Anda di halaman 1dari 49

METO

DIK

PEMERIKSAAN TANDA-TANDA
VITAL

Dosen Pengampuh
Hadriani, SST.,M.Keb

DiSusun Oleh
Lulu Azzahra
PO7124318043

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


PALU JURUSAN KEBIDANAN PRODI SARJANA TERAPAN
KEBIDANAN TINGKAT 4 A
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas membuat modul, job sheet

dan daftar tilik mengenai “Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital” yang telah membawa

saya pada suatu pemahaman yang lebih mendalam mengenai metari tersebut.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan materi ini masih banyak kekurangan baik

dalam bentuk, isi maupun penyusunannya. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang

sifatnya membangun sangat diharapkan demi kesempurnaa penulisan makalah

selanjutnya.

Semoga apa yang saya paparkan dalam materi ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca dan menambah wawasan kita semua. Dan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa

melimpahkan anugrah dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................ii

Daftar Isi...............................................................................................................iii

Modul Pemeriksaan TTV

A. Pendahuluan...............................................................................................1

B. Tujuan Pembelajaran.................................................................................1

C. Materi Pemeriksaan TTV..........................................................................2

Job Sheet

A. Pengukuran Tekanan Darah......................................................................18

B. Pengukuran Denyut Nadi..........................................................................25

C. Pengukuran Pernapasan.............................................................................32

D. Pengukuran Suhu.......................................................................................35

DAFTAR TILIK..................................................................................................45

DAFTAR PUSRTAKA.......................................................................................47

iii
MODUL
PEMERIKSAAN TANDA VITAL
(VITAL SIGN)

A. PENDAHULUAN
Untuk menegakkan diagnosis, setelah dilakukan anamnesis berikutnya
adalah pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dimulai dengan pemeriksaan kesan
umum, tanda vital dan kemudian analisis sistem organ secara sistematis.
Pemeriksaan ini sangat penting dalam menilai sistem berbagai organ yang
bekerja dalam tubuh seseorang.
Pemeriksaan tanda vital terdiri dari pemeriksaan tekanan darah, nadi, laju
pernafasan (respiratory rate) dan suhu. Semua komponen tersebut harus dinilai
pada saat melakukan pemeriksaan fisik. Hasil yang didapat dari pemeriksaan ini
dapat mengarahkan dokter dalam melakukan pemeriksaan lebih lanjut, guna
menegakkan diagnosis pada seseorang penderita.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Diharapkan setelah melakukan kegiatan keterampilan pemeriksaan
Tanda Vital ini, mahasiswa mampu :
1. Mengenal alat-alat pemeriksaan fisik umum (pen light, stetoskop dewasa,
anak, dan bayi, thermometer, sphygmomanometer, manset tensimeter)
2. Melakukan pemeriksaan tekanan darah.
3. Melakukan pemeriksaan nadi.
4. Melakukan pemeriksaan frekuensi pernapasan.
5. Melakukan pemeriksaan suhu tubuh.
6. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan tanda vital dengan benar.

1
C. PEMERIKSAAN TANDA VITAL
Pemeriksaan tanda vital terdiri dari pemeriksaan : tekanan

darah, frekuensi nadi,respirasi dan suhu, yang secara lengkap diuraikan di

bawah ini.

1. Pemeriksaan Tekanan darah


Metode klasik memeriksa tekanan ialah dengan menentukan tinggi
kolom cairan yang memproduksi tekanan yang setara dengan tekanan yang
diukur. Alat yang mengukur tekanan dengan metode ini disebut
manometer. Alat klinis yang biasa digunakan dalam mengukur tekanan
adalah sphygmomanometer, yang mengukur tekanan darah. Dua tipe tekanan
gauge dipergunakan dalam sphygmomanometer. Pada manometer merkuri,
tekanan diindikasikan dengan tinggi kolom merkuri dalam tabung kaca.
Pada manometer aneroid, tekanan mengubah bentuk tabung fleksibel
tertutup, yang mengakibatkan jarum bergerak ke angka.

Gambar 1. Manometer merkuri dan manometer aneroid

2
a. Prinsip Pengukuran :

Gambar 2. Pemeriksaan tekanan darah

Tekanan darah diukur menggunakan sebuah manometer berisi


air raksa. Alat itu dikaitkan pada kantong tertutup yang dibalutkan
mengelilingi lengan atas (bladder &cuff). Tekanan udara dalam kantong
pertama dinaikkan cukup di atas tekanan darah sistolik dengan
pemompaan udara ke dalamnya. Ini memutuskan aliran arteri brakhial
dalam lengan atas, memutuskan aliran darah ke dalam arteri lengan
bawah. Kemudian, udara dilepaskan secara perlahan-lahan dari kantong
selagi stetoskop digunakan untuk mendengarkan kembalinya denyut
dalam lengan bawah.

3
b. Jenis tekanan darah:
1) Tekanan darah sistolik
Tekanan darah sistolik yaitu tekanan maksimum dinding arteri
pada saat kontraksi ventrikel kiri.
2) Tekanan darah diastolic
Tekanan darah diastolik yaitu tekanan minimum dinding arteri
pada saat relaksasi ventrikel kiri.
3) Tekanan arteri atau tekanan nadi.
Tekanan nadi yaitu selisih antara tekanan sistolik dan diastolik.

Pengukuran tekanan darah merupakan gambaran resistensi


pembuluh darah, cardiac output, status sirkulasi dan keseimbangan
cairan. Tekanan darah ini dipengaruhi beberapa faktor, antara lain :
aktifitas fisik, status emosional, nyeri, demam atau pengaruh kopi dan
tembakau.

c. Prosedur pemeriksaan :
1) Pemilihan sphymomanometer (blood pressure cuff)
Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk
pengukuran tekanan darah, yang terdiri dari cuff, bladder dan alat
ukur air raksa. Dalam melakukan pemeriksaan ini harus diperhatikan
:
 Lebar dari bladder kira-kira 40 % lingkar lengan atas (12 - 14 cm
pada dewasa).
 Panjang bladder kira-kira 80 % lingkar lengan atas.
 Sphygmomanometer harus dikalibrasi secara rutin.

4
Bladder Cuff

Gambar 3. Bagian-bagian manometer

Gambar 4. Bagian-bagian stetoskop

2) Persiapan pengukuran tekanan darah


Pada saat akan memulai pemeriksaan, sebaiknya :
 Pasien dalam kondisi tenang.
 Pasien diminta untuk tidak merokok atau minum yang
mengandung kafein minimal 30 menit sebelum pemeriksaan.

5
 Istirahat sekitar 5 menit setelah melakukan aktifitas fisik ringan.
 Lengan yang diperiksa harus bebas dari pakaian.
 Raba arteri brachialis dan pastikan bahwa pulsasinya cukup.
 Pemeriksaan tekanan darah bisa dilakukan dengan posisi pasien
berbaring, duduk, maupun berdiri tergantung dari tujuan
pemeriksaan. Hasil pemeriksaan tersebut dipengaruhi oleh posisi
pasien.
 Posisikan lengan sedemikian sehingga arteri brachialis kurang
lebih pada level setinggi jantung.
 Jika pasien duduk, letakkan lengan pada meja sedikit diatas
pinggangdan kedua kaki menapak di lantai.
 Apabila menggunakan tensimeter air raksa, usahakan agar posisi
manometer selalu vertikal, dan pada waktu membaca hasilnya,
mata harus berada segaris horisontal dengan level air raksa.
 Pengulangan pengukuran dilakukan beberapa menit setelah
pengukuran pertama.

3) Pengukuran tekanan darah


Tekanan sistolik, ditentukan berdasarkan bunyi Korotkoff 1,
sedangkan diastolik pada Korotkoff 5. Pada saat cuff dinaikkan
tekanannya, selama manset menekan lengan dengan sedikit sekali
tekanan sehingga arteri tetap terdistensi dengan darah, tidak ada
bunyi yang terdengar melalui stetoskop. Kemudian tekanan dalam
cuff dikurangi secara perlahan. Begitu tekanan dalam cuff turun di
bawah tekanan sistolik, akan ada darah yang mengalir melalui
arteri yang terletak di bawah cuff selama puncak tekanan sistolik
dan kita mulai mendengar bunyi berdetak dalam arteri yang sinkron
dengan denyut jantung. Bunyi-bunyi pada setiap denyutan tersebut
disebut bunyi korotkoff. Ada 5 fase bunyi korotkoff :

6
Tabel 1. Bunyi Korotkoff
Bunyi Korotkoff Desk
Fase 1 Bunyi pertama yang terdengar
ripsi setelah tekanan cuff
diturunkan

Fase 2 Perubahan kualitas bunyi menjadi bunyi berdesir


Fase 3 Bunyi semakin jelas dan keras
Fase 4 Bunyi menjadi meredam
Fase 5 Bunyi menghilang seluruhnya setelah tekanan dalam cuff
turun lagi sebanyak 5-6 mmHg. Nilai tekanan yang
ditunjukkan manometer pada fase ini dinilai sebagai tekanan
diastolik

Adapun Prosedur Pengukuran Tekanan Darah terdiri dari 2 teknik :


a) Palpatoir
 Siapkan tensimeter dan stetoskop.
 Posisi pasien boleh berbaring, duduk atau berdiri tergantung tujuan
pemeriksaan
 Lengan dalam keadaan bebas dan rileks, bebas dari pakaian.
 Pasang bladder sedemikian rupa sehinggamelingkari bagian tengah
lengan atas dengan rapi, tidak terlalu ketat atau terlalu longgar.
Bagian bladder yang paling bawah berada 2 cm/ 2 jari diatas fossa
cubiti. Posisikan lengan sehingga membentuk sedikit sudut (fleksi)
pada siku.

7
Gambar 5. Memasang bladder/manset

 Carilah arteri brachialis/arteri radialis, biasanya terletak di sebelah


medial tendo muskulus biceps brachii.
 Untuk menentukan seberapa besar menaikkan tekanan pada cuff,
perkirakan tekanan sistolik palpatoir dengan meraba arteri
brachialis/arteri radialis dengan satu jari tangan sambil menaikkan
tekanan pada cuff sampai nadi menjadi tak teraba, kemudian
tambahkan 30 mmHg dari angka tersebut. Hal ini bertujuan
untuk menghindari ketidaknyamanan pasien dan untuk menghindari
auscultatory gap. Setelah menaikkan tekanan cuff 30 mmHg tadi,
longgarkan cuff sampai teraba denyutan arteri brachialis (tekanan
sistolik palpatoir). Kemudian kendorkan tekanan secara komplit
(deflate).
 Hasil pemeriksaan tekanan darah secara palpatoir akan didapatkan
tekanan darah sistolik dan tidak bisa untuk mengukur tekanan darah
diastolik.

b) Auskultatoir
 Pastikan membran stetoskop terdengar suara saat diketuk dengan jari.
 Letakkan membran stetoskop pada fossa cubiti tepat di atas arteri
brachialis.

8
Gambar 6. Memompa bladder/ manset

 Naikkan tekanan dalam bladder dengan memompa bulb sampai


tekanan sistolik palpatoir ditambah 30 mmHg.
 Turunkan tekanan perlahan, ± 2-3 mmHg/detik.
 Dengarkan menggunakan stetoskop dan catat dimana bunyi Korotkoff
I terdengar pertama kali. Ini merupakan hasil tekanan darah sistolik.
 Terus turunkan tekanan bladder sampai bunyi Korotkoff V (bunyi
terakhir terdengar). Ini merupakan hasil tekanan darah diastolik.
 Untuk validitas pemeriksaan tekanan darah minimal diulang 3 kali.
Hasilnya diambil rata- rata dari hasil pemeriksaan tersebut.

Penilaian tekanan darah berdasarkan The Joint National Committe VII


(JNC-VII) adalah :

Tabel 2. Penilaian tekanan darah berdasarkan The Joint National Committe VII
(JNC-VII)
Tekanan Sistolik Tekanan
(mmHg)
KlasifikasiTekananDarah Diastolik

Normal <120 atau ( <


Pre-Hipertensi 120-139 atau 88
Hipertensi Stage 1 140-159 atau 90
0

9
Hipertensi Stage 2 >160 atau >
1
Kesalahan yang sering terjadi pada saat pengukuran tekanan darah :
 Ukuran bladder dan cuff tidak tepat (terlalu kecil atau terlalu besar).
Bila terlalu kecil, tekanan darah akan terukur lebih tinggi dari yang
sebenarnya, dan sebaliknya bila terlalu besar.
 Pemasangan bladder dan cuff terlalu longgar, tekanan darah terukur
lebih tinggi dari yang seharusnya.
 Pusat cuff tidak berada di atas arteri brachialis.
 Cuff dikembangkan terlalu lambat, mengakibatkan kongesti vena,
sehingga bunyi Korotkoff tidak terdengar dengan jelas.
 Saat mencoba mengulang pemeriksaan, kembali menaikkan tekanan
cuff tanpa mengempiskannya dengan sempurna atau re-inflasi cuff
terlalu cepat. Hal ini mengakibatkan distensi vena sehingga bunyi
Korotkoff tidak terdengar dengan jelas.

2. Pemeriksaan nadi/arteri
Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (dari ventrikel
kiri) dan ke paru (dari ventrikel kanan). Melalui ventrikel kiri, darah
disemburkan melalui aorta dan kemudian diteruskan ke arteri di seluruh
tubuh. Sebagai akibatnya, timbullah suatu gelombang tekanan yang bergerak
cepat pada arteri dan dapat dirasakan sebagai denyut nadi. Dengan
menghitung frekuensi denyut nadi, dapat diketahui frekuensi denyut jantung
dalam 1 menit.
a. Prosedur pemeriksaan nadi/arteri radialis :
 Penderita dapat dalam posisi duduk atau berbaring. Lengan dalam
posisi bebas dan rileks.

10
 Periksalah denyut arteri radialis di pergelangan tangan dengan
cara meletakkan jari telunjuk dan jari tengah atau 3 jari (jari
telunjuk, tengah dan manis) di atas arteri radialis dan sedikit
ditekan sampai teraba pulsasi yang kuat.
 Penilaian nadi/arteri meliputi: frekuensi (jumlah) per menit,
irama (teratur atau tidaknya), pengisian, dan dibandingkan antara
arteri radialis kanan dan kiri .
 Bila iramanya teratur dan frekuensi nadinya terlihat normal dapat
dilakukan hitungan selama 15 detik kemudian dikalikan 4, tetapi bila
iramanya tidak teratur atau denyut nadinya terlalu lemah, terlalu pelan
atau terlalu cepat, dihitung sampai 60 detik.
 Apabila iramanya tidak teratur (irregular) harus dikonfirmasi
dengan pemeriksaan auskultasi jantung (cardiac auscultation) pada
apeks jantung.

Gambar 7. Pemeriksaan nadi arteri radialis

b. Pemeriksaan nadi/arteri karotis


Perabaan nadi dapat memberikan gambaran tentang aktivitas
pompa jantung maupun keadaan pembuluh itu sendiri. Kadang-kadang

11
nadi lebih jelas jika diraba pada pembuluh yang lebih besar, misalnya
arteri karotis.
Catatan : pada pemeriksaan nadi/arteri karotis kanan dan kiri tidak
boleh bersamaan.

Gambar 8. Pemeriksaan nadi (arteri karotis)

c. Pemeriksaan nadi/arteri ekstremitas lainnya


 Pemeriksaan nadi/arteri brachialis (gambar 9a).
 Pemeriksaan nadi/arteri femoralis (gambar 9b).
 Pemeriksaan nadi/ arteri tibialis posterior (gambar 9c).
 Pemeriksaan nadi/arteri dorsalis pedis (gambar 9d).

Gambar 9a.
Pemeriksaan pulsasi arteri brachialis pada orang dewasa dan anak

12
Gambar 9b.
Pemeriksaan pulsasi arteri femoralis

Gambar 9c.
Pemeriksaan pulsasi arteri tibialis posterior.

Gambar 9d.
Pemeriksaan pulsasi arteri dorsalis pedis

13
Hasil pemeriksaan nadi/arteri :
 Jumlah frekuensi nadi per menit (Normal pada dewasa : 60-100 kali/menit)
Takikardia bila frekuensi nadi > 100 kali/menit, sedangkan bradikardia bila
frekuensi nadi< 60 kali/menit
 Irama nadi: Normal irama teratur
 Pengisian : tidak teraba, lemah, cukup (normal), kuat, sangat kuat
 Kelenturan dinding arteri : elastis dan kaku.Perbandingan nadi/arteri kanan dan
kiri (Normal : nadi kanan dan kiri sama)
 Perbandingan antara frekuensi nadi/arteri dengan frekuensi denyut jantung
(Normal :tidak ada perbedaan).

Abnormalitas pemeriksaan nadi/arteri :


 Pulsus defisit: frekuensi nadi/arteri lebih rendah daripada frekuensi denyut
jantung (misalnya pada fibrilasi atrium).
 Pulsus seler (bounding pulse, collapsing pulse, water-hammer pulse, Corrigan's
pulse), disebabkan upstroke dan downstroke mencolok dari pulsus, misalnya pada
tirotoksikosis, regurgitasi aorta, hipertensi, Patent Ductus Arteriosus (PDA), fistula
arteriovenosus.
 Pulsus tardus (plateau pulse) : disebabkan karena upstroke dan downstroke yang
per- lahan, misalnya pada stenosis katup aorta berat.
 Pulsus alternan : perubahan kuatnya denyut nadi yang disebabkan oleh
kelemahan jan - tung, misalnya pada gagal jantung, kadang-kadang lebih nyata
dengan auskultasi saat mengukur tekanan darah.
 Pulsus bigeminus : nadi teraba berpasangan dengan interval tak sama dimana
nadi kedua biasanya lebih lemah dari nadi sebelumnya. Kadang-kadang malah tak
teraba sehingga seolah-olah merupakan suatu bradikardia atau pulsus defisit jika
dibandingkan denyut jantung.
 Pulsus paradoksus : melemah atau tak terabanya nadi saat inspirasi. Sering lebih
nyata.

14
pada auskultasi saat pengukuran tekanan darah, dimana pulsus terdengar
melemah saat inspirasi, dan biasanya tak melebihi 10 mmHg. Bisa pula disertai
penurunan tekanan vena jugularis saat inspirasi, misalnya pada gangguan restriksi
pada effusi perikardium, tamponade perikardium, konstriksi perikard, sindrom vena
kava superior, atau emfisema paru.

3. Pemeriksaan Pernapasan
Bernafas adalah suatu tindakan involunter (tidak disadari), diatur oleh batang otak
dan dilakukan dengan bantuan otot-otot pernafasan, Saat inspirasi, diafragma dan otot-otot
interkostalis berkontraksi, memperluas kavum thoraks dan mengembangkan paru-paru.
Dinding dada akan bergerak ke atas, ke depan dan ke lateral, sedangkan diafragma
terdorong kebawah. Saat inspirasi berhenti, paru-paru kembali mengempis, diafragma
naik secara pasif dan dinding dada kembali ke posisi semula.
Persiapan pemeriksaan :
a. Pasien dalam keadaan tenang, posisi tidur terlentang.
b. Dokter meminta ijin kepada pasien untuk membuka baju bagian atas.
Cara pemeriksaan frekuensi pernapasan:
 Pemeriksaan inspeksi : perhatikan gerakan nafas pasien secara menyeluruh
tanpa pasien mengetahui saat kita menghitung frekuensi nafasnya. Posisi pemeriksa
ada di bottom penderita di dekat telapak kaki pasien atau di samping kanan.
Pada inspirasi, perhatikan : gerakan iga ke lateral, pelebaran sudut epigastrium,
adanya retraksi dinding dada (supraklavikuler, suprasternal, interkostal,
epigastrium), penggunaan otot-otot pernafasan aksesoria serta penambahan ukuran
anteroposterior rongga dada.
Pada ekspirasi, perhatikan : masuknya kembali iga, menyempitnya sudut
epigastrium dan pengurangan diameter anteroposterior rongga dada.
 Pemeriksaan palpasi : pemeriksa meletakkan telapak tangan untuk merasakan
naik turunnya gerakan dinding dada.
 Pemeriksaan auskultasi : menggunakan membran stetoskop diletakkan pada
dinding dada di luar lokasi bunyi jantung. Pemeriksaan ini digunakan sebagai
konfirmasi dari inspeksi yang telah dilakukan.

15
c. Interpretasi pemeriksaan frekuensi dan irama pernapasan :
 Frekuensi : Hitung frekuensi pernafasan selama 1 menit dengan inspeksi.
Pemeriksa juga dapat melakukan konfirmasi pemeriksaan dengan cara palpasi atau
menggunakan stetoskop. Gerakan naik (inhalasi) dan turun (ekshalasi) dihitung 1
frekuensi napas. Normalnya frekuensi nafas orang dewasa sekitar 14 – 20 kali
per menit dengan pola nafas yang teratur dan tenang.
 Irama pernapasan : reguler atau ireguler

4. Pemeriksaan Suhu Tubuh


Suhu merupakan gambaran hasil metabolisme tubuh.Termogenesis (produksi
panas tubuh) dan termolisis (panas yang hilang) secara normal diatur oleh pusat
thermoregulator hipothalamus.

Gambar 10b.
Termometer oral/aksila

Pemeriksaan suhu dapat dilakukan di mulut (gambar 11), aksila (gambar 12) atau
rektal (gambar 13), dan ditunggu selama 3–5 menit. Pemeriksaan suhu dilakukan dengan
menggunakan termometer baik dengan glass thermometer atau electronic thermometer. Bila
menggunakan glass thermometer, sebelum digunakan air raksa pada termometer harus
dibuat sampai menunjuk angka 350C atau dibawahnya.
Pengukuran suhu oral biasanya lebih mudah dan hasilnya lebih tepat, tetapi
termometer air raksa dengan kaca tidak seyogyanya dipakai untuk pengukuran suhu oral,
yaitu pada penderita yang tidak sadar, gelisah atau tidak kooperatif, tidak dapat menutup
mulutnya atau pada bayi dan orang tua.

16
Prosedur Pemeriksaan Suhu secara Oral :
 Turunkan air raksa sedemikian sehingga air raksa pada termometer menunjuk angka

350C atau dibawahnya dengan cara mengibaskan termometer beberapa kali.


 Letakkan ujung termometer di bawah salah satu sisi lidah. Minta pasien untuk
menutup mulut dan bernafas melalui hidung.
 Tunggu 3-5 menit. Baca suhu pada termometer.
 Apabila penderita baru minum dingin atau panas, pemeriksaan harus ditunda selama
10-15 menit agar suhu minuman tidak mempengaruhi hasil pengukuran.

Prosedur Pengukuran suhu aksila :


 Turunkan air raksa sedemikian sehingga air raksa pada termometer menunjuk

angka 350C atau dibawahnya.


 Letakkan termometer di lipatan aksila. Lipatan aksila harus dalam keadaan
kering. Pastikan termometer menempel pada kulit dan tidak terhalang baju
pasien.
 Jepit aksila dengan merapatkan lengan pasien ke tubuhnya.
 Tunggu 3-5 menit. Baca suhu pada termometer.

Prosedur pengukuran suhu secara rektal :


 Pemeriksaan suhu melalui rektum ini biasanya dilakukan terhadap bayi.
 Pilihlah termometer dengan ujung bulat, beri pelumas di ujungnya.
 Masukkan ujung termometer ke dalam anus sedalam 3-4 cm.
 Cabut dan baca setelah 3 menit.
(Catatan : pada prakteknya, untuk menghemat waktu pemeriksaan, sambil
menunggu pemeriksaan suhu dilakukan pemeriksaan nadi dan frekuensi nafas).

Rata-rata suhu normal dengan pengukuran oral adalah 37 0C. Suhu rektal lebih

tinggi daripada suhu oral ±0,4 -0,5 0C. Suhu aksila lebih rendah dari suhu oral sekitar 0,5
0C - 1 0.

17
JOB SHEET / PANDUAN BELJAR PEMERIKSAN
TTV

PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

Topik Ketrampilan : Pemeriksaan Tanda-tanda Vital


Sub Topik : Pengukuran Tekanan Darah
Sasaran / Tujuan : Setelah mengikuti demonstrasi mahasiswa dapat melakukan
pengukuran Tekanan Darah sesuai dengan pedoman yang telah
diberikan
Waktu : 60 menit
Alat dan Bahan : 1) Stetoskop
2) Sfigmomanometer (tensimeter) yang terdiri dari :
a) Manometer air raksa + klep penutup dan pembuka
b) Manset udara
c) Slang karet
d) Pompa udara dari karet dan sekrup pembuka dan penutup
3) Atau Tensimeter aneroid dengan balon udara dan manset
4) Kapas alkohol dalam tempatnya
5) Bengkok
6) Buku catatan suhu dan alat tulis
Buku Sumber : 1) Eny Retna Ambarwati dan Tri Sunarsih. 2011. KDPK
Kebidanan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Nuha Medika
2) Anik Maryunani. 2011. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik
Kebidanan. Jakarta : CV Trans Info Media

18
3) Eni Kusyati. 2006. Ketrampilan dan Prosedur Laboratorium.
Jakarta : EGC
Metode : Praktik dan Demonstrasi

A. Mengukur Tekanan Darah


Tabel Tekanan Darah Normal

Umur Tekanan Sistolik/Diastolik (mmHg)


1 bulan 86/54
6 bulan 90/60
1 tahun 96/65
2 tahun 99/65
4 tahun 99/65
6 tahun 100/60
8 tahun 105/60
10 tahun 110/60
12 tahun 115/60
14 tahun 118/60
16 tahun 120/65

1. Mengukur Tekanan Darah


a) Definisi
Melakukan pengukuran tekanan darah (hasil dari curah jantung dan tahanan pembuluh
perifer) dengan menggunakan sfigmomanometer
b) Tujuan
Mengetahui keadaan hemodinamik klien dan keadaan kesehatan secara menyeluruh
Secara khusus tujuan pengukuran suhu tubuh, antara lain :
1) Untuk memperoleh data dasar tekanan darah sebagai acuan untuk evaluasi tekanan
darah berikutnya
2) Untuk menentukan status hemodinamik pasien, misalnya stroke volume jantung
pasien dan tahanan pembuluh darah
3) Untuk mengidentifikasi dan memantau perubahan-perubahan pada tekanan darah
yang diakibatkan dari proses penyakit dan terapi medis, seperti adanya riwayat
19
penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal, syok sirkulasi, nyeri akut, pemberian
cairan infus atau transfusi darah yang cepat
c) Persiapan Alat dan Bahan
1) Sfigmomanometer (tensimeter) yang terdiri dari :
a) Manometer air raksa + klep penutup dan pembuka
b) Manset udara
c) Slang karet
d) Pompa udara dari karet dan sekrup pembuka dan penutup

2) Atau tensimeter aneroid beserta manset dan balon udara

3) Stetoskop

4) Kapas alkohol

5) Bengkok/Nierbbeken

6) Buku catatan tekanan darah dan alat tulis

20
d) Prosedur Kerja Pengukuran Tekanan Darah

LANGKAH-LANGKAH KEY POINT


1. Menjelaskan kepada klien tentang tindakan Menghilangkan ansietas klien
yang akan dilakukan
2. Mendekatkan alat ke samping klien
3. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan Mengurangi penyebaran
mikroorganisme

4. Atur posisi klien : duduk atau berbaring Pengaturan posisi dapat


dengan nyaman, lengan disokong setinggi memudahkan penempatan
jantung, dan telapak tangan menghadap ke atas manset. Posisi lengan di atas
jantung akan menyebabkan
hasil pengukuran rendah yang
salah

Posisi Duduk

Posisi berbaring
5. Buka pakaian yang menutupi lengan atas Memastikan ketepatan letak
manset
6. Palpasi arteri brakialis dan tempatkan manset Stetoskop akan diletakkan di
2,5 cm di atas sisi denyut arteri brakialis atas arteri tanpa menyentuh
manset

7. Pusatkan anak panah yang tertera pada manset Penempatan manset yang
ke arteri brakialis dan lingkarkan manset pada longgar menyebabkan hasil

21
lengan atas secara rapi dan tidak ketat pengukuran tinggi yang salah

8. Pastikan manometer terletak setinggi titik Mencegah ketidaktepatan


pandang mata dan bidan berdiri tidak lebih pembacaan air raksa
dari satu meter jauhnya

9. Palpasi arteri brakialis sambil memompa Mengidentifikasi perkiraan


manset sampai tekanan 30 mmHg diatas titik tekanan sistolik dan
hilangnya denyut arteri. Perlahan kempiskan menentukan titik
manset perhatikan sampai denyut kembali pengembangan maksimal untuk
teraba (sistolik palpasi) pembacaan akurat. Mencegah
kesenjangan auskultasi
10. Kempiskan manset sepenuhnya dan tunggu Mencegah kongesti vena dan
selama 30 detik hasil pengukuran tinggi yang
tidak akurat
11. Tempatkan bagian telinga stetoskop pada Bagian telinga stetoskop
telinga pemeriksa seharusnya mengikuti sudut
liang telinga pemeriksa untuk
mempermudah pendengaran

12. Cari kembali arteri brakialis dan tempatkan Penempatan stetoskop


diafragma stetoskop di atasnya memastikan penerimaan bunyi
optimum. Bunyi yang samar
dapat mengakibatkan
pengukuran yang salah
13. Tutup kantong tekanan searah putaran jarum Mencegah kebocoran udara
jam sampai kencang saat pengembangan

22
14. Pompa manset sampai tekanan 30 mmHg Memastikan ketepatan
diatas hasil palpasi sistolik klien pengukuran sistolik

15. Buka katup secara perlahan sehingga Penurunan air raksa yang
memungkinkan air raksa turun rata-rata 2 – 3 terlalu cepat atau terlalu
mm Hg per detik lambat dapat menyebabkan
pembacaan hasil pengukuran
yang salah

16. Perhatikan titik pada manometer saat bunyi Bunyi korotkoff pertama
pertama jelas terdengar menandakan tekanan sistolik

17. Lanjutkan membuka katup secara bertahap dan Bunyi korotkoff keempat
perhatikan titik hilangnya bunyi sebagai tekanan diastolik pada
orang dewasa
18. Kempiskan manset dengan cepat dan total Pengembangan terus-menerus
menyebabkan oklusi arteri dan
matirasa serta kesemutan pada
lengan klien
Mencegah kongesti vena dan
19. Jika prosedur diulang tunggu sampai 30 detik
pembacaan tinggi yang salah
20. Buka manset dan lipat serta simpan dengan Pemeliharaan yang tepat

23
baik terhadap alat memengaruhi
keakuratan instrumen
21. Tutup lengan atas dan bantu klien untuk posisi Mempertahankan kenyamanan
yang diinginkan klien
Mengontrol penyebaran
22. Desinfeksi bagian telinga (ear piece) stetoskop
mikroorganisme bila petugas
dan bagian diafragma stetoskop dengan kapas
saling bergantian
alkohol.
menggunakan stetoskop
Meningkatkan partisipasi
23. Informasikan hasil kepada klien
dalam perawatan
24. Mencuci tangan
25. Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan Pencatatan tanda vital dengan
perawatan segera

Perhatian :
 Hindari pengukuran pada ekstremitas yang terpasang infus, pirau arteriovena,
adanya trauma, adanya paralisis/paresis, tertutup gips
 Pengukuran tekanan darah sebaiknya tidak dilakukan setelah melakukan latihan dan
merokok. Tunggu 30 menit sebelum pengukuran
 Jika akan mengulang prosedur pengukuran, tunggu 30 detik

24
PEMERIKSAAN DENYUT NADI

Topik Ketrampilan : Pemeriksaan Tanda-tanda Vital


Sub Topik : Pengukuran Denyut Nadi Radial
Sasaran / Tujuan : Setelah mengikuti demonstrasi mahasiswa dapat melakukan
pengukuran Denyut Nadi sesuai dengan pedoman yang telah
diberikan
Waktu : 60 menit
Alat dan Bahan : 7) Arloji tangan dengan jarum detik atau layar digital atau
polsteller
8) Buku catatan suhu dan alat tulis
Buku Sumber : 4) Eny Retna Ambarwati dan Tri Sunarsih. 2011. KDPK
Kebidanan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Nuha Medika
5) Anik Maryunani. 2011. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik
Kebidanan. Jakarta : CV Trans Info Media
6) Eni Kusyati. 2006. Ketrampilan dan Prosedur Laboratorium.
Jakarta : EGC
Metode : Praktik dan Demonstrasi

B. Mengukur Denyut Nadi

Tabel Frekuensi Nadi

Umur Frekuensi Nadi rata-rata/menit


Lahir 140 x/menit
25
1 bulan 130 x/menit
1 – 6 bulan 130 x/menit
6 – 12 bulan 115 x/menit
1 – 2 tahun 110 x/menit
2 – 4 tahun 105 x/menit
6 – 10 tahun 95 x/menit
10 – 14 tahun 85 x/menit
14 – 18 tahun 82 x/menit

Tabel Pola Nadi

Pola Nadi Pengertian


Bradikardia Frekuensi nadi lambat
Takikardia Frekuensi nadi meningkat, dalam keadaan takut, menangis,
aktivitas meningkat atau demam yang menunjukkan penyakit
jantung
Sinus aritmia Frekuensi nadi meningkat selama inspirasi, menurun selama
ekspirasi, sinus aritmia merupakan variasi normal pada anak,
khususnya selama waktu tidur

Pola Nadi Pengertian


Pulsus alternans Denyut nadi yang silih berganti kuat-lemah dan kemungkinan
menunjukkan gagal jantung
Pulsus bigeminus Denyutan berpasangan yang berhubungan dengan denyutan
prematur
Pulsus paradoksus Kekuatan nadi menurun dengan inspirasi
Thready pulse Denyutan nadi cepat dan lemah menunjukkan adanya tanda
syok, nadi sukar dipalpasi, tampak muncul dan menghilang
Pulsus corrigan Denyut nadi kuat dan berdetak-detak disebabkan oleh variasi
yang luas pada tekanan nadi

Tempat pengukuran Nadi

26
Nadi bisa diukur pada sembilan (9) tempat berikut ini :
1. Temporalis
a) Temporalis merupakan tempat dimana arteri temporalis melewati tulang temporalis
pada kepala
b) Tempat ini terletak di bagian atas (superior) dan sisi (lateral) dari mata
c) Tempat ini digunakan untuk mengukur nadi apabila nadi radialis tidak dapat digunakan
untuk mengukur nadi
2. Karotid/karotis
a) Karotid, terletak di sisi leher dimana arteri karotid berjalan diantara trakhea dan otot
sternokleidomastoideus
b) Nadi karotid ini digunakan pada kasus-kasus pasien dengan henti jantung (cardiac
arrest)
3. Apikal
a) Apikal, terletak di apeks jantung
b) Pada orang dewasa, apikal terletak di sisi kiri dada, sekitar 8 cm di kiri sternum dan
ruang interkostal (ruang antar iga 4,5 atau 6)
c) Pada anak-anak usia 7 sampai 9 tahun, nadi apikal terletak pada ruang interkostal ke
empat atau ke lima
d) Sebelum usia 4 tahun, nadi apikal terletak di sebelah kiri garis midklavikula
e) Pada anak usia 6 tahun, nadi apikal tepat berada di garis midklavikula
f) Nadi apikal ini, digunakan :
(1) Secara rutin untuk pemeriksaan nadi pada bayi dan anak-anak sampai usia 3 tahun

27
(2) Juga digunakan untuk menentukan ketidaksesuaian dengan nadi radial
4. Brakhialis
a) Nadi brakhial terletak pada bagian dalam otot biseps pada tangan atau bagian tengah
pada ruang antekubital
b) Digunakan untuk mengukur tekanan darah
c) Digunakan selama henti jantung (cardiac arrest) pada bayi
5. Radialis
a) Pada nadi radialis, terdapat arteri radialis yang berjalan disepanjang tulang radial, di sisi
ibu jari sebelah dalam pergelangan tangan
b) Paling mudah digunakan untuk mengukur nadi
6. Femoralis
a) Pada nadi femoralis, terdapat arteri femoralis melewati sepanjang ligament inguinal
b) Digunakan pada kasus-kasus henti jantung (cardiac arrest)
c) Digunakan untuk bayi dan anak-anak
d) Digunakan untuk menentukan sirkulasi pada kaki
7. Popliteal
a) Pada nadi popliteal, terdapat arteri popliteal melewati di belakang lutut
b) Digunakan untuk menentukan sirkulasi pada kaki bagian bawah
8. Tibial Posterior
a) Tibial posterior, terletak pada permukaan medial/tengah pergelangan kaki (ankle) di
mana arteri tibial posterior melewati di belakang malleolus medialis/bagian tengah
b) Digunakan untuk menentukan sirkulasi pada telapak kaki
9. Dorsalis Pedis
a) Pada dorsalis pedis, terdapat arteri dorsalis pedis yang melewati tulang pada telapak
kaki, pada garis imajiner yang ditarik dari pertengahan kaki sampai ruang antara ibu jari
kaki dan jari kedua kaki
b) Tempat bagian radial ini paling umum digunakan pada orang dewasa
c) Dorsalis pedis ini mudah ditemukan dan mudah digunakan
d) Secara umum, digunakan untuk menentukan sirkulasi pada kaki
10. Mengukur Denyut Nadi Radialis
a) Definisi

28
Menghitung frekuensi darah yang dapat teraba pada berbagai titik tubuh) melalui
perabaan pada nadi
b) Tujuan
4) Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan kekuatan) dalam satu menit
5) Mengetahui keadaan umum klien
6) Mengetahui integritas sistem kardiovaskuler
7) Mengikuti perjalanan penyakit
c) Persiapan Alat dan Bahan
1) Arloji atau penunjuk detik

2) Buku catatan pengukuran nadi dan alat tulis

d) Prosedur Kerja Pengukuran Denyut Nadi Radial

LANGKAH-LANGKAH KEY POINT


26. Menjelaskan kepada klien tentang tindakan Menghilangkan ansietas klien
yang akan dilakukan
27. Mendekatkan alat ke samping klien
28. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan Mengurangi penyebaran
mikroorganisme

29. Bantu klien ke posisi telentang atau duduk Posisi yang tepat akan
 Jika telentang, letakkan tangannya memajankan arteri radial
menyilang di dada bawahnya dengan sehingga dapat dipalpasi
pergelangan terbuka dan telapak tangan ke dengan baik
bawah
 Jika duduk, tekuk sikunya 90⁰ dan sangga
lengan bawahnya di atas kursi atau tangan
29
pemeriksa. Julurkan pergelangan dengan
telapak tangan ke bawah

30. Tempatkan dua atau tiga jari tangan pemeriksa Ujung jari adalah bagian
di atas lekukan radial searah ibu jari, sisi indera peraba yang sensitif.
dalam pergelangan tangan klien Jangan memalpasi dengan ibu
jari karena anda akan
merasakan denyut anda sendiri

31. Berikan tekanan ringan di atas radius, abaikan Nadi lebih akurat dikaji dengan
denyutan awal kemudian rilekskan tekanan tekanan sedang. Penekanan
sehingga denyutan menjadi mudah dipalpasi yang terlalu kuat menghambat
nadi dan mengganggu aliran
darah

32. Saat denyutan teratur, mulai mengitung Frekuensi ditentukan secara


frekuensi denyut dengan menggunakan jam akurat hanya setelah petugas
tangan berjarum detik yakin bahwa denyut nadi dapat
dipalpasi
33. Jika denyut teratur, hitung selama 30 detik dan Frekuensi yang tinggi paling
kalikan hasilnya dengan 2 akurat diperiksa dalam 30 detik
34. Jika denyut tidak teratur dan pada klien yang Memastikan ketepatan
baru pertama kali dilakukan pemeriksaan, penghitungan
hitung selama satu menit penuh
35. Kaji kekuatan, irama dan kesetaraan denyut Memberikan pengkajian
lengkap mengenai karakter
denyut
36. Cuci tangan
37. Dokumentasikan pada catatan perawatan Mencatat tanda vital dengan
segera

30
31
PEMERIKSAAN PERNAPASAN

Topik Ketrampilan : Pemeriksaan Tanda-tanda Vital


Sub Topik : Pengukuran Pernafasan
Sasaran / Tujuan : Setelah mengikuti demonstrasi mahasiswa dapat melakukan
pengukuran pernafasan sesuai dengan pedoman yang telah
diberikan
Waktu : 60 menit
Alat dan Bahan : 1) Arloji tangan dengan jarum detik atau layar digital atau
polsteller
2) Buku catatan suhu dan alat tulis
Buku Sumber : 1) Eny Retna Ambarwati dan Tri Sunarsih. 2011. KDPK
Kebidanan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Nuha Medika
2) Anik Maryunani. 2011. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik
Kebidanan. Jakarta : CV Trans Info Media
3) Eni Kusyati. 2006. Ketrampilan dan Prosedur Laboratorium.
Jakarta : EGC
Metode : Praktik dan Demonstrasi

C. Mengukur Pernafasan

Tabel Pola Pernafasan

Pola Pernafasan Pengertian


Dispnea Susah bernafas yang menunjukkan adanya retraksi

32
Bradipnea Frekuensi pernafasan lambat yang abnormal, irama teratur
Takipnea Frekuensi pernafasan cepat yang abnormal
Hiperpnea Pernafasan cepat dan dalam
Apnea Tidak ada pernafasan
Cheyne Stokes Periode pernafasan cepat dalam bergantian dengan periode
apnea, umumnya pada bayi dan anak selama tidur nyenyak,
depresi, dan kerusakan otak
Kusmaul Nafas dalam yang abnormal bisa cepat, normal atau lambat,
umumnya pada asidosis metabolik
Biot Nafas tidak teratur, menunjukkan adanya kerusakan otak bagian
bawah dan depresi pernafasan

1. Mengukur Pernafasan
a) Definisi
Menghitung jumlah pernafasan (inspirasi yang diikuti ekspirasi) dalam satu menit

b) Tujuan
1) Mengetahui frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan
2) Menilai kemampuan fungsi pernafasan
3) Mengetahui keadaan umum klien
4) Mengikuti perkembangan penyakit
5) Membantu menegakkan diagnosa
c) Persiapan Alat dan Bahan
1) Arloji atau penunjuk detik

2) Buku catatan pengukuran nadi dan alat tulis

d) Prosedur Kerja Pengukuran Pernafasan

LANGKAH-LANGKAH KEY POINT


1. Menjelaskan kepada klien tentang tindakan Menghilangkan ansietas klien
yang akan dilakukan
2. Mendekatkan alat ke samping klien
3. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan Mengurangi penyebaran
mikroorganisme

33
4. Letakkan lengan klien pada posisi rileks Posisi ini digunakan selama
menyilang abdomen atau dada bagian pengkajian nadi. Tangan anda
bawahnya, atau tempatkan tangan pemeriksa dan tangan klien naik dan turun
langsung pada abdomen atas klien bersamaan selama siklus
pernafasan. Pengukuran
pernafasan segera setelah
pengkajian nadi membuat
pengukuran tidak menyolok
5. Observasi siklus pernafasan lengkap (sekali Menjamin bahwa hitungan akan
inspirasi dan sekali ekspirasi) dimulai pada siklus pernafasan
normal
6. Setelah siklus terobservasi, lihat pada jarum Waktu dimulai dengan hitungan
detik jam tangan dan hitung frekuensinya satu
7. Jika irama teratur, hitung respirasi selama 30
detik dan kalikan dua
8. Jika pernafasan tidak teratur, hitung satu
menit penuh
9. Saat menghitung, catat kedalaman
pernafasan
10. Cuci tangan
11. Dokumentasikan pada catatan perawatan Mencatat tanda vital dengan
segera

34
PEMERIKSAAN PERNAPASAN

Topik Ketrampilan : Pemeriksaan Tanda-tanda Vital


Sub Topik : Pengukuran Suhu Tubuh
Sasaran / Tujuan : Setelah mengikuti demonstrasi mahasiswa dapat melakukan
pemeriksaan suhu tubuh sesuai dengan pedoman yang telah diberikan
Waktu : 60 menit
Alat dan Bahan : 3) Termometer air raksa/termometer elektrik siap pakai
4) Tiga buah botol :
a) Botol pertama berisi larutan sabun
b) Botol kedua berisi larutan desinfektan (clorin 0,5 %)
c) Botol ketiga berisi air bersih
5) Bengkok/Nierbbeken
6) Kertas Tissue
7) Sarung Tangan (apabila diperlukan)
8) Buku catatan suhu dan alat tulis
Buku Sumber : 4) Eny Retna Ambarwati dan Tri Sunarsih. 2011. KDPK Kebidanan
Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Nuha Medika
5) Anik Maryunani. 2011. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik
Kebidanan. Jakarta : CV Trans Info Media
6) Eni Kusyati. 2006. Ketrampilan dan Prosedur Laboratorium.
Jakarta : EGC
Metode : Praktik dan Demonstrasi

35
D. Mengukur Suhu Tubuh
Tabel suhu Tubuh Normal

Umur Suhu (Derajat Celcius)


3 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37,0
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
13 tahun 36,6

1. Mengukur suhu Oral


a) Definisi
Mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer yang ditempatkan di mulut
b) Tujuan
Mengetahui suhu klien untuk menentukan tindakan dan diagnosa.
Secara khusus tujuan pengukuran suhu tubuh, antara lain :
6) Untuk menegakkan data dasar untuk evaluasi selanjutnya
7) Untuk mengidentifikasi apakah suhu inti tubuh dalam batas normal
8) Untuk menentukan perubahan-perubahan pada suhu inti tubuh dalam berespon
terhadap terapi tertentu, seperti obat antipiretik, prosedur invasif, dan lain-lain
9) Untuk memonitor pasien yang berisiko terjadi ketidakseimbangan suhu tubuh,
misalnya pasien yang berisiko terjadi infeksi atau yang terpapar suhu sangat tinggi
atau rendah
c) Persiapan Alat dan Bahan
1) Termometer air raksa/termometer elektrik siap pakai

2) Tiga buah botol :


36
a) Botol pertama berisi larutan sabun
b) Botol kedua berisi larutan desinfektan (clorin 0,5 %)
c) Botol ketiga berisi air bersih
3) Bengkok/Nierbbeken

4) Kertas Tissue

5) Sarung Tangan (apabila diperlukan)

6) Buku catatan suhu dan alat tulis

d) Prosedur Kerja Pengukuran Suhu Tubuh Oral

LANGKAH-LANGKAH KEY POINT


12. Menjelaskan kepada klien tentang tindakan Menghilangkan ansietas klien
yang akan dilakukan
13. Mendekatkan alat ke samping klien
14. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan Mengurangi penyebaran
mikroorganisme

15. Menempatkan termometer dibawah lidah klien Panas dari pembuluh darah
dalam kantung sub lingual lateral ke tengah superfisial di bawah lidah

37
rahang bawah menghasilkan pembacaan suhu

16. Meminta klien menahan termometer dengan Mempertahankan posisi


bibir terkatup dan hindari pengigitan. Bila klien termometer yang tepat.
tidak mampu menahan termometer dalam Pecahnya termometer dapat
mulut maka pegangi termometer mencederai mukosa mulut dan
menyebabkan keracunan
merkuri

17. Biarkan termometer ditempat tersebut :


(a) Termometer air raksa : 2 – 3 menit
(b) Termometer digital : sampai sinyal
terdengar
18. Keluarkan termometer dengan hati-hati Tindakan yang hati-hati
mencegah ketidaknyamanan
klien
19. Bersihkan / lap termometer memakai tissue Mencegah kontak
dengan gerakan memutar dari atas ke arah mikroorganisme dengan
reservoir, kemudian buang tissue di bengkok tangan pemeriksa. Bagian
ujung termometer adalah area
paling sedikit terkontaminasi,
area reservoir adalah area
yang paling banyak
terkontaminasi
20. Baca air raksa atau digitnya

38
21. Bersihkan Termometer air raksa
22. Menurunkan tingkat air raksa/mengembalikan
termometer digital ke skala awal

23. Mengembalikan termometer pada tempatnya

24. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan


25. Mendokumentasikan hasil tindakan

Perhatian :
 Untuk pengukuran suhu oral ini, tunggu 20 – 30 menit setelah klien menelan
makanan/cairan panas/dingin, setelah merokok atau sehabis kegiatan yang
melelahkan
 Untuk mencegah bahaya yang mungkin terjadi, pengukuran di mulut ini tidak
boleh dilakukan pada klien bayi/anak, klien tidak sadar/gelisah
 Sewaktu menurunkan air raksa, hendaknya termometer dalam keadaan kering dan
hindarkan menyentuh sesuatu agar tidak pecah
 Pembacaan skala termometer harus sejajar dengan mata, putar termometer
sehingga kolom air raksa jelas terlihat, hal ini untuk menghindari hasil pembacaan
yang salah

39
2. Mengukur suhu Rektal
a) Definisi
Mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer yang ditempatkan di anus
b) Persiapan Alat dan Bahan
1) Termometer air raksa/termometer elektrik siap pakai
2) Vaselin/pelumas larut air

3) Tiga buah botol :


(a) Botol pertama berisi larutan sabun
(b) Botol kedua berisi larutan desinfektan (clorin 0,5 %)
(c) Botol ketiga berisi air bersih
4) Bengkok/Nierbbeken
5) Sarung Tangan
6) Buku catatan suhu dan alat tulis

c) Prosedur Kerja Pengukuran Suhu Tubuh Rektal


LANGKAH-LANGKAH KEY POINT
1. Menjelaskan kepada klien tentang tindakan yang Menghilangkan ansietas klien
akan dilakukan
2. Mendekatkan alat ke samping klien
3. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan Mengurangi penyebaran
mikroorganisme
4. Memasang tirai atau menutup gorden/pintu Menjaga privacy klien dan
ruangan meminimalkan rasa malu
5. Membuka pakaian bagian bawah
6. Mengatur posisi klien Memberikan pemajanan
(a) Dewasa : sims atau miring dan kaki sebelah optimal area anal untuk
atas ditekuk ke atas perut penempatan termometer
dengan tepat

40
(b) Bayi / anak : tengkurap atau terlentang

7. Melumasi ujung termometer dengan vaselin Pelumas akan meminimalkan


sekitar 2,5 – 3,5 cm untuk orang dewasa dan 1,2 trauma terhadap mukosa
– 2,5 cm untuk bayi/anak-anak rektal selama memasukkan
termometer
8. Membuka anus dengan menaikkan bokong atas Peregangan bokong total
dengan tangan kiri (untuk orang dewasa). Bila akan memajankan anus
bayi tengkurap di tempat tidur, regangkan kedua
bokong dengan jari-jari
9. Minta klien menarik nafas dalam dan Nafas dalam membantu untuk
masukkan termometer secara perlahan ke merelaksasi sfingter ani.
dalam anus sekitar 3,5 pada orang dewasa dan Pemasukan secara perlahan
pada bayi 1,2 – 2,5 cm mencegah trauma pada
mukosa atau patahnya
termometer.
10. Pegang termometer ditempatnya selama 2 – 3 Dengan memegang
menit (orang dewasa) dan 5 menit (untuk termometer, cedera pada klien
bayi/anak-anak) dapat dihindari. Pemasangan
yang optimal adalah 2 – 3
menit
11. Keluarkan termometer dengan hati-hati Tindakan yang hati-hati
mencegah ketidaknyamanan
klien
12. Bersihkan / lap termometer memakai tissue Mencegah kontak
dengan gerakan memutar dari atas ke arah mikroorganisme dengan
41
reservoir, kemudian buang tissue di bengkok tangan pemeriksa. Bagian
ujung termometer adalah area
paling sedikit terkontaminasi,
area reservoir adalah area
yang paling banyak
terkontaminasi
13. Baca air raksa atau digitnya
14. Membersihkan area anal untuk membersihkan Memberikan kenyamanan pada
pelumas atau faeces dan merapikan klien klien
15. Bersihkan Termometer air raksa
16. Menurunkan tingkat air raksa/mengembalikan
termometer digital ke skala awal
17. Mengembalikan termometer pada tempatnya
18. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan Menurunkan transmisi
mikroorganisme
19. Mendokumentasikan hasil tindakan

3. Mengukur suhu Axila


a) Definisi
Mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer yang ditempatkan di mulut
b) Persiapan Alat dan Bahan
1) Termometer air raksa/termometer elektrik siap pakai
2) Tiga buah botol :
(a) Botol pertama berisi larutan sabun
(b) Botol kedua berisi larutan desinfektan (clorin 0,5 %)
(c) Botol ketiga berisi air bersih
3) Bengkok/Nierbbeken
4) Sarung Tangan (apabila diperlukan)
5) Buku catatan suhu dan alat tulis

c) Prosedur Kerja Pengukuran Suhu Tubuh Aksila

LANGKAH-LANGKAH KEY POINT


1. Menjelaskan kepada klien tentang tindakan Menghilangkan ansietas klien
yang akan dilakukan
42
2. Mendekatkan alat ke samping klien
3. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan Mengurangi penyebaran
mikroorganisme
4. Memasang tirai atau menutup gorden/pintu Menjaga privacy klien dan
ruangan meminimalkan rasa malu
5. Membantu klien untuk duduk atau posisi Memberikan pemajanan
berbaring terlentang. Buka pakaian pada lengan optimal pada daerah ketiak
klien
6. Menempatkan termometer di tengah ketiak, Mempertahankan posisi yang
turunkan lengan dan silangkan lengan bawah tepat dari termometer di atas
klien pembuluh darah aksila

7. Biarkan termometer di tempat tersebut :


(a) Termometer air raksa : 5 – 10 menit
(b) Termometer digital : sampai sinyal
terdengar
8. Bersihkan / lap termometer memakai tissue Mencegah kontak
dengan gerakan memutar dari atas ke arah mikroorganisme dengan tangan
reservoir, kemudian buang tissue di bengkok pemeriksa. Bagian ujung
termometer adalah area paling
sedikit terkontaminasi, area
reservoir adalah area yang
paling banyak terkontaminasi
9. Baca air raksa atau digitnya
10. Bersihkan Termometer air raksa
11. Menurunkan tingkat air raksa/mengembalikan
termometer digital ke skala awal
12. Mengembalikan termometer pada tempatnya
13. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan Menurunkan transmisi
mikroorganisme
14. Mendokumentasikan hasil tindakan

43 :
Cara membersihkan termometer air raksa
 Tujuan :
 Mencegah penyebaran mikroorganisme
 Prosedur pelaksanaan :
 Pegang termometer dengan tangan kiri dan ambil tissue kemudian basahi dengan
air sabun
DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN TTV
No PROSEDUR Cek
1 2 3
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan pada pasien.

2 Membersihkan alat (termometer) dengan alcohol

3 Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan

PEMERIKSAAN SUHU
4 Mempersiapkan termometer dan mengecek apakah air raksa

menunjukkan angka dibawah 350C.


5 Memasang termometer pada aksila, rectal atau oral.

6 Memasang termometer pada tempat tersebut selama kurang lebih 3-5


menit.
PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH
7 Menyiapkan pasien dalam posisi duduk atau tidur telentang,
pemeriksa berada di samping kanan pasien.
8 Mempersiapkan tensimeter dan memasang manset pada lengan atas
pasien.
9 Meraba nadi arteri brachialis/radialis dan memompa tensimeter
sampai tidak teraba denyutan.
10 Menaikkan tekanan tensimeter 30 mmHg diatasnya, dan
melonggarkan cuff sampai teraba kembali denyutan arteri
brachialis/radialis (tekanan sistolik palpatoir).

11 Mengosongkan udara pada manset sampai tekanan 0

44
12 Memasang membran stetoskop pada fossa cubiti dan memompa
bladder sampai tekanan sistolik palpatoir ditambah 30 mmHg.

13 Melonggarkan kunci pompa perlahan-lahan 2-3 mmHg dan


menentukan tekanan sistolik dan diastolik.
14 Melepas manset
PEMERIKSAAN NADI
15 Meraba arteri radialis dengan cara meletakkan 2 jari (jari telunjuk
dan jari tengah) atau 3 jari (jari telunjuk, jari tengah dan jari manis)
pada pulsasi radial dan sedikit ditekan.

16 Menilai frekuensi, irama, pengisian arteri/nadi serta elastisitas


dinding arteri bergantian pada pergelangan tangan kanan dan kiri,
kemudian dibandingkan.
PEMERIKSAAN PERNAFASAN

17 Melakukan pemeriksaan pernafasan dengan inspeksi dinding dada


atau

18 palpasi
Menilaiatau auskultasi.
frekuensi pernafasan per menit dan irama pernafasan

19 Membaca hasil, interpretasi dan memberitahukan hasil pemeriksaan


vital sign pada penderita.
20 Mencuci tangan sesudah pemeriksaan.

45
DAFTAR PUSTAKA

Bate’s Guide To Physical Examination And History Taking, electronic version.

Cameron J.R., Skofronick J.G., Grant R.M. 2006. Fisika Tubuh Manusia. Ed. 2.

Jakarta : Sagung Seto, pp : 124-125

Guyton and Hall. 2007. Fisiologi kedokteran. Ed. 9. Jakarta : EGC, pp : 221-222

Robert M. S., William J. R., and Karen S. Q. Pshychophysiological recording,

electronic version

46

Anda mungkin juga menyukai