PENUNJANG
PRODI S1 KEPERAWATAN
T.A 2022
KATA PENGANTAR
Adapun maksud dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu cara
guna memperdalam materi Ilmu Keperawatan Dasar II yang merupakan salah satu mata
kuliah yang diajarkan di Stikes Mataram..
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas bimbingan, dorongan,
serta bantuan yang tak terhingga nilainya dari berbagai pihak. Penulis juga menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Harapan penulis
semoga makalah yang sederhana ini mampu memberikan informasi kepada pembaca
tentang pemeriksaan penunjang terlebih bagi kita sebagai perawat.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, dan atas perhatian
pembaca saya ucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1.......................................................................................................Latar
belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................1
1.3 Tujuan penulisan..........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................2
2.1 Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital..................................................2
2.1.1.Tekanan Darah.................................................................2
2.1.2.Suhu Tubuh......................................................................6
2.1.3. Denyut Nadi....................................................................8
2.1.4. Respirasi..........................................................................10
2.2 Pemeriksaan Head to toe............................................................12
2.2.1. Inspeksi...........................................................................13
2.2.2.Palpasi..............................................................................14
2.2.3.Perkusi..............................................................................15
2.2.4. Auskultasi.......................................................................17
2.3 Pemeriksaan penunjang .............................................................22
2.3.1. Definisi pemeriksaan penunjang ....................................24
2.3.2. Fungsi dan tujuan pemeriksaan penunjang ....................26
2.3.3. Persiapapan untuk pemeriksaan penunjang ...................27
2.3.4. Macam-macam pemeriksaan penunjang ........................29
2.3.5. Macam-macam persiapan prosedur pemeriksaan
Penunjang …………………………………………………...31
BAB III PENUTUP......................................................................................
3.1 Kesimpulan..................................................................................
3.2 Saran ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. Tekanan Darah
Tekanan darah arteri adalah tekanan atau gaya lateral yang bekerja pada dinding
pembuluh darah, tekanan ini berubah sepanjang siklus jantung.
Atau ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa tekanan darah adalah
tekanan yang dihasilkan oleh jantung pada saat memompa dan menggerakkan
darah ke seluruh bagian tubuh. Tekanan tertinggi terjadi saat ejeksi jantung dan
disebut tekanan sistolik. Sedangkan titik terendahnya disebut diastolic.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung, tahanan
pembuluh darah tepi, volume darah total, viskositas darah, dan kelenturan
dinding arteri. Curah jantung merupakan tahanan pembuluh darah yang
memiliki pengaruh paling besar terhadap tekanan darah.
Menurut National Heart, Lung and Blood Institute (NHBI) dari National
institute of Health ( NIH),tekanan darahtinggu ata hipertensi bagi orang dewasa
di definisikan sebagai tekanan Sistolik 140 mm Hg atau lebih tinggi dan tekanan
diastolik90 mm Hg atau lebih tinggi,dalam pembaruan NHLBI pedoman untuk
hipertensi pada tahun 2003, sebuah kategori yang baru ditambahkan disebut
prehipertensi yaitu tekanan sistolik 12o mm Hg- 139 mm Hg dan tekanan
diastolic 80 mm Hg- 89 mm Hg, NHLBI baru sekarang mendefinisikan tekanan
darah normal sebagai berikut : tekanan sistolik kurang dari 120 mm Hg an
tekanan diastolic kurang dari 80mm Hg namun angka-angka ini harus digunakan
sebagai pedoman saja. Sebuah pengukuran tekanan darah tinggi tidak selalu
merupakan indikasi dari suatu masalah. Membuat diagnosis hipertensi (tekanan
darah tinggi) tidak hanya dari pengukuran sekali saja tetapi perlu melihat
beberapa pengukuran tekanan darah selama beberapa hari atau minggu
sebelumnya.
Komponen suara jantung disebut suara Korotkoff, 1950 yang berasal dari
suara vibrasi saat manset dikempiskan. Suara korotkoff sendiri terbagi menjadi 5
fase yaitu :
Korotkoff I : Saat suara denyut mulai terdengar,tapi masih lemah dan
akan mengeras setelah tekanan diturunkan 10-15 mm Hg; fase ini
disebut fase sistolik
Korotkoff II :suara terdengar seperti bising jantung ( murmur) selama
15-20 mm Hg.
Korotkoff III : suara menjadi kecil kualitasnya dan menjadi lebih jelas
dan lebih keras selama 5-7 mm Hg berikutnya
Korotkoff IV : Ditandai bunyi yang tiba-tiba meredup/melemah dan
meniup setelah 5-6 mm Hg
Korotkoff V : Bunyi tidak terdengar sama sekali,disebut sebagai
tekanan diastolic pembuluh darah tidak tertekan lagi oleh manset
penyumbat, sehingga tidak ada lagi aliran turbulensi
Suhu rectum :
Untuk suhu rectum, minta pasien untuk berbaring di satu sisi, dengan sendi
panggul ditekuk. Pilih thermometer rectum dengan ujung yang tumpul, beri
pelumas, dan masukkan sekitar 3-4 cm (1,5 inci) ke dalam kanalis anus,dengan
arah menunjuk ke umbilicus. Keluarkan setelah 3 menit lalu baca hasilnya.
Suhu aksila
Metode yang paling sering di lakukan . Dilakukan 5-10 menit dengan menggunakan
termometer raksa. Suhu aksila lebih rendah 0.6° C (1°F) dari pada oral (normal
36,5ºC)
Rentang normal denyut nadi pada berbagai kelompok usia saat istirahat adalah
- Wanita Dewasa 60 - 80 denyut / menit
- laki laki dewasa 55-75 denyut/menit
- wanita hamil berkisar 80-90 denyut/menit
- Bayi 0-3 bulan 100 -150 denut / menit anak:
- 1-10 tahun 700-130 denyut/menit
-10-18 tahun 60 - 100 denyut / menit
Tipe pernafasan :
a. Pernafasan normal :
Usaha pernafasan antara inspirasi dan ekspirasi amplitudonya sam irama
teratur dan frekuensi rata-rata pada dewasa 14-20 kali/menit
b. Takipnoe : pernafasan dangkal dan cepat dengan frekuensi lebih dari normal
yang mecolok
c. Bradipnoe : Penafasan dangkal dan lambat dengan frekuensi kurang dari
normal mencolok.
d. Hiperpnoe : pernafasan dalam dan cepat dnegan frekuensi lebih dari normal.
e. Chyne stokes : pernafasan yang mula-mula teratur kemudian cepat dan
dalam diselingi periode apnoe
f. Kussmoul ; pernafasan yang dalam dan lambat
g. Pernafasan biot : Tidak teraturnya pernafasan baik kedalamannya maupun
frekuensinya yang awitannya tidak terduga.
ii. Palpasi
Palpasi adalah teknik pemeriksaan fisik klien dengan
menggunakan indra peraba. Apabila mata merupakan instrumen
utama pada inspeksi maka tangan dan jari jari merupakan
instrumen utama ketika melakukan palpasi. Selama palpasi,
perawat menyentuh tubuh klien untuk merasakan denyutan dan
getaran, mencari struktur, tekstur, ukuran, kehangatan, mobilitas,
dan nyeri tekan. Palpasi emungkinkan kita mendetekdi
nadi,kekuatan otot, pembesaran limfa nodus, kekeringan kulit dan
rambut, nyeri tekan organ atau pembengkakan payudara, dan
mengukur naik turunnya dada setiap kali pernafasan.
Biasanya, palpasi dilakukan setelah inspeksi sebagai teknik
pemeriksaan fisik yang kedua. Sebagai contoh, jika terdapat ruam-
ruam pada inspeksi, perawat menentukan melalui palpasi ruam-
ruam tersebut permukannya meninggi,terasa nyeri,hangat atau
tidak. Tetapi, selama pengkajian abdomen atau system uniranus,
palpasi harus dilakukan pada akhir pemeriksaan untuk
menghindari menyebabkan klien merasa tidak nyaman dan
menstimulasi perilistik. Palpasi ringan melibatkan penggunaan
ujung jaridan bantalan jari untuk memberikan tekanan ringan pada
permukaaan kulit dilakukan sedalam 1-2 cm.
Teknik palpasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Pastikan area yang akan di palpasi benar benar tampak
( tidak tertutup selimut,baju dan lain-lain)
Cuci tangan sampai bersih dam keringkan
Beri tahu pasien tentang hal yang akan dkerjakan
Secara prinsip, palpasi dapat dikerjakan dengan semua jari,
tapi jari telunjuk dan ibu jari lebih sensitive
Untuk mndeterminasi bentuk dan struktur organ,gunakan
jari 2,3, dan 4 secara bersamaan. Untuk palpasi abdomen
gunakan telapak tangan dan beri tekanan dengan jari-jari
secara ringan.
Bila diperlukan lakukan palpasi dengan dua tangan
Perhatikan dengan seksama muka pasien selama palpasi
untuk mengetahui adanya nyeri tekan, serta
Lakukan palpasi secara sistematis, dan uraikan ciri-
ciri,ukuran, bentuk,konsistensi, dan permukaannya.
iii. Perkusi
Perkusi ialah pemeriksaan dengan cara mengetuk
permukaan badan menggunakan perantara jari tangan untuk
mengetahui keadaan organ-organ di dalam tubuh. Perkusi juga
merupakan pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian
permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian
tubuh lainnya (kiri kanan) agar menghasilkan suara.
Perkusi berkaitan dengan sensasi taktil dan bunyi yang
dihasilkan apabila suatu pukulan keras dilakukan pada suatu
daerah yang diperiksa. Tindakan ini dapat memberikan informasi
berharga mengenai struktur organ atau jaringan dibawahnya.
Adanya perbedaan suara ketuk dapat digunakan untuk
menentukan batas-batas suatu organ, misalnya paru, jantung, dan
hati atau mengetahui batas- batas massa abnormal di rongga
abdomen.Perkusi dapat dilakukan secara langsung dengan
mengetukkan ujung jari II dan III langsung pada daerah yang
diperkusi. Cara ini sulit dan memerlukan banyak
latihan sehingga jarang dilakukan, kecuali untuk perkusi kepala.
Cara yang lebih lazim dikerjakan adalah perkusi tidak langsung.
iv. Auskultasi
Auskultasi adalah keterampilan untuk mendengarkan suara tubuh
pada paru-paru,jantung dan pembuluh darah dan bagian dalam
atau viscera abdomen. Umumnya, auskultasi adalah teknik akhir
dari suatu pemeriksaan.
Suara yang didengar dibedakan berdasarkan frekuensi (pitch),
intensitas (keraslemahnya), durasi, kualitas (timbre), dan
waktunya. Dengan auskultasi dapat didengar suara pernapasan,
bunyi atau bising jantung, peristaltik usus, serta aliran darah dalam
pembuluh darah. Teknik ini seharusnya dipakai bersama-sama
dengan inspeksi, perkusi, dan palpasi. Auskultasi dianjurkan
menggunakan stetoskop binaural dengan pipa yang pendek (25-30
cm). Dinding pipa tebalnya ± 3 mm dan diameter lumen pipa 3
mm. Terdapat 3 ukuran stetoskop yang sesuai untuk neonatus,
anak (pediatrik), dan dewasa. Umumnya stetoskop pediatrik cukup
memadai untuk digunakan pada
bayi dan anak. Stetoskop binaural mempunyai bagian yang
bermembran (diafragma) dan bagian yang berbentuk seperti
mangkok (bel) yang dikelilingi karet agar terasa dingin . Sisi
diafragma akan menyaring suara yang berfrekuensi atau bernada
rendah, sehingga suara yang terdengar terutama adalah suara
bernada tinggi. Suara yang bernada tinggi antara lain suara jantung
(S1 dan S2), gesekan perikard (pericardial friction rub), suara
paru-paru, dan bising usus. Sedangkan sisi bel akan menyaring
suara yang berfrekuensi tinggi, sehingga suara yang terutama
terdengar adalah suara berfrekuensi rendah. Suara yang bernada
rendah antara lain murmur jantung, turbulensi arteri (bruits) atau
vena (hums), dan friksi organ. Perlu diingat bahwa fungsi pada sisi
bel hanya akan terjadi bila alat ditekan lembut pada kulit. Apabila
sisi bel ditekan dengan keras pada kulit maka mangkuk bersama
kulit akan berfungsi sebagai membran, yaitu menyalurkan suara
berfrekuensi tinggi.
1. Pra Instrumentasi
Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas,
pasien dan dokter. Hal ini karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu
atau mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium yang termasuk dalam
tahapan pra instrumentasi meliputi:
a. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir
Pada tahap ini perlu diperhatikan benar apa yang diperintahkan oleh dokter
dan dipindahkan ke dalam formulir. Hal ini penting untuk menghindari
pengulangan pemeriksaan yang tidak penting, membantu persiapan pasien
sehingga tidak merugikan pasien dan menyakiti pasien. Pengisian formulir
dilakukan secara lengkap meliputi identitas pasien : nama, alamat/ruangan,
umur, jenis kelamin, data klinis/diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan
kalau diperlukan pengobatan yang sedang diberikan. Hal ini penting untuk
menghindari tertukarnya hasil ataupun dapat membantu intepretasi hasil
terutama pada pasien yang mendapat pengobatan khusus dan jangka
panjang.
b. Persiapan penderita
Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan
mengakibatkan peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah
berolahraga volume plasma akan berkurang. Perubahan volume plasma
akan mengakibatkan perubahan susunan kandungan bahan dalam plasma
dan jumlah sel darah.
Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
hematologi misalnya asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian
kortikosteroid akan menurunkan jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan
meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi darah
akan mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan
morfologi sediaan apus darah tepi maupun penilaian hemostasis.
Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan
hemostasis.
Waktu pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi
hari tertutama pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam
urin akan menjadi lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah
diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus
atas perintah dokter. Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat
waktu berhubung dengan tingkat kegawatan pasien dan memerlukan
penanganan segera disebut pemeriksaan sito. Beberapa parameter
hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi serum menunjukkan
variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi oleh waktu pengambilan.
Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada sore
hari dengan selisih 40-100 ug/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi
antara jam 10 pagi sampai malam hari dan lebih rendah dari tengah
malam sampai pagi.
Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma
10% demikian pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan
penderita adalah menenangkan dan memberitahu apa yang akan
dikerjakan sebagai sopan santun atau etika sehingga membuat penderita
atau keluarganya tidak merasa asing atau menjadi obyek.
Pemeriksaan Non-Invasif
Contoh dari pemeriksaan ini adalah USG, rontgen, MRI, Ct scan dan lain
sebagainya.
Persiapan bergantung pada jenis tes yang dikuti ( trigliserida, LDL, dan
HDL). Anda mungkin perlu atau tidak untuk berpuasa terlebih dahulu.
BNO IVP
BNO IVP adalah pemeriksaan radiorafi pada sistem urinaria (dari ginjal,
ureter, hingga kandung kemih) dengan menyuntikan zat kontras melalui
pembuluh darah vena.
Endoscopy
3.1 Kesimpulan
Dari apaparan materi diatas pemeriksaan fisik merupakan suatu proses
keperawatan yang harus dialalui untuk tercapainya asuhan keerawatan yang benar
dan sistematis. Perawat melakukan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan data- data
penting tentang pasien seputar keluhan pasien. Data itu akan di simpan dalm rekam
medic. Dalam melakukan setiap pemeriksaan fisik maupun pengukuran tanda-tanda
vital punya aturan dan teknik tertentu dan ketentuan yang sudah ditetapkan
sebelumnya agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat berguna dan dapat menambah ilmu atau pemahaman
dalam proses belajar pengukuran tanda vital dan pemeriksaan head to toe . dan
penulis menyarankan untuk lebih banyak lagi mendaptak referensi tentang maeti ini
agar lebih paham lagi dan ilmunya menjadi sempurna dalam praktik kerja lapangan
nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Bickley, lynn. 2015. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik edisi 11. Jakarta: EGC