Anda di halaman 1dari 26

BENDA ASING DI ESOFAGUS

I. PENDAHULUAN
Benda asing di suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh
atau dari dalamtubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Dari semua kasus
benda asing yang masuk kedalam saluran cerna dan pernapasan anakanak,sepertiganya tersangkut di saluran pernapasan.1
Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah
utama anak usia 6 bulan sampai 6 tahun dan dapat terjadi pada semua umur
pada tiap lokasi di esofagus, baik ditempat penyempitan fisiologis maupun
patologis, dan dapat pula menimbulkan komplikasi fatalakibat perforasi.1
Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau
makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara
sengaja maupun tidak sengaja.Angka kejadian tertelan benda asing
mengakibatkan 1500 kematian di Amerika Serikat. Sebanyak 80-90% benda
asing esofagus akan melewati saluran pencernaan selama 7-10 haritanpa
komplikasi, sedangkan 10-20% sisanya membutuhkan tindakan endoskopi dan
1%membutuhkan pembedahan. Sebanyak 75% benda asing saluran cerna
berada di esofagus saat terdiagnosis.Sekitar 70% dari 2394 kasus benda asing
esofagus ditemukan di daerah servikal, di bawah sfingter krikofaringeus, 12%
di daerah hipofaring, dan 7,7% di daerah esofagus torakal. Dilaporkan 48%
kasus benda asing yang tersangkut di daerah esofagogaster menimbulkan
nekrosis tekanan atau infeksi lokal. Pada orang dewasa, benda asing yang
tersangkut dapat berupa makanan atau bahan yang tidak dapat dicerna, seperti
biji buah-buahan, gigi palsu, tulang ikan, atau potongan daging yang melekat
pada tulang.2,6
Benda asing di esofagus merupakan masalah klinis yang memiliki
tantangan tersendiri, meskipun belakangan ini telah terjadi kemajuan besar
dalam teknik anestesidan instrumentasi, ekstraksi benda asing saluran

cernabukanlah merupakan suatu prosedur yang mudah dan tetap memerlukan


keterampilan serta pengalaman dari dokter yang melakukannya. Oleh karena
itu, kasus ini diangkat pada diskusi kasus mengenai benda asing di esofagus.3
II. DEFINISI
Definisi benda asing adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau
dari dalam tubuh yag dalam keadaan normal tidak ada.1 Sedangkan definisi
benda asing esofagus adalah benda yang tajam ataupun tumpul atau makanan
yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara sengaja
maupun tidak sengaja. Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing
merupakan masalah utama anak usia 6 bulan sampai 6 tahun, dan dapat terjadi
pada semua umur pada tiap lokasi di esofagus, baik di tempat penyempitan
fisiologis maupun patologis, dan dapat pula menimbulkan komplikasi fatal
akibat perforasi.1,2
III. EMBRIOLOGI ESOFAGUS
Rongga mulut, faring, dan esofagus berasal dari foregut embrionik.
Ketika mudigah berusia kurang lebih 4 minggu, sebuah divertikulum
respiratorium (tunas paru) nampak di dinding ventral usus depan, di perbatasan
dengan faring. Divertikulum ini akan berangsur-angsur terpisah dari bagian
dorsal usus depan melalui sebuah pembatas, yang dikenal dengan septum
esofagotrakealis. Dengan cara ini, usus depan terbagi menjadi bagian ventral,
yaitu primordium pernapasan, dan bagian dorsal, yaitu esofagus.2
Pada mulanya esofagus tersebut pendek, tetapi karena jantung dan
paru-paru bergerak turun, bagian ini memanjang dengan cepat.Lapisan otot,
yang dibentuk oleh mesenkim di sekitarnya bercorak serat lintang pada dua
pertiga bagian atasnya dan dipersarafi oleh nervus vagus, lapisan otot sepertiga
bawah adalah otot polos dan dipersarafi oleh pleksus splangnikus.2

Gambar 1. Embriologi esofagus1

IV. ANATOMI ESOFAGUS


Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung otot yang
menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung.
Dari perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui tiga
kompartemen dan dibagi berdasarkan kompartemen tersebut, yaitu leher (pars
servikalis), sepanjang 5 cm dan berjalan di antara trakea dan kolumna
vertebralis, dada (pars thorakalis), setinggi manubrium sterni berada di
mediastinum posterior, mulai di belakang lengkung aorta dan bronkus cabang
utama kiri, lalu membelok ke kanan bawah di samping kanan depan aorta
thorakalis bawah, dan abdomen (pars abdominalis), masuk ke rongga perut
melalui hiatus esofagus dari diafragma dan berakhir di kardia lambung,
panjang berkisar 2-4 cm.2,3
Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus
superior ke otot krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm, ke
vena pulmonalis inferior 30-35 cm, dan ke kardioesofagus joint kurang lebih
40-45 cm.Pada anak, panjang esofagus saat lahir bervariasi, antara 8-10 cm dan
ukuran sekitar 19 cm pada usia 15 tahun. 2
Bagian servikal dari esofagus memiliki panjang 5-6 cm, setinggi
vertebra servikalis VI sampai vertebra thorakalis Ianterior melekat dengan
trakea (tracheoesophageal party wall), anterolateral tertutup oleh kelenjar

thyroid, sisi dextra/sinistra dipersarafi oleh nervus recurren laryngeus, posterior


berbatasan dengan hypopharynx, terdapat locus minoris resistensae, yaitu
dinding yang tidak tertutup oleh musculus constrictor pharyngeus inferior, dan
pada bagian lateral ada carotid sheats beserta isinya.2,3
Bagian thorakal dari esofagus, panjang 16-18 cm, setinggi vertebra
thorakalis IX-X, berada di mediastinum superior antara trakea dan kolumna
vertebralis, dalam rongga thoraks disilang oleh arkus aorta setinggi vertebra
thorakalis IV dan bronkus utama sinistra setinggi vertebra thorakalis V, dan
arteri pulmonalis dextra menyilang di bawah bifurcatio trachealis, dan pada
bagian distal antara dinding posterior esofagus dan ventral corpus vertebralis
terdapat ductus thoracicus, vena azygos, arteri dan vena intercostalis.Sedang
pada bagian abdominal dari esofagus terdapat pars diaphragmatica sepanjang
1-1,5 cm, setinggi vertebra thorakalis X, terdapat pars abdominalis sepanjang
2-3 cm, bergabung dengan cardia gaster disebut gastroesophageal junction.2,3
Esofagus mempunyai tiga daerah normal penyempitan yang sering
menyebabkan benda asing tersangkut di esofagus.Penyempitan pertama adalah
disebabkan oleh muskulus krikofaringeal, dimana pertemuan antara serat otot
striata dan otot polos menyebabkan daya propulsif melemah.Daerah
penyempitan kedua disebabkan oleh persilangan cabang utama bronkus kiri
dan arkus aorta. Penyempitan yang ketiga disebabkan oleh mekanisme sfingter
gastroesofageal.3

Gambar 2. Anatomi esofagus7

Vaskularisasi dari esofagus berasal dari beberapa cabang arteri dan


vena. Arteri yang memperdarahi pada bagian servikal berjalan dari
arterithyroidea inferior, bagian thorakal berjalan dari aorta thorakal desendens,
arteri interkostalis, dan arteri cabang bronkial, dan bagian abdominal berjalan
dari cabang-cabang arteri gastrika sinistra dan kadang-kadang arteri frenikus
inferior yang langsung dari aorta abdominalis. Sedangkan vena yang
memperdarahi bagian servikal dialirkan ke dalam vena tiroid inferior, bagian

thorakal dialirkan ke dalam vena azygos dan hemiazygos, dan bagian


abdominal dialirkan ke dalam vena gastrika sinistra.3
Persarafan esofagus terdiri dari saraf parasimpatis yang berasal dari
nervus vagus yang menimbulkan vasokonstriksi, kontraksi sfingter, dan
relaksasi dinding muskular, dan saraf simpatis dari serabut-serabut ganglia
simpatis servikalis inferior, nervus thorakal dan splangnikus yang dapat
meningkatkan sekresi kelenjar dan aktivitas peristaltik.2,3
V. FISIOLOGI ESOFAGUS
Proses menelan merupakan proses yang kompleks. Setiap unsur yang
berperan dalam proses menelan harus bekerja secara terintegrasi dan
berkesinambungan. Keberhasilan mekanisme menelan ini tergantung dari
beberapa faktor, yaitu :5
a)
b)
c)
d)
e)

ukuran bolus makanan


diameter lumen esofagus yang dilalui bolus
kontraksi peristaltik esofagus
fungsi sfingter esofagus bagian atas dan bagian bawah
kerja otot-otot rongga mulut dan lidah
Integrasi fungsional yang sempurna akan terjadi bila sistem

neuromuskular mulai dari susunan saraf pusat, batang otak, persarafan sensorik
dinding faring dan uvula, persarafan ekstrinsik esofagus, serta persarafan
intrinsik otot-otot esofagus bekerja dengan baik, sehingga aktivitas motorik
berjalan lancar. Kerusakan pada pusat menelan dapat menyebabkan kegagalan
aktivitas komponen orofaring, otot lurik esofagus, dan sfingter esofagus bagian
atas. Oleh karena otot lurik esofagus dan sfingter esofagus bagian atas juga
mendapat persarafan dari inti motor nervus vagus, maka aktivitas peristaltik
esofagus masih tampak pada kelainan di otak. Relaksasi sfingter esofagus
bagian bawah terjadi akibat peregangan langsung dinding esofagus.Dalam
proses menelan akan terjadi hal-hal seperti berikut :2,5
1) pembentukan bolus makanan dengan ukuran konsistensi yang baik
2) upaya sfingter mencegah terhamburnya bolus ini dalam fase-fase menelan
3) mempercepat masuknya bolus makanan ke dalam faring pada saat respirasi

4) mencegah masuknya makanan dan minuman ke dalam nasofaring dan


laring
5) kerjasama yang baik dari otot-otot di rongga mulut untuk mendorong bolus
makanan ke arah lambung
6) usaha untuk membersihkan kembali esofagus
Proses menelan dapat dibagi dalam 3 fase, yakni fase oral, fase
faringeal, dan fase esofageal.Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang telah
dikunyah dan bercampur dengan liur akan membentuk bolus makanan. Bolus
ini bergerak dari rongga mulut melalui dorsum lidah akibat kontraksi otot
intrinsik lidah.2
Kontraksi m. levator veli palatini mengakibatkan rongga pada lekukan
dorsum lidah diperluas, palatum mole terangkat dan bagian atas dinding
posterior faring (Passavants ridge) akan terangkat pula. Bolus terdorong ke
posterior karena lidah terangkat ke atas.Bersamaan dengan ini terjadi
penutupan nasofaring sebagai akibat kontraksi m. levator veli palatini.
Selanjutnya terjadi kontraksi m. palatoglossus yang menyebabkan ismus
fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi m. palatofaring, sehingga bolus
makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut.2,5
Fase faringeal terjadi secara refleks pada akhir fase oral, yaitu
perpindahan bolus makanan dari faring ke esofagus. Faring dan laring bergerak
ke atas oleh kontraksi m. stilofaring, m. salfingofaring, m. tirohioid,dan m.
palatofaring.Aditus laring tertutup oleh epiglottis, sedangkan ketiga sfingter
laring, yaitu plika ariepiglotika, plika ventikularis, dan plika vokalis tertutup
karena kontraksi m. ariepiglotika dan m. aritenoid obliges. Bersamaan dengan
ini terjadi juga penghentian aliran udara ke laring karena refleks yang
menghambat pernapasan, sehingga bolus makanan tidak akan masuk ke dalam
saluran napas. Selanjutnya bolus makanan akan meluncur ke arah esofagus,
karena valekula dan sinus piriformis sudah dalam keadaan lurus.2,5
Fase esofageal ialah fase perpindahan bolus makanan dari esofagus ke
lambung.Dalam keadaan istirahat, introitus esofagus selalu terututup.Dengan
adanya rangsangan bolus makanan pada akhir fase faringeal, maka terjadi

relaksasi m. krikofaring, sehingga introitus esofagus terbuka dan bolus


makanan masuk ke dalam esofagus.2,5
Setelah bolus makanan lewat, maka sfingter akan berkontraksi lebih
kuat, melebihi tonus introitus esofagus pada waktu istirahat, sehingga makanan
tidak akan kembali ke faring. Dengan demikian refluks dapat dihindari.Gerak
bolus makanan di esofagus bagian atas masih dipengaruhi oleh kontraksi m.
konstriktor faring inferior pada akhir fase faringeal. Selanjutnya bolus makanan
akan didorong ke distal oleh gerakan peristaltik esofagus.2,3
Dalam keadaan istirahat, sfingter esofagus bagian bawah selalu
tertutup dengan tekanan rata-rata 8 mmHg lebih dari tekanan di dalam
lambung, sehingga tidak akan terjadi regurgitasi isi lambung.5
Pada akhir fase esofageal, sfingter ini akan terbuka secara refleks
ketika dimulainya peristaltik esofagus servikal untuk mendorong bolus
makanan ke distal. Selanjutnya setelah bolus makanan lewat maka sfingter ini
akan menutup kembali.2

Gambar 3. Fisiologi menelan2

Ujung lidah terangkat ke bagian anterior palatum durum, bolus


makanan terdorong ke posterior, dan palatum mole terdorong ke atas dan
posterior.Ujung lidah makin luas menekan palatum durum, lidah mendorong

bolus makanan ke posterior, palatum mole terangkat ke atas dan menutup


nasofaring. Bolus makanan sampai ke valekula, os hioid dan laring terangkat
ke atas dan ke depan, ujung epiglotis terdorong ke belakang dan ke bawah.
Epiglotis tertekan ke bawah dan melindungi aditus laring dari masuknya bolus
makanan ke laring.Palatum mole turun ke bawah mendekati pangkal lidah,
nasofaring tertutup, rongga mulut tertutup akibat kontraksi muskulus
konstriktor faring superior, relaksasi mucus krikofaring.Vestibulum laring
tertutup akibat kontraksi plika ariepiglotika dan plika ventrikularis.Bolus
makanan sampai di valekula dan menekan ke bawah menyebabkan m.
krikofaring relaksasi dan bolus turun ke esofagus, timbul gelombang peristaltik
esofagus.Epiglotis terangkat ke atas kembali, os hioid dan laring turun kembali
ke tempatnya, nasofaring terbuka kembali.Seluruh organ di rongga faring
kembali ke posisi semula, gelombang peristaltik mendorong bolus makanan
masuk ke esofagus.3,5
VI. EPIDEMIOLOGI
Benda asing di esofagus sering ditemukan di daerah penyempitan
fisiologis esofagus.Benda asing yang bukan makanan kebanyakan tersangkut di
servikal esofagus, biasanya di otot krikofaring atau arkus aorta. Lokasi
tersering benda asing tersangkut di esofagus adalah pada sfingter
krikofaringeus dikarenakan pada daerah tersebut adalah daerah yang sempit
dan terdiri dari otot krikofaring yang akan membuka pada saat bolus
melewatinya. Namun apabila bolus atau makanan tidak sempurna diolah
dimulut akan menyebabkan makanan tersebut tersangkut, apalagi untuk suatu
benda asing yang cukup besar.1,6
Terkadang benda asing dapat ditemukan di daerah penyilangan
esofagus dengan bronkus utama kiri atau pada sfingter kardioesofagus.70%
dari 2394 kasus benda asing esofagus ditemukan di daerah servikal di bawah
sfingter krikofaring, 12% di daerah hipofaring, dan 7,7% di esofagus torakal.
Dilaporkan 48% kasus benda asing yang tersangkut di daerah esofagogaster
menimbulkan nekrosis tekanan atau infeksi lokal.6,7

Gambar 4.Bagian yang mungkin benda asing tersangkut di esofagus6

Gambar 5. Benda asing di esofagus6

VII. ETIOLOGI & FAKTOR PREDISPOSISI


Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah
utama pada anak usia 6 bulan sampai 6 tahun dan dapat terjadi pada semua

10

umur pada tiap lokasi di esofagus, baik di tempat penyempitan fisiologis


maupun patologis dan dapat pula menimbulkan komplikasi fatal akibat
perforasi.1,8
Penyebab pada anak, yakni anomali kongenital termasuk stenosis
kogenital, web, fistel trakeoesofagus, dan pelebaran pembuluh darah. Faktor
predisposisi, antara lain belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan
dengan baik, koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum
sempurna pada kelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun, retardasi mental,
gangguan

pertumbuhan

dan

penyakit-penyakit

neurologik

yang

mendasarinya.7,8
Faktor predisposisi pada orang dewasa, yaitu pemabuk dan pemakai
gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa dari palatum, gangguan mental,
dan psikosis.7
Faktor predisposisi lain, yakni adanya penyakit-penyakit esofagus
yang menimbulkan gejala disfagia kronis, seperti esofagitis refluks, striktur
pasca esofagitis korosif, akhalasia, karsinoma esofagus atau lambung, cara
mengunyah yang salah dengan gigi palsu yang kurang baik pemasangannya,
mabuk (alkoholisme), dan intoksikasi (keracunan).8
VIII. KLASIFIKASI BENDA ASING
Berdasarkan asalnya, benda asing digolongkan menjadi dua golongan :9,10
1. Benda asing eksogen, yaitu yang berasal dari luar tubuh, biasanya masuk
melalui hidung atau mulut. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat,
cair, atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik, seperti
kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang
berasal dari kerangka binatang), dan zat anorganik seperti paku, jarum,
peniti, batu, kapur barus (naftalen), gigi palsu, dan lain-lain. Benda asing
eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat
kimia, dan benda cair noniritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.
2. Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing
endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah,

11

krusta, perkijuan, membran difteri. Cairan amnion, mekonium dapat


masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan.
IX. PATOGENESIS
Benda asing yang berada lama di esofagus dapat menimbulkan
berbagai komplikasi, antara lain jaringan granulasi yang menutupi benda asing,
radang periesofagus. Benda asing tertentu seperti baterai alkali mempunyai
toksisitas intrinsik lokal dan sistemik dengan reaksi edema dan inflamasi lokal,
terutama bila terjadi pada anak-anak.8,9
Batu baterai (discbattery) mengandung elektrolit, baik natrium
maupun kalium hidroksida dalam larutan kaustik pekat (concentrated caustic
solution). Pada penelitian binatang in vitro dan in vivo, bila baterai berada
dalam lingkungan yang lembab dan basah, maka pengeluaran elektrolit akan
terjadi dengan cepat sehingga terjadi kerusakan jaringan (tissue saponification)
dengan ulserasi lokal, perforasi, atau pembentukan striktur. Absorbsi bahan
metal dalam darah menimbulkan toksisitas sistemik. Oleh karena itu, benda
asing batu baterai harus segera dikeluarkan.6,9
X. DIAGNOSIS
Diagnosis benda asing di esofagus ditegakkan berdasarkan anamnesis,
gambaran klinis dengan gejala dan tanda, pemeriksaan radiologik, dan
endoskopik.Tindakan endoskopi dilakukan dengan tujuan diagnostik dan
terapi.10
Pokok yang paling penting dalam riwayat tertelannya benda asing,
seperti dengan tertelan

kaustik adalah mempercayai pasien. Walaupun

mungkin, mintalah pasien untuk membawa tiruan benda asing sehingga ahli
endoskopis dapat memutuskan yang mana jenis forceps serta pendekatan untuk
pengeluaran.11
Diagnosis tertelan benda asing, harus dipertimbangkan pada setiap
anak dengan riwayat rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok

12

(gagging), batuk, muntah. Gejala-gejala ini diikuti dengan disfagia, berat badan
menurun, demam, dan gangguan napas, harus diketahui dengan baik ukuran,
bentuk, jenis benda asing, dan apakah benda tersebut mempunyai bagian yang
tajam.12
XI. MANIFESTASI KLINIS
Gejala sumbatan akibat benda asing di esofagus tergantung pada
ukuran, bentuk, jenis benda asing, lokasi tersangkutnya (apakah berada di
daerah penyempitan esofagus yang normal atau patologis), komplikasi yang
timbul, dan lama tertelan. Mula-mula timbul nyeri di daerah leher bila benda
asing tersangkut di daerah servikal. Bila benda asing tersangkut di esofagus
bagian distal, timbul rasa tidak enak di daerah substernal atau nyeri di
punggung.13,14
Suatu benda asing yang tersangkut dalam esofagus menimbulkan
kesulitan dalam menelan serta rasa tidak nyaman.Posisi benda asing dalam
esofagus seringkali dapat terlokalisasi secara akurat oleh pasien.13
Gejala disfagia bervariasi tergantungpada ukuran benda asing.
Disfagia lebih berat bila telah terjadi edema mukosa yang memperberat
sumbatan, sehingga timbul rasa sumbatan yang persisten. Gejala lain adalah
odinofagia yaitu nyeri menelan makanan atau ludah, hipersalivasi, regurgitasi,
dan muntah. Kadang-kadang ludah berdarah.12
Nyeri di punggung menunjukkan tanda perforasi atau mediastinitis.
Bila benda asing tersangkut pada esofagus servikal, penekanan terhadap bagian
belakang laring serta trakea dapat menimbulkan suara sengau, batuk, dan
dispne.Air liur dapat mengalir ke luar dari esofagus dan masuk ke dalam
hidung.12
Pada pemeriksaan fisis, terdapat kekakuan lokal pada leher bila benda
asing terjepit akibat edema yang timbul progresif. Bila benda asing ireguler
menyebabkan perforasi akut, didapatkan tanda pneumomediastinum, emfisema
leher, dan pada auskultasi terdengar suara getaran di daerah prekordial atau

13

interskapula. Bila terjadi mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau


bilateral dapat dideteksi. Perforasi langsung ke rongga pleura dan
pneumotoraks jarang terjadi, tetapi dapat timbul sebagai komplikasi tindakan
endoskopi.13,14
Pada anak, terdapat gejala nyeri atau batuk dapat disebabkan oleh
aspirasi ludah atau minuman dan pada pemeriksaan fisik didapatkan ronkhi,
mengi (wheezing), demam, abses leher, atau tanda emfisema subkutan. Tanda
lanjut, berat badan menurun dan gangguan pertumbuhan. Benda asing yang
berada di daerah servikal esofagus dan di bagian distal krikofaring, dapat
menimbulkan gejala obstruksi saluran napas dengan stridor, karena menekan
dinding trakea bagian posterior (tracheo-esophageal party wall), radang dan
edema periesofagus. Gejala aspirasi rekuren akibat obstruksi esofagus sekunder
dapat menimbulkan pneumonia, bronkiektasis, dan abses paru.12,15
Sehingga bila diperhatikan gejala-gejala yang dapat terjadi akibat
teretelannya benda asing di esofagus terjadi dalam tiga tahap.Pada tahap
pertama gejala-gejala awal, serangan hebat dari batuk atau muntah.Hal ini
terjadi ketika benda asing pertama tertelan.Pada tahap kedua adalah interval
tidak ada gejala.Benda asing telah tersangkut, serta gejala-gejala tidak lagi
ditimbulkan.Pada tahap ini dapat berlangsung untuk sesaat atau sementara.Pada
tahap

ketiga

terdiri

dari

gejala-gejala

yang

ditimbulkan

oleh

komplikasi.Kemungkinan timbul rasa tidak nyaman, disfagia, sumbatan, atau


perforasi esofagus dengan dihasilkan mediastinitis.12,13
XII. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Foto rontgen polos esofagus servikal dan torakal anteroposterior dan
lateral, harus dibuat pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing.Benda
asing radioopak seperti uang logam, mudah diketahui lokasinya dan harus
dilakukan foto ulang sesaat sebelum tindakan esofagoskopi untuk mengetahui
kemungkinan benda asing sudah pindah ke bagian distal. Letak uang logam
umumnya koronal, maka hasil foto rontgen servikal atau thorakal pada posisi
PA akan dijumpai bayangan radioopak berbentuk bundar, sedangkan pada

14

pasien lateral berupa garis radioopak yang sejajar dengan kolumna vertebra.
Benda asing seperti kulit telur, tulang, dan lain-lain cenderung berada pada
posisi koronal dalam esofagus, sehingga lebih mudah dilihat pada posisi lateral.
Benda asing radiolusen seperti plastik, aluminium, dan lain-lain, dapat
diketahui dengan tanda inflamasi periesofagus atau hiperinflamasi hipofaring
dan esofagus bagian proksimal.8,12

Gambar 6. Benda asing di esofagus8

Foto rontgen thoraks dapat menunjukkan gambaran perforasi esofagus


dengan emfisema servikal, emfisema mediastinal, pneumotoraks, piotoraks,
mediastinitis, serta aspirasi pneumonia.8
Foto rontgen leher posisi lateral dapat menunjukkan tanda perforasi,
dengan trakea dan laring tergeser ke depan, gelembung udara di jaringan,
adanya bayangan cairan atau abses bila perforasi telah berlangsung beberapa
hari.8
Gambaran radiologik benda asing batu baterai menunjukkan pinggir
bulat dengan gambaran densitas ganda, karena bentuk bilaminer.Foto polos
sering tidak menunjukkan gambaran benda asing, seperti daging dan tulang
ikan,

sehingga

memerlukan

pemeriksaan

esofagus

dengan

kontras

(esofagogram).Esofagogrampada benda asing radiolusen akan memperlihatkan


filling defect persistent. Pemeriksaan esofagus dengan kontras sebaiknya
tidak dilakukan pada benda asing radioopak karena densitas benda asing
biasanya sama dengan zat kontras, sehingga akan menyulitkan penilaian ada

15

tidaknya benda asing. Risiko lain adalah terjadi aspirasi bahan kontras. Bahan
kontras barium lebih baik daripada zat kontras yang larut di air (water soluble
contrast), seperti gastrografin, karena sifatnya kurang toksik terhadap saluran
napas bila terjadi aspirasi kontras, sedangkan gastrografin bersifat mengiritasi
paru. Oleh karena itu pemakaian kontras gastrografin harus dihindari terutama
pada anak.8,14
Suatu penelanan barium dalam jumlah besar sebaiknya tidak
diberikan, karena akan menutupi dinding esofagus dengan penebalan pasta
putih akibatnya sangat sulit dilakukan esofagoskopi. Lebih baik pasien
menelan sedikit kapas atau marshmallow dengan kontras medium di
dalamnya.Serat kapas dapat menangkap benda asing untuk sementara atau
selama penelanan, dengan demikian menampakkan adanya benda asing melalui
floroskopi.Pengetahuan orientasi dari benda asing pada esofagus sangat
membantu dalam merencanakan endoskopi.8
Radiogram sebaiknya termasuk semua daerah dari hidung hingga
anus.Seringkali lebih dari satu benda asing yang tertelan, kecuali pemeriksaan
lengkap dilakukan, objek tambahan, seperti jarum yang telah menembus ke
dalam kolon, dapat terlewatkan.8,14
Xeroradiografi dapat menunjukkan

gambaran

penyangatan

(enhancement) pada daerah pinggir benda asing.8


Computerized tomographyc scanner (CT scan) esofagus dapat
menunjukkan gambaran inflamasi jaringan lunak dan abses.Magnetic
resonanse imaging (MRI) dapat menunjukkan gambaran semua keadaan
patologis esofagus.Bagaimanapun juga, tanpa bukti radiologik, belum dapat
menyingkirkan adanya benda asing di esofagus.13,14
XIII. PENATALAKSANAAN
Apabila suatu benda asing tertelan, biasanya benda tersebut akan
melewati sistem pencernaan secara spontan. Tetapi beberapa benda dapat
tersangkut di esofagus. Apabila benda asing tersangkut di esofagus, maka
benda tersebut harus dikeluarkan, terutama jika :16
a. benda asing yang runcing, harus dikeluarkan sesegera mungkin untuk
mencegah kerusakan lebih lanjut dari lapisan esofagus

16

b. baterai jam tangan atau kalkulator, yang dapat menyebabkan kerusakan


pada jaringan sekitarnya dengan cepat, harus dikeluarkan dari esofagus
dengan segera
Jika seseorang yang tertelan benda asing batuk, maka instruksikan
orang tersebut untuk terus batuk dan jangan menghalangi ataupun
mengganggunya. Apabila benda asing yang tertelan menutupi jalan napas dan
menyebabkan kondisi pasien memburuk, maka dapat dilakukan beberapa
pertolongan pertama, antara lain :16
1. Melakukan back blow sebanyak lima kali. Back blow dilakukan dengan
cara melakukan pukulan dengan telapak tangan di antara kedua tulang
skapula korban.16

Gambar 7. Cara melakukan back blow16

2. Melakukan abdominal thrust. Abdominal thrust atau yang juga dikenal


dengan Heimlich maneuver, dilakukan sebanyak lima kali. Tetapi pada
bayi, maneuver ini tidak dilakukan karena dapat menyebabkan luka,
jadi dapat dilakukan kompresi dada sebagai gantinya.16
Cara melakukan Heimlich maneuver adalah penolong berdiri di
belakang korban, posisikan tangan penolong memeluk di atas perut
korban melalui ketiak korban.Sisi genggaman tangan penolong
diletakkan di atas perut korban tepat pada pertengahan antara pusar dan
batas pertemuan rusuk kiri dan kanan. Letakkan tangan lain penolong di
atas genggaman pertama lalu hentakkan tangan penolong ke arah
belakang dan ke atas, posisi kedua siku penolong ke arah luar,

17

kemudian lakukan hentakan sambil meminta pasien membantu


memuntahkannya.16

Gambar 8. Cara melakukan Heimlich maneuver16

Benda asing di esofagus dikeluarkan dengan tindakan esofagoskopi


(endoskopi) dengan menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing
tersebut.Bila benda asing telah berhasil dikeluarkan, harus dilakukan
esofagoskopi ulang untuk menilai adanya kelainan-kelainan esofagus yang
telah ada sebelumnya.12,13
Terdapat dua jenis esofagoskop, yaitu :1
1. Esofagoskop kaku (fiberoptic rigid esophagoscope), digunakan terutama
untuk terapi, seperti mengambil benda asing, mengangkat tumor jinak,
hemostatis, pemberian obat sklerosing untuk varises dan dilatasi stiktur.
Selain itu juga untuk menilai keadaan bagian proksimal osefagus, yaitu
daerah pharyngoeosophageal junction. Alat ini juga digunakan untuk
menilai kelainan esofagus pada bayi dan anak kecil, serta untuk
mengambil foto kelainan esofagus. Esofagoskop kaku memiliki dua
ukuran. Ukuran 50 cm untuk memeriksa esofagus thorakal dan sfingter
bagian bawah, serta ukuran 20-30 cm untuk memeriksa faring dan
esofagus servikal.1
2. Esofagoskop lentur (fiberoptic flexible esophagoscope), memberikan
kemudahan untuk memeriksa pasien dengan kelainan tulang vetebra,
terutama di daerah servikal dan thorakal. Untuk kelainan esofagus yang
disertai

dengan

esofagoskop

adanya

lentur

kecurigaan

merupakan

alat

kelainan
pilihan

dilambung,
untuk

maka

diagnostik.

Esofagoskop lentur memiliki panjang yang bervariasi mulai dari 100-110

18

cm dan diameter mulai dari 7,8 sampai 12 mm. Masing-masing alat


tersebut juga dilengkapi dengan suction, air insufflation, dan forsep
biopsi.1

Gambar 10. Alat esofagoskopi12

Karena esofagoskopi relatif invasif dan mahal, terdapat dua metode


lain yang telah diteliti dapat dilakukan untuk mengeluarkan benda asing dari
esofagus dan mungkin lebih hemat biaya bila dilakukan dengan tepat. Kedua
metode tersebut umumnya dilakukan pada anak-anak yang tertelan koin.6
a. Metode dengan kateter foley. Benda asing tumpul dapat dikeluarkan
dengan menggunakan kateter foley. Pasien dibaringkan pada meja
fluoroskopi dengan posisi kepala direndahkan (head-down position),
kemudian kateter dimasukkan sampai ke bagian distal benda asing.
Kateter kemudian digembungkan dan ditarik secara perlahan, lalu ambil
dan tarik benda asing dengan kateter tersebut. Pada beberapa kasus,
benda asing lepas dan masuk ke lambung. Proses ini sebaiknya dilakukan
dengan pantauan fluoroskopi.6

19

Gambar 9.
Metode kateter foley17

b. Metode Businasi (Bougienage method). Benda asing yang tumpul dapat


diteruskan ke lambung dengan menggunakan sebuah busi (bougie). Anak
dalam posisi duduk tegak, dan instrumen yang telah diberi pelumas
dimasukkan perlahan ke dalam esofagus, dan menyebabkan benda asing
terlepas. Benda asing tersebut diharapkan dapat melewati sisa saluran
pencernaan. Metode ini tidak dapat dilakukan pada anak-anak yang
memiliki abnormalitas pada saluran pencernaannya.6
Karena benda asing di esofagus dapat lewat dengan spontan, maka
foto thoraks harus dilakukan sebelum dilakukannya kedua prosedur. Kedua
metode ini hanya dilakukan oleh orang-orang yang berpengalaman dan
dilakukan pada anak-anak yang sebelumnya sehat yang menelan benda tumpul
kurang dari 24 jam.6
Benda asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan dengan
esofagoskopi harus segera dikeluarkan dengan pembedahan, yaitu esofagotomi
servikal atau esofagotomi thorakal, tergantung lokasi benda asing tersebut.18,19
1. Esofagotomi servikal, dilakukan dengan cara membuat insisi eksternal
pada leher (setinggi perkiraan letak benda asing) untuk mengidentifikasi
esofagus servikal ataupun hipofaring.18
2. Esofagotomi thorakal, dilakukan dengan membuat insisi pada thoraks
apabila benda asing mengobstruksi esofagus bagian kaudal.19

20

Bila dicurigai adanya perforasi yang kecil segera dipasang pipa


nasogaster agar pasien tidak menelan, baik makanan maupun ludah, dan
diberikan antibiotik berspektrum luas selama 7-10 hari untuk mencegah
timbulnya sepsis. Benda asing tajam yang telah masuk ke dalam lambung dapat
menyebabkan perforasi di pilorus.Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi
dengan sebaik-baiknya, untuk mendapatkan tanda perforasi sedini mungkin
dengan melakukan pemeriksaan radiologik untuk mengetahui posisi dan
perubahan letak benda asing. Bila letak benda asing menetap selama 2 kali 24
jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secra pembedahan
(laparatomi).1,13
Benda asing uang logam di esofagus bukan keadaan gawat darurat,
namun pengeluaran uang logam tersebut harus dilakukan sesegera mungkin
dengan persiapan tindakan esofagoskopi yang optimal untuk mencegah
komplikasi.14
Benda asing baterai bundar (disk/button battery) di esofagus
merupakan benda yang harus segera dikeluarkan karena risiko perforasi
esofagus yang terjadi dengan cepat dalam waktu 4 jam setelah tertelan akibat
nekrosis esofagus.15
XIV. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang dapat disebabkan oleh benda asing yang
terdapat di esofagus, antara lain :11,12
Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, perdarahan, perforasi

lokal dengan abses leher, ataupun mediastinitis.


Perforasi esofagus dapat menimbulkan selulitis lokal dan fistel

trakeoesofagus.
Gejala dan tanda perforasi esofagus, antara lain emfisema subkutis atau
mediastinum, krepitasi kulit di daerah leher atau dada, pembengkakan
leher, kaku leher, demam, menggigil, gelisah, takikardi, takipnea, nyeri
yang menjalar ke punggung, retrosternal, dan epigastrium. Penjalaran ke

pleura menimbulkan pneumotoraks dan piotoraks.


Bila lama berada di esofagus dapat menimbulkan jaringan granulasi dan
radang periesofagus. Benda asing seperti baterai alkali menimbulkan

21

toksisitas intrinsik lokal dan sistemik dengan reaksi edema dan inflamasi
lokal.
XV. PENCEGAHAN
Pada dasarnya pencegahan terhadap masuknya atau tertelannya benda
asing ke dalam esofagus tergantung pada setiap individu itu sendiri. Dari setiap
cara pencegahan benda asing yang masuk dalam esofagus hendaknya:1,14
1. Anak dididik untuk hanya memasukkan makanan ke dalam mulut.
Pada dasarnya anak-anak banyak mengeksplor benda-benda apa saja
yang mungkin dapat masuk kedalam mulut. Disarankan anak-anak selalu
diawasi agar tidak terjadi tertelannya benda asing.
2. Jangan meletakkan sesuatu sembarangan. Ketidaksengajaan pada orang
tua yang meletakkan barang atau benda kecil sering sekali menjadi
kecelakaan pada anak yang tertelan benda asing. Misalnya pada orang tua
yang sedang meletakkan jarum pada ayunan saat sedang menidurkan
anaknya di ayunan.
3. Jangan makan makanan keras bila gigi tak lengkap. Proses pencernaan
diawali pada masuknya benda dimulut. Bila pada anak yang belum
tumbuh gigi atau pada orang tua yang tidak mampu untuk mencerna dan
melunakkan makanan yang keras.
4. Jangan menggigit benda-benda yang bukan makanan seperti peniti, dan
lain-lain. Kecerobohan yang tidak disengaja juga dapat menyebabkan
benda asing tertelan. Contoh bisa sedang mengigit jarum pada saat
menjahit atau pada saat sedang memasang kerudung pada wanita, jika
tidak terjadi kecerobohan meletakan sesuatu pada mulut maka tidak akan
tertelan benda asing.
5. Pemakaian gigi palsu yang baik dan benar. Ketidaksesuaian rongga pada
gigi akan mengakibatkan renta lepas pada dasar gigi, yang akan jatuh
tertelan.

22

KESIMPULAN

Benda asing di suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari

dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada.


Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah utama anak

usia 6 bulan sampai 6 tahun dan dapat terjadi pada semua umur.
Benda asing di esofagus sering ditemukan di daerah penyempitan fisiologis
esofagus, lokasi tersering benda asing tersangkut di esofagus adalah pada sfingter
krikofaringeus dikarenakan pada daerah tersebut adalah daerah yang sempit dan
terdiri dari otot krikofaring yang akan membuka pada saat bolus melewatinya.
Namun apabila bolus atau makanan tidak sempurna diolah dimulut akan
menyebabkan makanan tersebut tersangkut, apalagi untuk suatu benda asing yang
cukup besar.

23

Gejala benda asing esofagus adalah rasa nyeri di daerah leher bila benda asing
tersangkut di servikal. Bila benda asing tersangkut di esofagus distal, timbul rasa
tidak enak di substernal atau nyeri di punggung. Gejala disfagia bervariasi,
tergantung pada ukuran benda asing,dan dapat pula dijumpai odinofagia,

hipersalivasi, regurgitasi dan muntah, kadang-kadang ludah berdarah.


Tindakan yang dapat dilakukan adalah endoskopi, biasanya tindakan terbagi

menjadi dua jenis, yaitu endoskopi kaku dan endoskopi fleksibel.


Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, perdarahan, perforasi lokal
dengan abses leher atau mediastinitis.

DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu
kesehatan telinga, hidung, tenggorok, keala, dan leher. Edisi keenam. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. p. 276-93, 299-302, 311-3.
2. Fielding JWL, Hallissey MT. Upper gastrointestinal surgery. London:
Springer; 2005. p. 1-15.
3. Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD. Head and neck surgery otolaryngology. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006.
4. Yan Xiu-e, Zhou Li-ya, Lin San-ren, Wang Ye, Wang Ying-chun. Therapeutic
effect of esophageal foreign body extraxtion management : flexible versus
rigid endoscopy in 216 adults of beijing. Med Sci Monit Oct 27;20:2054-60.
5. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi keenam. Jakarta:
EGC; 2012. p. 641-64.

24

6. Conners GP. Pediatric foreign body ingestion [online]. 2014 October 17 [cited
on

2015

May

16].

Available

from:

URL:http://emedicine.medscape.com/article/801821
7. Crockett SD, Sperry SL, Miller CB, Shaheen NJ, Dellon ES. Emergency care
of esophageal foreign body impactions : timing, treatment modalities, and
resource utilization. Dis Esophagus 2013 Feb;26(2):105-12.
8. Rooks V. Esophageal foreign body imaging [online]. 2013 November 11
[cited

on

2015

May

16].

Available

from:

URL:

http://emedicine.medscape.com/article/408752
9. Chinski A, Foltran F, Gregori D, Ballali S, Passali D, Bellussi L. Foreign
bodies in the oesophagus : the experience of the buenos aires paediatric orl
clinic. International Journal of Pediatrics 2010 Aug 21;1-6.
10. ProbstR,Grevers G, Iro H.Basic otorhinolaryngology : a step-by-step learning
guide. New York: Thieme; 2006. p. 124-6.
11. Selivanov V, Sheldon GF, Cello JP, Crass RA. Management of foreign body
ingestion. Journal of Department Surgery and Medicine University of
California 2009;199(2):187-91.
12. Water TR, Staecker H. Otolaryngology : basic science and clinical review.
New York: Thieme; 2006. p. 223.
13. Dhillon RS, East CA. An illustrated colour text : ear, nose, and throat, and
head and neck surgery. 2nd ed. London: Churchill Livingstone; 2000. p. 84-5.
14. Shivakumar AM, Naik AS, Prashanth KB, Hongal GF, Chaturvedy G. Foreign
bodies in upper digestive tract. Indian Journal of Otolaryngology and Head
and Neck Surgery 2006 Mar;58(1):63-8.
15. P Rathore, A Raj, A Sayal, R Meher, B Gupta, M Girhotra. Prolonged foreign
body impaction in the oesophagus. Singapore Med J 2009;50(2):53-4.
16. Staff Mayo Clinic. Foreign object swallowed : first aid [online]. 2014
September

20

[cited

on

2015

May 17]. Available

from:

URL:

http://www.mayoclinic.org/first-aid
17. Virginia University. Treatment of food impactions and foreign bodies in the
esophagus [online]. 2013 [cited on 2015 May 17]. Available from: URL:
https://www.med-ed.virginia.edu/
18. Theissing J, Rettinger G, Werner JA. ENT - head and neck surgery : essential
procedures. New York: Thieme; 2011.

25

19. Sidney University. Esophageal foreign body [online]. 2012 November 19


[cited on 2015 May 20]. Available from: URL: http://www.vetbook.org/

26

Anda mungkin juga menyukai