Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TANDA-TANDA VITAL

DOSEN : NS.Hariati,M.Kep
JUDUL : TANDA-TANDA VITAL

DI SUSUN OLEH

NAMA: ROUDATUL CHAZALI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA


Kata pengantar

Puji syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa atas segala
rahmat dan kebaikannya, sehingga dengan segala keterbatasan waktu, tenaga, pikiran
yang penulis miliki, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini dibuat sebagai tugas dalam mata kuliah pemenuhan kebutuhan dasar
manusia. Sebagai manusia biasa, penulis sadar bahwa makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan karena suatu pemikiran yang sangat terbatas. Penulis mengharapkan bahwa
ini dapat bermanfaat dan diterima oleh semua pihak.

Segala kebenaran datangnya dari tuhan yang maha esa dan kesalahan datangnya dari
hambanya, oleh karena itu, penulis mengharpkan saran dan kritik yang dapat membangun
serta bimbingannya untuk perbaikan pada penyusunan makalah berikutnya.

DELITUA, DESEMBER 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1

1.1.Latar belakang ..............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................................2

2.1 Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital....................................................................................2

2.1.1.Tekanan Darah...........................................................................................................2

2.1.2.Suhu Tubuh ...............................................................................................................2

2.1.3. Denyut Nadi..............................................................................................................2

2.1.4. Respirasi ...................................................................................................................2

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................3

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................3

3.2 Saran .............................................................................................................................3


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Makalah ini ditujukan khusus bagi Mahasiswa Keperawatan yang dapat menggunakan
makalah ini sebagai pedoman dalam pembelajaran keperawatan Dasar dengan
materi Pengukuran tanda-tanda vital dan Pemeriksaan fisik yang nantinya
bermanfaat untuk mahasiswa keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan
bagi pasien dalam melakukan kajian pemeriksaan fisik dan pengukuran tanda vital.
Makalah ini diperbuat sebagai bahan pembelajaran juga untuk lebih memahami
materi yang diajarkan oleh Dosen dan juga untuk lebih tau dalam melakukan
tindakan pengkajian fisik dengan teknik inspeksi, palpasi, Auskultasi, perkusi mulai
dari kepala hingga kaki dan juga pengukuran tanda vital (tekanan darah, suhu,
respirasi,polls)
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 . PENGUKURAN TANDA VITAL


Tanda-tanda vital merupakan parameter tubuh yang terdiri dari tekanan
darah, denyut nadi, laju pernafasan, dan suhu tubuh. Disebut tanda vital
karena penting untuk menilai fungsi fisiologis organ vital
tubuh.Pengukuran tanda vital atau vital sign pada pasien baik pasien
baru maupun pasien lama merupakan hal yang sangat penting, oleh
karena dengan pengukuran tanda vital perawat ataupun dokter akan
mengetahui kondisi pasienbaik kemajuan kesehatan pasien maupun
kemunduran kondisi kesehatan pasien. Maju mundurnya perkembangan
kesehatan pasien sangat ditentukan oleh cepat lambatnya dalam
mengobservasi keadaan dari tanda tanda vital tersebut.

A. Tekanan Darah
Tekanan darah arteri adalah tekanan atau gaya lateral yang bekerja
pada dinding pembuluh darah, tekanan ini berubah sepanjang siklus
jantung. Atau ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa
tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh jantung pada saat
memompa dan menggerakkan darah ke seluruh bagian tubuh.
Tekanan tertinggi terjadi saat ejeksi jantung dan disebut tekanan
sistolik. Sedangkan titik terendahnya disebut diastolic. Faktor-faktor
yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung, tahanan
pembuluh darah tepi, volume darah total, viskositas darah, dan
kelenturan dinding arteri. Curah jantung merupakan tahanan
pembuluh darah yang memiliki pengaruh paling besar terhadap
tekanan darah.
Tekanan darah pada orang dewasa bervariasi bergantung dari :
 Usia
 Jenis kelamin
 Ras
 Malam hari
 Aktivitas
 Emosi
 Stress
Faktor-faktor yang memperngaruhi Tekanan Darah :
- CO(Cardiac Output) : Meningkatnya aktivitas sehingga
meningkatkan dalam proses metabolisme tekanan darah naik CO
menurun : Penyakit gagal jantung atau Shock,tekanan darah
menurun
- Vaskuler Resisteance : Vasokontriksi : meningkatkan
Resistence,tekanan darah naik Vasodelatasi : Menurunkan
Resisteance,tekanan darah turun
- Volume : Pendarahan :menurunkan volumedarah,tekanan darah
turun Resistensi Sodium, airoverloading : meningkatkan volume
darah dan tekanan darah naik
- Viskosity : Peningkatan Hematokrit pada polisitemia :
menyebabkan kekentalan darah, tekanan darah menjadi baik.
- Elastisitas dinding pembuluh darah : Pembuluh darah menjadi
kaku, ateroklerosis,sehingga resistensi meningkat maka tekanan
darah naik.

Menurut National Heart, Lung and Blood Institute (NHBI) dari


National institute of Health (NIH),tekanan darahtinggu ata
hipertensi bagi orang dewasa di definisikan sebagai tekanan
Sistolik 140 mm Hg atau lebih tinggi dan tekanan diastolik90 mm
Hg atau lebih tinggi,dalam pembaruan NHLBI pedoman untuk
hipertensi pada tahun 2003, sebuah kategori yang baru
ditambahkan disebut prehipertensi yaitu tekanan sistolik 12o mm
Hg- 139 mm Hg dan tekanan diastolic 80 mm Hg- 89 mm Hg, NHLBI
baru sekarang mendefinisikan tekanan darah normal sebagai
berikut : tekanan sistolik kurang dari 120 mm Hg an tekanan
diastolic kurang dari 80mm Hg namun angka-angka ini harus
digunakan sebagai pedoman saja. Sebuah pengukuran tekanan
darah tinggi tidak selalu merupakan indikasi dari suatu masalah.
Membuat diagnosis hipertensi (tekanan darah tinggi) tidak hanya
dari pengukuran sekali saja tetapi perlu melihat beberapa
pengukuran tekanan darah selama beberapa hari atau minggu
sebelumnya.
Alat pengukuran tekanan darah atau sfigmomanometer ada 3 jenis
yang lasim, yang menggunakan air raksa, jenis aneroid dan jenis
digital. Alat pengukuran yang paling ideal adalah dengan
menggunakan air raksa, tetapi memakai alat tersebut
penggunaannya harus benar, dan secara rutin dilakukan kalibrasi.
Sebaiknya sebelum di periksa pastikan kandung kemih kosong dan
menghindari kopi, alkoholdan rokok karena semua hal tersebut
akan meningkatkan tekanan darah dari nilai yang sebenarnya.
Istirahat duduk dengan tenang selama 5 menit sebelum
pemeriksaan dan jangan berbicara saat pereriksaan. Pemeriksaan
tekanan darah idealnya silakukan dalam posisi duduk dengan
lengan bagian siku pleksi di atas meja dengan posisi telapak tangan
menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya setinggi jantung.
Posisi lengan dan letak manset di atas possa cubiti Komponen
suara jantung disebut suara Korotkoff, 1950 yang berasal dari
suara vibrasi saat manset dikempiskan. Suara korotkoff sendiri
terbagi menjadi 5 fase yaitu :
- Korotkoff I : Saat suara denyut mulai terdengar,tapi masih lemah
dan akan mengeras setelah tekanan diturunkan 10-15 mm Hg; fase
ini disebut fase sistolik
- Korotkoff II :suara terdengar seperti bising jantung ( murmur)
selama 15-20 mm Hg.
- Korotkoff III : suara menjadi kecil kualitasnya dan menjadi lebih
jelas dan lebih keras selama 5-7 mm Hg berikutnya
- Korotkoff IV : Ditandai bunyi yang tiba-tiba meredup/melemah dan
meniup setelah 5-6 mm Hg
- Korotkoff V : Bunyi tidak terdengar sama sekali,disebut sebagai
tekanan diastolic pembuluh darah tidak tertekan lagi oleh manset
penyumbat, sehingga tidak ada lagi aliran turbulensi

Faktor-faktor yang berpengaruh pada interpretasi hasil yaitu :


- Lingkungan : suasana bising,kurangnya privasi, suhu ruangan
terlalu panas
- Peralatan : kalibrasi, tipe manometer dan stetoskop, ukuran cuff
(manset)
- Pasien : obat, status emosional, irama jantung, merokok, kopi,
obesitas,olahraga
- Tehnik pemeriksaan : penempatan cuff, posisi lengan, kecepatan
pengembangan dan pengempisan cuff, pakaian terlalu tebal,
kesalahan membaca sfigmomanometer.

Tips Dalam memilih manset tekanan darah dengan benar


- Lebar kantong yang dapat dikembangkan harus sekitar 40 % dari
lingkar lengan atas
( sekitar 12-14cm untuk orang dewasa rerata)
- Panjang kantong udara yang dapat di kembangkan harus sekitar 80
% dari lingkar lengan atas ( panjangnya hamper dapat mengelilingi
lengan )
- Manset standar adalah 12 x 23 cm, cocok untuk lingkar lengan
higga 28 cm

Mengukur Tekanan Darah Secara Akurat Sebelum mengukur


tekanan darah, lakukan beberapa langkah untuk memastikan
bahwa pengukuran akan tepat, Teknik yang benar merupakan hal
penting dan mengurangi variabilitas inheren dari pasien atau
pemeriksa, alat, dan prosedur itu sendiri.

Langkah- Langkah untuk Memastikan Keakuratan Pengukuran


Tekanan darah
- Pada situasi yang ideal, minta pasien untuk berhenti merokok atau
minum minuman berkafein 30 menit sebelum pengukuran tekanan
darah
- Pastikan bahwa ruang periksa tenang dan cukup hangat
- Minta pasien untuk duduk tenang selama paling sedikit 5 menit
diatas kursi dengan kaki di lantai, dan bukan duduk ditempat
tidur/meja periksa
- Pastikan bahwa lenganyang dipilih bebasdari pakaian. Tidak boleh
terdapat fistula arteriovenal untuk dialysis,jaringan perut akibat
pengirisan arteri brakialis sebelumnya, atau tanda-tanda
limfedema (dijumpai setelah teapi radiasi atau disekdi kelenjar
aksilaris)
- Palpasi arteri brakialis untuk memastikan bahwa denyutnya
teraba.
- Letakkan lengan sedemikan sehingga arteri brakialis, di lipat
antekubiti, berada setinggi jantung-sekitar sela iga ke-4
padapertemuannya dengan sternum.
- Jika pasien duduk, letakkan lengan diatas meja sedikit lebih tinggi
dari pinggang pasien, cobalah topang lengan di ketinggian
pertengahan dada.

Kini sudah siap mengukur tekanan darah


o Dengan lengan setinggi jantung,letakkan kantong udara yang
dapat dikembangkan diatas arteri brakialis. Batas bawah manset
harus sekitar 2,5cm diatas fosa antekubiti. Pasang manset dengan
pas, Letakkan lengan pasien sedemikian sehingga lengan sedikit
fleksi di siku
o Untuk menentukan seberapatinggi kita menaikkan tekanan
manset,mulamula perkirakan tekanan darah sistolik dengan
palpasi. Sewaktu arteri radialis diraba dengan salah satu tangan,
kembungkan lah dengan cepat manset sampai denyutnadi radialis
lenyap. Bacalah tekanan ini di manometer dan tambahkan 30 mm
Hg. Gunakan jumlah ini sebgai sasaran untuk penggembungan
selanjutnya utuk mencegah rasa tidak nyaman akibat tekanan yang
terlalu tinggi. Hal ini menghindari kesalahan yang terjadi akibat
auscultatory gap (jeda auskuktasi)suatu interval senyap yang
mungkin terdapat antara tekanan sistolik dan diastolic.
o Kempiskan manset dengan cepat dan tuntas dan tunggu 15
hingga 30 detik.
o Sekarang letakkan bagian bel stetoskop secara lembut diatas
arteri brakialis dengan membentuk sekat udara mengelilingi
seluruh tepinya, Karena bunyi yanga akan didengar, bunyi
Korotkoff, relative bernada rendah bunyi ini lebih jelas didengar
dengan bel.
o Kembunkan manset dengan cepat untukmencapai tingkat yang
telah ditentukan, lalu kempiskan seca perlahan dengan kecepatan
sekutar 2-3 mm Hg per detik. Perhatikan ketinggian
sfigmomanometer ketika mendengar bunyi yang paling sedikit dua
denyut berurutan. Ini adalah tekanan sistolik.
o Lanjutkan menurunkan tekanan secara perlahan sampai suara
teredam dan kemudian lenyap. Untuk memastikan hilangnya
suara, dengarkan ketika tekanan turun 10-20 mm Hg lagi.lalu
kempiskan manset dengan cepat hingga nol. Titik menghilangnya
suara, yang biasanya hanya beberapa mmHg dibawah titiksuara
teredam, merupakan perkiraan terbaik tekanan diastolic sejati
pada orang dewasa
o Bacalah tekanan diastolic dan sistolik hingga 2 mmHg terdekat.
Tunggu 2 menit atau lebih dan ulangi.Ambil rerata hasil
pengukuran. Jika dua hasil pertama berbeda lebih dari 5mmHg,
lakukan pengukuran tambahan.
o Jika menggunkn instrument aneroid, tahan tombol sehingga
menghadap wajah seara langsung. Hindari penggembungan
manset secara perlahan atau berulang, kaena kongestivena yang
terjadi dapat menyebabkan kesalahan pengukuran
o Tekanan darah perlu diperiksa di kedua lengan paling tidak satu
kali. Dalam keadaan normal, mungkin ada perbedaan 5 mmHg dan
kadang hingga 10 mmHg. Pemeriksaan berikutnya sebaiknya
dilakukan pada lengan dengan tekanan lebih tinggi.

B. Suhu Tubuh
Suhu merupakan Proses produksi panas dalah tubuh yang dipengaruhi
oleh pusat pengatur suhu di otak atau thermoregulasi, yaitu
hypothalamus. Produksi panas dihasilkan karena adanya
metabolisme,aktivitas, thermogenesis kimia, kehilangan panas tubuh
Kehilangan panas dapat terjadi karena :konduksi, evaporasi, konveksi,
dan radiasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh adalah
usia,jenis kelamin, aktivitas, emosi, iklim dan makanan. Beberapa cara
pengukuran suhu bergantung pada tempat pengukurannya yaitu :
- Suhu oral : Untuk suhu oral pilihlah thermometer elektronik atau
kaca. Saat menggunakan thermometer kaca, kosok thermometer
hingga turun ke 35ºC atau lebih rendah, masukkan di bawah lidah,
minta pasien menutup bibir, dan tunggu 3-5 menit. Lalu baca
thermometer, masukkan kembali selama semenit, dan baca
kembali. Jika suhu masih meningkat ulangi prosedur ini hingga
pembacaan stabil. Perhatikan cairan panas atau dingin dan bahkan
merokok, dapat mengubah pembacaan suhu. Pada situasi ini,
sebaiknya pengukuran ditunda selama 10-15 menit. Jika
menggunakan thermometer elektronik, letakkan dengan hatihati
tutup sekali pakai di atas probe dan masukkan thermometer
dibawah lidah. Minta pasien untuk menutup kedua bibir, dan
kemudiaan amati dengan cermat bacaan digitalnya. Pencatatan
suhu akurat hanya dibutuhkan sekitar 10 detik.
- Suhu rectum : Untuk suhu rectum, minta pasien untuk berbaring di
satu sisi, dengan sendi panggul ditekuk. Pilih thermometer rectum
dengan ujung yang tumpul, beri pelumas, dan masukkan sekitar 3-
4 cm (1,5 inci) ke dalam kanalis anus,dengan arah menunjuk ke
umbilicus. Keluarkan setelah 3 menit lalu baca hasilnya.
- Suhu membrane Timpani : Mengukur suhu dengan membrane
timpani semakin sering dilakukan serta cepat,aman, dan dapat
diandalkan jika dilakukan dengan benar. Pastikan kanalis auditori
eksterna bebas dari serumen,yang dapat menurunkan pembacaan
suhu. Letakkan probe di kanalis sehimgga sinar inframerah
mengarah ke membrane timpani (jika tidak maka pengukuran
tidak valid). Tunggu 2 sampai 3 detik hingga suhu digital terbaca.
Metode ini mengukur suhu tubuh inti, yang lebih tinggi daripada
suhu oral normal sekitar 0,8ºC. pengukuran timbani lebih
bervariasi daripada pengukuran oral atau rectum, termasuk
perbandingan telinga kiri dan kanan pada orang yang sama.
- Suhu aksila Metode yang paling sering di lakukan . Dilakukan 5-10
menit dengan menggunakan termometer raksa. Suhu aksila lebih
rendah 0.6° C (1°F) dari pada oral (normal 36,5ºC) Hasil
pengukuran suhu tubuh bervariasi yaitu: o Suhu oral ; rentang
35,8-37,3ºC tetap rata 37ºC o Rectal : peningkatan suhunya 0,4-0,5
ºC o Aksila lebih rendah dari suhu oral sekitar 1 derajat Celsius
suhu normal perbedaanya sekitar 0.8 ºC 37,4 ºC

C. Pengukuran Nadi
Nadi adalah manifestasi ketika jantung memompa darah dan
diedarkan keseluruh tubuh. Atau Denyut nadi merupakan sensasi
yang dipersepsikan seperti gelombang darah yang dipompa ke dalam
arteri karena kontraksi ventrikel kiri. Frekuensi : dalam kondisi tenang
baik fisik maupun mental orang dewasa, normal nadi berkisar 50-90
bmp, rata-rata 60-100 bmp. Denyut nadi normal bervariasi tergantung
dari : Usia,jenis kelamin, bayi dan anak anak, masa pubertas, dewasa
dan usia tua. Pada dewasa kalau kurang dari 50 bmp disebut
bradicardia. Kekuatan nadi berdasarkan skala 0-3 : 0= tidak ada
denyut
1= lemah
2=normal
3=kuat

Rentang normal denyut nadi pada berbagai kelompok usia saat


istirahat adalah
- Wanita Dewasa 60 - 80 denyut / menit
- laki laki dewasa 55-75 denyut/menit
- wanita hamil berkisar 80-90 denyut/menit
- Bayi 0-3 bulan 100 -150 denut / menit anak:
- 1-10 tahun 700-130 denyut/menit
- 10-18 tahun 60 - 100 denyut / menit

Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada:


 Arteri Radialis.
Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba di atas
pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering
dipakai secara rutin.
 Arteri Brachialis. Terlertak di dalam otot biceps dari lengan atau
medial di lipatan siku. Digunakan untuk mengukur tekanan udara.
 Arteri Karotis. Terletak di leher di bawah lobus telinga, di mana
terdapat arteri karotid berjalan di antara trakea dan otot
sternokleidomastoideus.
 Arteri femoralis. Terletak di Pangkal paha
 Arteri popliteal. Terletak di Lipatan lutut
 Arteri tibialis Posterior. Terletak sedikit diatas tumit lutut
 Arteri dorsalis pedis.terletak di Permukaan punggung kaki.

Pada pengukuran Nadi yang diperhatikan adalah :


 Kecepatan (jumlah tiap menit)
- Bradicardia (kurang dari normal)
- Tachicardia (lebih dari normal)
 Kualitas (kekuatan kontraksi jantung)
 Irama/Ritme Teratur (regular) atau tidak (irregular)
 Pulsus Alternans Gelombang Nadi terbang terjun seperti
memukul air(besar dan kecil dengan cepat).
 Pulpus begeminus Gelombang nadi mula-mula besar kemudian
melemah dengan irama yang tidak teratur secara bertahap dan
muncul lagi secara ritmis.

Prosedur pemeriksaan nadi/arteri radialis :


 Penderita dapat dalam posisi duduk atau berbaring. Lengan
dalam posisi bebas dan rileks.
 Periksalah denyut arteri radialis di pergelangan tangan dengan
cara meletakkan jari telunjuk dan jari tengah atau 3 jari (jari
telunjuk, tengah dan manis) di atas arteri radialis dan sedikit
ditekan sampai teraba pulsasi yang kuat.
 Penilaian nadi/arteri meliputi: frekuensi (jumlah) per menit,
irama (teratur atau tidaknya), pengisian, dan dibandingkan antara
arteri radialis kanan dan kiri .
 Bila iramanya teratur dan frekuensi nadinya terlihat normal
dapat dilakukan hitungan selama 15 detik kemudian dikalikan 4,
tetapi bila iramanya tidak teratur atau denyut nadinya terlalu
lemah, terlalu pelan atau terlalu cepat, dihitung sampai 60 detik.
 Apabila iramanya tidak teratur (irregular) harus dikonfirmasi
dengan pemeriksaan auskultasi jantung (cardiac auscultation) pada
apeks jantung.

D. Pengukuran Respirasi (pernafasan)


Respirasi adalah proses mengambil oksigen dan mengeluarkan sisa
dari metabolisme berupa karbon dioksida. Pernafasan adalah aktifitas
yang tidak disadari dan diatur oleh medulla oblongata dan dibentuk
oleh otot-otot pernafasan. Pernafasan melibatkan beberapa fisiologis
tubuh, yaitu:
a. ventilasi pulmonar adalah pergerakan udara ke dalam dan keluar
paru-paru baik sewaktu inspirasi dan ekspirasi
b. respirasi eksternal adalah perpindahan oksigen dan karbondioksida
antara alveoli dalam paru-paru dan sirkulasi darah
c. respirasi internal adalah perpindahan oksigen dan karbondioksida
antara sirkulasi darah dan jaringan sel
Jenis- Jenis pernafasan :
a. Pernafasan dada : menggunakan otot intercostal eksternal dan
otot sternokloidomastoideus.
b. Pernafasan perut : Bernafas dengan kontraksi dan relaksasi
diafragma

Faktor yang mempengaruhi Respiratory Rate:


1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Suhu Tubuh
4) Posisi tubuh
5) Aktivitas
Dalam menghitung pernafasan, yang diperhatikan adalah
a. Frekuensi
b. Kedalaman
c. Irama pernafasan
d. Bunyi pernafasan
e. Usaha pernafasan
Jumlah pernafasan normal sesuai dengan usia bervariasi :
Neonatal 30-40 bmp
Bayi 1 thn 20-40 bmp
Usia 2 thn 25-32 bmp
Usia 8-10 thn 20-26 bmp
Usia 12-14 thn 18-22 bmp
Usia 16 thn 12-20 bmp
Dewasa 10-20 bmp

Tipe pernafasan :

a. Pernafasan normal : Usaha pernafasan antara inspirasi dan ekspirasi


amplitudonya sam irama teratur dan frekuensi rata-rata pada dewasa
14-20 kali/menit
b. Takipnoe : pernafasan dangkal dan cepat dengan frekuensi lebih dari
normal yang mecolok
c. Bradipnoe : Penafasan dangkal dan lambat dengan frekuensi kurang dari
normal mencolok.
d. Hiperpnoe : pernafasan dalam dan cepat dnegan frekuensi lebih dari
normal.
e. Chyne stokes : pernafasan yang mula-mula teratur kemudian cepat dan
dalam diselingi periode apnoe
f. Kussmoul ; pernafasan yang dalam dan lambat
g. Pernafasan biot : Tidak teraturnya pernafasan baik kedalamannya
maupun frekuensinya yang awitannya tidak terduga.

Cara pemeriksaan frekuensi pernapasan:


 Pemeriksaan inspeksi : perhatikan gerakan nafas pasien secara
menyeluruh tanpa pasien mengetahui saat kita menghitung frekuensi
nafasnya. Posisi pemeriksa ada di bottom penderita di dekat telapak kaki
pasien atau di samping kanan. Pada inspirasi, perhatikan : gerakan iga ke
lateral, pelebaran sudut epigastrium, adanya retraksi dinding dada
(supraklavikuler, suprasternal, interkostal, epigastrium), penggunaan
otot-otot pernafasan aksesoria serta penambahan ukuran
anteroposterior rongga dada. Pada ekspirasi, perhatikan : masuknya
kembali iga, menyempitnya sudut epigastrium dan pengurangan
diameter anteroposterior rongga dada.
 Pemeriksaan palpasi : pemeriksa meletakkan telapak tangan untuk
merasakan naik turunnya gerakan dinding dada.
 Pemeriksaan auskultasi : menggunakan membran stetoskop
diletakkan pada dinding dada di luar lokasi bunyi jantung. Pemeriksaan
ini digunakan sebagai konfirmasi dari inspeksi yang telah dilakukan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Dari apaparan materi diatas pemeriksaan fisik merupakan suatu proses


keperawatan yang harus dialalui untuk tercapainya asuhan keerawatan yang
benar dan sistematis. Perawat melakukan pemeriksaan fisik untuk
mendapatkan data- data penting tentang pasien seputar keluhan pasien. Data
itu akan di simpan dalm rekam medic. Dalam melakukan setiap pemeriksaan
fisik maupun pengukuran tanda-tanda vital punya aturan dan teknik tertentu
dan ketentuan yang sudah ditetapkan sebelumnya agar hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan.

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat berguna dan dapat menambah ilmu atau
pemahaman dalam proses belajar pengukuran tanda vital dan pemeriksaan
head to toe . dan penulis menyarankan untuk lebih banyak lagi mendaptak
referensi tentang maeti ini agar lebih paham lagi dan ilmunya menjadi
sempurna dalam praktik kerja lapangan nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

Evania, N. 2013. Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik keperawatan. Jogjakarta: Dmedika.

Bickley, lynn. 2015. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik edisi 11. Jakarta: EGC

Sudarta, W. 2016. Pengkajian Fisik Keperawatan.Yogyakarta: Gosyen Publising

Modul pembelajaran dari Universitas Hassanudin. Dilihat November 2016.


http://med.unhas.ac.id/fisioterapi/wp-
content/uploads/2016/11/PEMERIKSAANVITAL-SIGN.pdf

Sutejo,I. Purwandhono, A. Modul keterampilan klinik dsar modul blok 6


Pemeriksaan Fisik Dasar dan BLS (3). Fakultas kedokteran Universitas Jember.
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/75043/Ika%20R.%20Sutejo
%2C%20Azham%20P_Modul_Ketrampilan%20Klinik%20dasar%20Pemeriksaan%
20Fisik%20dan%20BLS%20%283%29_%28F.K%29.pdf?sequence=1

Verayanti,N. 2016. Pelaksanaan Pemeriksaan Fisik oleh perawat Rumah sakit Advent
Bandar Lampung. Jurnal Skolastik Keperawatan. Vol.2.No.1.

Zhanuar. O. 2015. Gambaran pelaksananan prosedur tetap pemeriksaan tanda


tanda vital di Instalasi Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Yogyakarta: STIKES

Nirman,S. 2017. Pengkajian Kesehatan Untuk Perawat.Jakarta : Trans Info Media

Abdullah. 2014. Kebutuhan Dasar Manusia untuk Mahasiswa keperawatan.


Jakarta:Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai