Riwayat Imunisasi
BCG : 1 kali, usia 1 bulan (scar positif)
DPT : 4 kali
Polio : 2 kali
Hepatitis B : 4 kali
Campak : 1 kali
MR : Bulan Oktober 2019
Kesan : Imunisasi dasar lengkap
PEMERIKSAAN FISIK
Kesan Sakit : Tampak sakit berat
Keadaan Umum
Kesadaran : Stupor
GCS : E2M5V2
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Suhu : 36,60 C
BB : 23 kg
TB : 125 cm
Status gizi: gizi baik
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Leher : Kaku kuduk (+), Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
PEMERIKSAAN FISIK
THORAKS
Inspeksi : Hemitorak simetris kanan dan kiri dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua hemitorak
Auskultasi : Pulmo : Vesikuler (+/+), ronki -/-, wheezing -/-
Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), Gallop (-)
ABDOMEN
Inspeksi : Supel, simetris, massa (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar/ lien tak teraba membesar
Perkusi : Timpani diseluruh kuadran abdomen
Auskultasi: Bising Usus (+) normal
EKSTREMITAS
Akral hangat, sianosis -/-
Kulit lembab dan hangat (-)
Edema tungkai (-/-)
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi Motorik
Pemeriksaan Tungkai Tungkai Kiri Lengan Lengan Kiri
Kanan Kanan
Rangsang Meningeal :
Kaku kuduk (+), Kernig sign (+), Laseque sign (+), Brudzinsky I, II (+),
Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 11,8 g/dl
Ht : 36%
Leukosit : 26.700 mm3
Trombosit : 341.000 sel/mm3
MCV : 82 fL
MCH : 26 pg
MCHC : 32 g/dl
Natrium (Na) : 129 mEq/L
Kalium (K) : 4,7 mEq/L
Klorida (Cl) : 95 mEq/L
CRP kuantitatif : positif
Pemeriksaan LCS No Parameter
LCS
Makroskopik
Hasil Pemeriksaan Rujukan
1 Volume 2 cc
2 Warna Tidak berwarna Transudat : kekuningan
Eksudat : kuning sd merah
3 Kejernihan Jernih Transudat : jernih
Eksudat : keruh
4 Bau Tidak berbau Transudat : tidak berbau
Eksudat : berbau busuk
5 Bekuan Negatif Transudat : negatif
Eksudat : positif
Mikroskopis
6 Jumlah leukosit 104 sel/µl Transudat : <500
Eksudat : >500
7 PMN cell 25 % Transudat : lebih sedikit
Eksudat : lebih banyak
8 MN cell 25 % Transudat : lebih banyak
Eksudat : lebih sedikit
9 Nonne Tidak ada reagen Transudat : jernih
Eksudat : keruh
10 Pandy Tidak ada reagen Transudat : jernih
Eksudat : keruh
11 Protein Negatif Transudat : <2,5
Eksudat : >3
13 Glukosa 34 mg/dl Transudat : = kadar di serum
Diagnosis Banding
Meningitis bakterialis
Meningitis aseptik/viral
Ensefalitis
Myeloensefalitis
Diagnosis Kerja
Meningitis
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
PENATALAKSANAAN
IVFD RL 45 cc/jam
O2 canul 3 L/m
Ceftriaxone 2 x 1 gr (iv)
Dexametasone 2 x 7,5 mg (iv)
Paracetamol infus 3 x 250 mg (iv)
Sibital 2x50 mg (iv)
Midazolam 1 amp (extra)
Dipenhidramin 3x ½ amp (iv)
Terpasang NGT dan kateter
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Akut Kronik
Meningitis
ETIOLOGI
Bakteri penyebab meningitis akut
Bakteri penyebab meningitis kronis
EPIDEMIOLOGI
• Menigitis bakterial akut merupakan salah satu dari 10 penyebab infeksi terkait
kematian diseluruh dunia
• Prevalensi meninigitis bakterial sebesar >2,5 kasus / 100.000 populasi di AS.
• tahun 2000 dan 2001 di Indonesia, terdapat masing-masing 1.937 dan 1.667
kasus kematian karena meningitis dengan CSDR 9,4 dan 8 per 1000.000
penduduk
PATOGENESIS
masuk ke dalam memperbanyak diri
Hematogen cairan dalam cairan
serebrospinal serebrospinal
peradangan pada
melekat pada sel
selaput otak
epitel mukosa bakterimia
(meningen) dan
nasofaring
otak
memperbanyak diri
menembus mukosa
dalam aliran darah
MANIFESTASI KLINIS
• Demam
• Menggigil
• Muntah
• Nyeri kepala
• Kadang-kadang gejala pertama adalah kejang, gelisah, gangguan
tingkah laku.
• Penurunan kesadaran
• Rangsang meningeal positif
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
fisik Penunjang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Uji
Lumbal Tuberkulin
pungsi
Radiologi
Kultur
darah
Darah
lengkap
TERAPI
Pada pemeriksaan fisik pasien nampak sakit berat, kesadaran stupor E2M5V2,
tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 88 x/menit dengan isi dan tegangan cukup ,
pernafasan 18 x/menit, suhu 36,6º C, berat badan 23 kg, panjang badan 125 cm. Pada
keadaan spesifik didapatkan sklera hiperemis (+/+), edema palpebra +/+, leher
didapatkan kaku kuduk (+), cor, pulmo, dan abdomen dalam batas normal, dan pada
ekstremitas akral dingin tidak ada.
PEMBAHASAN
Pada pemeriksaan neurologikus didapatkan fungsi motorik dalam batas normal,
refleks fisiologis dalam batas normal, dan pada tungkai tidak didapatkan refleks
babinsky. Fungsi sensorik dan nervus craniales dalam batas normal. Gejala rangsang
meningeal berupa kaku kuduk (+), Laseque sign (+), Brudzinsky I, II (+), Kernig sign (+).
Pada pemeriksaan fisik juga terdapat riwayat demam dan selama perawatan pasien
juga mengeluhkan demam.
Pada hasil pemeriksaan lumbal pungsi, didapatkan warna cairan cerebrospinal jernih,
tidak berwarna, tidak berbau, jumlah leukosit 104 sel/µ, pandy dan Nonne tidak ada
reagen, dan glukosa 34 mg/dl. Hasil ini belum dapat menunjukkan penyebab pasti
infeksi pada intrakranial.
PEMBAHASAN
Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini antara lain antibiotik ceftriaxone dengan
dosis 100 mg/kgbb/hari yaitu diberikan 2 x 1 gram iv untuk mengatasi infeksi dan
profilaksis pada pasien ini. Diberikan pula golongan glukokortikoid seperti
kortikosteroid dexametason 0,2-0,3 mg/kgBB/kali diberikan 3 kali sehari selama 4–5
hari . Pada pasien ini diberikan deksametason 3 x 7,5 mg iv, antipiretik berupa
parasetamol infus dan sirup dengan dosis 10-15 mg/kgbb, pada pasien diberikan infus
paracetamol 3 x 250mg jika demam tinggi > 38,5 C dan 3x 2 cth untuk mengatasi
demam
PEMBAHASAN
Prognosis pada meningitis ditentukan dari beberapa faktor yaitu umur pasien, jenis
mikroorganisme, berat ringannya infeksi, lamanya sakit sebelum mendapat
pengobatan dan kepekaan bakteri terhadap antibiotik yang diberikan. Dengan deteksi
bakteri penyebab yang baik maka pengobatan antibiotik yang adekuat dan
pengobatan suportif yang baik dapat diberikan sehingga dapat menurunkan angka
kematian dan kecacatan akibat meningitis.
Maka prognosis pada pasien ini quo ad vitam dubia ad bonam dan quo ad fungsionam
dubia ad bonam.
BAB IV
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Pasien dengan diagnosis Proptosis os e.c. meningioma menjalani operasi craniotomy
dengan general anastesi yang menggunakan teknik TIVA dan dilakukan Intubasi
trakea.
Pada penilaian preoperative, didapatkan bahwa pasien adalah ASA II yaitu pasien
memiliki penyakit sistemik ringan sampai sedang akibat penyakit lain yaitu hipertensi.
Pasien tidak memiliki faktor risiko asma, hipertensi, diabetes maupun alergi.
1. Saharso D, dkk. Infeksi Susunan Saraf Pusat. Dalam : Soetomenggolo TS, Ismael S, penyunting. Buku
Ajar Neurologi Anak. Jakarta: BP IDAI; 1999. h. 40-6, 339-71
2. Razonable RR, dkk. Meningitis. Updated: Mar 29th, 2011. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/ 232915-overview. Accessed May 29th,2011.
3. Tan TQ. Meningitis. In : Perkin RM, Swift JD, Newton DA, penyunting. Pediatric Hospital Medicine,
textbook of inpatient management. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins; 2003. h. 443-6.
4. Sitorus MS. Sistem Ventrikel dan Liquor Cerebrospinal. Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3546/1/anatomi-mega2.pdf. Accessed June 1st,
2011.
5. Anonymous. Meningitis. Centers for Disease Control and Prevention. Updated: August 6th, 2009
Available from : http://www.cdc.gov/meningitis/about/causes.html. Accessed May 29th, 2011.
6. Fenichel GM. Clinical Pediatric Neurology. 5th ed. Philadelphia : Elvesier saunders; 2005. h. 106-13.
7. Prober CG. Central Nervous System Infection. Dalam : Behrman, Kliegman, Jenson, penyunting. Nelson
DAFTAR PUSTAKA