DIK
PEMERIKSAAN TANDA-TANDA
VITAL
Dosen Pengampuh
Hadriani, SST.,M.Keb
DiSusun Oleh
Lulu Azzahra
PO7124318043
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas membuat modul, job sheet
dan daftar tilik mengenai “Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital” yang telah membawa
saya pada suatu pemahaman yang lebih mendalam mengenai metari tersebut.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan materi ini masih banyak kekurangan baik
dalam bentuk, isi maupun penyusunannya. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang
selanjutnya.
Semoga apa yang saya paparkan dalam materi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan menambah wawasan kita semua. Dan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi...............................................................................................................iii
A. Pendahuluan...............................................................................................1
B. Tujuan Pembelajaran.................................................................................1
Job Sheet
C. Pengukuran Pernapasan.............................................................................32
D. Pengukuran Suhu.......................................................................................35
DAFTAR TILIK..................................................................................................45
DAFTAR PUSRTAKA.......................................................................................47
iii
MODUL
PEMERIKSAAN TANDA VITAL
(VITAL SIGN)
A. PENDAHULUAN
Untuk menegakkan diagnosis, setelah dilakukan anamnesis berikutnya
adalah pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dimulai dengan pemeriksaan kesan
umum, tanda vital dan kemudian analisis sistem organ secara sistematis.
Pemeriksaan ini sangat penting dalam menilai sistem berbagai organ yang
bekerja dalam tubuh seseorang.
Pemeriksaan tanda vital terdiri dari pemeriksaan tekanan darah, nadi, laju
pernafasan (respiratory rate) dan suhu. Semua komponen tersebut harus dinilai
pada saat melakukan pemeriksaan fisik. Hasil yang didapat dari pemeriksaan ini
dapat mengarahkan dokter dalam melakukan pemeriksaan lebih lanjut, guna
menegakkan diagnosis pada seseorang penderita.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Diharapkan setelah melakukan kegiatan keterampilan pemeriksaan
Tanda Vital ini, mahasiswa mampu :
1. Mengenal alat-alat pemeriksaan fisik umum (pen light, stetoskop dewasa,
anak, dan bayi, thermometer, sphygmomanometer, manset tensimeter)
2. Melakukan pemeriksaan tekanan darah.
3. Melakukan pemeriksaan nadi.
4. Melakukan pemeriksaan frekuensi pernapasan.
5. Melakukan pemeriksaan suhu tubuh.
6. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan tanda vital dengan benar.
1
C. PEMERIKSAAN TANDA VITAL
Pemeriksaan tanda vital terdiri dari pemeriksaan : tekanan
bawah ini.
2
a. Prinsip Pengukuran :
3
b. Jenis tekanan darah:
1) Tekanan darah sistolik
Tekanan darah sistolik yaitu tekanan maksimum dinding arteri
pada saat kontraksi ventrikel kiri.
2) Tekanan darah diastolic
Tekanan darah diastolik yaitu tekanan minimum dinding arteri
pada saat relaksasi ventrikel kiri.
3) Tekanan arteri atau tekanan nadi.
Tekanan nadi yaitu selisih antara tekanan sistolik dan diastolik.
c. Prosedur pemeriksaan :
1) Pemilihan sphymomanometer (blood pressure cuff)
Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk
pengukuran tekanan darah, yang terdiri dari cuff, bladder dan alat
ukur air raksa. Dalam melakukan pemeriksaan ini harus diperhatikan
:
Lebar dari bladder kira-kira 40 % lingkar lengan atas (12 - 14 cm
pada dewasa).
Panjang bladder kira-kira 80 % lingkar lengan atas.
Sphygmomanometer harus dikalibrasi secara rutin.
4
Bladder Cuff
5
Istirahat sekitar 5 menit setelah melakukan aktifitas fisik ringan.
Lengan yang diperiksa harus bebas dari pakaian.
Raba arteri brachialis dan pastikan bahwa pulsasinya cukup.
Pemeriksaan tekanan darah bisa dilakukan dengan posisi pasien
berbaring, duduk, maupun berdiri tergantung dari tujuan
pemeriksaan. Hasil pemeriksaan tersebut dipengaruhi oleh posisi
pasien.
Posisikan lengan sedemikian sehingga arteri brachialis kurang
lebih pada level setinggi jantung.
Jika pasien duduk, letakkan lengan pada meja sedikit diatas
pinggangdan kedua kaki menapak di lantai.
Apabila menggunakan tensimeter air raksa, usahakan agar posisi
manometer selalu vertikal, dan pada waktu membaca hasilnya,
mata harus berada segaris horisontal dengan level air raksa.
Pengulangan pengukuran dilakukan beberapa menit setelah
pengukuran pertama.
6
Tabel 1. Bunyi Korotkoff
Bunyi Korotkoff Desk
Fase 1 Bunyi pertama yang terdengar
ripsi setelah tekanan cuff
diturunkan
7
Gambar 5. Memasang bladder/manset
b) Auskultatoir
Pastikan membran stetoskop terdengar suara saat diketuk dengan jari.
Letakkan membran stetoskop pada fossa cubiti tepat di atas arteri
brachialis.
8
Gambar 6. Memompa bladder/ manset
Tabel 2. Penilaian tekanan darah berdasarkan The Joint National Committe VII
(JNC-VII)
Tekanan Sistolik Tekanan
(mmHg)
KlasifikasiTekananDarah Diastolik
9
Hipertensi Stage 2 >160 atau >
1
Kesalahan yang sering terjadi pada saat pengukuran tekanan darah :
Ukuran bladder dan cuff tidak tepat (terlalu kecil atau terlalu besar).
Bila terlalu kecil, tekanan darah akan terukur lebih tinggi dari yang
sebenarnya, dan sebaliknya bila terlalu besar.
Pemasangan bladder dan cuff terlalu longgar, tekanan darah terukur
lebih tinggi dari yang seharusnya.
Pusat cuff tidak berada di atas arteri brachialis.
Cuff dikembangkan terlalu lambat, mengakibatkan kongesti vena,
sehingga bunyi Korotkoff tidak terdengar dengan jelas.
Saat mencoba mengulang pemeriksaan, kembali menaikkan tekanan
cuff tanpa mengempiskannya dengan sempurna atau re-inflasi cuff
terlalu cepat. Hal ini mengakibatkan distensi vena sehingga bunyi
Korotkoff tidak terdengar dengan jelas.
2. Pemeriksaan nadi/arteri
Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (dari ventrikel
kiri) dan ke paru (dari ventrikel kanan). Melalui ventrikel kiri, darah
disemburkan melalui aorta dan kemudian diteruskan ke arteri di seluruh
tubuh. Sebagai akibatnya, timbullah suatu gelombang tekanan yang bergerak
cepat pada arteri dan dapat dirasakan sebagai denyut nadi. Dengan
menghitung frekuensi denyut nadi, dapat diketahui frekuensi denyut jantung
dalam 1 menit.
a. Prosedur pemeriksaan nadi/arteri radialis :
Penderita dapat dalam posisi duduk atau berbaring. Lengan dalam
posisi bebas dan rileks.
10
Periksalah denyut arteri radialis di pergelangan tangan dengan
cara meletakkan jari telunjuk dan jari tengah atau 3 jari (jari
telunjuk, tengah dan manis) di atas arteri radialis dan sedikit
ditekan sampai teraba pulsasi yang kuat.
Penilaian nadi/arteri meliputi: frekuensi (jumlah) per menit,
irama (teratur atau tidaknya), pengisian, dan dibandingkan antara
arteri radialis kanan dan kiri .
Bila iramanya teratur dan frekuensi nadinya terlihat normal dapat
dilakukan hitungan selama 15 detik kemudian dikalikan 4, tetapi bila
iramanya tidak teratur atau denyut nadinya terlalu lemah, terlalu pelan
atau terlalu cepat, dihitung sampai 60 detik.
Apabila iramanya tidak teratur (irregular) harus dikonfirmasi
dengan pemeriksaan auskultasi jantung (cardiac auscultation) pada
apeks jantung.
11
nadi lebih jelas jika diraba pada pembuluh yang lebih besar, misalnya
arteri karotis.
Catatan : pada pemeriksaan nadi/arteri karotis kanan dan kiri tidak
boleh bersamaan.
Gambar 9a.
Pemeriksaan pulsasi arteri brachialis pada orang dewasa dan anak
12
Gambar 9b.
Pemeriksaan pulsasi arteri femoralis
Gambar 9c.
Pemeriksaan pulsasi arteri tibialis posterior.
Gambar 9d.
Pemeriksaan pulsasi arteri dorsalis pedis
13
Hasil pemeriksaan nadi/arteri :
Jumlah frekuensi nadi per menit (Normal pada dewasa : 60-100 kali/menit)
Takikardia bila frekuensi nadi > 100 kali/menit, sedangkan bradikardia bila
frekuensi nadi< 60 kali/menit
Irama nadi: Normal irama teratur
Pengisian : tidak teraba, lemah, cukup (normal), kuat, sangat kuat
Kelenturan dinding arteri : elastis dan kaku.Perbandingan nadi/arteri kanan dan
kiri (Normal : nadi kanan dan kiri sama)
Perbandingan antara frekuensi nadi/arteri dengan frekuensi denyut jantung
(Normal :tidak ada perbedaan).
14
pada auskultasi saat pengukuran tekanan darah, dimana pulsus terdengar
melemah saat inspirasi, dan biasanya tak melebihi 10 mmHg. Bisa pula disertai
penurunan tekanan vena jugularis saat inspirasi, misalnya pada gangguan restriksi
pada effusi perikardium, tamponade perikardium, konstriksi perikard, sindrom vena
kava superior, atau emfisema paru.
3. Pemeriksaan Pernapasan
Bernafas adalah suatu tindakan involunter (tidak disadari), diatur oleh batang otak
dan dilakukan dengan bantuan otot-otot pernafasan, Saat inspirasi, diafragma dan otot-otot
interkostalis berkontraksi, memperluas kavum thoraks dan mengembangkan paru-paru.
Dinding dada akan bergerak ke atas, ke depan dan ke lateral, sedangkan diafragma
terdorong kebawah. Saat inspirasi berhenti, paru-paru kembali mengempis, diafragma
naik secara pasif dan dinding dada kembali ke posisi semula.
Persiapan pemeriksaan :
a. Pasien dalam keadaan tenang, posisi tidur terlentang.
b. Dokter meminta ijin kepada pasien untuk membuka baju bagian atas.
Cara pemeriksaan frekuensi pernapasan:
Pemeriksaan inspeksi : perhatikan gerakan nafas pasien secara menyeluruh
tanpa pasien mengetahui saat kita menghitung frekuensi nafasnya. Posisi pemeriksa
ada di bottom penderita di dekat telapak kaki pasien atau di samping kanan.
Pada inspirasi, perhatikan : gerakan iga ke lateral, pelebaran sudut epigastrium,
adanya retraksi dinding dada (supraklavikuler, suprasternal, interkostal,
epigastrium), penggunaan otot-otot pernafasan aksesoria serta penambahan ukuran
anteroposterior rongga dada.
Pada ekspirasi, perhatikan : masuknya kembali iga, menyempitnya sudut
epigastrium dan pengurangan diameter anteroposterior rongga dada.
Pemeriksaan palpasi : pemeriksa meletakkan telapak tangan untuk merasakan
naik turunnya gerakan dinding dada.
Pemeriksaan auskultasi : menggunakan membran stetoskop diletakkan pada
dinding dada di luar lokasi bunyi jantung. Pemeriksaan ini digunakan sebagai
konfirmasi dari inspeksi yang telah dilakukan.
15
c. Interpretasi pemeriksaan frekuensi dan irama pernapasan :
Frekuensi : Hitung frekuensi pernafasan selama 1 menit dengan inspeksi.
Pemeriksa juga dapat melakukan konfirmasi pemeriksaan dengan cara palpasi atau
menggunakan stetoskop. Gerakan naik (inhalasi) dan turun (ekshalasi) dihitung 1
frekuensi napas. Normalnya frekuensi nafas orang dewasa sekitar 14 – 20 kali
per menit dengan pola nafas yang teratur dan tenang.
Irama pernapasan : reguler atau ireguler
Gambar 10b.
Termometer oral/aksila
Pemeriksaan suhu dapat dilakukan di mulut (gambar 11), aksila (gambar 12) atau
rektal (gambar 13), dan ditunggu selama 3–5 menit. Pemeriksaan suhu dilakukan dengan
menggunakan termometer baik dengan glass thermometer atau electronic thermometer. Bila
menggunakan glass thermometer, sebelum digunakan air raksa pada termometer harus
dibuat sampai menunjuk angka 350C atau dibawahnya.
Pengukuran suhu oral biasanya lebih mudah dan hasilnya lebih tepat, tetapi
termometer air raksa dengan kaca tidak seyogyanya dipakai untuk pengukuran suhu oral,
yaitu pada penderita yang tidak sadar, gelisah atau tidak kooperatif, tidak dapat menutup
mulutnya atau pada bayi dan orang tua.
16
Prosedur Pemeriksaan Suhu secara Oral :
Turunkan air raksa sedemikian sehingga air raksa pada termometer menunjuk angka
Rata-rata suhu normal dengan pengukuran oral adalah 37 0C. Suhu rektal lebih
tinggi daripada suhu oral ±0,4 -0,5 0C. Suhu aksila lebih rendah dari suhu oral sekitar 0,5
0C - 1 0.
17
JOB SHEET / PANDUAN BELJAR PEMERIKSAN
TTV
18
3) Eni Kusyati. 2006. Ketrampilan dan Prosedur Laboratorium.
Jakarta : EGC
Metode : Praktik dan Demonstrasi
3) Stetoskop
4) Kapas alkohol
5) Bengkok/Nierbbeken
20
d) Prosedur Kerja Pengukuran Tekanan Darah
Posisi Duduk
Posisi berbaring
5. Buka pakaian yang menutupi lengan atas Memastikan ketepatan letak
manset
6. Palpasi arteri brakialis dan tempatkan manset Stetoskop akan diletakkan di
2,5 cm di atas sisi denyut arteri brakialis atas arteri tanpa menyentuh
manset
7. Pusatkan anak panah yang tertera pada manset Penempatan manset yang
ke arteri brakialis dan lingkarkan manset pada longgar menyebabkan hasil
21
lengan atas secara rapi dan tidak ketat pengukuran tinggi yang salah
22
14. Pompa manset sampai tekanan 30 mmHg Memastikan ketepatan
diatas hasil palpasi sistolik klien pengukuran sistolik
15. Buka katup secara perlahan sehingga Penurunan air raksa yang
memungkinkan air raksa turun rata-rata 2 – 3 terlalu cepat atau terlalu
mm Hg per detik lambat dapat menyebabkan
pembacaan hasil pengukuran
yang salah
16. Perhatikan titik pada manometer saat bunyi Bunyi korotkoff pertama
pertama jelas terdengar menandakan tekanan sistolik
17. Lanjutkan membuka katup secara bertahap dan Bunyi korotkoff keempat
perhatikan titik hilangnya bunyi sebagai tekanan diastolik pada
orang dewasa
18. Kempiskan manset dengan cepat dan total Pengembangan terus-menerus
menyebabkan oklusi arteri dan
matirasa serta kesemutan pada
lengan klien
Mencegah kongesti vena dan
19. Jika prosedur diulang tunggu sampai 30 detik
pembacaan tinggi yang salah
20. Buka manset dan lipat serta simpan dengan Pemeliharaan yang tepat
23
baik terhadap alat memengaruhi
keakuratan instrumen
21. Tutup lengan atas dan bantu klien untuk posisi Mempertahankan kenyamanan
yang diinginkan klien
Mengontrol penyebaran
22. Desinfeksi bagian telinga (ear piece) stetoskop
mikroorganisme bila petugas
dan bagian diafragma stetoskop dengan kapas
saling bergantian
alkohol.
menggunakan stetoskop
Meningkatkan partisipasi
23. Informasikan hasil kepada klien
dalam perawatan
24. Mencuci tangan
25. Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan Pencatatan tanda vital dengan
perawatan segera
Perhatian :
Hindari pengukuran pada ekstremitas yang terpasang infus, pirau arteriovena,
adanya trauma, adanya paralisis/paresis, tertutup gips
Pengukuran tekanan darah sebaiknya tidak dilakukan setelah melakukan latihan dan
merokok. Tunggu 30 menit sebelum pengukuran
Jika akan mengulang prosedur pengukuran, tunggu 30 detik
24
PEMERIKSAAN DENYUT NADI
26
Nadi bisa diukur pada sembilan (9) tempat berikut ini :
1. Temporalis
a) Temporalis merupakan tempat dimana arteri temporalis melewati tulang temporalis
pada kepala
b) Tempat ini terletak di bagian atas (superior) dan sisi (lateral) dari mata
c) Tempat ini digunakan untuk mengukur nadi apabila nadi radialis tidak dapat digunakan
untuk mengukur nadi
2. Karotid/karotis
a) Karotid, terletak di sisi leher dimana arteri karotid berjalan diantara trakhea dan otot
sternokleidomastoideus
b) Nadi karotid ini digunakan pada kasus-kasus pasien dengan henti jantung (cardiac
arrest)
3. Apikal
a) Apikal, terletak di apeks jantung
b) Pada orang dewasa, apikal terletak di sisi kiri dada, sekitar 8 cm di kiri sternum dan
ruang interkostal (ruang antar iga 4,5 atau 6)
c) Pada anak-anak usia 7 sampai 9 tahun, nadi apikal terletak pada ruang interkostal ke
empat atau ke lima
d) Sebelum usia 4 tahun, nadi apikal terletak di sebelah kiri garis midklavikula
e) Pada anak usia 6 tahun, nadi apikal tepat berada di garis midklavikula
f) Nadi apikal ini, digunakan :
(1) Secara rutin untuk pemeriksaan nadi pada bayi dan anak-anak sampai usia 3 tahun
27
(2) Juga digunakan untuk menentukan ketidaksesuaian dengan nadi radial
4. Brakhialis
a) Nadi brakhial terletak pada bagian dalam otot biseps pada tangan atau bagian tengah
pada ruang antekubital
b) Digunakan untuk mengukur tekanan darah
c) Digunakan selama henti jantung (cardiac arrest) pada bayi
5. Radialis
a) Pada nadi radialis, terdapat arteri radialis yang berjalan disepanjang tulang radial, di sisi
ibu jari sebelah dalam pergelangan tangan
b) Paling mudah digunakan untuk mengukur nadi
6. Femoralis
a) Pada nadi femoralis, terdapat arteri femoralis melewati sepanjang ligament inguinal
b) Digunakan pada kasus-kasus henti jantung (cardiac arrest)
c) Digunakan untuk bayi dan anak-anak
d) Digunakan untuk menentukan sirkulasi pada kaki
7. Popliteal
a) Pada nadi popliteal, terdapat arteri popliteal melewati di belakang lutut
b) Digunakan untuk menentukan sirkulasi pada kaki bagian bawah
8. Tibial Posterior
a) Tibial posterior, terletak pada permukaan medial/tengah pergelangan kaki (ankle) di
mana arteri tibial posterior melewati di belakang malleolus medialis/bagian tengah
b) Digunakan untuk menentukan sirkulasi pada telapak kaki
9. Dorsalis Pedis
a) Pada dorsalis pedis, terdapat arteri dorsalis pedis yang melewati tulang pada telapak
kaki, pada garis imajiner yang ditarik dari pertengahan kaki sampai ruang antara ibu jari
kaki dan jari kedua kaki
b) Tempat bagian radial ini paling umum digunakan pada orang dewasa
c) Dorsalis pedis ini mudah ditemukan dan mudah digunakan
d) Secara umum, digunakan untuk menentukan sirkulasi pada kaki
10. Mengukur Denyut Nadi Radialis
a) Definisi
28
Menghitung frekuensi darah yang dapat teraba pada berbagai titik tubuh) melalui
perabaan pada nadi
b) Tujuan
4) Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan kekuatan) dalam satu menit
5) Mengetahui keadaan umum klien
6) Mengetahui integritas sistem kardiovaskuler
7) Mengikuti perjalanan penyakit
c) Persiapan Alat dan Bahan
1) Arloji atau penunjuk detik
29. Bantu klien ke posisi telentang atau duduk Posisi yang tepat akan
Jika telentang, letakkan tangannya memajankan arteri radial
menyilang di dada bawahnya dengan sehingga dapat dipalpasi
pergelangan terbuka dan telapak tangan ke dengan baik
bawah
Jika duduk, tekuk sikunya 90⁰ dan sangga
lengan bawahnya di atas kursi atau tangan
29
pemeriksa. Julurkan pergelangan dengan
telapak tangan ke bawah
30. Tempatkan dua atau tiga jari tangan pemeriksa Ujung jari adalah bagian
di atas lekukan radial searah ibu jari, sisi indera peraba yang sensitif.
dalam pergelangan tangan klien Jangan memalpasi dengan ibu
jari karena anda akan
merasakan denyut anda sendiri
31. Berikan tekanan ringan di atas radius, abaikan Nadi lebih akurat dikaji dengan
denyutan awal kemudian rilekskan tekanan tekanan sedang. Penekanan
sehingga denyutan menjadi mudah dipalpasi yang terlalu kuat menghambat
nadi dan mengganggu aliran
darah
30
31
PEMERIKSAAN PERNAPASAN
C. Mengukur Pernafasan
32
Bradipnea Frekuensi pernafasan lambat yang abnormal, irama teratur
Takipnea Frekuensi pernafasan cepat yang abnormal
Hiperpnea Pernafasan cepat dan dalam
Apnea Tidak ada pernafasan
Cheyne Stokes Periode pernafasan cepat dalam bergantian dengan periode
apnea, umumnya pada bayi dan anak selama tidur nyenyak,
depresi, dan kerusakan otak
Kusmaul Nafas dalam yang abnormal bisa cepat, normal atau lambat,
umumnya pada asidosis metabolik
Biot Nafas tidak teratur, menunjukkan adanya kerusakan otak bagian
bawah dan depresi pernafasan
1. Mengukur Pernafasan
a) Definisi
Menghitung jumlah pernafasan (inspirasi yang diikuti ekspirasi) dalam satu menit
b) Tujuan
1) Mengetahui frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan
2) Menilai kemampuan fungsi pernafasan
3) Mengetahui keadaan umum klien
4) Mengikuti perkembangan penyakit
5) Membantu menegakkan diagnosa
c) Persiapan Alat dan Bahan
1) Arloji atau penunjuk detik
33
4. Letakkan lengan klien pada posisi rileks Posisi ini digunakan selama
menyilang abdomen atau dada bagian pengkajian nadi. Tangan anda
bawahnya, atau tempatkan tangan pemeriksa dan tangan klien naik dan turun
langsung pada abdomen atas klien bersamaan selama siklus
pernafasan. Pengukuran
pernafasan segera setelah
pengkajian nadi membuat
pengukuran tidak menyolok
5. Observasi siklus pernafasan lengkap (sekali Menjamin bahwa hitungan akan
inspirasi dan sekali ekspirasi) dimulai pada siklus pernafasan
normal
6. Setelah siklus terobservasi, lihat pada jarum Waktu dimulai dengan hitungan
detik jam tangan dan hitung frekuensinya satu
7. Jika irama teratur, hitung respirasi selama 30
detik dan kalikan dua
8. Jika pernafasan tidak teratur, hitung satu
menit penuh
9. Saat menghitung, catat kedalaman
pernafasan
10. Cuci tangan
11. Dokumentasikan pada catatan perawatan Mencatat tanda vital dengan
segera
34
PEMERIKSAAN PERNAPASAN
35
D. Mengukur Suhu Tubuh
Tabel suhu Tubuh Normal
4) Kertas Tissue
15. Menempatkan termometer dibawah lidah klien Panas dari pembuluh darah
dalam kantung sub lingual lateral ke tengah superfisial di bawah lidah
37
rahang bawah menghasilkan pembacaan suhu
38
21. Bersihkan Termometer air raksa
22. Menurunkan tingkat air raksa/mengembalikan
termometer digital ke skala awal
Perhatian :
Untuk pengukuran suhu oral ini, tunggu 20 – 30 menit setelah klien menelan
makanan/cairan panas/dingin, setelah merokok atau sehabis kegiatan yang
melelahkan
Untuk mencegah bahaya yang mungkin terjadi, pengukuran di mulut ini tidak
boleh dilakukan pada klien bayi/anak, klien tidak sadar/gelisah
Sewaktu menurunkan air raksa, hendaknya termometer dalam keadaan kering dan
hindarkan menyentuh sesuatu agar tidak pecah
Pembacaan skala termometer harus sejajar dengan mata, putar termometer
sehingga kolom air raksa jelas terlihat, hal ini untuk menghindari hasil pembacaan
yang salah
39
2. Mengukur suhu Rektal
a) Definisi
Mengukur suhu badan dengan menggunakan termometer yang ditempatkan di anus
b) Persiapan Alat dan Bahan
1) Termometer air raksa/termometer elektrik siap pakai
2) Vaselin/pelumas larut air
40
(b) Bayi / anak : tengkurap atau terlentang
43 :
Cara membersihkan termometer air raksa
Tujuan :
Mencegah penyebaran mikroorganisme
Prosedur pelaksanaan :
Pegang termometer dengan tangan kiri dan ambil tissue kemudian basahi dengan
air sabun
DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN TTV
No PROSEDUR Cek
1 2 3
1 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan pada pasien.
PEMERIKSAAN SUHU
4 Mempersiapkan termometer dan mengecek apakah air raksa
44
12 Memasang membran stetoskop pada fossa cubiti dan memompa
bladder sampai tekanan sistolik palpatoir ditambah 30 mmHg.
18 palpasi
Menilaiatau auskultasi.
frekuensi pernafasan per menit dan irama pernafasan
45
DAFTAR PUSTAKA
Cameron J.R., Skofronick J.G., Grant R.M. 2006. Fisika Tubuh Manusia. Ed. 2.
Guyton and Hall. 2007. Fisiologi kedokteran. Ed. 9. Jakarta : EGC, pp : 221-222
electronic version
46