Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bidang oftalmologi, biometri adalah alat yang digunakan untuk


mengukur kekuatan lensa intraokuler (IOL) yang akan diimplantasikan pada pasien
yang akan menjalani operasi katarak. Ada tiga faktor utama yang sangat
menentukan akurasi dari kekuatan IOL, yaitu panjang bola mata (axial length),
kurvatur kornea yang sekaligus menentukan power refraksi kornea dan posisi IOL1
Tidak jelas siapa yang menjadi pendahulu dalam penggunaan ultrasound
dalam bidang oftalmologi. Sebuah catatan menyatakan bahwa Jan Worst dari
Belanda sudah menggunakan mesin ultrasound pada tahun 1972, dimana mesin
tersebut belum diperuntukkan khusus untuk mata, sehingga perlu kaliper dan
berbagai perhitungan untuk mengetahui panjang bola mata yang sesungguhnya.
Penggunaan mesin biometri A-Scan menjadi popular setelah Kenneth Hoffer mem-
perkenalkannya di Amerika Serikat pada tahun 1974. Sejak itu, penggunaan lensa
intraokuler semakin berkembang. Demikian pula penelitian-penelitian mengenai
formula perhitungan kekuatan lensa intraokuler.1
Pengukuran dengan menggunakan ultrasonografi (USG) merupakan alat yang
paling sering dipakai untuk mendapatkan nilai axial length Pada saat ini, operasi
katarak telah memberikan hasil yang sangat me-muaskan. Hal ini tidak terlepas dari
adanya perkembangan pada pemeriksaan biometri. Ketepatan pengukuran panjang
bola mata sebelum operasi sangat menentukan ketepatan perhitungan kekuatan
lensa intraokuler. 2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Latar Belakang


Ultrasonografi oftalmik adalah suatu alat diagnostik yang noninvasif dan efisien
untuk mendeteksi dan membedakan berbagai kelainan okular dan orbital. USG
merupakan alat yang mutlak diperlukan dalam pengukuran axial length untuk
kalkulasi kekuatan IOL, evaluasi segmen posterior dibelakang katarak yang padat
atau perdarahan vitreus, diagnosis kondisi-kondisi vitreoretina dan dalam
membedakan massa-massa okular. USG, tidak seperti modalitas pencitraan yang
lain, tergantung pada keahlian pemeriksanya dan memerlukan keterampilan yang
tinggi. 3
2.2. Prinsip Dasar
Suara merambat dalam bentuk gelombang. Gelombang suara yang dapat didengar
oleh telinga manusia berada pada frekuensi 20 Hz – 20.000 Hz. Ultrasound suatu
keadaan dimana gelombang suara memiliki frekuensi lebih dari 20.000Hz. Dalam
bidang oftalmologi, ultrasound biometry (baik A-scan maupun B-Scan)
kebanyakan menggunakan frekuensi 10 MHz.4
Kecepatan rambat suara ditentukan oleh media rambat yang dilaluinya.
Suara merambat lebih cepat pada media yang padat dibanding media yang cair, hal
ini merupakan prinsip penting untuk dipahami oleh karena mata terdiri atas
komponen padat dan cair. Kecepatan dari gelombang suara tergantung pada
medium yang dilewatinya. Ketika gelombang suara berjalan melewati suatu
jaringan, sebagian dari gelombang mengalami refleksi kembali menuju probe.
Gelombang yang terefleksi tersebut disebut sebagai echo. Echo ditimbulkan oleh
batas akustik antarmedium yang dibentuk pada pertemuan media dengan kecepatan
suara yang berbeda. Semakin besar perbedaan pada kecepatan suara dari media
pada batas antarmediumnya, semakin kuat echonya4 Ultrasonografi mata (A-scan
dan B-scan) dilakukan terutama karena:
 Saat media buram mencegah pandangan langsung fundus okular dan
perifer, ultrasound menentukan ada atau tidaknya tumor okular,
detasemen retina, benda asing, atau kelainan patologis lainnya.
 Saat media jernih, USG memungkinkan pencitraan struktur intraokular
dan ekstraokular, seperti drusen kepala saraf optik, struktur orbital dan
lesi, dan struktur internal intraocular lesi.
 Ultrasonografi memungkinkan pengukuran aksial panjang sebelum
operasi katarak untuk menentukan kekuatan lensa intraokular.

2.3. A-Scan
A-scan, atau scan amplitudo, adalah salah satu metode yang digunakan untuk
penilaian okular melalui ultrasound. Dalam A-scan, satu balok suara dikirim
dari transduser. Echo yang kembali ke transduser diubah menjadi serangkaian
gelombang dengan tinggi sebanding dengan kekuatan echo. Kekuatan echo
tergantung pada beberapa faktor. Yang pertama adalah susunan dari dua
jaringan yang berhadapan. Ketinggian lonjakan juga dipengaruhi oleh sudut
gelombang suara yang mengenai lapisan. Faktor-faktor lain mempengaruhi
seberapa baik gelombang suara kembali ke transduser seperti kelancaran atau
keteraturan antarmuka dan kepadatan struktur yang dilalui suara tersebut.
Objek yang lebih padat menyerap lebih banyak energi, Pengukuran yang
berasal dari pemindaian A meliputi tinggi lonjakan, keteraturan, reflektifitas,
dan pelemahan suara. A-scan memiliki kemampuan untuk mengkarakterisasi
struktur dan komposisi tumor internal berdasarkan data yang disebutkan di
atas5,6
Dalam A-scan biometry, gelombang suara berjalan melalui kornea yang solid,
humor aquos yang cair, lensa yang solid, vitreus, retina, koroid, sclera dan
jaringan orbita, sehingga kecepatan rambat gelombang suara berubah-ubah.4,5
Dengan menggunakan A-Scan ultrasound biometry, mata dibagi atas tiga
kompartemen, yaitu :
(1). Bilik mata depan (Anterior Chamber Depth / ACD) merupakan jarak
antara permukaan anterior kornea dan permukaan anterior lensa.
(2). Ketebalan lensa (Lens Thickness / LT), merupakan jarak antara permukaan
anterior lensa dan permukaan posterior lensa.
(3). Kedalaman corpus vitreus, jarak antara permukaan posterior lensa dengan
permukaan anterior kornea
Prinsip pengukuran panjang bola mata dengan A-Scan Biometry adalah
berdasarkan waktu yang diperlukan oleh gelombang suara saat dikeluarkan
oleh transmitter probe hingga mencapai target dan kembali ke receiver probe.
Mata terdiri dari berbagai struktur dengan densitas yang berbeda-beda,
sehingga kecepatan gelombang suara yang melewatinya juga akan berubah-
ubah. (tabel 1). Dengan mengetahui kecepatan gelombang suara saat melewati
masing-masing struktur tersebut, maka panjang bola mata pun dapat diukur.
1,3,4

Tabel 1. Kecepatan rambat gelombang suara


pada berbagai media4
MEDIA KECEPATAN
Kornea dan lensa 1461
Akuous dan vitreus 1532
Lensa nomal 1550-1555
Lensa katarak 1640
Sillicone Oil 987
IOL PMMA 2381-2720
IOL Sillicone 980-1000
IOL Acrylic 2026

A-Scan Biometry dapat dilakukan dengan menggunakan 2 teknik, yaitu (1)


Aplanasi dan (2) Imersi
1) Teknik aplanasi
Teknik aplanasi A-Scan biometry ditandai dengan probing ultrasound yang
ditempatkan secara langsung pada permukaan kornea.6,7 Pemeriksaan
dimulai dengan meneteskan anestesi topikal pada mata yang akan
diperiksa. Ultrasound probe dipegang dengan tangan, kemudian ujungnya
disentuhkan pada kornea dalam posisi tegak lurus. Idealnya, sebuah probe
memiliki lampu di tengah yang akan menjadi titik fiksasi mata pasien. Pada
saat ujung probe akan disentuhkan pada kornea, pasien diminta menatap
lampu fiksasi dan operator menyentuhkan ujung probe pada refleks kornea
yang ditimbulkan oleh lampu fiksasi tersebut. 5

Teknik Aplanasi A-Scan Biometry

Pada teknik aplanasi, ultrasound probe diposisikan hingga terjadi kontak


langsung dengan kornea. Gelombang suara kemudian meninggalkan
transduser dan melewati berbagai struktur di mata yang memiliki densitas
yang berbeda. Hal ini akan menimbulkan sejumlah echo, yang kemudian
akan diterima oleh probe. Berdasarkan pada waktu timbulnya echo dan
kecepatan gelombang suara melewati struktur tersebut, perangkat lunak
biometri akan menyusun suatu echogram. 4,5
Pada mata dengan lensa kristalina, echogram memiliki 6 gelombang,
dimana masing-masing akan mewakili : (a) ujung probe dan kornea, (b)
kapsul anterior lensa, (c) kapsul posterior lensa, (d) retina, (e) sklera, dan (f)
lemak orbita (gambar 2). Panjang aksis bola mata merupakan hasil
penjumlahan kedalaman bilik mata depan (a-b), ketebalan lensa (b-c), dan
kavum vitreus (c-d). 4,5
Echogram A-Scan Biometry dengan teknik aplanasi 4,5

Karakteristik A-Scan yang baik:


Terdapat 5 buah echo:
 Echo kornea yang tinggi
 Echo yang tinggi dari lensa bagian anterior dan posterior lensa
 Echo retina yang tinggi dengan bentuk yang langsung tegak lurus
 Echo yang tidak terlalu tinggi dari sclera
 Echo yang rendah yang berasal dari lemak orbita

Tinggi echo yang baik:


 Ketinggian echo dari bagian anterior lensa harus lebih dari 90%
 Echo yang berasal dari posterior lensa tingginya antara 50-75%
 Echo retina mempunyai tinggi yang lebih dari 75%
2) Teknik imersi
Teknik imersi mulai dikembangkan seiring dengan kebutuhan akan hasil
pemeriksaan panjang bola mata yang akurat. A-Scan biometry dengan
menggunakan teknik imersi akan menunjukkan axial length lebih panjang
dibandingkan teknik aplanasi oleh karena tidak terdapatnya kompresi pada
kornea sehingga axial length yang diperoleh lebih akurat. Teknik imersi ini
menggunakan ”prager scleral shell”. Meskipun prinsip dari imersi
biometry sama dengan aplanasi biometry akan tetapi tekniknya sedikit
berbeda.1

Prager shell.
Teknik ini menggunakan penampang kecil berisi air untuk menghindari
penempatan probe langsung pada kornea. Jika dilakukan dengan benar,
penekanan pada kornea akan dapat dikurangi sehingga kesalahan
pengukuran panjang bola mata juga dihindari. 4,

Teknik Imersi A-Scan Biometry


Cara pemeriksaan:
 Pasien berbaring terlentang dengan penampang plastik yang diletakkan
pada permukaan kornea.
 Penampang tersebut lalu diisi dengan sejumlah cairan/BSS yang akan
meneruskan gelombang suara yang dilepaskan oleh probe ke dalam mata.
 Echogram yang dihasilkan oleh teknik pemeriksaan ini akan memberikan
sebuah gelombang tambahan, yaitu gelombang a yang mewakili ujung
probe yang sekarang terpisah dengan kornea yang diwakili oleh gelombang
b. 4

2.4. B-Scan
B-scan, atau pemindai kecerahan, adalah metode lain yang digunakan untuk
penilaian okular melalui ultrasound. Ini dapat dilakukan langsung pada mata
yang dibius. Dalam kasus trauma atau pada anak-anak, B-scan dapat dilakukan
di atas kelopak mata dengan jelly kopling. Pengukuran yang berasal dari B-
scan termasuk visualisasi lesi, termasuk lokasi anatomi, bentuk, batas, dan
ukuran. Ini dapat digunakan untuk mendeteksi berbagai macam struktur
patologis, termasuk ablasi retina atau koroid, benda asing, kalsium, dan tumor.
Echo dalam B-scan dikonversi ke titik-titik dengan intensitas kecerahan yang
sebanding dengan amplitudo echo. Misalnya, echo amplitudo tinggi muncul
sebagai hyperechoic (putih), dan echo absen tampak hitam (anechoic)6

Ultrasonografi mata frekuensi tinggi, untuk pencitraan segmen anterior,


disebut sebagai UBM, ultrasonik biomikroskopi dan menggunakan 35 hingga
70 MHz dengan 50 MHz menjadi yang paling umum. Frekuensi yang lebih
tinggi memberikan resolusi lebih tinggi tetapi penetrasi jaringan lebih sedikit.
Kedalaman penetrasi yang dangkal tidak akan berguna untuk evaluasi saraf
optik, melainkan untuk menunjukkan, secara rinci, struktur, seperti kornea,
ruang anterior, sudut,iris, dan korpus ciliaris.5,8
B-scan ultrasound berguna untuk mengkonfirmasi jika tidak ada ablasi retina,
keganasan okular,atau benda asing sebelum prosedur. Dalam kasus trauma
okular di mana pandangan terganggu, meskipun USG okular mungkin
merupakan prosedur yang sangat baik,itu dikontraindikasikan ketika ada luka
terbuka.Jika ada tumor okular, prosedurnya akan dihindari sampai ahli
onkologi okular mengevaluasi pasien.5
B-scan dilaporkan lebih andal dalam pendeteksian drusen kepala saraf optik
dibandingkan dengan CT atau autofluoresensi dilakukan dengan
preinjeksifotografi untuk angiografi fluorescein. Penting untuk menolak B-
scan mendapatkan untuk mengamati karakteristik refleksi cerah dan untuk
menghindari ketinggalan drusen yang dikelilingi oleh jaringan orbital yang
sangat reflektif. Optik normal yang diperbesar bayangan saraf adalah
diagnostik yang paling penting fitur pada B-scan. B-scan ultrasound juga
digunakan untuk diagnosis scleritis posterior, suatu kondisi yang dapat hadir
dengan gejala klinis tidak spesifik, seperti nyeri,kemerahan, dan fotofobia.5
BAB III
KESIMPULAN
- Dalam bidang oftalmologi, pemeriksaan biometri banyak digunakan dalam
perhitungan kekuatan IOL yang akan diimplantasikan pada pasien yang
menjalani operasi katarak.
- Ultrasound biometri terdiri atas A-scan biometri yang digunakan untuk
mengukur axial lengt dan B-Scan Biometri, yang digunakan untuk mengetahui
visualisasi lesi, termasuk lokasi anatomi, bentuk, batas, dan ukuran sebelum
prosedur operasi.
- A-scan biometri terdiri dari dua jenis Teknik, yaitu aplanasi dan imersi
- B-scan ultrasound berguna untuk mengkonfirmasi jika tidak ada ablasi retina,
keganasan okular,atau benda asing sebelum prosedur.
REFERENSI

1. Soekardi I, Hutauruk J. Kalkulasi power IOL. In : Transisi menuju


fakoemulsifikasi. Jakarta : Kelompok Yayasan Obor Indonesia; 2004 : 183-
199.
2. Olsen T. Sources of error in IOL power calculation. J Cataract Refract Surg
1992; 18 : 125-129.
3. Krieglstein G, Weinreb R. Advanced intraocular lens power calculation. In :
Essentials in ophthalmology : cataract and refractive surgery. Germany :
Springer; 2006 : 31-45.
4. Coombes A, Gartry D. Biometry and lens implant power calculation. In :
Fundamental of clinical ophthalmology : cataract surgery. London : BMJ
Publishing Group; 2003 : 66-83.
5. Kendall J. 2015. Diagnostic Opthalmic Ultrasound Diagnostic.
6. Chopdar, A. & Aung, T. 2014. Multimodal retinal imaging. JP Medical Ltd.
7. Agarwal S. Biometry. In : Phacoemulsification, laser cataract surgery, and
foldable iols. India : Jaypee; 2004 : 9-21.
8. Giers U, Epple C. Comparison of A-Scan device accuracy. J Cataract Refract
Surg 1990; 16: 235-242

Anda mungkin juga menyukai