LUKA BAKAR
Oleh:
Pembimbing:
BAGIAN/KSM BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2020
I
HALAMAN PENGESAHAN
Referat
Judul
LUKA BAKAR
Oleh
Afiyah Nabilah, S.Ked 04054822022056
Adrina Esther liaw, S. Ked 04054822022207
Pembimbing
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Univesitas
Sriwijaya Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 26 Oktober
2020 – 30 November 2020.
Pembimbing,
II
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas nikmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Luka
Bakar”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Abda Arif, Sp.BP-RE
selaku pembimbing yang telah membantu dalam penyelesaian referat ini. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pengerjaan referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata, semoga
referat ini dapat berguna bagi banyak orang dan dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
Palembang,November 2020
Penulis
III
DAFTAR ISI
IV
1
BAB I
PENDAHULUAN
Luka bakar merupakan kerusakan kulit tubuh yang disebabkan oleh
trauma panas atau trauma dingin (frost bite). Penyebabnya adalah api, air panas,
listrik, kimia, radiasi dan trauma dingin (frost bite). Kerusakan ini dapat
menyertakan jaringan bawah kulit. Luka bakar memiliki angka kejadian dan
prevalensi yang tinggi, mempunyai resiko morbiditas dan mortalitas yang tinggi,
memerlukan sumber daya yang banyak dan memerlukan biaya yang besar.1
Luka bakar masih merupakan tantangan bagi para tenaga kesehatan dan
juga salah satu masalah kesehatan utama bagi masyarakat secara global dimana
berdampak kepada gangguan permanen pada penampilan dan fungsi diikuti oleh
ketergantungan pasien, kehilangan pekerjaan dan ketidakpastian akan masa depan.
Menurut WHO, sekitar 90 persen luka bakar terjadi pada sosial ekonomi rendah
di negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah, daerah yang umumnya
tidak memiliki infrastruktur yang dibutuhkan untuk mengurangi insiden luka
bakar.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Luka bakar didefinisikan sebagai kerusakan pada kulit dan jaringan di
bawahnya yang disebabkan oleh panas, bahan kimia, atau listrik.3
Luka bakar adalah cedera termal yang disebabkan oleh agen biologis,
kimia, listrik, dan fisik dengan dampak lokal dan sistemik, ini adalah bentuk
trauma paling parah yang telah merugikan manusia sejak jaman dahulu dan
selama bertahun-tahun.4
2.2 Epidemiologi
Luka bakar adalah bentuk umum dari trauma. Sebagian luka bakar terjadi
akibat kecelakaan murni, tetapi Sebagian besar disebabkan oleh kelalaian atau
kurangnya perhatian, kondisi medis yang sudah ada, atau penderita
penyalahgunaan alcohol dan narkoba.5
Berdasarkan data Australian and New Zealand Burn Association 2011
didapatkan lokasi tersering terjadinya luka bakar:
Tebel 1. Lokasi Tersering Terjadinya Kebakaran5
Lokasi Anak Terbakar
Rumah 82%
Luar Rumah 12%
Jalan 3%
Tempat Kerja 1%
Lembaga/Sekolah 1%
Lainnya 1%
Lokasi Dewasa Terbakar
Rumah 56%
Tempat Kerja 17%
Jalan 11%
Luar Rumah 11%
3
Lembaga 3%
Lainnya 2%
dunia, luka bakar pada populasi lansia meningkat, dan sebagian besar terkait
dengan api. Namun, luka melepuh juga meningkat secara substansial.3,7
2.3 Etiologi
Penyebab luka bakar pada dewasa dan anak-anak berbeda. Penyebab
umum pada dewasa adalah api sedangkan pada anak-anak umumnya air panas.
Penyebab pada anak-anak yang berusia lebih besar, umumnya sama dengan pola
dewasa.
Semakin tua, pola cedera mereka juga berubah. Orang tua berisiko mengalami
luka bakar karena air panas di rumah atau di rumah jompo.5
Pada semua kelompok usia kemungkinan cedera terjadi pada kondisi
disharmoni social atau keretakan. Khususnya pada anak-anak, terutama bayi dan
balita, yang tergantung pada dewasa di sekitarnya dalam hal perawatan dan
keamanan. Kecelakaan karena kurang perhatian atau kelalaian, asuhan yang
buruk dan penyiksaan anak kerap terjadi; dan bila dicurigai, perlu penyidikan.5
Beberapa penyebab luka bakar pada anak dan dewasa tercantum dalam
tabel 2 di bawah ini.
Tebel 2. Penyebab Luka Bakar5
Penyebab luka bakar pada anak
Air panas 55%
Kontak 21%
Api 13%
Gesekan 8%
Listrik 1%
Kimia 1%
Lainnya 1%
Penyebab luka bakar pada dewasa
Api 44%
Air panas 28%
Kontak 13%
5
Kimia 5%
Gesekan 5%
Listrik 2%
Lainnya 3%
Usia
Bersama dengan wanita dewasa, anak-anak sangat rentan terhadap
luka bakar. Luka bakar adalah penyebab paling umum kelima dari cedera
anak non-fatal. Sementara risiko utama adalah pengawasan orang dewasa
yang tidak tepat, sejumlah besar luka bakar pada anak-anak diakibatkan
oleh penganiayaan anak.7
Faktor regional
Ada perbedaan regional yang penting dalam tingkat luka bakar. Anak
di bawah usia 5 tahun di Wilayah Afrika WHO memiliki insiden kematian
akibat luka bakar lebih dari 2 kali lipat dibandingkan anak di bawah usia 5
tahun di seluruh dunia. Anak laki-laki di bawah usia 5 tahun yang tinggal
di negara berpenghasilan rendah dan menengah di Wilayah Mediterania
6
Fakrtor lainnya
- pekerjaan yang meningkatkan paparan api;
- kemiskinan, kepadatan penduduk dan kurangnya tindakan
pengamanan yang tepat;
- penempatan gadis-gadis muda dalam peran rumah tangga seperti
memasak dan merawat anak kecil;
- kondisi medis yang mendasari, termasuk epilepsi, neuropati
perifer, dan cacat fisik dan kognitif;
- penyalahgunaan alkohol dan merokok;
- akses mudah ke bahan kimia yang digunakan untuk penyerangan
(seperti dalam serangan kekerasan asam);
- penggunaan minyak tanah (parafin) sebagai sumber bahan bakar
untuk peralatan rumah tangga non listrik;
- langkah-langkah keamanan yang tidak memadai untuk gas minyak
bumi cair dan listrik.7
2.5 Patofisiologi
Studi eksperimental dan klinis telah menunjukkan bahwa luka bakar yang
parah (apa pun penyebabnya) menghasilkan perkembangan respons inflamasi
7
yang sangat tidak teratur dalam beberapa jam setelah cedera. Respon inflamasi
dan stres ditandai dengan peningkatan kadar sitokin, kemokin dan protein fase
akut serta keadaan hipermetabolik yang didorong oleh tonus simpatis
berkelanjutan yang dapat bertahan melampaui fase akut.6
Sejumlah faktor yang berkontribusi pada besarnya respons host: tingkat
keparahan luka bakar (persentase TBSA dan kedalaman luka bakar); penyebab
luka bakar; cedera pernafasan yang menyertai; paparan racun; cedera traumatis
lainnya; dan faktor yang berhubungan dengan pasien seperti usia, kondisi medis
kronis yang sudah ada sebelumnya, keracunan obat atau alkohol, dan waktu
datangnya bantuan medis saat kejadian.6
Bergantung pada besarnya cedera, respons awal host segera setelah cedera
luka bakar parah mirip dengan kondisi inflamasi lainnya yang dipicu oleh
kerusakan jaringan seperti trauma atau pembedahan besar, yang membantu dalam
memulai perbaikan jaringan dan penyembuhan luka secara keseluruhan. Namun,
setelah luka bakar parah, kaskade inflamasi dapat dipicu beberapa kali selama
perawatan klinis setelah resusitasi awal, misalnya, selama operasi luka bakar atau
komplikasi infeksi berikutnya. Ketika kaskade inflamasi terjadi berulang kali atau
tetap tidak terkontrol, ini dapat menghancurkan jaringan host dan berkontribusi
pada disfungsi organ dan kematian.6
2.5.1 Perubahan lokal dan sistemik dalam pembentukan bekas luka bakar
Saat luka bakar terjadi, protein sel di kulit mengalami denaturasi dan
menggumpal serta terbentuk trombosis di pembuluh darah. Permeabilitas
vaskular meningkat dan partikel sel yang terdenaturasi meningkatkan tekanan
osmotik interseluler. Amina vasoaktif seperti histamin, kinin, prostaglandin, dan
serotonin dilepaskan dari jaringan yang berkembang pada luka bakar. Terjadi
adhesi trombosit dan leukosit ke endotelium. Sistem komplemen diaktifkan,
peningkatan sel T sitotoksik, dan jaringan berkembang menjadi tempat terbuka
untuk terjadinya infeksi.8
Cedera akibat panas terjadi dalam dua tahap. Pertama, nekrosis tipe
koagulatif berkembang di epidermis dan jaringan. Setelah itu, cedera tipe lanjut
terjadi karena lisis sel sebagai akibat dari perkembangan iskemia dermal (dalam
8
24-48 jam). Kedalaman nekrosis ditentukan oleh derajat suhu dan waktu
durasinya.8
Cedera luka bakar menyebabkan perubahan lokal dan sistemik.
Vasodilatasi dan permeabilitas vaskular juga meningkat pada kulit dan jaringan
subkutan karena reaksi lokal. Sebagai respons sistemik, semua sistem organ
internal terpengaruh (Gambar 1). Pada luka bakar yang berat, sitokin dan
mediator inflamasi lainnya dilepaskan secara berlebihan baik di area luka bakar
maupun di area yang tidak terbakar. Mediator ini menyebabkan vasokonstriksi
dan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas kapiler, dan perkembangan edema
baik di lokasi luka bakar maupun di organ jauh. Perubahan patologis terjadi pada
sistem metabolisme, kardiovaskular, ginjal, gastrointestinal, dan koagulasi. Pada
syok luka bakar, volume darah dan curah jantung menurun, aliran darah ginjal
dan laju filtrasi glomerulus menurun, atrofi mukosa gastrointestinal berkembang
dan permeabilitas usus meningkat. Katabolisme dipercepat dan sering
menyebabkan mikrotrombosis luas.8
2.7 Diagnosis
1. Riwayat
Pengambilan suatu anamnesis yang mnyeluruh merupakan tugas yang
sangat penting. Anamnesis harus mencakup semua rincian tentang kejadiannya.
a. Waktu dan lama kontak
b. Lokasi – ruang terbuka atau tertutup (kemungkinan cedera paru lebih
besar di ruang tertutup).
c. Sumber panas – api (biasanya luka bakar dalam), air panas (jarang dengan
ketebalan penuh), dll.
d. Kemungkinan cedera lainnya ledakan dengan serpih serpih tajam atau
kaca, kecelakaan kendaraan bermotor, dll.
e. Penyakit kronis yang sudah ada sebelumnya, termasuk panyakit pembuluh
koroner, DM, penyakit paru kronis, penyakit cerebrovaskuler, dan AIDS,
memperburuk prognosis sehingga perlu dicatat.
Riwayat Medis
Mnemonik "AMPLET" berguna sebagai kunci untuk menyanyakan
riwayat pasien:9
A - Alergi. Obat dan / atau lingkungan
M - Pengobatan. Resep, over-the-counter, herbal, terlarang, alkohol.
P - Penyakit sebelumnya (diabetes, hipertensi, penyakit jantung atau ginjal,
gangguan kejang, penyakit mental) atau cedera, riwayat kesehatan
masa lalu, kehamilan
L - Makan atau minum terakhir
E - Peristiwa / lingkungan yang terkait dengan cedera
T - Tetanus dan imunisasi anak
Tetanus diberikan jika diberikan dalam lima tahun untuk pasien dengan
luka bakar.
11
satu jarang signifikan secara medis dan tidak disertakan saat menghitung
persentase luka bakar berdasarkan Total Body Surface Area (TBSA).3,5,9
2.7 Klasifikasi
Berdasarkan derajat keparahannya manurut American Burn Association
Tabel 4. Klasifikasi Luka Bakar3
Luka Bakar Ringan - Luka bakar derajat II < 10% pada dewasa
- Luka bakar derajat II 5-10% pada anak-anak
- Luka bakar derajat <1%
Luka Bakar Sedang - Luka bakar derajat II 10-25% pada orang
dewasa
- Luka bakar derajat II 5-10% pada anak-anak
- Luka bakar derajat III <5%
Luka Bakar Berat - Luka bakar II 25% atau lebih pada orang dewasa
- Luka bakar II 20% atau lebih pada anak-anak
- Luka bakar derajat III 5% atau lebih
- Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga,
mata, kaki dan genitalia/perineum
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik,
disertai trauma lain
- Luka bakar bukan karena kecelakaan
- Luka bakar premorbid, Luka bakar + hamil
Gambar 5. Diagnosis anding lesi kulit yang mirip dengan luka bakar. 10
karena bukti cedera anoksik serebral bisa terjadi. Pasien dengan luka bakar wajah
harus memeriksakan kornea matanya dengan pewarnaan fluoresen. Laboratorium
rawat inap rutin harus mencakup hitung darah lengkap, elektrolit serum, glukosa,
nitrogen urea darah (BUN), dan kreatin. Penilaian paru harus mencakup gas
darah arteri, rontgen dada, dan karboksihemoglobin. 11
- Pemeriksaan radiologi untuk menilai adanya trauma lain pada pasien. Foto
radiologi yang umum diperiksa adalah tulang servikal, toraks, panggul dan
pencitraan lain sesuai indikasi klinis.
- Pemeriksaan hitung darah lengkap, bila terjadi peningkatan HT awal
menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan pemindahan atau
kehilangan cairan.
- Pemeriksaan gas darah arteri, bila terjadi penurunan PaO2 atau peningkatan
PaCO2 dapat terjadi pada retensi karbon monoksida. Asidosis dapat terjadi
sehubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan kehilangan kompensasi
pernapasan.
- Pemeriksaan karboksihemoglobin, peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan keracunan karbon monoksida atau cedera inhalasi.
- Pemeriksaan sodium urin dapat dilakukan untuk melihat keberhasilan
resusitasi cairan, bila lebih besar dair 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan
resusitasi cairan, dan kurang dari 10 meEq/L dapat diduga sebagai
ketikdakadekuatan resusitasi cairan.
19
2.10. Tatalaksana
Pertolongan pertama pada pasien luka bakar adalah aspek penting. Pada
kesempatan pertama berjumpa korban, tenaga medis melakukan penilaian cepat
dan penanganan untuk menyelamatkan jiwa. Pertolongan pertama terdiri dari
menghentikan proses pembakaran dan menurunkan suhu luka, hal ini efektif
dalam 3 jam pertama sejak terbakar.13
- Nilai patensi jalan napas, cara termudah adalah berbicara dengan pasien. Jika
tidak paten, bersihkan jalan napas dari benda asing dan membuka jalan napas
dengan manuver chin lift/jaw thrust. Jaga gerakan tulang servikal seminim
mungkin dan jangan melakukan fleksi dan ekstensi kepala dan leher.
- Manajemen tulang belakang servikal (terbaik dengan rigid collar). Adanya
cedera di atas klavikula seperti trauma muka atau tidak sadarkan diri kerap
disertai patah tulang belakang servikal.
o Paparkan dada dan pastikan bahwa ekspansi rongga toraks adekuat dan
simetri
o Berikan oksigen 100% (15 L/menit) menggunakan non–rebreather mask
o Bila diperlukan, ventilasi menggunakan bag dan sungkup atau, intubasi
bila perlu.
o Keracunan karbon monoksida dapat menyebabkan pasien bewarna
merah–buah cherry, dan pasien tidak bernapas
o Hati–hati bila frekuensi pernapasan <10 atau> 30 kali per menit.
o Waspada pada luka bakar melingkar dada dan apakah memerlukan
eskarotomi
o Lepaskan semua pakaian dan perhiasan termasuk anting dan jam tangan
o Miringkan pasien untuk visualisasi sisi posterior
o Jaga agar pasien tetap hangat
o Area luka bakar dihitung menggunakan metode Rule of Nines atau palmaris
(Rule of One)
22
menggunakan metode Rule of Nines. Penilaian yang lebih akurat dapat dibuat
untuk cedera luka bakar, terutama pada anak-anak, dengan menggunakan grafik
Lund dan Browder, yang memperhitungkan perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan.11
Gambar 8: Perkara penting yang harus diperhatikan saat melakukan penilaian luka
bakar. 11
Resusitasi Cairan
Pada luka bakar luas (>20––30% luas permukaan tubuh), jumlah mediator
inflamasi yang diproduksi demikian banyak diikuti peningkatan permeabilitas
yang berlangsung luas hingga dijumpai pembentukan edema yang masif dan
sistemik. Hal ini menyebabkan terjadinya syok hipovolemia dalam waktu singkat.
Hal ini ditunjang adanya kerusakan anatomik endothelial lining sistem
mikrovaskulatur yang terdeteksi pada pemeriksaan mikroskop elektron.15
24
Bila jumlah produksi urine berkisar pada nilai ini, maka kecukupan perfusi
ke organ akan terpelihara. Produksi urine yang berlebih menunjukkan pemberian
cairan berlebihan dan akan menyebabkan terbentuknya edema masif; produksi
urine yang rendah menunjukkan perfusi ke jaringan yang buruk yang diikuti
kerusakan sel.13
Analgesia13
Luka bakar sering kali menimbulkan rasa nyeri maka untuk meredakan rasa
nyeri diberikan analgesik intravena misalnya morfin iv 0. 05–0.1 mg/kg, lalu
dititrasi untuk memperoleh efek (pemberian dosis lebih kecil secara frekuen akan
lebih aman).
Test 15
A. Radiologi :
-Dada
-Pelvis
B. Sonografi :
Tube
Dipasang selang nasogastrik pada pasien dengan luka bakar mayor (>10%
pada anak, >20% pada dewasa) apabila ada cedera penyerta lain, atau untuk
dekompresi perut untuk mengeluarkan udara karena gastroparesis umum terjadi.
Pertimbangkan intubasi dengan ETT bila terdapat indikasi.15
Pada luka bakar karena air panas, pakaian yang dibasahi air panas berperan
sebagai reservoir, karenanya segera lepaskan sesegera mungkin. Selain
melepaskan pakaian, setiap jenis perhiasan juga harus dilepaskan. Bila pakaian
melekat pada permukaan kulit, potong dan biarkan melekat di tempatnya. Namun,
pakaian terbuat dari bahan sintetik yang meleleh melekat pada kulit yang tidak
vital akan mudah dilepaskan.14
Es atau air es jangan pernah digunakan untuk menurunkan suhu. Suhu yang
ekstrim dingin ini akan menyebabkan vasokonstriksi dan secara eksperimen
menunjukkan luka yang semakin dalam; disamping risiko hipotermia.13
Manajemen awal
Elevasi
Area khusus
Gambar 9. Manajemen anestesi pada pasien luka bakar akut untuk eksisi dan skin graft
luka menimbulkan banyak tantangan terkait pemantauan, akses vaskular, pengaturan
suhu, dan kehilangan darah yang cepat. Posisi tengkurap memerlukan perawatan ekstra
untuk memastikan kanula vaskular dan tabung endotrakeal aman. 11
Eskarotomi
Bila luka bakar melibatkan seluruh ketebalan dermis dan kulit mengalami
kehilangan elastisitas saat edema berkembang, maka diperlukan tindakan
melakukan sayatan pada kulit hingga kedalaman subkutis. Prosedur ini disebut
eskarotomi.12
Luka bakar listrik terdiri dari tiga bagian, yaitu listrik tegangan rendah,
tegangan tinggi dan sengatan petir. Setiap kelompok memiliki gambaran
tersendiri yang patut dipertimbangkan. Gambaran umum dari masing–masing
adalah panas yang dihasilkan dapat berakibat pada luka bakar.13,15
sedalam dermal.
kaki
Kebutuhan cairan pada luka bakar listrik cenderung volumenya lebih besar
dibandingkan jumlah yang diantisipasi pada luka bakar kulit saja. Pada pasien
dengan kerusakan jaringan yang dalam, haemochromogenuria harus diantisipasi.
Kateter urin harus dimasukkan untuk deteksi gejala dini perubahan warna urin
dan untuk memantau produksi urin. Jika terlihat pigmen pada urin, laju infus
cairan harus ditingkatkan guna mempertahankan produksi urin 75–100 mL/jam
bagi dewasa dan 2 mL/kg/jam pada anak–anak. 12.13
Perbedaan utama antara luka bakar kimia dan termal adalah lamanya waktu
dimana kerusakan jaringan berlanjut sejak agen kimia menyebabkan kerusakan
yang progresif hingga dinonaktifkan menggunakan bahan penetral atau
pengeceran menggunakan air. Semua agen di atas menyebabkan cedera sel
melalui berbagai jenis reaksi kimia. Secara umum dapat dikatakan sebagai bahwa
asam menghasilkan nekrosis koagulasi dan alkali menghasilkan nekrosis
likuifaktif. 14
32
Luka bakar alkali umumnya terjadi di rumah dan kerusakan jaringan tidak
secepat zat asam, namun kerusakan jaringan terjadi dalam kurun waktu panjang
karena terjadi likuifaksi (pencairan) yang menyebabkan kerusakan lebih dalam.
Luka bakar alkali memerlukan pemberian air dengan waktu yang lama dibanding
luka bakar kimia lainnya. Contoh luka bakar alkali adalah akibat fosfor dimana
kematian berhubungan dengan efek sistemik dari hipotensi dan tubular nekrosis
akut, pentalaksanaannya dengan cara:13
Batuk basah
Gelisah
Kesulitan bernapas
Kematian
Kematian
34
Bertambahnya hipoksia
Gagal pernapasan
Intoksikasi i. Meninggal di
tempat
ii. Perburukan awal Penurunan kesadaran
Stupor
iii.Perbaikan dengan
berjalannya waktu Confusion
Drowsiness
Poor Mentation
Gangguan visual
Nyeri kepala
1. Prosedur Pembedahan
mengkoreksi kelainan bentuk akibat dari luka. Skin graft adalah prosedur bedah
dimana sepotong kulit yang berasal dari tubuh pasien di transplantasikan ke
daerah lain dari tubuh.18,19
a. Dermabrasi
b. Skin Graft
Skin graft adalah prosedur bedah dimana sepotong kulit yang berasal dari
tubuh pasien di transplantasikan ke daerah lain dari tubuh. Kulit dari orang lain
atau dari binatang mungkin digunakan sebagai penutup sementara pada luka
bakar luas untuk menghindari kehilangan cairan. Kulit yang diambil dari donor
haruslah kulit yang sehat dan diiplantasikan ke daerah kulit yang rusak dari
resipien. 20
Pinch Graft : potongan kulit sebesar ¼ inchi dipasang pada donor. Bagian
kulit yang kecil ini kemudian akan tumbuh menutup area yang terluka.
Kulit ini akan tumbuh bahkan didaerah dengan suplai darah yang terbatas
dan dapat mencegah infeksi.
Split – thickness graft : terdiri dari lapisan superficial dan lapisan dalam
dari kulit yang berbentuk helaian. Graft yang diambil dari daerah donor
dapat mencapai lebar 4 inchi dan panjang 10 – 12 inchi. Graft ini
kemudian ditempel pada area resipien. Segera setelah graft ditanam
daerah tersebut dapat ditutup dengan balut tekan atau dibiarkan terbuka.
39
Split thickness graft digunakan pada bagian tubuh yang tidak menyangga
berat badan (non-weight bearing). Keberhasilan skin graft dapat
diperkirakan 72 jam setelah pembedahan. Jika transplantasi kulit ini dapat
melewati 72 jam pertama tanpa infeksi atau trauma, tubuh pada umumnya
tidak menolak transplantasi ini. Sebelum pembedahan, area donor dan
resipien harus bebas dari infeksi dan mempunyai suplai darah yang stabil.
Prosedur lanjutan yang berupa memindahkan atau meregangkan area
resipien harus dihindari. Perban yang digunakan harus steril dan biasanya
diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi. 20
Gambar 12. (a) Bekas luka leher. (b) Dua segitiga sama sisi diberi tanda 'z' dan sayatan
dibuat untuk membebaskan dua penutup kulit segitiga. (c) Dua penutup dipasang untuk
mencapai pelepasan. (d) Sebelum dibebaskan, pasien, seorang anak laki-laki berusia 13
tahun, mengeluh sesak di daerah leher yang disebabkan oleh bekas luka yang kencang. (e)
40
2.11. Komplikasi
Luka bakar mayor mengakibatkan perubahan patofisiologis di hampir semua
sistem organ. Pada pasien luka bakar akut dapat timbul gangguan seperti :11
• Insufisiensi paru
- Hipovolemia
• Anemia
• Edema
• Disritmia
• Insufisiensi ginjal
• Imunosupresi
41
• Infeksi / sepsis
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut yang
dapat berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu
fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan cacat estetik yang
buruk sekali sehingga perawatan kejiwaan, psikososial, dan fisioterapi, juga harus
dilanjutkan selama perawatan bedah ditetapkan. 14
Gambar 13. Pembengkakan akibat luka bakar yang sembuh secara spontan tanpa
bekas luka. Selama beberapa hari, edema pada kelopak mata membuat pasien
tidak dapat melihat.11
Gambar 14. Infeksi pada luka bakar. Tangan kanan pada anak laki-laki 13 tahun
dengan 85% luka bakar TBSA, derajat keempat di tangan. (a) empat bulan pasca
luka bakar di rumah sakit. (b) Tiga minggu kemudian di klinik dengan tangan
dibuka kembali. Kultur positif untuk MRSA.11
42
Gambar 15. (a) Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun mengalami luka bakar
yang melibatkan 75% dari total permukaan tubuhnya. (b) Cederanya luas; luka
membutuhkan debridemen bertahap dan skin graft, mengakibatkan jaringan parut
yang luas.11
Gambar 16. (a) Seorang wanita 3 tahun 10 bulan setelah luka bakar wajah parah
dengan amputasi hidung subtotal. (b) Desain intraoperatif dari penutup hidung
yang meruncing. (c)Skin graft dengan ketebalan split ke dorsum hidung setelah
flap turn-down dan pelepasan kontraktur.11
43
Kondisi medis yang sudah ada seringkali memiliki pengaruh yang besar
pada perjalanan klinis dan hasil akhir dari cedera luka bakar. Cedera pernafasan
dan keracunan karbon monoksida secara substansial memperbesar risiko pasien
yang terbakar dan dapat terjadi bahkan tanpa cedera kulit atau ringan. Lokasi luka
bakar mungkin berdampak besar pada aktivitas pasien sehari-hari, dan
menentukan tempat pasien menerima perawatan. Misalnya, edema dari luka
bakar superfisial area kecil pada wajah dapat menyebabkan pembengkakan pada
kelopak mata, menghambat penglihatan pasien, atau luka bakar yang melibatkan
44
bibir atau rongga mulut dapat menghambat alimentasi oral yang efisien.
Demikian pula, luka bakar pada tangan, kaki, atau yang melibatkan perineum
atau area yang berdekatan dapat sangat membatasi otonomi individu.11
Kriteria Rujukan
Pasien-pasien yang memenuhi kriteria di bawah ini perlu dirujuk. Pasien yang
memenuhi kriteria ANZBA harus dinilai dan distabilisasi saat rujukan diinisiasi.15
KESIMPULAN
Luka bakar adalah kerusakan pada kulit dan jaringan di bawahnya yang
disebabkan oleh panas, bahan kimia, atau listrik
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. HK.01.07/Menkes/555/2019 tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran–Tata Laksana Luka Bakar. 2019. Menkes RI. Jakarta. 2019.
2. Martina, Nungki Ratna dan Wardhana Aditya. Mortality Analysis of
Adult Burn Patients. Jakarta: Jurnal Plastik Rekonstruksi. 2013. p.96-100.
3. American Burn Association. Advanced Burn Life Support Provider
Manual. United States. 2018.
4. Espinoza, Garcia JA et al. Burns: Definition, Classification,
Pathophysiology and Initial Approach. Mexico: General Medicine Journal.
Vol. 5 Issue 5. 2017. p.1-5.
5. Australian and New Zealand Burn Association. Emergency Management
of Severe Burns (EMSB) 18th edition. 2016.
6. Jeschke, Marc G., et al. Burn Injury. Canada: Nature Riview-Disease
Primers. 2020.
7. World Health Organization. Burns. World Health Organization. 2018.
8. Kara, Yesim Akpinar. Burn Etiology and Pathogenesis.
IntechOpern.2018.p.17-33.
9. American Collage of surgeons. ATLS-Advanced Trauma Life Support
Student Course Manual 10th edition. The Committee on Trauma. 2018.
10. Doménech, M. V., Sanz, E. S., Marco, C. P., del Caz, M. P., Cerdá, O. B.,
& Albert, J. S. (2014). Pellagra. A challenging differential diagnosis in
burn injuries. Journal of Tissue Viability, 23(1), 37-41.
11. David N. Herndon. (2007). Total burn care. Elsevier Health Sciences.
12. Emergency Management of Severe Burns 17th Edition. Australia and
New Zealand Burn Association Ltd. 2013.
13. Jackson DM. The diagnosis of the depth of burning. Br J Surg. 2013.
40(164):588–96.
14. Hettiaratchy S, Papini R. Initial management of a major burn: II––
assessment and resuscitation. BMJ. 2014. 329(7457):101–3.
15. ANZBA, Bi–National Burns Registry: Annual Report 1st July 2009 –
30th June 2010. 2011, Autralian and New Zealand Burn Association:
Melbourne.
16. Williams NS, et al. Bailey and Love’s Short Practice Of Surgery 25th
Edition. United Kingdom. Edward Arnold (Publishers) Ltd. 2008.
17. Jeschke, M. G. (2013). Burn care and treatment: a practical guide. New
York: Springer.
18. Perdanakusuma DS. Penanganan parut hipertrofik dan keloid.
Perdanakusuma DS, editor. 2nd Ed. Surabaya: Airlangga University Press;
2017.
19. Schmieder SJ, Ferrer-Bruker. Hypertrophic scarring. StatPearls Publ LLC;
2018
20. Perdanakusuma DS. Skin Grafting. Airlangga University Press. 1998.
46