Anda di halaman 1dari 25

Diabetes Gestasional

Anthony Wijaya 1902612011


Phebe Indriani 1902612090
Wita Fitriyani 1902612204
PENDAHULUAN
 Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah gangguan toleransi glukosa yang pertama kali ditemukan pada
saat kehamilan

 DMG berkaitan erat dengan komplikasi selama kehamilan

 Efek luaran jangka panjang DMG bagi bayi adalah lingkungan intrauterin yang berisiko genetik terhadap
obesitas dan atau diabetes
 Pada ibu dengan DMG merupakan faktor risiko kuat terjadinya diabetes melitus di kemudian hari

 Mayoritas wanita penderita DMG, gangguan toleransi glukosanya akan normal kembali setelah melahirkan
DEFINISI
Diabetes mellitus gestasional (DMG) didefinisikan sebagai derajat apapun intoleransi glukosa
dengan onset pertama selama kehamilan

Hal ini berlaku baik dengan insulin atau modifikasi diet yang digunakan sebagai pengobatan serta
apakah kondisi tersebut terus berlangsung setelah kehamilan
ETIOLOGI
 Selama kehamilan, peningkatan kadar hormon yang dibuat dalam plasenta digunakan untuk membantu pergeseran
nutrisi dari ibu ke janin

 Hormon ini membantu mencegah ibu dari gula darah rendah dan dapat menyebabkan terganggunya intoleransi
glukosa progresif (kadar gula darah yang lebih tinggi)

 Untuk mencoba menurunkan kadar gula darah, tubuh membuat insulin lebih banyak supaya sel mendapat glukosa
untuk memproduksi sumber energi.

 Jika pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk mengatasi efek dari peningkatan hormon ini,
kadar gula darah akan naik dan mengakibatkan DMG
FAKTOR RISIKO
 Usia saat hamil yang lebih tua,
 Riwayat stillbirth,
 Kegemukan (obese/ overweight),
 Riwayat melahirkan bayi dengan kelainan
 Kenaikan berat badan berlebih pada saat hamil,
kongenital,
 Riwayat DM di keluarga,
 Glukosuria saat hamil,
 Riwayat DMG pada kehamilan sebelumnya,
 Riwayat melahirkan bayi besar (>4000 gram)
PATOGENESIS
 Selama kehamilan, tubuh mengalami serangkaian perubahan fisiologis untuk menunjang kebutuhan janin
 Salah satu bentuk adaptasi metabolik adalah sensitivitas insulin
 Selama awal kehamilan, sensitivitas insulin meningkat, mendorong penyerapan glukosa ke dalam
cadangan adiposa sebagai persiapan untuk kebutuhan energi pada kehamilan nantinya
 Namun, saat kehamilan berlangsung, lonjakan hormon lokal dan plasenta, termasuk estrogen,
progesteron, leptin, kortisol, laktogen plasenta, dan hormon pertumbuhan plasenta akan meningkatkan
keadaan resistensi insulin
 Akibatnya, glukosa darah akan meningkat, dan glukosa ini siap dibawa melewati plasenta untuk
mendukung pertumbuhan janin
PATOGENESIS
 Kondisi resistensi insulin yang ringan ini juga mendorong produksi glukosa endogen dan pemecahan
simpanan lemak

 Hal ini mengakibatkan peningkatan lebih lanjut dalam konsentrasi glukosa darah dan asam lemak bebas

 Untuk mempertahankan homeostasis glukosa, wanita hamil mengkompensasi perubahan ini melalui
hipertrofi dan hiperplasia sel β pankreas, serta peningkatan sekresi insulin yang distimulasi glukosa

 Adaptasi metabolik normal terhadap kehamilan tidak terjadi secara adekuat pada semua kehamilan,
sehingga beberapa kondisi dapat mengakibatkan diabetes gestasional
MANIFESTASI KLINIS
 Peningkatan rasa haus dan lebih sering buang air kecil adalah gejala yang mungkin terjadi

 Presentasi klinis diabetes mellitus pada kehamilan mungkin cukup bervariasi, tetapi tiga gejala klasik
diabetes mungkin tidak dilaporkan oleh kebanyakan pasien

 Pasien mungkin datang dengan riwayat komplikasi medis diabetes mellitus (hipertensi kronis/ penyakit
ginjal kronis) dan obesitas

 Usia kehamilan saat presentasi pasien diabetes ini dapat mempengaruhi hasil kehamilan
Diagnosis Diabetes Melitus Gestasional
 Dalam mendirikan diagnosis Diabetes Melitus Gestasional biasanya menggunakan kriteria
diagnosis American Diabetic Association (ADA) dan World Health Organization (WHO)
 American Diabetic Association (ADA) 2015 telah merekomendasikan dilakukannya :
 Tes deteksi DM tipe 2 yang tidak terdiagnosis pada kunjungan prenatal pertama
 Tes skrining dan diagnosis DMG pada wanita hamil 24-28 minggu yang sebelumnya
diketahui tidak menderita diabetes
 Skrining ibu penderita DMG 6-12 minggu post-partum dengan tes toleransi glukosa oral
 Wanita dengan riwayat DMG harus menjalani skrining sekurang-kurangnya setiap 3
tahun, seumur hidupnya untuk deteksi diabetes atau pra-diabetes
 Wanita dengan riwayat DMG dan menderita pra-diabetes harus mendapat intervensi
gaya hidup ataupun metformin untuk mencegah diabetes
Kriteria American Diabetic Association (ADA) 2015 :
Dalam mendirikan diagnosis DMG dapat dilakukan dengan salah satu dari dua strategi berikut :
1. “One-step” 75 gram TTGO
 Strategi One-Step Tes toleransi glukosa oral adalah dengan 75 gram glukosa. Pengukuran
glukosa plasma dilakukan saat pasien dalam keadaan puasa, 1 jam, dan 2 jam setelah tes
toleransi glukosa. Tes toleransi glukosa oral harus dilakukan pada pagi hari setelah puasa
semalaman setidaknya selama 8 jam.
 Diagnosis DMG ditegakkan apabila hasil kadar glukosa plasma nilainya memenuhi setidaknya
satu kriteria berikut ini:
Puasa 92 mg/dL (5,1 mmol/L)

1 Jam 180 mg/dL (10 mmol/L)

2 Jam 153 mg/dL (8,5 mmol/L)


 
 

Tabel 1. Kriteria diagnosis DMG One-step 6


 
Kriteria American Diabetic Association (ADA) 2015 :
2. “Two-step” pendekatan menggunakan 50 gram glukosa (tanpa puasa) diikuti dengan tes toleransi
glukosa oral (TTGO) menggunakan 100 gram glukosa jika skrining awal memberikan hasil positif.
Strategi Two-Steps
 Step 1: Lakukan tes pembebanan glukosa 50 gram (tanpa puasa), kadar glukosa plasma diukur 1
jam setelah pembebanan glukosa, dilakukan pada wanita dengan usia kehamilan 24-28 minggu
yang belum pernah terdiagnosis diabetes melitus. Jika kadar glukosa plasma 1 jam setelah
pembebanan glukosa >140 mg/dL* (7,8 mmol/L), dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa oral
dengan 100 gram glukosa.
 Step 2: Tes toleransi glukosa oral dengan 100 gram glukosa dilakukan pada pasien dalam
keadaan puasa.
Kriteria American Diabetic Association (ADA) 2015 :

Diagnosis DMG ditegakkan apabila setidaknya dua dari empat hasil pengukuran
glukosa plasma memenuhi kriteria berikut:
  Carpenter/Coustan NDDG

Puasa 95 mg/ dL (5,3mmol/L) >105 mg/dL (5,8 mmol/L)

1 Jam 180 mg/dL (10 mmol/L) >190 mg/dL (10,6 mmol/L)

2 Jam 155 mg/dL (8,6 mmol/L) >165 mg/dL (9,2 mmol/L)

3 Jam 140 mg/dL (7,8 mmol/L) >145 mg/dL (8 mmol/L)

  NDDG, National Diabetes Data Group  

Tabel 2. Kriteria diagnosis DMG


Two-step
Kriteria World Health Organization (2013) :
Pada kriteria WHO (2013) pemeriksaan hanya dilakukan satu tahap dengan ibu hamil dalam keadaan
puasa diberikan beban glukosa 75 gram, kemudian dilakukan pemeriksaan glukosa plasma saat
puasa dan 2 jam setelah beban.
Kriteria diagnosis apabila
Tes Kadar glukosa (mmol/L) Kadar glukosa (mg/dL)

Glukosa darah puasa ≥ 7,0 126

Glukosa darah 2 jam pasca pembebanan 75 gram glukosa ≥ 11,1 200

Glukosa darah sewaktu ≥ 11,1 200


(dengan gejala yang khas)

Tabel 3. Kriteria diagnosis Menurut WHO (2013)


 
Konsensus DMG Perkeni
 Diabetes melitus bila kadar glukosa puasa ≥ 126 mg/dl
 Kadar glukosa 2 jam pasca pembebanan ≥ 200 mg/dl
 Wanita hamil dengan TGT dan Glukosa Darah Puasa Terganggu dianggap sebagai pasien DMG

Buku Acuan Nasional


 DMG bila kadar gula darah puasa ≥ 140 mg/dl
 DMG bila kadar gula darah 2 jam pasca pembebanan ≥ 200 mg/dl
 TGT bila kadar gula darah 2 jam 140-199 mg/dl
 TGT ditatalaksana sebagai DMG
Tatalaksana Diabetes Melitus Gestasional

 Tujuan utama dari tatalaksana ini adalah untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas baik ibu maupun janin.
 Penatalaksanaan penderita DMG antara lain adalah perencanaan makan dan
aktivitas fisik, edukasi dan terapi insulin dibutuhkan apabila perencanaan makan
tidak mampu mencapai target glukosa darah
 Target glikemik pada diabetes gestasional menurut PERKENI adalah gula darah
puasa < 95 mg/dL atau glukosa 2 jam post prandial < 120 mg/dL.
Terapi Nutrisi Medis dan Aktivitas Fisik
Terapi ini merupakan strategi utama untuk mencapai kontrol glikemik. Diet harus mampu menyokong
pertambahan berat badan ibu sesuai masa kehamilan, membantu mencapai normoglikemia tanpa menyebabkan
lipolisis (ketonuria).
Aktivitas fisik direkomendasikan 30 menit sehari. Bentuk aktivitas fisik lain yang direkomendasikan adalah
berjalan kaki, sepeda statis, aerobic dan berenang.

No BMI (Kg/m2) Weight Gain Weight Gain Rates

1 < 18.5 28 – 40 pounds (12.5 – 18 Kg) 1 – 1.3 pounds/week

2 18.5 - 24.9 25 – 35 pounds (11.5 – 16 Kg) 0.8 – 1 pounds/week

3 25 – 29.9 15 – 25 pounds (7 – 11.5 Kg) 0.5 – 0.7 pounds/week

4 > 30 15 pounds (6.8 Kg) 0.4 – 0.6 pounds/week


Tabel 4. Rekomendasi Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan
Kontrol Glikemik
Target glukosa pasien DMG dengan menggunakan sampel darah kapiler adalah:
a. Preprandial (setelah puasa) <95 mg/ dL (5,3 mmol/L) dan
b. 1 jam post-prandial (setelah makan) <140 mg/dL (7,8 mmol/L) atau
c. 2 jam post-prandial (setelah makan) <120 mg/dL (6,7 mmol/L)
Terapi Obat Oral Hipoglikemik
 Pertimbangan dalam penggunaan obat oral hipoglikemik adalah :

apakah obat tersebut dapat apakah akan ada efek


menembus sawar darah samping pada fetus atau
plasenta tidak.
• penggunaan metformin dibandingkan dengan terapi
Studi oleh Departemen Obstetri
standar berupa kontrol diet pada dua minggu pertama
dan Ginekologi Fakultas tidak terdapat perbedaan signifikan dalam hasil kontrol
Kedokteran Universitas Indonesia gula darah.

 Komplikasi fetus yang sering muncul adalah hipoglikemia (31,7%) dan


makrosomia (26,8%).

Sejauh ini tidak ada rekomendasi penggunaan


metformin maupun glibenclamide pada
kehamilan
Terapi Insulin
Wanita hamil yang tidak dapat Human insulin adalah insulin teraman
mencapai target glikemik hanya yang dapat digunakan pada wanita
dengan perencanaan makan saja hamil

 Penggunaan analog insulin masih diperdebatkan dan belum ada studi


yang merekomendasikan analog insulin pada kehamilan.

Pertimbangan untuk tidak menggunakan analog insulin


struktur asam amino yang berbeda dari human insulin

HPL (human
placental
perbedaan afinitas ditakutkan dapat
lactogen) yang
struktur asam antara insulin afinitas yang mengganggu
konsentrasinya
amino yang analog dan human kuat antara hormone
memuncak pada
berbeda dari insulin terhadap analog insulin tersebut dan
trimester ketiga
human insulin reseptor insulin dan dan IGF-1 luaran dari
kehamilan
reseptor IGF-1 kehamilan
adalah melalui
reseptor IGF-1
Terapi Insulin
 Berdasarkan consensus, penggunaan regimen insulin disesuaikan
berdasarkan glukosa puasa dan dua jam post prandial.
Komplikasi
 Wanita dengan diabetes gestasional memiliki risiko lebih tinggi mengalami preeklampsia (9,8% pada populasi
dengan gula darah puasa < 115 mg/dL dan 18% pada populasi dengan gula darah puasa ≥ 115 mg/dL) dan
menjalani operasi seksio caesarean (25% pada wanita hamil dengan diabetes yang membutuhkan medikasi dan
17% yang terkontrol dengan diet dibandingkan dengan 9% kontrol).

 Selain itu, wanita dengan diabetes gestasional meningkatkan risiko terkena diabetes (terutama tipe 2) di
kemudian hari. Diestimasikan hampir sekitar 70% wanita dengan diabetes gestasional akan mengalami diabetes
22-28 tahun setelah kehamilan.

 Perkembangan dari diabetes dipengaruhi oleh ras, etnis, dan obesitas.


→ 60% wanita latin amerika dengan Diabetes Gestasional mengalami Diabetes Tipe 2 setelah 5 tahun
setelah kelahirannya
Komplikasi
 Bayi dari wanita dengan Diabetes Gestasional memiliki risiko
:
Peningkatan risiko
Hipoglikemia Distosia bahu dan
Makrosomia Hyperbilirubinemia kematian bayi saat
neonatal trauma kelahiran
lahir.

• hubungan antara kadar glukosa maternal dengan bayi lahir besar


lebih dari persentil ke-90, hipoglikemia neonatal dan
Studi A hyperinsulinemia fetus.

• paparan janin terhadap diabetes maternal berkontribusi terhadap


Studi B kejadian diabetes yang lebih dini.
Simpulan
 Diabetes Melitus Gestasional (DMG) adalah suatu gangguan toleransi karbohidrat yang terjadi atau diketahui pertama kali
pada saat kehamilan sedang berlangsung. Keadaan ini biasa terjadi pada saat 24 minggu usia kehamilan dan sebagian kadar
glukosa darah penderita akan kembali normal setelah melahirkan.
 Diabetes melitus dapat terjadi karena proses kehamilan. Namun juga dapat terjadi karena Diabetes Melitus tipe 1 atau 2 yang
baru di ketahui pada saat hamil.
 Bila Diabetes Melitus terjadi karena proses kehamilan itu sendiri, setelah melahirkan kadar gula darahnya akan kembali
menjadi normal dan dalam beberapa tahun kemudian kemungkinan baru akan benar-benar menetap menjadi Diabetes
Melitus.
 Diabetes Melitus pada kehamilan dapat terjadi karena perubahan metabolik-fisiologik yang pada saat kehamilan. Perubahan
tersebut karena mengarah pada terjadinya resistensi insulin. Bila sel beta pankreas tidak dapat mengimbangi perubahan
tersebut, maka akan terjadi Diabetes Melitus pada kehamilan. Setelah melahirkan, karena perubahan fisiologis pada saat
hamil telah hilang, maka ibu akan menjadi normal kembali.
Simpulan
 Manajemen dari Diabetes Gestasional adalah perencanaan pola makan dan
aktivitas fisik, namun apabila hal tersebut tidak dapat mencapai target
glikemik yang diinginkan maka dapat diberikan insulin sebagai manajemen
farmakologis.
 Pemberian obat oral hipoglikemik pada umumnya tidak disarankan pada
Diabetes Gestasional karena dapat menembus sawar plasenta.
 Komplikasi dari Diabetes Gestasional dapat terjadi baik bagi ibu maupun
janin, sehingga penatalaksanaannya perlu komperhensif dan terintegrasi
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai