar homosistein plasma dan
vitamin B12 tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok.
Penilaian importance pada jurnal ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu
follow up ke-1 (pada kehamilan 14-36 minggu), follow up ke-2 (setelah persalinan).
Kelompok kontrol adalah kelompok yang mendapatkan suplementasi asam folat
18
pada trimester pertama, namun tidak melanjutkan pada trimester kedua dan ketiga,
sedangkan kelompok terapi adalah kelompok yang mendapatkan suplementasi asam
folat pada trimester pertama dan dilanjutkan pada trimester kedua dan ketiga.
Pada follow up ke-1, indikatar kadar asam folat plasma didapatkan nilai mean
difference 1.45, dapat disimpulkan bahwa pemberian asam folat pada trimester kedua
dan ketiga dan kadar asam folat plasma pada akhir minggu ke 37 kehamilan
memiliki hubungan yang signifikan dan memiliki effect size yang besar. Pada
indikator kadar asam folat pada sel darah merah didapatkan nilai mean diference
1.65, dapat disimpulkan bahwa pemberian asam folat pada trimester kedua dan
ketiga dan kadar asam folat pada sel darah merah memiliki hubungan yang
signifikan dan memiliki effect size yang besar. Pada indikator homosistein plasma
didapatkan nilai mean difference 0.5, dapat disimpulkan bahwa pemberian asam folat
pada trimester kedua dan ketiga dan kadar homosistein plasma memiliki hubungan
yang signifikan dan memiliki effect size yang besar. Kadar homosistein yang
biasanya tinggi pada minggu akhir kehamilan mengalami penurunan dengan
pemberian asam folat yang dilanjutkan sampai trimester kedua dan ketiga.
Pada follow up ke-2, pada karakteristik neonatus, pada indikator jenis
kelamin, didapatkan Control Event Rate (CER) adalah 54%. Perhitungan ini
didapatkan dari jumlah neonatus dengan jenis kelamin perempuan (32 orang) dibagi
dengan total subjek (60 orang ) pada kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa
proporsi neonatus lahir dengan jenis kelamin perempuan pada kelompok kontrol
sebesar 54%, Experimental Event Rate (EER) adalah 51%. Perhitungan ini
didapatkan dari jumlah neonatus yang lahir dengan jenis kelamin perempuan (30
pasien) dibagi dengan total subjek (59 pasien) pada kelompok terapi. Hal ini
menunjukkan bahwa proporsi neonatus lahir dengan jenis kelamin perempuan pada
kelompok terapi sebesar 51%. RR <1 intervensi yang diberikan bukan merupakan
faktor risiko adri kejadian hasil. Number Needed to Treat (NTT) adalah 33 yang
artinya bahwa setiap 33 wanita hamil yang diterapi dengan asam folat pada trimester
kedua dan keriga akan mengahasilkan satu neonatus dengan jenis kelamin
perempuan.
Pada indikator waktu persalinan, berat lahir, panjang lahir dan lingkar kepala
menunjukkan hasil mean difference berturut-turut 0.24, 0.07, 0.09 dan 0 yang dapat
diintrepetasikan bahwa pemberian asam folat yang dilanjutkan hingga trimester
19
kedua dan ketiga memiliki effect size yang kecil terhadap indikator indikator
tersebut. Pada indikator kadar serum asam folat yang di ambil dari sampel plasenta
didapatkan mean difference 0.97, dapat disimpulkan bahwa pemberian asam folat
yang dilanjutkan hingg trimester kedua dan ketiga kehamilan dapat meningkatkan
kadar serum folat dari sampel plasenta dan hasil ini memiliki effect size yang besar.
Pada kadar asam folat sel darah merah didapatkan mean difference 0.81,
dapat disimpulkan bahwa pemberian asam folat yang dilanjutkan hingga trimester
keduadan ketiga kehamilan dapat meningkatkan kadar asam folat dalam sel darah
merah dari sampel plasenta dan hasil ini memiliki effect size yang besar. Sementara
untuk indikator serum vitamin 12 dan plasma homosistein menunjukkan mean
difference 0.23, dan 0.24. hasil ini menunjukkan bahwa pemberian asam folat yang
dilanjutkan hingga trimester kedua dan ketiga kehamilan dapat mempengaruhi kadar
serum vitamin b12 dan plasma homosistein. Hasil ini memiliki effect size yang kecil.
Perhitungan nilai aplikabilitas didapatkan skor 5, yakni didapatkan dari
karakteristik pasien pada studi sudah menyerupai pasien pada populasi, kemudian
terapi yang diberikan pada penelitian ini dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari
dikarenakan obat yang digunakan tersedia di Indonesia. Pada penelitian juga tidak
ditemukan adanya efek samping obat dan dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien,
sehingga keuntungan yang diberikan lebih dari risiko yang dapat ditimbulkan.
Berdasarkan jurnal yang ditelaah bahwa pada akhir pengobatan semua pasien yang
diobati mendapatkan asam folat 400 µg pada trimester kedua dan ketiga
menunjukkan kadar asam folat yang lebih tinggi dan dapat mencegah meningkatnya
kadar homosistein plasma, dimana kadar homosistein darah yang tinggi berhubungan
dengan gangguan kardiovaskular pada bayi yang dilahirkan.
20
KESIMPULAN
Hasil telaah jurnal ini dapat disimpulkan terdapat manfaat dari pemberian
asam folat pada ibu hamil yang dilanjutkan sampai dengan trimester kedua dan
ketiga dibandingkan pemberian asam folat yang hanya diberikan padda trimester
pertama saja.
Pemberian suplemen asam folat 400 µg yang dilanjutkan hingga trimester
kedua dan ketiga kehamilan dapat meningkatkan kadar asam folat maternal maupun
dari darah plasenta dan dapat mencegah peningkatan homosisterin yang memang
sering meningkat pada periode akhir kehamilan.
Pemberian asam folat yang dilanjutkan sampai dengan trimester kedua dan
ketiga kehamilan dapat dilakukan dan diaplikasikan pada kasus, terbukti
memberikan efek yang signifikan pada status asam folat dan kadar homosistein.
21
Pencarian artikel pada tanggal 10 April 2018, dengan menggunakan Cochrane
Library:
Keyword 1
Keyword 2
22
Keyword 3
Keyword 4
23
Pencarian artikel pada tanggal 10 April 2018, dengan menggunakan Cochrane
Library:
Dilakukan proses penyaringan (filter) dengan cara “search limit” untuk
mempermudah proses pencarian artikel yang sesuai dengan keywords.
Keyword 1
24
Keyword 2
Keyword 3
25
Keyword 4
26
Daftar Pustaka
27