Anda di halaman 1dari 24

BENDA ASING

ESOFAGUS
dr. Adelien, Sp.T.H.T.K.L, FICS
OUTLINE

Pendahuluan Tinjauan Pustaka Kesimpulan


Pendahuluan
• Benda asing esofagus  tersangkutnya atau terjepitnya suatu benda, seperti benda yang tajam,
tumpul, makanan, ataupun agen korosif di esofagus akibat tertelan, baik secara sengaja maupun
tidak sengaja, yang dapat menyebabkan perlukaan esofagus
• Paling sering terjadi pada anak usia 6 bulan - 6 tahun
• Jenis benda asing yang sering dijumpai pada anak-anak seperti uang logam, mainan, perhiasan,
baterai, dan magnet
• Jenis benda asing yang sering dijumpai pada orang dewasa seperti biji buah-buahan, gigi palsu,
dan tulang ikan
• Penyebab ke tiga kematian pada anak usia dibawah 1 tahun dan penyebab kematian ke empat
pada anak usia 1-6 tahun
• Lebih dari 100.000 kasus terjadi setiap tahunnya di Amerika Serikat, 80 persen pada anak-anak
• Tingkat mortalitas setiap tahunnya terdapat sekitar 1500-1600 kasus
Tinjauan Pustaka
Anatomi Esofagus • Esofagus merupakan sebuah saluran berupa
tabung berotot yang menjadi penghubung
serta menyalurkan makanan dari rongga mulut
ke lambung. Esofagus terdiri dari tiga
kompartemen, yaitu leher (pars servikalis),
sepanjang 5 cm dan berjalan di antara trakea
dan kolumna vertebralis, dada (pars
thorakalis), setinggi manubrium sterni berada
di mediastinum posterior mulai di belakang
lengkung aorta dan bronkus cabang utama
kiri, lalu membelok ke kanan bawah di
samping kanan depan aorta thorakalis bawah,
dan abdomen (pars abdominalis), masuk ke
rongga perut melalui hiatus esofagus dari
diafragma dan berakhir di kardia lambung,
panjang berkisar 2-4 cm.
Anatomi Esofagus
• Esofagus mempunyai tiga daerah normal
penyempitan yang sering menyebabkan
benda asing tersangkut di esofagus.
Penyempitan pertama adalah disebabkan
oleh muskulus krikofaringeal, dimana
pertemuan antara serat otot striata dan otot
polos menyebabkan daya propulsif
melemah. Daerah penyempitan kedua
disebabkan oleh persilangan cabang utama
bronkus kiri dan arkus aorta. Penyempitan
yang ketiga disebabkan oleh mekanisme
sfingter gastroesofageal.
Vaskularisasi Esofagus
• Vaskularisasi dari esofagus berasal dari
beberapa cabang arteri dan vena. Arteri
yang memperdarahi pada bagian servikal
berjalan dari arteri thyroidea inferior, bagian
thorakal berjalan dari aorta thorakal
desendens, arteri interkostalis, dan arteri
cabang bronkial, dan bagian abdominal
berjalan dari cabang-cabang arteri gastrika
sinistra dan kadang-kadang arteri frenikus
inferior yang langsung dari aorta
abdominalis. Sedangkan vena yang
memperdarahi bagian servikal dialirkan ke
dalam vena tiroid inferior, bagian thorakal
dialirkan ke dalam vena azygos dan
hemiazygos, dan bagian abdominal
dialirkan ke dalam vena gastrika sinistra.
Fisiologi Menelan

Terjadi dalam tiga fase, yaitu fase oral (a), fase faringeal (b), dan fase esofageal (c).
Benda Asing Esofagus
Definisi
Benda asing esofagus adalah tersangkutnya atau terjepitnya suatu benda, seperti benda
yang tajam, tumpul, makanan, ataupun agen korosif di esofagus akibat tertelan, baik secara sengaja
maupun tidak sengaja, yang dapat menyebabkan perlukaan esofagus.
Epidemiologi
Jenis benda asing pada anak-anak yang sering dijumpai seperti uang logam, mainan,
perhiasan, baterai, dan magnet. Sementara pada orang dewasa, benda asing yang sering dijumpai
dapat berupa makanan yang tidak dapat untuk dicerna, seperti biji buah-buahan, gigi palsu, tulang
ikan, maupun potongan daging yang melekat pada tulang. Prevalensi benda asing esofagus terjadi
pada 13/100.000 jumlah penduduk, dengan tingkat mortalitas 1500-1600 per tahun akibat komplikasi
yang terjadi karena adanya benda asing pada esofagus di Amerika Serikat.
Jumlah pasien dengan keluhan tertelan benda asing yang datang di RSUP Mohammad
Husein Palembang selama periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2015 terdapat sebanyak
43 orang dengan rasio jenis kelamin laki laki dibanding perempuan 3:2, dan dengan usia terbanyak
dibawah 10 tahun. Jenis benda asing yang paling sering ditemukan adalah uang logam 44,1%, gigi
palsu 25,5% yang terdiri dari gigi palsu berkawat sebanyak 6 kasus dan gigi palsu tak berkawat
sebanyak 5 kasus. Benda asing organik atau impaksi makanan juga ditemukan sebanyak 7 kasus.
Etiologi
Pada anak-anak:

Anomali kongenital termasuk trakeoesofagus dan pelebaran pembuluh darah. faktor predisposisi antara lain
belum tumbuh gigi molar untuk dapat menelan dengan baik, koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang
belum sempurna pada kelompok usia 6-12 bulan, retardasi mental, gangguan pertumbuhan dan penyakit-
penyakit neurologik lain yang mendasarinya.

Pada orang dewasa:

Sering dialami oleh pemabuk atau pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa (tactile sensation)
dari palatum, pada pasien gangguan mental dan psikosis. Benda asing yang tersangkut pada orang dewasa
dapat berupa makanan atau bahan yang tidak dapat dicerna (biji buah-buahan, gigi palsu, tulang ikan atau
potongan daging yang melekat pada tulang).

Faktor predisposisi lain:

Adanya penyakit-penyakit esofagus yang menimbulkan gejala disfagia kronis (penyakit esophagitis refluks,
striktur pasca esophagitis korosif, achalasia, karsinoma esofagus atau lambung) cara mengunyah yang salah
dengan gigi palsu yang kurang baik pemasangannya, mabuk (alkoholisme) dan intoksikasi (keracunan).
Klasifikasi
Berdasarkan asalnya, benda asing digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:

1. Benda asing eksogen, yaitu yang berasal dari luar tubuh, biasanya masuk melalui hidung atau
mulut. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair, atau gas. Benda asing eksogen padat
terdiri dari zat organik, seperti kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang
(yang berasal dari kerangka binatang), dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, kapur
barus (naftalen), gigi palsu, dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang
bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif.
2. Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing endogen dapat berupa
sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, perkijuan, membran difteri. Cairan
amnion, mekonium dapat masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan.
Patogenesis
Suatu benda atau makanan akan terhenti dalam esofagus jika terlalu besar ukurannya bagi
lumen esophagus atau jika ada bagian yang tajam yang dapat menancap pada dinding esophagus
selama perjalanannya ke lambung. Apabila benda asing yang terhenti di esophagus dalam waktu
yang lama juga akan timbul lesi atau nekrosis akibat adanya penekanan pada dinding esophagus
dan selanjutnya timbul jaringan granulasi. Pada benda asing bagian yang tajam dapat menimbulkan
suatu efek trauma pada esophagus sehingga dapat terjadi perforasi. Kemudian menimbulkan suatu
edema yang menimbulkan rasa nyeri. Efek lebih lanjut adalah terjadi penumpukan makanan,
rasa penuh di leher dan kemudian dapat menganggu sistem pernapasan sebagai akibat trauma
yang juga mempengaruhi trakea, dimana trakea memiliki jarak yang dekat dengan esophagus.
Manifestasi Klinis
Gejala sumbatan akibat benda asing di esofagus terdiri dari:

1. Kesulitan dalam menelan serta rasa tidak nyaman


2. Bila benda asing tersangkut pada esofagus servikal, maka akan timbul nyeri di daerah leher,
penekanan terhadap bagian belakang laring serta trakea dapat menimbulkan suara sengau,
batuk, dan dispne
3. Bila benda asing tersangkut di esofagus bagian distal, maka akan timbul rasa tidak enak di
daerah substernal atau nyeri di punggung, nyeri di punggung menunjukkan tanda perforasi atau
mediastinitis

4. Gejala lain seperti disfagia atau sulit menelan, odinofagia yaitu nyeri menelan makanan atau
ludah, hipersalivasi, regurgitasi, muntah, dan kadang-kadang ludah berdarah
Diagnosis
Dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
A. Anamnesis
1. Pasien perlu ditanyakan tentang apakah terdapat rasa tercekik (chocking), rasa tersumbat di tenggorok
(ganging), batuk, muntah, nyeri di bagian distal, nyeri pada daerah substernal atau nyeri tulang belakang
2. Dapat ditemukan odinofagia, yaitu rasa nyeri pada saat menelan makanan atau ludah, hipersalivasi,
regurgitasi, dan muntah
3. Terkadang didapatkan ludah berdarah. Selain itu dapat ditemukan gangguan napas berupa dispnea,
stridor, dan sianosis jika terdapat penekanan trakea
4. Pada anak-anak, perlu ditanyakan riwayat riwayat penyakit dahulu apakah anak mengalami anomali
kongenital seperti stenosis kongenital dan fistel tracheoesofagus atau anak dengan penyakit neurologis
seperti anak dengan retardasi mental
5. Pada orang dewasa, perlu ditanyakan riwayat mengonsumsi minuman alkohol (dalam keadaan mabuk),
pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa dari palatum, atau adakah riwayat gangguan
mental dan psikosis
Diagnosis
B. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi: melihat tonsil dan bagian bawah lidah, apakah ditemukan luka dan benda asing pada mulut
2. Periksa kemungkinan obstruksi dari jalan napas yang ditandai dengan gejala gagal napas karena dapat
menyebabkan kematian
3. Identifikasi Nyeri di laring atau krepitasi di leher
4. Auskultasi paru harus dilakukan dan palpasi abdomen dan temperatur perlu dinilai. Dapat ditemukan
tanda efusi pleura unilateral atau bilateral jika terjadi mediastinitis.

C. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rontgen esofagus servikal dan torakal anteroposterior dan lateral
a. Foto rontgen leher posisi lateral dapat menunjukkan tanda perforasi yaitu trakea dan laring yang
tergeser ke depan, gelembung udara di jaringan, bayangan cairan atau abses bila sudah
berlangsung beberapa hari
b. Foto rontgen thorax bisa menunjukkan gambaran perforasi esofagus dengan emfisema servikal,
mediastinal, pneumothorax, mediastinisis, dan aspirasi pneumonia
Tatalaksana
• Penatalaksanaan dapat disesuaikan dengan jenis benda asing, lokasi, tingkat obstruksi
dan durasi benda asing tersebut masuk. Endoskopi merupakan prosedur tatalaksana
pilihan dengan 90% kasus berhasil dan tingkat komplikasi <5%. Manajemen endoskopi
dibagi menjadi tiga berdasarkan tingkat keparahan, yaitu endoskopi emergensi, urgensi,
dan non-urgensi.

• Terdapat beberapa macam alat atau metode yang telah diteliti dapat dilakukan untuk
mengeluarkan benda asing dari esofagus, salah satunya adalah dengan menggunakan
kateter Foley. Benda asing tumpul dapat dikeluarkan dengan menggunakan kateter
Foley. Pasien dibaringkan pada meja fluoroskopi dengan posisi kepala direndahkan
(head-down position), kemudian kateter dimasukkan sampai ke bagian distal benda
asing. Kateter kemudian digembungkan dan ditarik secara perlahan, lalu ambil dan tarik
benda asing dengan kateter tersebut. Pada beberapa kasus, benda asing lepas dan
masuk ke lambung. Proses ini sebaiknya dilakukan dengan pantauan fluoroskopi.
Gambar 1. Metode Kateter Foley
• Benda asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi harus segera
dikeluarkan dengan pembedahan, yaitu servikotomi, torakotomi atau esofagotomi,
tergantung lokasi benda asing tersebut.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari benda asing di esofagus diantaranya:

1. Obstruksi jalan napas yang diakibatkan oleh kompresi trakea oleh benda asing, atau edema
laring terutama pada bayi dan anak-anak
2. Periesofagaeal selulitis dan abses yang biasanya muncul di daerah leher, perforasi akibat benda
tajam yang menyebabkan radang pada dinding esofagus, menjadi mediastinitis, pericarditis, atau
empyema yang mungkin bisa mengenai aorta dan menyebabkan hal yang fatal

3. Jarang ditemukan trakeo-esofageal fistula, dan dapat terjadi ulserasi dan striktur akibat proses
pengambilan benda asing
Prognosis
Prognosis tergantung dari cepat/lambatnya diagnosis, ukuran, jenis dan lokasi benda asing,
tatalaksana yang tepat, dan komplikasi yang timbul. Penundaan pengambilan benda asing di
esofagus dapat menyebabkan tingginya tingkat kejadian yang mengharuskan operasi, perforasi dan
mortalitas.
Kesimpulan
Benda asing esofagus adalah tersangkutnya atau terjepitnya suatu benda, seperti benda yang tajam,
tumpul, makanan, ataupun agen korosif di esofagus akibat tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja, yang
dapat menyebabkan perlukaan esophagus. Benda asing yang tersangkut akibat tertelan merupakan suatu masalah
yang sering ditemui pada anak usia 6 bulan sampai 6 tahun dan juga dapat terjadi pada semua umur pada tiap lokasi
di esofagus, baik di tempat fisiologis maupun patologis dan juga dapat menimbulkan komplikasi fatal akibat perforasi.

Gejala sumbatan akibat benda asing di esofagus tergantung pada ukuran, bentuk, jenis benda asing, lokasi
tersangkutnya (apakah berada di daerah penyempitan esofagus yang normal atau patologis), komplikasi yang timbul,
dan lama tertelan. Mula-mula timbul nyeri di daerah leher bila benda asing tersangkut di daerah servikal. Bila benda
asing tersangkut di esofagus bagian distal, timbul rasa tidak enak di daerah substernal atau nyeri di punggung.

Tatalaksan disesuaikan dengan jenis benda asing, lokasi, tingkat obstruksi dan durasi benda asing tersebut
masuk. Penanganan bisa secara observasi diteruskan ke saluran pencernaan atau menggunakan tindakan endoskopi.
Komplikasi yang dapat ditimbulkan berupa obstruksi jalan napas, periesofagaeal selulitis dan abses yang biasanya
muncul di daerah leher, perforasi akibat benda tajam yang menyebabkan radang pada dinding esofagus, menjadi
mediastinitis, pericarditis, atau empyema.
Daftar Pustaka
1. Yunizaf M. Benda Asing di Esofagus. 2017. Dalam: Soepardi A. Efianty, Iskandar Nurbaiti, Bashiruddin Jenny, Restuti D. Ratna, Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 7(6). Jakarta: Balai Penerbit FKUI, p. 264-267.

2. Gilger MA, Jain AK, McOmber ME. 2019. Dalam: Singer JI, Heyman MB, Hoppin AG (eds). Foreign Bodies of the Esophagus and
Gastrointestinal Tract in Children. Semantic Scholar, p. 1-7.

3. Fielding JWL, Hallissey MT. Upper gastrointestinal surgery. London: Springer; 2005. p. 1-15

4. Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD. Head and neck surgery - otolaryngology. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
2006

5. Frank, H., Atlas of Human Anatomy by Netter. 5th edition. 2011. Philadelphia: Elsevier.

6. Crockett SD, Sperry SL, Miller CB, Shaheen NJ, Dellon ES. Emergency care of esophageal foreign body impactions : timing,
treatment modalities, and resource utilization. Dis Esophagus 2013 Feb;26(2):105-12.

7. Sherwood, L., Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi VI. 2009. Jakarta: EGC.

8. Zuleika P, Ghanie A. 2016. Karakteristik Benda Asing Esophagus di Bagian THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode Januari 2013-Desember 2015. KONAS XVII Perhati-KL. Solo, 25-27 Agustus 2016.
Daftar Pustaka
9. Chinski A, Foltran F, Gregori D, Ballali S, Passali D, Bellussi L. Foreign bodies in the oesophagus : The Experience Of The Buenos Aires
Paediatric Orl Clinic. International Journal Of Pediatrics 2010; page 1-6.

10. Erbil B, Karaca MA, Aslaner MA, İbrahimov Z, Kunt MM, Akpinar E, Özmen MM. Emergency admissions due to swallowed foreign bodies in
adults. World J Gastroenterol 2013; 19(38): 6447-6452

11. Herawati, Sri., dan Rukmini, Sri., 2003. Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Dalam: drg. Lilian Juwono, 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga
Hidung Tenggorok untuk Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Jakarta. EGC.

12. Dhillon RS, East CA. An illustrated colour text : ear, nose, and throat, and head and neck surgery. 2nd ed. London: Churchill Livingstone; 2000,
halaman 84-85.

13. Water TR, Staecker H. Otolaryngology : basic science and clinical review. New York: Thieme; 2006, halaman 223.

14. Predescu dragos, et all. Oesophageal Foreign Bodies - from Diagnostic Challenge to Therapeutic Dilemma. 2016. 111: 102-114 No. 2,

15. Birk Michael, et all. Removal of foreign bodies in the upper gastrointestinal tract in adults: European Society of Gastrointestinal Endoscopy :
(ESGE) Clinical Guideline. Endoscopy 2016; 48 : P 489-495

16. Malik, Z., 2020. Esophageal Foreign Bodies – Gastrointestinal Disorders - MSD Manual Professional Edition. MSD Manual Professional Edition
[Internet]. Available at: [https://www.msdmanuals.com/professional/gastrointestinal-disorders/bezoars-and-foreign-bodies/esophageal-foreign-
bodies] [Accessed 24 April 2020].
Daftar Pustaka
17. Schaefer TJ, Trocinski D. Esophagial Foreign Body. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482131/ [Accessed 24 April 2020].

18. Fung BM, Sweetser S, Wong kee song LM, Tabibian JH. Foreign object ingestion and esophageal food impaction: An update and
review on endoscopic management. World J Gastrointest Endosc. 2019;11(3):174-192.

19. Conners GP, Mohseni M. Pediatric Foreign Body Ingestion. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430915/ [Accessed 24 April 2020].

20. Dhingra P L, et all. Diseases of Ear, Nose and Throat & Head and Neck Surgery. 7th edition. 2018. P 395-398.

21. Lluna J, Olabarri M, Domènech A, et al. [Recommendations for the prevention of foreign body aspiration]. An Pediatr (Barc).
2017;86(1):50.e1-50.e6.

22. Umesan UK, Chua KL, Balakrishnan P. Prevention and management of accidental foreign body ingestion and aspiration in orthodontic
practice. Ther Clin Risk Manag. 2012;8:245-52.

23. Zhang Xiaowen, et all. Esophageal foreign bodies in adults with different durations of time from ingestion to effective treatment. 2017.
, Vol. 45(4) 1386–1393

24. Snell Richard S. 2012. Anatomi Klinik Edisi 6. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai