Anda di halaman 1dari 15

PRE-EKLAMPSIA & EKLAMPSIA

dr. H. A. ISKANDAR NAWAWIE, Sp.OG.


PRE-EKLAMPSIA

Pre-eklampsia adalah tekanan darah yang


tinggi dan kelebihan kadar protein dalam
urin. Ini hanya bisa terjadi selama
kehamilan atau segera setelah persalinan.

Bila Pre-eklampsia terjadi pada :

- Minggu-minggu akhir kehamilan


Bayi segera dikeluarkan.
- Awal kehamilan perpanjang
kehamilan sampai bayi dianggap
telah cukup kuat untuk lahir
Gejala-gejala pre-eklampsia

• Tekanan darah naik (hipertensi) dan kadar protein dalam


urin berlebihan (proteinuria), setelah kehamilan mencapai
20 minggu.
• Sakit kepala.
• Masalah penglihatan, termasuk kebutaan sementara,
pandangan buram dan lebih sensitif pada cahaya/silau.
• Nyeri perut bagian atas, biasanya di bawah rusuk sebelah
kanan.
• Muntah.
• Pusing.
• Volume urin berkurang.
• Berat badan naik cepat, biasanya di atas 2 kg per minggu.
• Pembengkakan (edema) pada wajah dan tangan.
Siapa yang berisiko mengalaminya?

 Wanita berusia di bawah 20 atau lebih dari 35 tahun.


 Obesitas, indeks massa tubuh 35+.
 Sebelumnya memiliki kondisi medis yang memicu
pre-eklamsi, seperti diabetes, tekanan darah tinggi,
lupus, penyakit ginjal dan migren.
 Wanita dengan kehamilan pertama.
 Kehamilan kembar.
 Jarak antar kehamilan terlalu jauh - lebih dari 10 th.
 Riwayat pre-eklampsia, jika Ibu, orangtua, atau
saudara perempuan Ibu pernah mengalami pre-
eklampsia sebelumnya.
Pencegahan
 Karena salah satu faktor pencetus Pre-eklampsia adalah
obesitas, sebaiknya Ibu menjalankan pola makan sehat
dengan menu seimbang.
 Idealnya pola makan sehat sudah Ibu lakukan sejak
sebelum hamil atau ketika merencanakan kehamilan. Tapi,
sekarang pun belum terlambat.
 Pola makan sehat ini bukan diet. Karena Ibu hamil tidak
disarankan berdiet
 Jangan lupa, tepati jadwal kunjungan ke dokter untuk
memeriksa tekanan darah dan urin.
Eklampsia

Eklampsia adalah pre eklampsia yang


mengalami komplikasi kejang tonik klonik
yang bersifat umum. Koma yang fatal tanpa
disertai kejang pada penderita preeklampsia
juga disebut eklampsia.
Gambaran Klinis Eklampsia
Seluruh kejang eklampsia didahului dengan pre eklampsia.
Eklampsia digolongkan menjadi kasus antepartum, intrapartum atau
postpartum tergantung saat kejadiannya sebelum persalinan, pada saat
persalinan atau sesudah persalinan.
Gerakan kejang biasanya dimulai dari daerah mulut sebagai bentuk
kejang di daerah wajah. Beberapa saat kemudian seluruh tubuh menjadi
kaku karena kontraksi otot yang menyeluruh, Pada saat yang bersamaan
rahang akan terbuka dan tertutup dengan keras, demikian juga hal ini
akan terjadi pada kelopak mata, otot- otot wajah yang lain dan akhirnya
seluruh otot mengalami kontraksi dan relaksasi secara bergantian dalam
waktu yang cepat. Keadaan ini kadang-kadang begitu hebatnya sehingga
dapat mengakibatkan penderita terlempar daritempat tidurnya, bila tidak
dijaga. Lidah penderita dapat tergigit oleh karena kejang otot-otot rahang.
Fase ini dapat berlangsung sampai 1 menit, kemudian secara berangsur
kontraksi otot menjadi semakin lemah dan jarang dan pada akhirnya
penderita tidak bergerak.
Lanjutan…..
Setelah kejang diafragma menjadi kaku dan pernafasan berhenti.
Selama beberapa detik penderita sepertinya meninggal karena
henti nafas, namun kemudian penderita bernafas panjang,
dalam dan selanjutnya pernafasan kembali normal. Apabila tidak
ditangani dengan baik, kejang pertama ini akan diikuti dengan
kejang-kejang berikutnya yang bervariasi dari kejang yang ringan
sampai kejang yang berkelanjutan yang disebut status
epileptikus.
Setelah kejang berhenti penderita mengalami koma
selama beberapa saat. Lamanya koma setelah kejang eklampsia
bervariasi. Apabila kejang yang terjadi jarang, penderita biasanya
segera pulih kesadarannya segera setelah kejang. Namun pada
kasus-kasus yang berat, keadaan koma berlangsung lama,
bahkan penderita dapat mengalami kematian tanpa sempat pulih
kesadarannya. Pada kasus yang jarang, kejang yang terjadi hanya
sekali namun dapat diikuti dengan koma yang lama bahkan
kematian.
Lanjutan….
Frekuensi pernafasan biasanya meningkat
setelah kejang eklampsia dan dapat mencapai 50
kali/menit. Hal ini dapat menyebabkan
hiperkarbia sampai asidosis laktat, tergantung
derajat hipoksianya. Pada kasus yang berat
dapat ditemukan sianosis. Demam tinggi
merupakan keadaan yang jarang terjadi,
apabila hal tersebut terjadi maka penyebabnya
adalah perdarahan pada susunan saraf pusat.
Diagnosis
Secara umum seorang wanita hamil aterm yang
mengalami kejang selalu didiagnosis sebagai
eklampsia. Hal ini karena diagnosis diferensial
keadaan ini seperti, epilepsi, ensefalitis,
meningitis, tumor otak serta pecahnya aneurisma
otak memberikan gambaran serupa dengan
eklampsia. Prinsip : setiap wanita hamil yang
mengalami kejang harus didiagnosis sebagai
eklampsia sampai terbukti bukan
Manajement
 Terapi suportif untuk stabilisasi pada penderita
 Selalu diingat mengatasi masalah-masalah Airway, Breathing,
Circulation
 Kontrol kejang dengan pemberian loading dose MgSO4
intravena,selanjutnya dapat diikuti dengan pemberian MgSO4 per
infus atau MgSO4 intramuskuler secara loading dose didikuti MgSO4
intramuskuler secara periodik.
 Pemberian obat anti hipertensi secara intermiten intra vena atau oral
untuk menurunkan tekanan darah, saat tekanan darah diastolik
dianggap berbahaya. Batasan yang digunakan para ahli berbeda-
beda, ada yang mengatakan 100 mmHg, 105 mmHg dan beberapa
ahli mengatakan 110 mmHg.
 Koreksi hipoksemia dan asidosis
 Hindari penggunaan diuretik dan batasi pemberian cairan intra vena
kecuali pada kasus kehilangan cairan yang berat seperti muntah
atau pundiare yang berlebihan. Hindari penggunaan cairan
hiperosmotik.
 Terminasi kehamilan

Anda mungkin juga menyukai