Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PEMERIKSAAN FISIK DAN TANDA-TANDA VITAL

Dosen Pengampu :
Epti Yorita, SKM, MPH.

Disusun oleh kelompok 1 (2B) :


1. Adelia Lovenia (P01740322051) 9. Siti Kartika (P01740322087)
2. Afifah Zahrah (P01740322053) 10. Sohira Asta (P01740322088)
3. Dinda Feby (P01740322062) 11. Yolanda (P01740322094)
4. Dwi Yori (P01740322063) 12. Zainab Quratun (P01740322096)
5. Hafifatun Z (P01740322068) 13. Zeriyani Putri (P01740322098)
6. Hesti Yulia N (P01740322070) 14. Zhandia Aliyya (P01740322099)
7. Nurhatika (P01740322078) 15. Rifda Safana (P01740322080)
8. Revina Dwi A (P01740322079) 16. Zyeren Pita (P01740322100)

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Pemeriksaan Fisik dan Tanda - Tanda Vital”. Makalah ini
dibuat sebagai salah satu tugas dari Mata Kuliah Ketrampilan Dasar Praktek
Kebidanan 1 pada Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan dan Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Epti Yorita. SKM, MPH.,
selaku dosen mata kuliah Ketrampilan Dasar Praktek Kebidanan yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada kami khususnya mengenai Ketrampilan
Dasar Praktik Kebidanan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Bengkulu, 18 September 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
2.1 Rumusan Masalah............................................................................ 1
3.1 Tujuan.............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 3
2.1 Definisi Pemeriksaan Vital Sign...................................................... 3
2.2 Tujuan Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital.......................................... 3
2.3 Jenis, Indikasi dan Kontaindikasi Pemeriksaan
Tanda-Tanda Vital........................................................................... 4
2.4 Pengenalan Instrumen Pemeriksaan Fisik dan
Tanda-Tanda Vital........................................................................... 15
2.5 Pemeriksaan TTV/Vital Sign........................................................... 18
BAB III PENUTUP.................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan...................................................................................... 16
3.2 Saran................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi
klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien terhadap
intervensi. Tanda-tanda vital atau tanda-tanda dasar meliputi, Pemeriksaan Suhu
Tubuh, Pemeriksaan Denyut Nadi, Pemeriksaan Pernafasan, Pemeriksaan Tekanan
Darah.
Vital sign atau tanda vital adalah suatu tanda yang sifatnya objektif yang dapat
berubah setiap saat yang mencerminkan kondisi tubuh yang terdiri dari tekanan
darah, respirasi, nadi, suhu tubuh. Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara
untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Pemeriksaan vital sign berguna
dalam mendeteksi atau pemantauan masalah kesehatan. Pemeriksaan vital sign perlu
dilakukan secara berulang dan terus
dievaluasi untuk mengetahui perkembangan penyakit karena pemeriksaan ini
merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi dan
mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon seseorang terhadapintervensi
teknik dasar . Tanda-tanda vital adalah indikator kondisi kesehatan seseorang dan
jaminan fungsi sirkulasi, pernapasan, saraf, dan endokrin yang tepat. Tanda-tanda
vital adalah mekanisme untuk mengkomunikasikan secara universal kondisi dan
keparahan penyakit pasien. (Potter,2011), (Chester, 2011).
Tujuan dari pengukuran vital sign adalah mengetahui rentang suhu tubuh pada
pemeriksaan suhu, mengetahui denyut nadi (Irama, Frekuensi, dan Kekuatan),
menilai kemampuan kardiovaskuler, mengetahui frekuensi, irama dan kedalaman
pernapasan, menilai kemampuan fungsi pernapasan, mengetahui nilai tekanan darah.
Komponen tanda vital utama yang perlu dipantau secara rutin pada lansia yaitu
tekanan darah, denyut nadi, laju pernapasan, dan suhu tubuh.

3
2.1 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tanda - tanda vital ?
2. Apa saja tujuan tanda - tanda vital ?
3. Apa saja jenis, Indikasi dan Kotraindikasi serta teknik dan prosedur pemeriksaan
vital sign ?
3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari tanda - tanda vital.
2. Untuk mengetahui tujuan dari tanda - tanda vital.
3. Untuk mengetahui jenis, Indikasi dan Kotraindikasi serta teknik dan prosedur
pemeriksaan vital sign.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pemeriksaan Vital Sign


Pemeriksaan tanda-tanda vital merupakan kegiatan yang dilakukan tenaga
medis untuk mengkaji keadaan pasien sebelum menentukan diagnosis. Pemeriksaan
tanda-tanda vital wajib dilakukan untuk memberi gambaran awal pasien yang akan
dirawat. Dengan pemeriksaan tanda-tanda vital kalian dapat mengetahui kondisi
perkembangan kesehatan pasien dengan pemeriksaan tanda-tanda vital yang akurat
dan tepat. Pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi pemeriksaan suhu tubuh, denyut
nadi, pernapasan, tekanan darah, dan pemeriksaan oksimeter. Rentang normal untuk
hasil pemeriksaan ini berbeda-beda, tergantung pada kelompok usia dan jenis kelamin.
Pemeriksaan vital sign berguna dalam mendeteksi atau pemantauan masalah
kesehatan. Pemeriksaan vital sign perlu dilakukan secara berulang dan terus
dievaluasi untuk mengetahui perkembangan penyakit karena pemeriksaan ini
merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi dan
mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon seseorang terhadapintervensi
teknik dasar . Tanda-tanda vital adalah indikator kondisi kesehatan seseorang dan
jaminan fungsi sirkulasi, pernapasan, saraf, dan endokrin yang tepat. Tanda-tanda
vital adalah mekanisme untuk mengkomunikasikan secara universal kondisi dan
keparahan penyakit pasien. (Potter,2011), (Chester, 2011).

2.2 Tujuan Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital


Tujuan dari pengukuran vital sign adalah mengetahui rentang suhu tubuh pada
pemeriksaan suhu, mengetahui denyut nadi (Irama, Frekuensi, dan Kekuatan),
menilai kemampuan kardiovaskuler, mengetahui frekuensi, irama dan kedalaman
pernapasan, menilai kemampuan fungsi pernapasan, mengetahui nilai tekanan darah.
Komponen tanda vital utama yang perlu dipantau secara rutin pada lansia yaitu
tekanan darah, denyut nadi, laju pernapasan, dan suhu tubuh.

5
Tujuan pemeriksaan tanda-tanda vital lainnya adalah:
1. Mengkaji suhu tubuh pasien
2. Mengkaji hemodinamik dan keadaan umum pasien
3. Mengidentifikasi frekuensi denyut nadi, integritas sistem kardiovaskular
4. Mengidentifikasi frekuensi dan karakteristik pernapasan
5. Mengidentifikasi saturasi oksigen di dalam darah

2.3 Jenis, Indikasi dan Kontaindikasi, Serta Teknik dan Prosedur Pemeriksaan
Tanda-Tanda Vital
2.3.1 Tekanan darah
Tekanan darah merupakan kekuatan pemompaan darah yang dilakukan
oleh jantung untuk mengalirkan darah di dalam arteri (pembuluh darah)
hingga ke seluruh tubuh. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan
menggunakan tensimeter dan stetoskop.
Tekanan darah dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Tekanan Sistolik
Merupakan bagian atas yang menunjukkan tekanan darah di dalam arteri
pada saat jantung berkontraksi untuk memompa darah ke seluruh bagian
tubuh.
2. Tekanan Diastolik
Menunjukkan tekanan darah di dalam arteri pada saat jantung beristirahat
untuk mengisi darah dari seluruh bagian tubuh.
Tekanan darah normal untuk orang dewasa adalah 120/80 mmHg.
Sementara pada bayi dan anak-anak, tekanan darah normal lebih rendah
daripada dewasa. Tekanan darah normal dipengaruhi oleh beberapa actor,
yaitu aktivitas fisik, diet dan usia. Maka untuk dapat melakukan pengukuran
tekanan darah dengan tepat, sebaiknya beristirahatlah dengan santai terlebih
dahulu selama sekitar 15 menit sebelum pengukuran dilakukan.

6
a) Indikasi
1. Pada saat pertama kali mencatat riwayat kx, sebagai data dasar
2. Pada setiap pemeriksaan antenatal
3. Pada kondisi klinis yang telah ditetapkan, misalnya syok dan
perdarahan, gejala- gejala seperti sakit kepala, penglihatan kabur,
proteinuria.
4. Hipertensi akibat kehamilan,
5. Bayi preterm atau bayi sakit
6. Tranfusi darah
7. Selama dan setelah pembedahan.
b) Kontra indikasi Mengukur Tekanan Darah
1. Pada dasarnya pemeriksaan tekanan darah dengan teknik ambulatori
ini tidak memiliki kontraindikasi mutlak. Namun pada beberapa
keadaan pemeriksaan ini tidak disarankan, yaitu pada pasien dengan
hipertensi maligna dengan tekanan darah sistol lebih dari 180 mmHg
atau tekanan darah diastol lebih dari 110 mmHg, serta pada kasus
hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan darah sistolik di atas 160
mmHg dan diastolik di bawah 70 mmHg.
2. Prosedur ini tidak disarankan pada kedua keadaan tersebut karena
pengukuran yang berlangsung selama 24 jam dapat menimbulkan
keterlambatan pengobatan pasien. Pada pasien dengan nadi yang tidak
teratur dan aritmia, pemeriksaan tekanan darah dengan teknik
ambulatori ini dapat menghasilkan hasil yang tidak akurat sehingga
tidak rutin dikerjakan.
c) Tahap Kerja
1. Persiapan Alat
a. Sphygmomanometerrn atau aneroid tensimeter
b. stetoskop
c. sarung tangan bersih
d. antiseptic

7
e. buku catatan
2. Persiapan Pasien
Lakukan tindakan dengan 5s (senyum salam sapa sopan santun)
Lakukan perkenalan diri dan identifikasi pasien
3. Persiapan Lingkungan
a. 1.Jaga privasi pasien dengan meas ang sampiran / sketsel
b. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman.
4. Pelaksanaan Tindakan
a. cuci tangan dan pakai sarung tangan
b. Posisikan px (duduk, berbaring atau berdiri)
c. Letakkan tensimeter sejajar dengan jantung atau sedikit di bawah
jantung
d. Gulung lengan baju ke atas, lalu pasang manset tensimeter pada
lengan atas, 2- 3 cm di atas fossa cubiti. Posisikan pipa karet
sejajar dengan arteri. Pemasangan manset tidak boleh terlalu
kenceng atau terlalu longgar.

2.3.2 Nadi
Denyut nadi merupakan frekuensi pemompaan jantung pada arteri. Pengukuran
denyut nadi bermanfaat untuk menentukan irama dan kekuatan nadi. Pengukuran
denyut nadi dilakukan dengan menggunakan stetoskop atau menggunakan jari yang
ditekankan pada nadi penderita selama 60 detik. Pengukuran denyut nandi dapat
dilakukan pada 5 jenis arteri, yaitu:
1. Arteri radialis (pergelangan tangan)
2. Arteri brakialis (siku)
3. Arteri karotis (leher)
4. Arteri poplitea (belakang lutut)
5. Arteri dorsalis pedis (kaki)

8
Denyut nadi normal untuk orang dewasa adalah 60-100 kali per menit, dapat
disebut juga dengan detak jantung normal. Pada bayi dan anak-anak, denyut nadi
normal cenderung lebih tinggi daripada orang dewasa.
Denyut nadi seseorang dapat meningkat akibat beberapa faktor, seperti olahraga,
emosi, kondisi sakit, atau mengalami cedera. Sama seperti pengukuran tekanan
darah, pengukuran denyut nadi juga sebaiknya dilakukan setelah seseorang
beristirahat terlebih dahulu.
a) Indikasi
1. Saat pasien akan melakukan pembedahan
2. Saat pasien di rawat inap, sebagai data pengkajian
3. Sewaktu diperlukan pemeriksaan tanda tanda vital
4. Secara rutin dilakukan bersamaan dengan pengukuran suhu, tekanan darah,
dan respirasi
b) Kontra Indikasi Pemeriksaan Nadi
1. Jika pengukuran denyut nadi yang dilakukan oleh pelayan
kesehatan dibawah normal.
c) Tahap Kerja
1. Persiapan Alat
a. Arloji stetoskop
b. Sarung tangan bersih
c. Bikin catatan
2. Persiapan Pasien
a. Lakukan tindakan dengan 5s (senyum salam sapa sopan sant un)
b. Lakukan perkenalan dir dan identifikasi pasien
c. Jelaskan maksud dan tujuan tindakan dan buka kalimat terbuka
d. Jelaskan prosedur tindakan
e. Buat infrom consent
f. Persiapan Lingkungan
g. Jaga privasi pasien dengan measang sampiran / sketsel
h. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman

9
3. Pelaksanaan Tindakan
a. cuci tangan dan pakai sarung tangan
b. Posisikan px ( duduk, berbaring atau berdiri)
b. Anjurkan px untuk rileks
c. Tempelkan 3 jung jari tengah pada bagian dalam pergelangan tangan
untuk mencari denyutan A. radialis. Tekankan ujung ketiga jari tengah
supaya bisa merasakan denyutan A. radialis, tetapi jangan terlalu
kenceng karena akan menyakiti px.
d. Hitung frekuensi denyut nadi selama 1 menit penuh atau selama 30 detik
lalu dikalikan dua.

e. Evaluasi ritme nadi.

f. Rapikan px dan beritahukan hasil pemeriksaan.

g. Alat - alat dirapikan dan disimpan di temaptnya

h. Lepas sarung tangan dan cuci tangan


i. Catat hasil pengukuran ke lembar pemeriksaan atau buku catatan

2.3.3 Laju Pernapasan


Laju pernapasan sama dengan frekuensi pernapasan. Pengukuran laju
pernapasan dilakukan dengan menghitung jumlah pengembangan dada seseorang
untuk menarik napas dalam waktu satu menit. Pengukuran laju pernapasan
umumnya dilakukan pada saat istirahat. Metode ini bertujuan untuk menilai sulit
atau tidaknya seseorang bernapas.
Respirasi normal atau pernapasan normal untuk orang dewasa adalah 12-20 kali
per menit. Sementara pada bayi dan anak-anak, laju perapasan normal lebih tinggi
daripada orang dewasa. Laju pernapasan dapat mengalami peningkatan dengan
olahraga, demam atau karena penyakit paru, atau kondisi medis lainnya.

10
a) Indikasi
1. Maternal
a. Masuk RS dengan keluhan pernafasan, misalnya asma, nyeri dada,
tuberkolosis dil. Nyeri dada, sesak nafas, sianosis, kecelakaan lalu lintas
atau gannguan serius lainnya, seperti perdarahan hebat atau pre eklamsi
b. Selama dan setelah pembedahan
c. Adanya tanda2 perubahan pola nafas yang berkaitan dengan kesedihan
psikologis
2. Bayi
a. Pada saat lahir, sebagai bagian dari skor APGAR
b. Adanya tanda2 sianosis, retraksi strernum, pernafasan cuping hidung,
bunyi nafas sing, misalnya mendengkur atau pernafasan yang berat /
sulit, saat bayi menggunakan energy yang besar untuk bernafas.
b) Kontaindikasi
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Suhu Tubuh
4. Posisi tubu
5. Aktivitas
c) Tahap Kerja
1. lakukan prosedur ini setelah menghitung frekuensi nadi pasiendengan
tangan perawat tetap memegang arteri radialis. Alternatif lainnya,
lakukan prosedur ini saat px tidur, sebelum melakukan pengukuran TTV
lainnyaJika px tampak menahan nafas tepuk perlahan bahu atau kakinya
untuk merangsang pernafasan kembali normal

11
2. Observasi pergerakan dinding dadaatau rasakan gerakan dinding dada px
Observasi juga adanya kesulitan bernafas atau penggunaan otot
bantu pernafasan.
3. Hitung frekuensi pernafasan px (satu kali respirasi adalah satu inspirasi
dan satu ekspirasi) selama satu menit penuh jika pernafasan tampak
ireguler atau sangat lembut. Jika pernafasan tampak teratur, bisa
dihitung selama 30 detik lalu dikalikan
4. Catat ritme, kedalaman dan pola pemafasan ke dalam lembar pencatatan
5. Rapikan px dan beritahukan hasil pemeriksaan
6. Alat-alat dirapikan dan disimpan di tempatnya
7. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
8. Catat hasil pengukuran ke lembar pemeriksaan atau buku catatan

2.3.4 Suhu Tubuh


Suhu tubuh merupakan ukuran panas badan seseorang. Pengukuran suhu tubuh
dilakukan dengan menggunakan alat ukur suhu yang disebut dengan termometer,
bisa dilakukan melalui mulut, ketiak, dubur, telinga, dan kulit dahi.
Suhu tubuh normal untuk orang dewasa adalah 36,5- 37,5 derajat Celsius. Suhu
tubuh seseorang bisa berubah-ubah, biasanya dipengaruhi oleh aktivitas, makanan,
konsumsi cairan, cuaca, dan jenis kelamin, terutama wanita pada saat mengalami
masa subur.
a) Indikasi
1. Pada saat pertama kali mencatat riwayat kx, sebagai data dasar
2. Pada setiap pemeriksaan antenatal

3. Pada kondisi klinis yang telah ditetapkan, misalnya syok dan perdarahan,
gejala-gejala seperti sakit kepala, penglihatan kabur, proteinuria.

4. Hipertensi akibat kehamilan.

5. Bayi preterm atau bayi sakit


12
6. Tranfusi darah

7. Selama dan setelah pembedahan.

8. Luka Bakar
9. Luka Terbuka
10. Infeksi

b) Kontaindikasi
1. Bayi

2. Anak Kecil

3. Klien Dengan Bedah oral

4. Nyeri atau trauma pada mulut


5. Klien tidak sadar
6. Pernapasan Mulut
c) Tahap Kerja
1. Persiapan Alat
a) Tissue
b) Thermometer sesuai kebutuhan (aksila, rectal, oral, atau timpani)
c) Pelumas
d) Wadah yang berisi cairan desinfektan, air sabun dan air bersih
e) Piala ginjal Sarung tangan bersih
f) Baki
g) Alas baki
h) Buku untuk mencatat
2. Persiapan Pasien
a) Lakukan tindakan dengan 5s (senyum salam sapa sopan santun)
Lakukan perkenalan diri dan identifikasi pasien
13
b) Jelaskan maksud dan tujuan tindakan dan buka kalimat terbuka
c) Jelaskan prosedur Tindakan
d) Buat infrom consent
3. Persiapan Lingkungan
a) Jaga privasi pasien dengan measang sampiran / sketsel
b) Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
4. Pelaksanaan Tindakan
a) Termometer Aksila.
1) Cuci tangan dan pakai sarung tangan
2) Buka dua kancing baju pasien pada bagian atas, atau jika pasien
memakai kaos gulung lengan kaos hingga bahu.
3) Berikan tisu pada px, minta px untuk membersihkan ketiak dengan
tisu. Jika px tidak sadar atau tidak memungkinkan menekuk
tangannya, perawat membantu px membersihkan ketiak
4) Jika menggunakan termometer raksa, periksa terlebih dahulu
apakah raksa sudah menunjukkan angka di bawah 35°C; turunkan
raksa hingga di bawah 35°C sebelum mengukur suhu tubuh. Jika
menggunakan thermometer digital, periksa terlebih dahulu
baterainya.
5) Letakkan bagian logam thermometer tepat di tengah ketiak.
Perhatikan jangan sampai berdesakan dengan baju pasien.

6) Setelah thermometer terpasang dengan tepat, minta pasien untuk


mengempit thermometer. Thermometer tetap di ketiak selama 5
14
menit (thermometer raksa) atau hingga alarm thermometer berbunyi
( thermometer digital ).
7) Ambil thermometer dari ketiak px lalu baca hasil pengukuran
suhunya. Masukkan ke dalam cairan desinfektan selama 15 menit,
lalu cuci dengan air sabun, dan bilas dengan air bersih. Jika
menggunakan thermometer digital, bersihkan ujung thermometer
dengan kapas alcohol. Segera keringkan setelah termometer
dibersihkan.
8) Turunkan air raksa hingga di bawah 35°C lalu kembalikan pada
tempatnya.
9) Rapikan pasien dan beritahukan hasilnya pada pasien
10) Kembalikan alat yang digunakan pada tempatnya
11) Lepas sarung tangan dan cuci tangan
12) Dokumentasikan dalam lembar pemeriksaan atau buku catatan px.

b) Termometer Rektal
1) Cuci tangan
2) Buka tutup jelly, oleskan sedikit pada ujung thermometer rectal
3) Buka celana pasien atau singkapkan baju pasien ke atas lalu
bersihkan permukaan luar rectum pasien
4) Gunakan tangan tidak dominan untuk mengangkat pantat bagian
atas pasien hingga perawat bisa melihat rectum pasien.

15
Dengan tangan dominan, masukkan thermometer rektal ke dalam
rectum sepanjang 5-7,5 cm untuk dewasa dan 1,5-2 cm untuk bayi.
Minta pasien untuk menarik napas panjang saat thermometer
dimasukkan dan anjurkan untuk tidak mengedan. 5. Diamkan
thermometer selama 3-5 menit, lalu ambil thermometer dari rectum
pasien.

5) Baca hasil pengukuran suhu


6) Bersihkan ujung thermometer yang masuk ke dalam rectum
dengan tissue, lalu rendam dalam cairan desinfektan selama 15
menit. Setelah direndam, cuci dengan air sabun dan bilas dengan
air bersih lalu keringkan.
7) Turunkan air raksa hingga di bawah 35°C lalu kembalikan pada
tempatnya.
8) Rapikan pasien dan beritahukan hasilnya pada pasien.
9) Kembalikan alat yang digunakan pada tempatnya
10) Lepas sarung tangan dan cuci tangan
11) Dokumentasikan dalam lembar pemeriksaan atau buku catatan
pasien.

c) Termometer Oral

16
1) Cuci tangan dan pakai sarung tangan
2) Minta pasien untuk mengangkat lidah ke atas. Letakkan ujung
logam thermometer oral tepat di bawah lidah (di salah satu
frenulum)
3) Minta px untuk mengatupkan bibir dan menahan thermometer
dengan bibir selama 3-5 menit, dan tidak berbicara selama
thermometer masih di mulut.
4) Setelah 3-5 menit, ambil thermometer lalu lihat hasilnya. Baca
thermometer dengan cara meletakkan thermometer sejajar dengan
mata.
5) Bersihkan ujung thermometer yang masuk ke dalam mulut denagn
tissue, lalu rendam dalam cairan desinfektan selam 15 menit.
Setelah direndam, cuci dengan air sabun dan bilas denagn air
bersih lalu keringka
6) Turunkan air raksa hingga dibawah 35°C lalu kembalikan pada
tempatnya.
7) Rapikan px dan beritahukan hasilnya pada pasien
8) Kembalikan alat yang digunakan pada tempatnya
9) Lepas sarung tangan dan cuci tangan
10) Dokumentasikan dalam lembar pemeriksaan atau buku caatan px.

PENGUKURAN TEMPERATUR AURAL


1) Cuci tangan dan persiapkan alat-alat di dekat klien
2) Pakai sarung tangan
3) Siapkan thermometer tympani, jika klien menggunakan alat bantu
dengar, keluarkan dengan hati-hati dan tunggu hingga 1-2 menit
4) Bersihkan telinga dengan kapas
5) Buka bagian luar telinga, dengan perlahan-lahan masukkan
thermometer sampai liang telinga
6) Tekan tombol untuk mengaktifkan thermometer

17
7) Pertahankan posisi thermometer selama pengukuran sampai
muncul suara atau timbul tanda cahaya pada thermometer
GAMBAR
8) Ambil thermometer dan baca hasilnya
9) Rapikan klien
10) Cuci tangan
11) Dokumentasikan hasil pemeriksaan
2.4 Pengenalan Instrumen Pemeriksaan Fisik dan Tanda-Tanda Vital
2.5Nama Gambar Fungsi
Peralatan
Peralatan untuk Kegunaan
pemeriksaan thermometer
tanda-tanda adalah
vital menukur suhu
Thermometer air raksa badan.

Thermometer digital

Untuk
mengukur
tekanan darah

Tensimeter

18
Timbangan Berat Untuk
Badan mengukur
Berat Badan

Timbangan berat badan dewasa

Timbangan Berat Badan Bayi


Refleks Hammer Untuk
memeriksa
kemampuan
refleksi
bagian
tertentu
Refleks Hammer tubuh kita
misalnya
lutut, rongga
dada, rongga
belakang
(punggung)

Sudip Lidah/ Tong Digunakan


spatel/ Tongue untuk
depressor/ Tongue menekan lidah
Blade agar dpat
memeriksa
atau melihat
Sudip lidah kelainan pada
mulut atau
tenggorokan.

19
Spatel
Laringeal mirror Untuk
(kaca mulut memeriksa /
melihat
tenggorokkan

Head mirror, Untuk


head lamp, head memriksa
band ( Lampu rongga
kepala) telinga,
hidung,
tenggorokkan
dan mata
melalui
pantulan
sinar.

20
2.6 Pemeriksaan TTV/Vital Sign

NO KEGIATAN
I. INFORMED CONCENT
1. Menyapa pasien/ keluarga
2. Menjelaskan tujuan
3. Menjelaskan prosedur tindakan
4. Menjelaskan keuntungan tindakan
5. Menjelaskan resiko yang mungkin terjadi selama tindakan
6. Pastikan pasien dan keluarganya telah mengerti
7. Persetujuan tindakan (lisan/tulisan)

II.
PERSIAPAN ALAT
Baki beralas :
1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Thermometer dalam tempatnya (lengkap dengan 3 macam cairan dalam
tempatnya yaitu air sabun, air bersih, larutan disinfektan) didalam
cairan masing – masing diletakkan kassa
4. Bengkok
5. Kom berisi tissue
6. Sampiran bila perlu

III.
PERSIAPAN LINGKUNGAN
1. Pasang sampiran,
2. Atur pencahayaan
3. Atur suhu dalam suatu ruangan agar menyegarkan dan nyaman

21
IV.
PERSIAPAN PASIEN
1. Atur posisi sesuai dengan kebutuhan (jika pasien tidak dapat duduk
maka posisi pasien tidur terlentang dengan bantal sepenuhnya)
2. Buka pakaian pasien sesuai dengan kebutuhan.

V.
PERSIAPAN PENOLONG
1. Cuci tangan hingga siku dengan sabun dengan menggunakan air
mengalir dan keringkan dengan tisu/handuk/pengering
2. Penolong berdiri di sisi kanan pasien.
3. Pasang stetoskop dileher
VI.
PELAKSANAAN TINDAKAN
1. Tentukan tempat pengukuran (ORAL, AXILA, RECTAL)
2. Bersihkan Daerah yang akan diukur dengan tissue (untuk daerah axilla
dan rectal)
3. Untuk ORAL :
a. pegang air raksa pada bagian belakang yang di tandai warna \
pada puncak batang thermometer
b. cuci dalam air sabun kemudian dengan air bersih terakhir
dengan air lisol
c. keringkan thermometer dengan tissue dari ujung kaca kearah
jari dengan gerakan rotasi
d. baca tingkat air raksa, bila lebih dari 35,5ºc turunkan dengan
gerak pergelangan yang kuat (thermometer air raksa)
e. tempatkan thermometer dibawah lidah pasien dalam kantong
sublingual
f. minta pasien untuk menahan thermometer selama (3-5 menit)
dengan bibir tertutup dan hindari penggigitan. Bila pasien tidak
mampu menahan thermometer pegang termometernya
g. keluarkan thermometer nya dengan hati-hati lab bersih dengan

22
tissue terus baca tingkat air raksa
h. turunkan air raksa, cuci seperti sebelum dipakai
i. lalu simpan kembali ke dalam kotaknya

4. untuk AXILLA :
a. pegang air raksa pada bagian belakang yang ditandai warna\
pada puncak batang thermometer
b. cuci dalam air sabun kemudian air bersih terakhir air lisol
c. keringkan thermometer dengan tissue dari ujung kaca kea rah
jari dengan gerakan rotasi
d. baca tingkat air raksa, bila lebih dari 35,5ºc turunkan dengan
gerak pergelangan yang kuat (thermometer air raksa)
e. bukak pakaian pasien sepenuhnya lalu letakkan thermometer di
ketiak lalu silang ke dada pasien
f. biarkan selama 5 menit
g. ambil thermometer nya dengan hati-hati lab bersih dengan
tissue terus baca tingkat air raksa
h. turunkan air raksa, cuci seperti sebelum di pakai lalu simpan
kembali pada tempatnya

5. untuk RECTAL :
a. pegang air raksa pada bagian belakang yang di tandai warna \
pada puncak batang thermometer

b. cuci dalam air sabun kemudian dengan air bersih terakhir


dengan air lisol
c. keringkan thermometer dengan tissue dari ujung kaca kearah
jari dengan gerakan rotasi
d. baca tingkat air raksa, bila lebih dari 35,5ºc turunkan dengan
gerak pergelangan yang kuat (thermometer air raksa)
e. lumasi dengan pelicin pada ujung tabung (2,5-3,5 cm)
f. masukan thermometer anus (3,5 cm untuk dewasa dan 2,5 cm

23
untuk bayi)
g. biarkan thermometer selama 2menit
h. lab anal pasien
i. turunkan tingkatan air raksa lalu simpan pada tempatnya

6. NADI :
a. Atur Posisi Pasien (duduk\tidur)
b. Tentukan tempat pengukuran nadi
c. Letakkan tiga jari (telunjuk, tengah, dan jari manis)
d. Hitung selama 1 menit

7. PERNAPASAN :
a. Anjurkan pasien untuk berbaring
b. Tempatkan lengan pasien dalam posisi menyilang abdomen
atau dada letakkan lansung tangan anda pada abdomen atas
pasien
c. observasi 1 siklus pernapasan lengkap (inspirasi dan ekspirasi)
d. Hitung selama 1 menit

8. TEKANAN DARAH :
a. Tentukan sisi pengukuran tekanan darah
b. Atur posisi pasien (duduk \ tidur)
c. Buka semua lengan atas tanpa adanya konsriksi apapun
siseputar lengan akibat lembar pakaian
d. Palpasi arteri brankhial pusat anak panah yang terarah pada
manset ke arteri brankhial
e. Pastikan memometer ditempatkan pertikal sejajar
f. Bila tidak mengetahui tekanan sistolik normal pasien palpasi
arteri radial dan pompa manset sampai 30 mmHg di atas titik
dimana denyut arteri berlahan menghilang
g. Kempeskan manset lalu lepaskan manset
VII

24
VIII DOKUMENTASI
BERESKAN ALAT

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan makalah ini adalah setelah memahami tentang tanda-tanda vital.
kesimpulannya adalah kesehatan pada tubuh kita itu sangat penting. Terutama bagi
tanda-tanda vital seperti denyut nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu badan, dan
berat badan Bagaimana prosedur pelaksanaan yang berperan penting kepada
masyarakat atau pun pasien dan bertujuan untuk menambah pengetahuan. Seperti
pada tekanan darah, seiring dengan bertambahnya umur seseorang maka tekanan
darah akan meningkat. Dan emosi ataupun rasa nyeri yang di alami oleh seseorang
itu juga berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan darah. Dengan demikian Suhu
tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh, denyut nadi dapat
menunjukkan perubahan pada sistem kardiovaskular, frekuensi pernapasan dapat
menunjukkan fungi pernapasan, dan tekanan darah dapat menilai
kemampuansistem kardiovaskuler, yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi.

3.2 Saran
Dari penjelasan di atas kita harus lebih teliti untuk mengkaji suatu tanda- tanda
vital. Karena kalau kita tidak teliti dalam mengkaji tanda- tanda vital maka kita
tidak bisa memberikan evaluasi respon klien terhadap intravena yang diberikan
karena pemeriksaan tada -tanda vital merupakan bagian dari proses pemeriksaan
pasien

25
DAFTAR PUSTAKA

Morton, Patricia Gonce. Paduan Pemeriksaan Kesehatan. 2003. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.
Uliyah, Musrifatul dan teman-teman. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Haris. (2013). Deteksi 4 Tanda Vital Pasien Rumah Sakit Berbasis Fuzzy
Database.
Vol.4 No. 1 Juni 2013: 529-536
Lumban. (2011). Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Praoperasi
Terhadap Tanda Vital Pasien Di Rsup. H. Adam Malik Medan. USU.
Medan
Edwian, Rizal Dan Hadiyoso. (2016). Multipoint Vital Sign Monitoring System
Using Zigbee Wireless Sensor Network. E-Proceeding Of Engineering:
Vol.3, No.2 Agustus 2016

26

Anda mungkin juga menyukai