Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Eklamsia
Eklamsi adalah komplikasi kehamilan yang ditandai tekanan darah tinggi
dan kejang sebelum, selama, atau setelah persalinan. Kondisi serius ini selalu di dahului
dengan preeklamsia sebelumnya, eklamsia merupakan kelanjutan dari preeklamsia.
Eklamsia merupakan kondisi yang jarang terjadi, namun harus segera ditangani karena
dapat membahayakan nyawa ibu hamil dan janin.
B. Penyebab Eklamsia
Hingga saat ini, penyebab terjadinya preeklamsia dan eklamsia belum diketahui
dengan pasti. Namun, diduga kondisi ini diakibatkan oleh adanya kelainan pada fungsi
dan formasi plasenta. Faktor-faktor lain yang diduga dapat meningkatkan risiko
preeklamsia dan eklamsia padaibu hamil adalah:
1. Memiliki riwayat menderita preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
2. Sedang menjalani kehamilan pertama atau memiliki jarak antar kehamilan yang terlalu
dekat (kurang dari 2 tahun)
3. Memiliki riwayat hipertensi kronis atau hipertensi dalam kehamilan
4. Hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
5. Mengalami kondisi dan penyakit tertentu, seperti diabetes, penyakit ginjal, anemia sel
sabit, obesitas, serta penyakit autoimun, seperti lupus dan sindrom
antifosfolipid (APS)
6. Kondisi tertentu dalam kehamilan, seperti mengandung lebih dari satu janin atau hamil
dengan program bayi tabung (IVF)
C. Tanda dan gejala Eklamsia
Gejala utama eklamsia adalah kejang sebelum, selama, atau sesudah persalinan.
Munculnya eklamsia pada ibu hamil selalu di dahului dengan preeklamsia. Preeklamsia
dapat timbul sejak minggu ke-20 kehamilan.
Preeklampia akan ditandai dengan tekanan darah >140/90 mm Hg, ditemukannya
protein pada urin, dan bisa disertai dengan pembengkakan pada tungkai. Jika tidak
mendapatkan penanganan, preeklampsia bisa menyebabkan eklamsia.\
Pada beberapa kasus, bisa terjadi impending eclampsia yang ditandai dengan:
1. Tekanan darah yang semakin tinggi
2. Sakit kepala yang semakin parah
3. Mual dan muntah
4. Sakit perut terutama pada bagian perut kanan atas
5. Tangan dan kaki membengkak
6. Gangguan penglihatan
7. Frekuensi dan jumlah urin yang berkurang (oligouria)
8. Peningkatan kadar protein di urin
Jika terus berlanjut, akan muncul kejang. Kejang akibat eklamsia bisa terjadi sebelum,
selama, atau setelah persalinan.
Kejang eklamsia dapat terjadi sekali atau berulang kali. Namun, ada 2 fase kejang yang
bisa terjadi saat mengalami eklamsia, yaitu:
1. Fase pertama
Pada fase ini, kejang akan terjadi selama 15-20 detik disertai dengan kedutan pada
wajah, kemudian dilanjutkan dengan munculnya kontraksi otot di seluruh tubuh.
2. Fase kedua
Fase kedua dimulai pada rahang, kemudian bergerak ke otot muka, kelopak mata, dan
akhirnya menyebar ke seluruh tubuh selama 60 detik. Pada fase kedua, kejang
eklamsia akan membuat otot kontraksi dan rileks secara berulang-ulang dalam waktu
yang cepat.
Setelah kejang berhenti, penderita umumnya akan pingsan. Setelah sadar,
penderita biasanya akan merasa sangat gelisah dan bernapas cepat karena tubuhnya
kekurangan oksigen.
D. Pemeriksaan penunjang eklamsia
1. Tes darah, untuk mengetahui jumlah sel darah secara keseluruhan
2. Tes urin, untuk memeriksa keberadaan dan kadar protein di urin
3. Tes fungsi hati, untuk mendeteksi kerusakan fungsi hati
4. Tes fungsi ginjal, termasuk ureum dan kreatin, untuk mengetahui kadar kreatin di
ginjal dan mendeteksi adanya kerusakan ginjal
5. Ultrasonografi (USG), untuk memastikan kondisi janin dalam keadaan sehat
E. Komplikasi eklamsi
ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi karena pengaruh persalinan atau
pengobatan eklamsia, antara lain:
1. Efek samping kejang, seperti lidah tergigit, patah tulang, cedera kepala, aspirasi atau
tertelannya ludah atau isi perut ke saluran pernapasan
2. Kerusakan sistem saraf pusat, perdarahan di otak, gangguan penglihatan, bahkan
kebutaan, akibat kejang yang berulang
3. Penurunan fungsi ginjal dan gagal ginjal akut
4. Kerusakan hati (sindrom HELLP) serta gangguan sistem peredaran darah, seperti
koagulasi intravena terdiseminasi (DIC)
5. Gangguan pada kehamilan, misalnya pertumbuhan janin terhambat, solusio
plasenta, oligohidramnion, atau bayi terlahir secara prematur
6. Penyakit jantung koroner dan stroke
7. Peningkatan risiko untuk mengalami preeklamsia dan eklamsia pada kehamilan
berikutnya
F. Pencegahan Eklamsia
beberapa langkah berikut bisa dilakukan untuk menurukan risiko terjadinya eklamsia
pada ibu hamil:
1. Melakukan kontrol berkala
Kontrol berkala selama kehamilan perlu dilakukan agar deteksi dini dan pengendalian
hipertensi serta preeklampsia bisa dilakukan. Dengan melakukan pengendalian
terhadap preeklampsia, maka risiko terjadinya eklamsia bisa diturunkan.
2. Mengonsumsi aspirin dosis rendah
Aspirin dalam dosis rendah mungkin akan diberikan dokter sesuai dengan kondisi ibu
hamil. Pemberian aspirin dapat mencegah penggumpalan darah dan pengecilan
pembuluh darah, sehingga dapat mencegah munculnya eklamsia.
3. Menerapkan gaya hidup sehat
Menerapkan gaya hidup sehat, seperti menjaga berat badan ideal dan berhenti
merokok, dapat membantu menurunkan risiko eklamsia bila ibu hamil.
4. Mengonsumsi suplemen tambahan
Suplemen dengan arginin dan vitamin juga diduga dapat menurunkan risiko eklamsia
jika dikonsumsi mulai trimester kedua kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai