Anda di halaman 1dari 65

Case Report GENERAL ANESTESI DENGAN INTUBASI

ENDOTRACHEAL TUBE PADA MENINGIOMA


DENGAN HIPERTENSI TERKONTROL
Disusun oleh:
Nisa Kurniawati
Pembimbing
dr. Yalta Hasanudin Nuh, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANASTESI DAN TERAPI INTENSIF


RSUD dr. M. YUNUS – RS BHAYANGKARA BENGKULU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
BAB I
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS UMUM
Nama : Azril Chairunnas
Umur : 10 tahun 8 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : Abdul Karim
Nama Ibu : Ika Meliyanti
Agama : Islam
Alamat : Jln. Sukamaju 12 RT 05, RW
02, Kel. Padang Serai, Kec.
Kampung Melayu, Kota
Bengkulu
MRS : 12 Desember 2019
No. MR : 813022
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Penurunan kesadaran sejak ± 2 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak ± 5 hari SMRS, pasien mengeluhkan mata
bengkak. Awalnya bengkak di mata sebelah kiri.
Lama kelamaan semakin membengkak dan
berpindah ke mata sebelah kanan. Menurut
penuturan temannya, sehari sebelumnya, pasien
sempat terjatuh dari sepeda dan terkena
pinggiran gorong-gorong yang mengakibatkan
bengkak pada kedua matanya.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak ± 3 hari SMRS, pasien mulai gelisah dan
meracau, pasien selalu berbicara melantur. Pasien
juga mengeluhkan muntah ± 2-3 kali, muntah
menyembur, muntah berisi apa yang dimakan dan
diminum.
Sejak ± 2 hari SMRS, pasien mulai mengalami
penurunan kesadaran, keluar cairan seperti busa di
mulut, dan demam. Kemudian pasien dibawa oleh
keluarganya ke RS Ummi. Pasien juga mengalami
BAB cair, frekuensi 2x/hari, lebih banyak air daripada
ampas, ada lendir, dan tidak ada darah. BAB cair
tidak lagi namun demam masih ada.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 1 hari SMRS, pasien masih mengalami
penurunan kesadaran, demam tinggi, kejang (-).
Kemudian pasien dirujuk ke RSUD M Yunus.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat menderita sakit yang sama sebelumnya tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga pasien yang mempunyai keluhan
yang serupa dengan pasien
ANAMNESIS
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Masa kehamilan : Cukup bulan
Partus : Spontan (G1P0A0)
Ditolong oleh : Bidan
Tanggal : 16 April 2009
Berat badan lahir : 2800 gram
Panjang badan lahir : 48 cm
Keadaan saat lahir : Langsung menangis
Ketuban : Jernih
Apgar score : Tidak diketahui
ANAMNESIS
Riwayat Nutrisi
ASI : Lahir – 2 tahun
Bubur susu : 6 bulan – 1 tahun
Nasi biasa : 1 tahun - sekarang

Riwayat Imunisasi
BCG : 1 kali, usia 1 bulan (scar positif)
DPT : 4 kali
Polio : 2 kali
Hepatitis B : 4 kali
Campak : 1 kali
MR : Bulan Oktober 2019
Kesan : Imunisasi dasar lengkap
PEMERIKSAAN FISIK
Kesan Sakit : Tampak sakit berat
Keadaan Umum
Kesadaran : Stupor
GCS : E2M5V2
Tekanan darah : 100/60 mmHg

Frekuensi nadi : 88 x/ menit

Frekuensi napas : 18 x/ menit

Suhu : 36,60 C

BB : 23 kg
TB : 125 cm
Status gizi: gizi baik
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala

Mata : Konjungtiva Anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil


isokor (3cm/3cm), reflek pupil +/+, edema palpebra
+/+

Hidung : Epistaksis -/-, deviasi septum (-), sekret (-/-)

Mulut : Tidak ada kelainan

Leher : Kaku kuduk (+), Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
PEMERIKSAAN FISIK
THORAKS
Inspeksi : Hemitorak simetris kanan dan kiri dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua hemitorak
Auskultasi : Pulmo : Vesikuler (+/+), ronki -/-, wheezing -/-
Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), Gallop (-)

ABDOMEN
Inspeksi : Supel, simetris, massa (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar/ lien tak teraba membesar
Perkusi : Timpani diseluruh kuadran abdomen
Auskultasi: Bising Usus (+) normal

EKSTREMITAS
Akral hangat, sianosis -/-
Kulit lembab dan hangat (-)
Edema tungkai (-/-)
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi Motorik
Pemeriksaan Tungkai Tungkai Kiri Lengan Lengan Kiri
Kanan Kanan

Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas


Kekuatan 5 5 5 5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - - - -
Reflek fisiologis Normal Normal Normal Normal
Reflek patologis - - - -

Fungsi sensorik : Dalam batas normal


Fungsi nervi craniales : Dalam batas normal

Rangsang Meningeal :
Kaku kuduk (+), Kernig sign (+), Laseque sign (+), Brudzinsky I, II (+),
Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 11,8 g/dl
Ht : 36%
Leukosit : 26.700 mm3
Trombosit : 341.000 sel/mm3

MCV : 82 fL
MCH : 26 pg
MCHC : 32 g/dl
Natrium (Na) : 129 mEq/L
Kalium (K) : 4,7 mEq/L
Klorida (Cl) : 95 mEq/L
CRP kuantitatif : positif
Pemeriksaan LCS No Parameter
LCS
Makroskopik
Hasil Pemeriksaan Rujukan

1 Volume 2 cc
2 Warna Tidak berwarna Transudat : kekuningan
Eksudat : kuning sd merah
3 Kejernihan Jernih Transudat : jernih
Eksudat : keruh
4 Bau Tidak berbau Transudat : tidak berbau
Eksudat : berbau busuk
5 Bekuan Negatif Transudat : negatif
Eksudat : positif
Mikroskopis
6 Jumlah leukosit 104 sel/µl Transudat : <500
Eksudat : >500
7 PMN cell 25 % Transudat : lebih sedikit
Eksudat : lebih banyak
8 MN cell 25 % Transudat : lebih banyak
Eksudat : lebih sedikit
9 Nonne Tidak ada reagen Transudat : jernih
Eksudat : keruh
10 Pandy Tidak ada reagen Transudat : jernih
Eksudat : keruh
11 Protein Negatif Transudat : <2,5
Eksudat : >3
13 Glukosa 34 mg/dl Transudat : = kadar di serum
Diagnosis Banding
Meningitis bakterialis
Meningitis aseptik/viral
Ensefalitis
Myeloensefalitis

Diagnosis Kerja
Meningitis
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
PENATALAKSANAAN
IVFD RL 45 cc/jam
O2 canul 3 L/m
Ceftriaxone 2 x 1 gr (iv)
Dexametasone 2 x 7,5 mg (iv)
Paracetamol infus 3 x 250 mg (iv)
Sibital 2x50 mg (iv)
Midazolam 1 amp (extra)
Dipenhidramin 3x ½ amp (iv)
Terpasang NGT dan kateter
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Akut Kronik

Meningitis
ETIOLOGI
Bakteri penyebab meningitis akut
Bakteri penyebab meningitis kronis
EPIDEMIOLOGI
• Menigitis bakterial akut merupakan salah satu dari 10 penyebab infeksi terkait
kematian diseluruh dunia
• Prevalensi meninigitis bakterial sebesar >2,5 kasus / 100.000 populasi di AS.
• tahun 2000 dan 2001 di Indonesia, terdapat masing-masing 1.937 dan 1.667
kasus kematian karena meningitis dengan CSDR 9,4 dan 8 per 1000.000
penduduk
PATOGENESIS
masuk ke dalam memperbanyak diri
Hematogen cairan dalam cairan
serebrospinal serebrospinal

peradangan pada
melekat pada sel
selaput otak
epitel mukosa bakterimia
(meningen) dan
nasofaring
otak

memperbanyak diri
menembus mukosa
dalam aliran darah
MANIFESTASI KLINIS
• Demam
• Menggigil
• Muntah
• Nyeri kepala
• Kadang-kadang gejala pertama adalah kejang, gelisah, gangguan
tingkah laku.
• Penurunan kesadaran
• Rangsang meningeal positif
DIAGNOSIS

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
fisik Penunjang
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Uji
Lumbal Tuberkulin
pungsi
Radiologi

Kultur
darah
Darah
lengkap
TERAPI

• ampicillin 200 mg/kg/24 jam dalam 4 dosis digabung dengan


cefotaxime dan ceftriaxone

• dexamethasone 0.15 mg/kg/dosis setiap 6 jam beberapa jam


sebelum pemberian antibiotik selama 2 hari
PROGNOSIS
Tergantung dari banyak faktor antara lain:
• Umur pasien
• Jenis mikroorganisme penyebab
• Berat ringannya infeksi
• Lamanya sakit sebelum mendapat pengobatan
• Kepekaan bakteri terhadap antibiotik yang diberikan
KOMPLIKASI
• efusi subdural
• empiema subdural
• Ventrikulitis
• abses serebri
• epilepsi
• meningitis yang berulang
• Retardasi mental
• hidrosefalus
BAB III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Seorang anak laki-laki usia 10 tahun 8 bulan, berat badan 23 kg, panjang badan 125
cm, MRS 12 Desember 2019 dengan keluhan utama penurunan kesadaran dan
keluhan tambahan demam.

Sejak ± 5 hari SMRS, pasien mengeluhkan mata bengkak dikarenakan pasien


sempat terjatuh dari sepeda. Sejak ± 3 hari SMRS, pasien mulai gelisah dan meracau,
pasien selalu berbicara melantur. Pasien juga mengeluhkan muntah ± 2-3 kali, muntah
menyembur. Sejak ± 2 hari SMRS, pasien mulai mengalami penurunan kesadaran,
keluar cairan seperti busa di mulut, dan demam. Kemudian pasien dibawa oleh
keluarganya ke RS Ummi. Pasien juga mengalami BAB cair, frekuensi 2x/hari, lebih
banyak air daripada ampas, ada lendir, dan tidak ada darah. BAB cair tidak lagi namun
demam masih ada. Sejak 1 hari SMRS, pasien masih mengalami penurunan kesadaran,
demam tinggi, kejang (-). Kemudian pasien dirujuk ke RSUD M Yunus.
PEMBAHASAN
Pada riwayat penyakit dahulu tidak didapatkan riwayat menderita sakit yang sama
sebelumnya. Riwayat sakit yang sama dalam keluarga disangkal.

Pada pemeriksaan fisik pasien nampak sakit berat, kesadaran stupor E2M5V2,
tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 88 x/menit dengan isi dan tegangan cukup ,
pernafasan 18 x/menit, suhu 36,6º C, berat badan 23 kg, panjang badan 125 cm. Pada
keadaan spesifik didapatkan sklera hiperemis (+/+), edema palpebra +/+, leher
didapatkan kaku kuduk (+), cor, pulmo, dan abdomen dalam batas normal, dan pada
ekstremitas akral dingin tidak ada.
PEMBAHASAN
Pada pemeriksaan neurologikus didapatkan fungsi motorik dalam batas normal,
refleks fisiologis dalam batas normal, dan pada tungkai tidak didapatkan refleks
babinsky. Fungsi sensorik dan nervus craniales dalam batas normal. Gejala rangsang
meningeal berupa kaku kuduk (+), Laseque sign (+), Brudzinsky I, II (+), Kernig sign (+).

Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya leukositosis. Pada hasil


pemeriksaan lumbal pungsi didapatkan warna cairan cerebrospinal tidak berwarna,
jernih, dan tidak berbau. Jumlah leukosit 25 sel/µl sel PMN 25% dan sel MN 25%.
Pandy dan Nonne tidak ada reagen, protein negatif dan glukosa 34 mg/dl.
PEMBAHASAN
Dari pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda infeksi intrakranial seperti gangguan
kesadaran, gangguan neurologis berupa rangsangan meningeal positif yang artinya
didapatkan tahanan. Hasil ini dapat memperkuat kemungkinan terjadinya infeksi
intrakranial berupa meningitis.

Pada pemeriksaan fisik juga terdapat riwayat demam dan selama perawatan pasien
juga mengeluhkan demam.

Pada hasil pemeriksaan lumbal pungsi, didapatkan warna cairan cerebrospinal jernih,
tidak berwarna, tidak berbau, jumlah leukosit 104 sel/µ, pandy dan Nonne tidak ada
reagen, dan glukosa 34 mg/dl. Hasil ini belum dapat menunjukkan penyebab pasti
infeksi pada intrakranial.
PEMBAHASAN
Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini antara lain antibiotik ceftriaxone dengan
dosis 100 mg/kgbb/hari yaitu diberikan 2 x 1 gram iv untuk mengatasi infeksi dan
profilaksis pada pasien ini. Diberikan pula golongan glukokortikoid seperti
kortikosteroid dexametason 0,2-0,3 mg/kgBB/kali diberikan 3 kali sehari selama 4–5
hari . Pada pasien ini diberikan deksametason 3 x 7,5 mg iv, antipiretik berupa
parasetamol infus dan sirup dengan dosis 10-15 mg/kgbb, pada pasien diberikan infus
paracetamol 3 x 250mg jika demam tinggi > 38,5 C dan 3x 2 cth untuk mengatasi
demam
PEMBAHASAN
Prognosis pada meningitis ditentukan dari beberapa faktor yaitu umur pasien, jenis
mikroorganisme, berat ringannya infeksi, lamanya sakit sebelum mendapat
pengobatan dan kepekaan bakteri terhadap antibiotik yang diberikan. Dengan deteksi
bakteri penyebab yang baik maka pengobatan antibiotik yang adekuat dan
pengobatan suportif yang baik dapat diberikan sehingga dapat menurunkan angka
kematian dan kecacatan akibat meningitis.

Maka prognosis pada pasien ini quo ad vitam dubia ad bonam dan quo ad fungsionam
dubia ad bonam.
BAB IV
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Pasien dengan diagnosis Proptosis os e.c. meningioma menjalani operasi craniotomy
dengan general anastesi yang menggunakan teknik TIVA dan dilakukan Intubasi
trakea.

Pada penilaian preoperative, didapatkan bahwa pasien adalah ASA II yaitu pasien
memiliki penyakit sistemik ringan sampai sedang akibat penyakit lain yaitu hipertensi.
Pasien tidak memiliki faktor risiko asma, hipertensi, diabetes maupun alergi.

Selama monitoring durante operatif, tekanan darah pasien tinggi mencapai


160/100mmHg, dan pasien diberikan nicardipine.

Post operatif menggunakan dexametason 2 ampul, masing-masing bolus infus RL 500


cc. Pada penilaian post operatif, aldrete score pasien berjumlah 4, setelah itu pasien
dibawa ke ruangan rawat ICU.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

1. Saharso D, dkk. Infeksi Susunan Saraf Pusat. Dalam : Soetomenggolo TS, Ismael S, penyunting. Buku
Ajar Neurologi Anak. Jakarta: BP IDAI; 1999. h. 40-6, 339-71
2. Razonable RR, dkk. Meningitis. Updated: Mar 29th, 2011. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/ 232915-overview. Accessed May 29th,2011.
3. Tan TQ. Meningitis. In : Perkin RM, Swift JD, Newton DA, penyunting. Pediatric Hospital Medicine,
textbook of inpatient management. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins; 2003. h. 443-6.
4. Sitorus MS. Sistem Ventrikel dan Liquor Cerebrospinal. Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3546/1/anatomi-mega2.pdf. Accessed June 1st,
2011.
5. Anonymous. Meningitis. Centers for Disease Control and Prevention. Updated: August 6th, 2009
Available from : http://www.cdc.gov/meningitis/about/causes.html. Accessed May 29th, 2011.
6. Fenichel GM. Clinical Pediatric Neurology. 5th ed. Philadelphia : Elvesier saunders; 2005. h. 106-13.
7. Prober CG. Central Nervous System Infection. Dalam : Behrman, Kliegman, Jenson, penyunting. Nelson
DAFTAR PUSTAKA

8. Textbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: Saunders; 2004. h. 2038-47.


9. Muller ML, dkk. Pediatric Bacterial Meningitis. May 11th, 2011. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/961497-overview. Accessed May 29th, 2011.
10. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta: Bagian Kesehatan Anak
FKUI; 1985. h.558-65, 628-9.
11. Pudjiadi AH,dkk. Ed. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid 1. Jakarta :
Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010. h. 189-96.
12. Pusponegoro HD, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI; 2004 : 200 – 208.
13. Cordia W,dkk. Meningitis Viral. Updated: Mar 29th, 2011. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1168529-overview. Accessed May 29th, 2011.
14. Anonymous. Meningitis. Centers for Disease Control and Prevention. Updated: August 6th, 2009
Available from : http://www.cdc.gov/meningitis/about/ prevention.html. Accessed June 1st, 2011.

Anda mungkin juga menyukai