Anda di halaman 1dari 20

Laporan Lengkap Praktikum

Pembimbing : Ns. Wa Ode Sri Asnaniar, S.Kep,M.Kes

Ilmu Dasar Keperawatan I


“PEMERIKSAAN TANDA VITAL”

Oleh :
Nama : Rismayani
NIM : 14220210024
Kelas : B2
Kelompok : 1 (satu)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Ilmu Dasar Keperawatan I dengan judul
“Pemeriksaan Tanda Vital” yang disusun oleh :

Nama : Rismayani
NIM : 14220210024
Kelas : B2
Kelompok : 1 (satu)

Telah diperiksa oleh Pembimbing dan Koordinator Laboraturium


dan dinyatakan diterima.

Koordinator Laboratorium Makassar, November 2021


Pembimbing

Ns. Nur IlahPadhila,S.Kep,M.Kes _________________

Mengetahui,
Kordinator Mata Kuliah

Ns. Wa Ode Sri Asnaniar, S.Kep,M.Kes

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

I.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

I.2 Tujuan Praktikum.......................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4

II.1 Pemeriksaan Tanda-tanda Vital .................................................. 4

II.2 Pemeriksaan Penglihatan ............................................................ 6

BAB III METODE PRAKTIKUM .................................................................. 7

III.1 Bahan dan Alat ........................................................................... 7

III.2 Cara Kerja .................................................................................. 7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 12

IV.1 Tabel Hasil Praktikum .............................................................. 12

IV.2 Pembahasan ............................................................................ 11

BAB V PENUTUP .................................................................................... 14

V.1 Kesimpulan ............................................................................... 14

V.2 Saran......................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 16

LAMPIRAN............................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pengukuran yang paling sering dilakukan oleh praktisi Kesehatan
adalah pengukuran suhu, nadi, tekanan darah dan frekuensi pernafasan.
Sebagai indikator dari status Kesehatan, ukuran-ukuran ini menendakan
keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural dan endokrin tubuh, karena
sangat penting maka disebut tanda vital. Pengukuran tanda vital memberi
data untuk menentukan status Kesehatan klien yang lazim. Perubahan
tanda vital dapat juga menandakan kebutuhan dilakukannya intervensi
keperawatan dan medis.
Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau
kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon
klien terhadap intervensi. Pengkajian tanda vital memungkinkan perawat
untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengimplementasikan
rencana intervensi dan mengevaluasi keberhasilan bila tanda vital
dikembalikan pada nilai yang dapat diterima. Ketika perawat mempelajari
variabel yang mempengaruhi tanda vital dan mengenali hubungan
perubahan tanda vital tersebut terhadap temuan lain dalam pengkajian
fisiologis, masalah klien dapat ditentukan dengan tepat. Teknik
pengukuran yang cermat menjamin temuan yang akurat. Hal inilah yang
membuat penulisan makalah dengan judul “Prosedur Pemeriksaan Tanda-
Tanda Vital”.
Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi
adanya perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi tekanan darah,
denyut nadi, suhu tubuh, frekuensi pernafasan, berat badan dan tinggi
badan. Tanda vital mempunyai nilai yang sangat penting bagi fungsi
tubuh (Trisna, 2018).
Adanya perubahan tanda vital maka mempunyai arti sebagai indikasi
adanya kegiatan organ-organ di dalam tubuh. Pada prinsipnya
pemeriksaan tanda vital tidak selalu sama antara pasien satu dengan

1
yang lainnya. Tingkat frekuensi pengukuran akan lebih seringa tau lebih
ketat pada pasien dengan tingkat krisis yang tinggi dibandingkan dengan
pasien yang tidak kritis atau terlalalu parah (Trisna, 2018).
Disamping itu pemeriksaan tanda vital difungsikan sebagai
pemeriksaan tambahan untuk penegah diagnosis penyakit oleh dokter,
sehingga dokter selain bertanya atau anamnesis juga melakukan
pemeriksaan fisik berupa pengukuran-pengukuran tersebut. Maka dokter
dapat menyingkirkan diagnosis banding atau kemungkinan penyakit lain
dan menetapkan diagnosis pasti (Trisna, 2018).
Dengan adanya pemeriksaan tinggi dan berat tubuh pasien dapat
diketahui kondisi umum dan status gizi pasien. Dimana kondisi dan status
tersebut berkaitan dengan onset obat dan fase absorbs obat. Jika
pemberian obat tidak sesuai maka dampaknya terletak pada cara kerja
obat yang tidak maksimal. Dimana dosis obat akan habis terlebih dahulu
karena proses penghantaran obat untuk mencapai targer terlalu Panjang
dan akan habis diserap oleh tubuh atau sebaliknya (Trisna, 2018).
Guna pemeriksaan suhu tubuh, kita dapat mengetahui rentang suhu
badan pasien untuk menentukan Tindakan keperawatan dan menegakkan
diagnosis keperawatan. Status gizi yang didapt melalui tinggi dan berat
badan pasien, mempengaruhi tinggi rendahnya suhu badan. Karena
pasien yang memiliki status gizi rendah akan memiliki suhu tubuh yang
rendah di karenakan matabolisme tubuh yang rendah dan pasien yang
memiliki status gizi berlebih atau obesitas akan memiliki suhu badan yang
lebih tinggi karena metabolism meningkat (Trisna, 2018).
I.2 Tujuan Praktikum
I.2.1 Tujuan Praktikum (Pemeriksaan Tanda Vital)
1. Mempelajari dan mengetahui cara pengukur tekanan darah pada
manusia.
2. Mempelajari dan mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi
tekanan darah arteri pada manusia secara fisiologi.
3. Memeriksa frekuensi nadi dengan benar

2
4. Menguraikan anatomi sistem pernapasan
5. Memeriksa dan menghitung frekuensi pernapasan dengan tepat
6. Memeriksa suhu badan dengan benar dengan thermometer dengan
cara yang tepat dan benar
I.2.2 Tujuan Praktikum (Pemeriksaan Penglihatan)
1. Menguraikan anatomi sistem indra : penglihatan
2. Memeriksa ketajaman penglihatan jarak jauh
3. Memeriksa ketajaman penglihatan jarak dekat
4. Memeriksa kemampuan mata melihat warna

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan yang
memiliki bagian penting dalam menilai fisiologis dari sistem tubuh secara
keseluruhan. Pemeriksaan tanda vital meliputi pemeriksaan tekanan
darah, frekuensi denyut nadi, dan laju respirasi. Tekanan darah dapat
menilai kemampuan sistem kardiovaskuler, yang dapat dikaitkan dengan
denyut nadi, laju pernafasab dapat menunjukkan fungsi pernafasan dan
paru-paru. Semua tanda vital tersebut saling berhubungan dan saling
mempengaruhi (Devi, 2018).
Selain pemeriksaan tanda vital, salah satu cara untuk mengetahui
kondisi Kesehatan seseorang yaitu dengan pemeriksaan kadar
hemoglobin dalam darah. Gangguan Kesehatan yang disebabkan oleh
rendahnya kadar hemoglobin salah satu yaitu anemia. Keadaan fisiologis
normal seseorang diperlukan untuk melakukan aktivitas sehari-hari,
demikian pula aktivitas belajar (Devi, 2018)
Konsentrasi merukan salah satu dari fungsi kognitif otak. Fungsi otak
yang terdistribusi berarti tidak terlokasi pada region otak tertentu, namun
membutuhkan aksi dari berbagai bagian pada kadua sisi otak. Fungsi otak
yang berdistribusi antara lain atensi dan konsentrasi, memori, fungsi
eksekutif yang lebih tinggi, konduksi social dan kepribadian. Konsentrasi
berhubungan dengan atensi. Atensi sebagai proses penyaring (scanning),
memfokuskan perhatian atau dikenal dengan istilah konsentrasi
(focusing), mempertahankan fokus perhatiab pada objek yang relevan dan
mengabaikan objek yang tidak relevan dengan tujuan dalam waktu
tertentu serta mengubah fokus perhatian dari kegiatan yang satu dengan
kegiatan selanjutnya (Devi, 2018).
Analisis statistik menunjukkan hubungan yang sangat lemah antara
tanda vital dan kadar hemoglobin dengan tingkat konsentrasi belajar.
Tanda vital yang meliputi denyut nadi, tekanan darah yang terbagi menjadi

4
tekanan sistol dan diastole, dan laju pernafasan juga menunjukkan
hubungan yang sangat lemah dengan konsentrasi belajar yang meliputi
aspek kecepatan dan konstansi. Sedangkan pada nilai aspek ketelitian
juga menunjukkan hasil hubungan yang lemah (Devi, 2018).
II.1.1 Denyut Nadi
Denyut nadi dapat diraba pada arteri beser seperti a.radialis,
a.brakhialis, a.femoralis, a.karotis. Jantung memompa darah vertrikel kiri
menuju ke sirkulasi tubuh dan ventrikel kanan ke paru. Dari ventrikel kiri
darah dipompa ke aorta dan diteruskan ke arteri di seluruh tubuh. Akibat
kontraksi ventrikel dan aliran darah timbulan gelombang tekanan yang
bergerak cepat pada arteri yang dirasakan sebagai denyut nadi. Dengan
menghitung frekuensi denyut nadi dapat diketahui frekuensi denyut
jantung dalam satu menit (Sutejo, 2016).
II.1.2 Tekanan darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan sphygmomanometer air
raksa, digital atau aneuroid dengan menggunakan satuan milimeter air
raksa (mmHg). Ukuran manset berpengaruh terhadap besarnyaa nilai
tekanan darah. Panjang manset sebaiknya melingkar +80% lengan atas
yang akan dipasang manset tersebut, sedangkan lebar manset +40%
Panjang lengan atas. Ukuran manset yang kecil menyebabkan nilai
tekanan darah meningkat dari yang seharusnya begitu pula sebaliknya.
Oleh karena itu sebaiknya disediakan manset dengan ukuran normal dan
anak-anak (Sutejo, 2016).
II.1.3 Suhu tubuh
Alat untuk mengukur suhu tubuh adalah termometer. Terdapat
berbagai macam termometer diantaranya termometer air raksa dan
elektrik (digital). Pengukuran suhu dapat dilakukan pada mulut, ketiak
(aksila) dan rectum (anus). Untuk itu perlu dibedakan atau diberi label
untuk masing-masing termometer terrsebut agar tidak terjadi salah
pemakaian. Pengukuran suhu melalui mulut pada penderita dengan
kesadaran baik merupakan cara yang paling mudah dan memberikan

5
hasil yang baik. Termometer air raksa sebaiknya tidak digunakan untuk
mengukur suhu melalui mulut pada penderita dengan kesadaran menurun
atau bila penderita baru makan/minum panas atau dingin. Pemeriksaan
dengan cara ini ditunda 10-15 menit agar tidak mempengaruhi hasil
pengukuran. Pengukuran pada aksila dapat dilakukan pada penderita
yang sadar maupun tidak sadar, tetapi terkadang harus membuka baju
penderita. Hasil kurang tepat bila terjadi vasokonstriksi pembuluh darah
kulit (missal hypovolemia, syok, suhu sekitar dingin, habis mandi). Suhu
rektal merupakan suhu inti tubuh (core temperature) karena itu merupakan
pengukuran yang paling tepat dibandingkan cara oral dan aksila. Namun
demikian car aini lebih sulit dan kurang nyaman bagi penderita (Sutejo
2016).
II.1.4 Pernafasan
Pernafasan merupakan pergerakana involunter (tidak disadari) dan
volunter (disadari) yang diatur oleh pusat nafas di batan otak dan
dilakukan dengan bantuan otot-otot pernafasan. Pada waktu inspirasi,
diafragma dan otot-otot interkostalis berkontraksi, memperluas rongga
thoraks dan memekarkan paru-paru. Dinding dada akan bergerak ke atas,
ke depan, dan ke lateral, sedangkan diafragma bergerak ke bawah.
Setelah inspirasi berhenti paru-paru akan mengkerut, diafragma akan naik
secara pasif dan dinding dada akan Kembali ke posisi semula (Sutejo,
2016).
II.2 Pemeriksaan Penglihatan
Mata merupakan indra penglihatan pada manusia. Mata dibentuk
untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina
selanjutnya dengan perantaraan serabut-serabut nervus optikus,
mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk
ditafsirkan (Everlyn,1990)

6
BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat dan Bahan (Pemeriksaan Tanda Vital)
1. Manometer air raksa atau aneroid
2. Stetoskop
3. Termometer
III.1.2 Alat dan Bahan (Pemeriksaan Penglihatan)
1. Trial frame
2. Perimeter
3. Ishihara test
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Pengukuran tekanan darah arteri
Dalam mencatat tekanan darah secaara fisiologis, orang coba harus
berada dalam keadaan yang menyenangkan dan lepas dari pengaruh-
pengaruh yang dapat mempengaruhi hasil pencatatan. Pencatatan
tekanan darah ini adalah dengan metode tak langsung
1. Cara palpasi ( metode riva rocci)
a. segala bentuk pakain harus dilepaskan dan ditanggalkan dari
lengan atas dan manset dipasang dengan ketat dan sempurna
pada lengan
b. Saluran karet dari manset kemudian dihubungkan dengan
manometer
c. Rabalah arteri radialis pada pergelangan tangan orang coba dan
tekanan dalam manset dinaikkan dengan memompa sampai denyut
nadi radialis menghilang
d. Turunkan tekanan dalam manset dengan memutar tombol pada
pompa perlahan-lahan dengan kecepatan kira-kira 3 mm/detik
e. Denyut arteri radialis akan teraba kembali yang menunjukkan
tekanan darah sistolis.
2. Cara auskultasi

7
a. Raba arteri brachialis untuk mengetahui tempat untuk meletakkan
stetoskop.
b. Pompa manset sehingga tekanannya melebihi tekanan sistolis.
c. Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sambil meletakkan
stetoskop di atas arteri brachialis pada siku.
d. Saat terdengar bunyi mengetuk akibat turbulensi saat melewati
arteri yang tertekan oleh manset, bunyi yang terdengar disebut
bunyi korotkof yang dapat dibagi dalam lima fase berbeda.
Fase I : Timbulnya dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang
jelas dan makin lama makin keras sewaktu tekanan
menurun 10-14 mmHg berikutnya (sistole)
Fase II :Bunyi berubah kualitasnya menjadi bising selama
penurunan tekanan 15-20 mmHg berikutnya.
Fase III : Bunyi sedikit berubah dalam kualitas tetapi menjadi lebih
jelas dan keras selama penurunan tekanan 5-7 mmHg
berikutnya.
Fase IV : Bunyi meredam (melemah) selama penurunan 5-6 mmHg
berikutnya (diastole). Setelah bunyi menghilang.
Fase V : Titik dimana bunyi menghilang.
3. Cara osilasi
a. Dengan melihat osilasi air raksa pada manometer/ jarum aneroid.
Manset dipompa sampai tekanan 10-20 mmHg melebihi tekanan
sistolis yang ditentukan dengan cara Riva Rocci.
b. Turunkan tekanan manset dengan perlahan-lahan sambil
memperlihatkan air raksa manometer atau jarum anerois.
c. Osilasi air raksa atau hentakan jarum aneroid menunjukkan
tekanan sistolis ( catatlah hasilnya)
d. Turunkan tekanan manset sampai osilasi air raksa atau hentakan
jarum aneroid menghilang yang menunjukkan tekanan diastolic (
catat pula hasilnya)
Protokol

8
1. Tekanan darah istirahat
a. Tekanan darah setelah berbaring 5 menit, setelah duduk 5
menit dan setelah berdiri 5 menit.
b. Ukur tekanan darah masing-masing orang coba.
2. Pengaruh perubahan sikap
a. Tekanan darah selama berbaring 5 menit, berdiri segera
ukurlah tekanan darah dengan lengan lurus ke bawah.
b. Ukurlah tekanan darah masing-masing orang coba
3. Pengaruh kerja otot
a. Catatlah tekanan darah kontrol masing-masing orang coba
terlebih dahulu.
b. Orang coba berlari-lari di tempat selama 3-5 menit, kemudian
ukur tekanan darahnya.
4. Pengaruh berpikir
a. Catatlah tekanan darah kontrol masing-masing orang coba
terlebih dahulu.
b. Orang coba diberi soal yang sulit misalnya matematika
sehingga orang coba tersebut berpikir dan sementara berpikir
ukurlah tekanan darah masing-masing orang coba.
III.2.2 Pemeriksaan nadi
1. Orang coba dapat dalam posisi duduk ataupun berbaring.
2. Lengan dalam posisi bebas (relaks), perhiasan dan jam tangan
dilepas.
3. Periksalah denyut nadi pergelangan tangan (a.radialis) dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah anda pada sisi fleksor
bagian lateral dari tangan penderita.
4. Hitunglah berapa denyutan dalam satu menit dengan cara menghitung
denyutan dalam 30 detik, kemudian hasilnya dikalikan dengan dua.
5. Perhatikan pula irama dan kualitas denyutannya.
6. Catatlah hasil pemeriksaan tersebut.
III.2.3 Pemeriksaan pernafasan

9
1. Secara inspeksi, perhatikan secara menyeluruh Gerakan pernafasan
penderita, kadang deperlukan cara palpasi, untuk sekalian
mendapatkan perbandingan antara kanan dan kiri
2. Pada inspirasi, perhatikanlah :Gerakan kesamping iga, pelebaran sudut
epigastrium dan penambahan besarnya ukuran anteroposterior dada.
3. Pada ekspirasi, perhatikan : masuknya Kembali iga, penyempitan
sudut epigastrium dan penurunan besarnya ukuran anteroposterior
dada.
4. Perhatikan pula adanya penggunaan otot bantu pernafasan.
5. Menghitung Gerakan pernafasan minimal selama satu menit.
6. Catatlah irama, frekuensi dan adanya kelainan gerakan.
III.2.4 Pemeriksaan suhu
1. Pastikan permukaan air raksa menunjuk di bawah 35,5°C.
2. Tempatkan ujung thermometer yang berisi air raksa pada apex fossa
axillaris kiri dengan sendi bahu adduksi maksimal.
3. Tunggu 3-5 menit, kemudian dilakukan pembacaan.
4. Catat dan laporkan hasil pembacaan tersebut.
III.2.5 Pemeriksaan Penglihatan
1. Pemeriksaan Penglihatan Jauh
Orang coba duduk pada jarak 5 atau 6 meter dari objek. Bila
mata kanan yang akan diperiksa maka tutuplah mata kiri, begitupun
sebaliknya. Orang coba diminta untuk membaca huruf yang ditunjuk
pemeriksa, dimulai dari huruf yang berukuran besar sampai huruf yang
ukuranya kecil yang normal masih bias dibaca pada jarak 5 atau 6
meter. Jika huruf – huruf ini masih dapat dibaca dengan jelas tanpa
akomodasi maka visus orang coba = 5/5 atau 6/6 untuk mata yang
diperiksa, demikian sebaliknya dengan nmata yang berikunya.
2. Pemeriksaan Penglihatan Dekat
Orang coba sambil memegang kartu Jaeegers atau
American Standard Test pada jarak 30 cm dari mata. Pasangalah trial
frame kemudian periksa satu persatu. Bila orang coba dapat membaca

10
semua kalimat dalam kartu berarti penglihatan dekat normal. Bila
penglihatan dekat tidak normal koreksilah dengan lensa sferis positif
sampai penglihatan menjadi normal.
3. Perimeter
Orang coba duduk membelakangi cahaya menghadap
perimeter. Tutuplah mata yang tidak diperiksa dengan sapu tangan.
Letakan dagu ditempat sandaran dagu, atur tingginya sehingga tepi
bawah mata terletak setinggi ujung batang sandaran dagu. Orang coba
diminta memusatkan penglihatan dititk fiksasi ditengah – tengah busur
perimeter selama percobaan berlangsung. Gerakan batang penunujuk
dengan bulatan putih menyusur busur perimeter, mulai dari perifer
menuju ke titik tengah. Berhentilah menggunakan penujuk pada waktu
coba mulai melihat benda putih itu. Bacalah tempat itu pada busur dan
catatlah pada formulir yang tersedia. Gerakan kembali batang
penunujuk dari perifer ke titik tengah dengan setip kali memutur busur
30 derajat menurut arah jarum jam. Selanjunya lakukan pemeriksaan
tersebut untuk mata lain. Lakukan pula percobaan ini untuk berbagai
warna yaitu merah, kuning, hijau dan biru
4. Pemeriksaan Penglihatan Warna
Shihara Test dan Stilling’s Test
Kedua test ini terdiri dari lembaran – lembaran gambar
berupa binmtik – bintik dari warna dasar dengan latar belakang warna
yang hamper sama. Hal ini dengan mudah dapat dibedakan oleh orang
norma, tetapi oleh orang menderita buta warna tidak dapat dibedakan.
Jenis buta warna dapat ditentukan dengan mencatat angka yang tidak
dapat dibaca atau dibaca salah.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Tabel Hasil Praktikum
IV.1.1 Tabel Hasil Praktikum (Tekanan Darah)
N Nama Umu Jenis Tekanan Darah Sistole/Diastole
O r Kelamin (mmHg)
Istirah Perubah Kerja Berfi
at an Sikap Otot kir
1 Rindi 16 Perempu 120/8 150/8 134/9
Kwairumasaba Tahu an 3 123/80 5 0
ndar n mmH mmHg mmH mmH
g g g

IV.1.2 Tabel Hasil Praktikum (Nadi, Pernafasan, Suhu)


NO Nama Umur Jenis Nadi Pernafasan Suhu
Kelamin
1 Rindi 16 Perempuan 42 x 30 detik x 2 37°C
Kwairumasabandar Tahun 2

IV.1.3 Tabel Hasil Praktikum (Penglihatan)


NO Nama Tajam Penglihatan Buta Warna
Kanan Kiri
1 Asmawati 1/60 1/60 1/10
2 Niken Ayu S. Puji 3/60 2/60 0/10
3 Ardinda 4/60 3/60 2/10
4 Rismayani 1/60 2/60 0/10

IV.2 Pembahasan
Pemeriksaan tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan yang
memiliki bagian penting dalam menilai fisiologis dari sistem tubuh secara
keseluruhan. Pemeriksaan tanda vital meliputi pemeriksaan tekanan
darah, frekuensi denyut nadi, dan laju respirasi. Tekanan darah dapat
menilai kemampuan sistem kardiovaskuler, yang dapat dikaitkan dengan

12
denyut nadi, laju pernafasab dapat menunjukkan fungsi pernafasan dan
paru-paru. Semua tanda vital tersebut saling berhubungan dan saling
mempengaruhi (Devi, 2018).
Analisis statistik menunjukkan hubungan yang sangat lemah antra
tanda vital dan kadar hemoglobin dengan tingkat konsentrasi belajar.
Tanda vital yang meliputi denyut nadi, tekanan darah yang terbagi menjadi
tekanan sistol dan diastole, dan laju pernafasan juga menunjukkan
hubungan yang sangat lemah dengan konsentrasi belajar yang meliputi
aspek kecepatan dan konstansi. Sedangkan pada nilai aspek ketelitian
juga menunjukkan hasil hubungan yang lemah (Devi, 2018).
Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi
adanya perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi tekanan darah,
denyut nadi, suhu tubuh, frekuensi pernafasan, berat badan dan tinggi
badan. Tanda vital mempunyai nilai yang sangat penting bagi fungsi
tubuh. Adanya perubahan tanda vital maka mempunyai arti sebagai
indikasi adanya kegiatan organ-organ di dalam tubuh. Pada prinsipnya
pemeriksaan tanda vital tidak selalu sama antara pasien satu dengan
yang lainnya. Tingkat frekuensi pengukuran akan lebih seringa tau lebih
ketat pada pasien dengan tingkat krisis yang tinggi dibandingkan dengan
pasien yang tidak kritis atau terlalalu parah (Trisna, 2018).
Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan suatu prosedur
sederhana yang dilakukan dalam pemeriksaan mata berdasarkan prinsip
optik. Tes tajam penglihatan bertujuan untuk menentukan huruf terkecil
yang dapat dibaca oleh pasien pada grafik standar (Snellen chart)
dengan jarak 3 m, jauhnya.

13
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan, hasil pengamatan, dan pembahasan maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Tekanan darah adalah daya dorong danh ke semua anah pada seluruh
permukaan yang tertutup yanu, pada dinding bagian dalam jantung dan
pembuluh darah. Tekanan darah berasal dari aksi pemompaan jantung
memberikan tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh >
Denyut nadi adalah denyutan arteri dari gelmhung darah yang mengalir
melalui pembuluh darah sebagai akibat dari denyutan jantung > Tekanan
darah hiasanya digambarkan sebagai nusio tekanan sistolik terhadap
tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar 100/60 mmHg
sampai 140/90 mmHg. > Rata-mta tekanan darah normal biasanya 120/80
munkg, secara umum tekanan darah yang ideal adalah 120/80 mmHg
(sistolik/diastolik).
Secara umum ada dua komponen tekaran darah, yaitu tekanan
darah sistolik (ngka atas) yaitu tekanan yang timbul akibat pengerutan bilik
jantung sehingga ia akan memompa darah dengan tekanan terbesar dan
diastolik (angka bawah) yang merupakan kekuatan penahan pada saat
jantung mengembang antar denyut, terjadi pada saat jantung dalam
keadaan mengembangat beristirahan. > Sphygmomanometer adalah alat
yang digunakan untuk mengukur tekanan darah atten. Alat ini terdiri dari
sebuah manset elastis yang berisi kantong karet tiup.
Berdasarkan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemeriksaan Tanda vital yang sering digunakan dan relatif lebih mudah
dikerjakan adalah pemeriksaan suhu tubuh, denyut nadi, tekanan
darah, dan pernapasan.
2. Pemeriksaan suhu tubuh dilakukan dengan thermometer air raksa.
Kisaran suhu tubuh normal manusia adalah 36-37,5° C

14
3. Pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan alat
sphygmomanometer dan stetoskop. Tekanan darah normal adalah
120/80 mmHg.
4. Pemeriksaan denyut nadi dilakukan secara manual dengan meletakkan
3 jari pada arteri radialis. Denyut nadi normal pada usia 10-21 tahun
adalah 60-90 x/menit.
5. Pemeriksaan frekuensi pernapasan dilakukan dengan meletakkan
tangan pada bagian bawah leher dan diatas dada selama satu menit.
Frekuensi pernapasan yang normal untuk orang dewasa adalah 16-20
x/menit.
V.2 Saran
Meskipun pengukuran tanda-tanda vital secara tidak langsung akan
mendapatkan nilai yang kurang cermat, maka dalam pemeriksaan dan
pengambilan data perlu dilakukan sebaik-baiknya untuk memonitor
perkembangan tanda-tanda vital pasien serta untuk mencegah tindakan
menyimpang dalam pengelolaan penyakit.
V.2.1 Saran untuk Dosen
Dalam penyampaian materi sangat baik dan menarik sehingga
mudah untuk dimengerti serta sangat merespon baik pertanyaan yang
diajukan oleh mahasiswa. Kami harap agar tetap dipertahankan.
V.2.2Saran untuk laboratorium
Agar lebih memperhatikan alat yang ada di dalam laboratorium.

15
DAFTAR PUSTAKA
Trisna, N. P. A., Pudji, A., dan Assalim M. P. 2018. Rancang Bangun Alat
Ukur Pemeriksaan Vital Signs Tampil PC (Respirasi &Heart
Rate). Poltekkessby Sludi 2536 Draft Seminar: 1 – 2
Devi, S. A. 2018. Hubungan Tanda-Tanda Vital Dan Kadar Hemoglobin
Dengan Konsentrasi Belajar Pada Remaja Putri. 282 Jurnal
Prodi Biologi Vol. 7 No. 5: 281 – 283
Sutejo, 2016. Modul Keterampilan Klinik Dasar Blok 6 Pemeriksaan Fisik
Dasar Dan BL.S. Fakultas Kedokteran Universitas Jember: 2 -
11

16
LAMPIRAN

17

Anda mungkin juga menyukai