NIM : 132STYC21
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT. yang mana atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Buku
Saku Keterampilan Dasar Keperawatan” untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Keterampilan Dasar Keperawatan.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis
hadapi, namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini
tidak lain berkat dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada.
1. Ibu Istianah, S.Kep.,Ners., M.Kep selaku dosen mata kuliah KDK.
2. Orang tua yang senantiasa mendukung terselesaikannya makalah ini
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak
kekurangan, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh
penulis. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
penyusunan makalah yang akan datang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan Masalah ................................................................................ 2
C. Rumusan Masalah............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengkajian dan Anamnes .............................................................. 3
B. Pemeriksaan Fisik .................................................................. 19
C. Pemeriksaan TTV ................................................................................. 50
D. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang (Laboratorium DLL)
Dan Nilai Lab Lengkap ....................................................................... 94
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
(dalam bentuk kapsul). Factor gangguan
visual,pendengaran,intelektual atau motoric, yang mungkin
menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan.
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur
pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari
penderita dimana dapat berupa urine, darah, sputum(dahak) dll.
B. Tujuan
C. Rumusan masalah
2
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
3
diagnosa didapatkan dari anamnese. Membuat penilaian klinis tentang
perubahan status kesehatan klien dan pelaksanaannya.
Jenis-jenis Anamnesa
4
mengelola kesehatan dan perawatan terhadap dirinya sendiri, serta
hasil konsultasi medis (trapis) atau profesi
kesehatan lainnya (Tailor,LillisdanLemone,1996).
5
1.6.2. Tipe Data
a. Data Subjektif
6
lainnya, seperti dari keluarga, konsultan dan profesi kesehatan
lainnya juga dapat dikategorikan sebagai data sbjektif jika
didasarkan pada pendapat klien ( Iyer et al. 1996)
b. Data objektif
2. Pola koping yang pernah digunakan dan yang saat ini digunakan
7
b. Akurat dan Nyata
8
informasi yang lengap tentang masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapinya. Contoh data yang didapat dari
hasil wawancara langsung dengan klien.
c. Klien
Klien adalah sumber data yang utama (primer) dan
perawat dapat menggali informasi yang sebenarnya mengenai
masalah kesehatan klien. Jika klien mengetahui bahwa informasi
yang disampaikannya akan membantu memecahkan
masalahnya sendiri maka klien akan dengan mudah
memberikan informasi kepada perawat. Perawat harus mampu
mengidentifikasi masalah ataupun kesulitan-kesulitan klien
agar dapat memperoleh data yang benar dan lancar.
d. Orang terdekat
9
Catatan klien ditulis oleh anggota tim kesehatan dan
dapat dipergunakan sebagai sumber data dalam riwayat
keperawatan. Untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu
maka sebelum mengadakan interaksi kepada klien, perawat
hendaknya membaca catatan klien terlebih dahulu. Hal ini
membantu perawat untuk fokus dalam mengkaji data dan
memperluas data yang akan diperoleh dari klien
f. Riwayat penyakit
10
intervensi, mengevaluasi dan mendokumentasikan hasilnya
pada status klien sesuai dengan spesialisnya masing-masing.
Catatan kesehatan yang terdahulu dapat dipergunakan sebagai
sumber data yang mendukung rencana asuhan keperawatan.
j. Perawat Lain
11
1.7.1. Komunikasi
12
kemampuan komunikasi sangat dibutuhkan oleh perawat agar dapat
memperoleh data yang diperlukan (Lyer et al. 1996).
Tujuan wawancara pada pengkajian keperawatan adalah :
13
1.7.2. Observasi
14
Whyburn, 1993)
b. Perkenalan (pembukaan)
15
3. Menanyakan masalah yang paling dirasakan klien dengan
menggunakan kata yang mudah dimengerti oleh klien. Jika
klien tidak mampu untuk terus berkomunikasim perawat
dapat mengakhiri wawancara dan membuat kontrak waktu
untuk pertemuan selanjutnya.
4. Menggunakan pertanyaan tertutup (closed-ended questions)
untuk memperoleh data yang spesifik dan menggunakan
pertanyaan terbuka (open-ended questions) untuk
memperoleh data yang memerlukan penjelasan atau uraian
dari klien. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat bermanfaat
dalam memvalidasi atau mengklarifikasi data yang kurang
jelas.
5. Menggunakan teknik komunikasi diam jika diperlukan. Teknik
ini memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya tanpa harus terpotong oleh
pertanyaan perawat yang terus-menerus.
6. Menggunakan teknik komunikasi sentuhan. Teknik ini
diperlukan jika situasi dan kondisi memungkinkan serta
bertujuan memberikan dorongan spiritual, merasa
diperhatikan, dan mempunyai teman. Teknik ini dapat
dilakukan pada klien dengan masalah depresi yang berat dan
memerlukan rasa “tidak ditinggalkan”. Akan tetapi
penggunaan teknik tersebut harus hati-hati dan selalu
memerhatikan norma, budaya dan agama dari klien.
d. Terminasi
16
untuk wawancara sehingga diharapkan pada tahap terminasi ini
perawat dank lien mampu menilai keberhasilan dan dapat
mengambil kesimpulan bersama jika diperlukan, perawat perlu
membuat kontrak waktu lagi untuk pertemuan selanjutnya.
1.7.4. Pemeriksaan fisik
17
penglihatan, pendengaran, dan penciuman) dan tidak langsung
(dengan alat bantu).
• Palpasi. Pemeriksaan fisik lanjutan dengan menyentuh tubuh dan
dilakukan bersamaan dengan inspeksi. Palpasi dilakukan
menggunakan telapak tangan, jari, dan ujung jari. Tujuannya untuk
mengecek kelembutan, kekakuan, massa, suhu, posisi, ukuran,
kecepatan, dan kualitas nadi perifer pada tubuh.
• Auskultasi. Proses mendengarkan suara yang dihasilkan tubuh
untuk membedakan suara normal dan abnormal menggunakan alat
bantu stetoskop. Suara yang didengarkan berasal dari sistem
kardiovaskuler, respirasi, dan gastrointestinal.
• Perkusi. Tahapan ini bertujuan mengetahui bentuk, lokasi, dan
struktur di bawa kulit. Perkusi bisa dilakukan secara langsung dan
tidak langsung.
6. Tidak lengkap
18
B. PEMERIKSAAN FISIK
19
C. Manfaat Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi
perawat sendiri, maupun bagi profesi kesehatan lain, diantaranya:
1. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan
diagnose keperawatan.
2. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
3. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat
4. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan
D. Indikasi
Mutlak dilakukan pada setiap klien, terutama pada:
1. klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di
rawat.
2. Secara rutin pada klien yang sedang di rawat.
3. Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien
1. Inspeksi
20
pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya mengguankan
alat khusus seperto optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain.
(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau
kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010). Fokus inspeksi pada setiap
bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi,
kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan.setelah inspeksi
perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu
dengan bagian tubuh lainnya.
2. Palpasi
21
a. Palpasi ringan ( superficial ) berguna untuk mengetahui
adanya ketegangan otot, nyeri tekan abdomen, dan beberapa
organ dan masa superficial. Dengan posisi tangan dan lengan
bawah horizontal, dengan menggunakan telapak ujung
jarijari secara bersama-sama, lakukanlah gerakan yang
lembut dan ringan.
22
3. Perkusi
23
4. Auskultasi
24
2. Privacy dan kenyamanan klien
3. Sistematis dan konsisten ( head to toe, dr eksternal ke internal,
dr normal ke abN)
4. Berada di sisi kanan klien
5. Efisiensi
6. Dokumentasi
1. Alat
Meteran, Timbangan BB, Penlight, Steteskop,
Tensimeter/spighnomanometer, Thermometer, Arloji/stopwatch,
Refleks Hammer, Otoskop, Handschoon bersih ( jika perlu), tissue,
buku catatan perawat.
Alat diletakkan di dekat tempat tidur klien yang akan di periksa.
2. Lingkungan
25
Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan
klien untuk rileks.
a. Prosedur Pemeriksaan
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur
3. Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan klien dan
pasang handschoen bila di perlukan
4. Pemeriksaan umum meliputi : penampilan umum, status mental
dan nutrisi.
Cara : inspeksi
26
b. Pengukuran Tanda Vital
27
Persiapan
Pelaksanaan
a) Pemeriksaan kulit
b. Pemeriksaan kuku
28
Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile pengisian kapiler
Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.
Setelah diadakan pemeriksaan kuku evaluasi hasil yang
di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
Tujuan :
• Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
• Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala
Persiapan alat
• Lampu
• Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau luka)
Prosedur Pelaksanaan
- Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan,
adanya lesi atau tidak, kebersihan rambut dan kulit
kepala, warna, rambut, jumlah dan distribusi rambut.
- Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak
menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi(rambut
jagung dan kering).
- Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur
rambut.· Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan,
rambut lebat dan kuat/tidak rapuh.
29
Setelah diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang
di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat.
2) Pemeriksaan wajah
3) Pemeriksaan mata
Tujuan :
a) Mengetahui bentuk dan fungsi mata
b) Mengetahui adanya kelainan pada mata.
Persiapan alat :
30
a) Senter Kecil
b) Surat kabar atau majalah
c) Kartu Snellen
d) Penutup Mata
e) Sarung tangan
Prosedur Pelaksanaan
• Visus sentralis.
Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh
dan visus sentralis dekat.
- Visus centralis jauh merupakan ketajaman
penglihatan untuk melihat benda benda yang letaknya
jauh. Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi.
(EM.
Sutrisna, dkk, hal 21).
- Visus centralis dekat yang merupakan ketajaman
penglihatan untuk melihat benda benda dekat misalnya
31
membaca, menulis dan lain lain. Pada keadaan ini mata
harus akomodasi supaya bayangan benda tepat jatuh di
retina. (EM. Sutrisna, dkk, hal 21).
• Visus perifer
Pada visus ini menggambarkan luasnya medan
penglihatan dan diperiksa dengan perimeter. Fungsi dari
visus perifer adalah untuk mengenal tempat suatu benda
terhadap sekitarnya dan pertahanan tubuh dengan
reaksi menghindar jika ada bahaya dari samping. Dalam
klinis visus sentralis jauh tersebut diukur dengan
menggunakan grafik huruf Snellen yang dilihat pada
jarak 20 feet atau sekitar 6 meter.
4) Pemeriksaan telinga
Tujuan :
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang
telinga, dan fungsi pendengaran.
Persiapan Alat :
32
Prosedur Pelaksanaan :
a. Pemeriksaan Rinne
33
• Instruksikan klien untuk member tahu apakah ia
masih mendengarkan suara atau tidak.
• Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.
b. Pemeriksaan Webber
34
• Ujung tangkai garpu tala akan ditekankan ke
prosesus mastoideus salah satu telinga pasien.
• Pasien akan di instruksikan untuk mendengar
suara tersebut hingga hilang.
• Setelah itu, dokter akan segera memindahkan
garpu tala ke telinga orang yang pendengarannya
normal dan membandingkan dengungan yang
didengar.
5) Pemeriksan hidung dan sinus
Tujuan :
a) Mengetahui bentuk dan fungsi hidung
b) Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi
atau infeksi
Persiapan Alat :
a) Spekulum hidung
b) Senter kecil
c) Lampu penerang
d) Sarung tangan (jika perlu) Prosedur Pelaksanaan :
35
- Normal: simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain,
tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan dan
tandatanda infeksi.
- Palpasi dan Perkusi frontalis dan, maksilaris (bengkak,
nyeri, dan septum deviasi).
- Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.
Persiapan Alat :
a) Senter kecil
b) Sudip lidah
c) Sarung tangan bersih
d) Kasa
Prosedur Pelaksanaan :
- Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan
bibir, tekstur , lesi, dan stomatitis.
- Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak
ada lesi dan stomatitis.
- Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi
lengkap/penggunaan gigi palsu, perdarahan/ radang gusi,
kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan langit2.
- Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang
atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi,
36
lidah simetris, warna pink, langit2 utuh dan tidak ada tanda
infeksi.
- Stetoskop
Prosedur Pelaksanaan :
37
- Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada
nyeri, tidak ada pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.
- Auskultasi : bising pembuluh darah.
Persiapan alat :
a) Stetoskop
b) Penggaris centimeter
c) Pensil penada
Prosedur pelaksanaan :
38
- Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada
tanda-tanda distress pernapasan, warna kulit sama dengan
warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada
pembengkakan/penonjolan/edema.
- Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri,
tractile fremitus.
39
b) System kardiovaskuler
Tujuan :
• Mengetahui ketifdak normalan denyut jantung
• Mengetahui ukuran dan bentuk jantug secara kasar
• Mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal
• Mendeteksi gangguan kardiovaskuler Persiapan alat :
• Stetoskop
• Senter kecil
Prosedur pelaksanaan :
40
f. Dada dan aksila
Tujuan :
a) Mengetahui adanya masa atau ketidak teraturan dalam jaringan
payudara
b) Mendeteksi awal adanya kanker payudara.
Persiapan alat :
pelaksanaan :
41
Persiapan :
a) Stetoskop
b) Penggaris kecil
c) Pensil gambar
d) Bantal kecil
e) Pita pengukur
Prosedur pelaksanaan :
- Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar,
ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus,
dan gerakan dinding perut.
- Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak
ikterik tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena,
kelainan umbilicus.
- Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran
(bagian diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah
dan friction rub :aorta, a.renalis, a. illiaka (bagian bell).
- Normal: suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk, terdengar
denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan aorta.
- Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas
bergerak searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri
dan bagaiman kualitas bunyinya.
- Perkusi hepar: Batas
- Perkusi Limfa: ukuran dan batas.
- Perkusi ginjal: nyeri
- Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan
apabila banyak cairan = hipertimpani
42
- Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan):
massa, karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irregular,
lokasi, dan nyeri.dengan cara perawat menghangatkan tangan
terlebih dahulu
- Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada
massa dan penumpukan cairan.
Tujuan :
a) Memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian
b) Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan
pada bagian-bagian tertentu.
Alat :
a) Meteran
Prosedur pelaksanaan :
43
Kekuatan otot dinilai dari derajat kekuatan:
• 5 : normal seluruh gerakan dapat dilakukan dengan
tahanan maksimal.
• 4 : dapat melawan gaya berat dan melawan tahanan
ringan dan sedang dari pemeriksa.
• 3 : dapat melawan gaya gravitasi tetapi tidak dapat
melawan tahanan dari pemeriksa.
• 2 : otot hanya dapat bergerak bila gaya berat dihilangkan.
• 1 : kontraksi otot minimal dapat terasa pada otot
bersangkutan tanpa mengakibatkan gerakan
• O : tidak ada kontraksi otot sama sekali. Paralisis total
- Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan
otot penuh.
- Palpasi: denyutan a.brachialis dan a. radialis.
- Normal: teraba jelas
- Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis.
- Normal: reflek bisep dan trisep positif.
44
- Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan,
integritas kulit, posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot
- Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan
otot penuh
- Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan
- Normal: teraba jelas
- Tes reflex :tendon patella dan archilles.
- Normal: reflex patella dan archiles positif
Alat :
Pemeriksaan rectum :
Tujuan :
45
a) Mengetahui kondisi anus dan rectum
b) Menentukan adanya masa atau bentuk tidak teratur dari dinding
rektal
c) Mengetahui intregritas spingter anal eksternal
d) Memeriksa kangker rectal dll
Alat :
Prosedur Pelaksanaan :
a) Wanita:
- Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit,
contour simetris, edema, pengeluaran.
- Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik,
semetris tidak ada edema dan tanda-tanda infeksi
(pengeluaran pus /bau).
- Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa,
pengeluaran
- Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran,
konsistensi dan, massa.
- Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema,
haemoroid, fistula ani pengeluaran dan perdarahan.
- Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/
polip/ tanda-tanda infeksi dan pendarahan.
46
b) Pria :
- Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa dan
pengeluaran
- Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau
pembengkakan, tidak ada pengeluaran pus atau darah
- Inspeksi dan palpassi skrotum: integritas kulit, ukuran dan
bentuk, turunan testes dan mobilitas, massa, nyeri dan
tonjolan
- Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa, edema,
hemoroid, fistula ani, pengeluaran dan perdarahan.
- Normal: tidak ada nyeri , tidak terdapat edema /
hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan pendarahan.
- Setelah diadakan pemeriksaan dadadan genitalia wanita
evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan
keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.
G. Evaluasi
Perawat bertanggung jawab untuk asuhan keperawatan yang
mereka berikan dengan mengevaluasi hasil intervensi keperawatan.
Keterampilan pengkajian fisik meningkatkan evaluasi tindakan
keperawatan melalui pemantauan hasil asuhan fisiologis dan perilaku.
Keterampilan pengkajian fisik yang sama di gunakan untuk mengkaji
kondisi dapat di gunakan sebagai tindakan evaluasi setelah asuhan
diberikan.
Perawat membuat pengukuran yang akurat, terperinci, dan
objektif melalui pengkajian fisik. Pengukuran tersebut menentukan
tercapainya atau tidak hasil asuhan yang di harapkan. Perawat tidak
bergantung sepenuhnya pada intuisi ketika pengkajian fisik dapat
digunakan untuk mengevaluasi keefektifan asuhan.
47
H. Dokumentasi
Perawat dapat memilih untuk mencatat hasil dari pengkajian
fisik pada pemeriksaan atau pada akhir pemeriksaan. Sebagian besar
institusi memiliki format khusus yang mempermudah pencatatan data
pemeriksaan. Perawat meninjau semua hasil sebelum membantu klien
berpakaian, untuk berjaga-jaga seandainya perlu memeriksa kembali
informasi atau mendapatkan data tambahan. Temuan dari pengkajian
fisik dimasukkan ke dalam rencana asuhan.
Data di dokumentasikan berdasarkan format SOAPIE, yang
hamper sama dengan langkah-langkah proses keperawatan.
Format SOAPIE, terdiri dari:
Data (riwayat) Subjektif, yaitu apa yang dilaporkan klien
Data (fisik) Objektif, yaitu apa yang di observasi, inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi oleh perawat.
Assessment (pengkajian) , yaitu diagnose keperawatan dan
pernyataan tentang kemajuan atau kemunduran klien
Plan (Perencanaan), yaitu rencana perawatan klien
Implementation (pelaksanaan), yaitu intervensi keperawatan
dilakukan berdasarkan rencana
Evaluation (evaluasi), yaitu tinjauan hasil rencana yang sudah di
implementasikan.
48
C. PEMERISAAN TANDA-TANDA VITAL
49
Suhu merupakan proses produksi panas dalam tubuh yang
dipengaruhi oleh pusat pengatur suhu di otak atau thermoregulasi,
yaitu hypothalamus.Pemeriksaan suhu dapat dilakukan di mulut
(oral), aksila atau rektal, dan ditunggu selama 3–5 menit.
Pemeriksaan suhu dilakukan denganmenggunakan termometer
baik dengan glass thermometer atau electronic thermometer. Bila
menggunakan glass thermometer, sebelum digunakan air raksa
pada termometer harus dibuat sampai menunjuk angka 35 derajat
celcius atau di bawahnya (Potter, Perry 2005).
Ada dua jenis suhu tubuh: suhu inti dan suhu permukaan. Suhu
inti merupakan suhu jaringan tubuh baian dalam, seperti rongga
abdomen dan rongga pelvis. Suhu inti relative konstan. Suhu
permukaanmerupakan suhu pada kulit, jaringan subkutan, dan
lemak. Suhu permukaan akan meningkat atau menurun sebagai
respons terhadap lingkungan.
50
2) Aktivitas otot, termasuk menggigil, akan meningkatkan laju
metabolisme
3) Sekresi tiroksin, peningkatan sekresi tiroksin akan
meningkatkan laju metabolism sel di seluruh tubuh. Efek ini
biasanya disebut sebagai termogenesis kimiawi, yaitu
stimulasi untuk menghasilkan panas di seluruh tubuh
melalui metabolism seluler
4) Stimulasi epinefrin, norepinefrin, dan simpatis. Hormone ini
segera bekerja meningkatkan laju metabolism seluler di
banyak jaringan tubuh.
5) Demam dapat meningkatkan laju metabolisme dan
kemudian akn meningkatkan suhu tubuh
b. Factor yang memengaruhi suhu tubuh
1) Usia
Bayi sangat di pengaruhi oleh suhu lingkungan dan harus
dilindungi dari perubahan suhu yang sangat ekstrem.
Seorang bayi baru lahir dapat kehilangan 30% panas tubuh
melalui kepala sehingga ia harus menggunakan tutup kepala
untuk mencegah kehhilangan panas suhu tubuh bayi baru
lahir berkisar antara 35,5 – 37,5. Suhu ntubuh anak akan
terus bervariasi dibandingkan suhu orang dewasa hingga
menginjak pubertas atau masa remaja. Sebagian lansia
terutama mereka yang berusia diatas 75 tahun, beresiko
mengalami hipotermia (suhu tubuh dibawah 36oC) karena
berbagai alas an, sepertidiett makanan yang tidak adekuat,
kehhilangan lemak subkutan, kurangnya aktivitasdan
penurunan efisiensi pengaturan suhu. Lansia juga sangat
sensitive terhadap suhu lingkungan yang ekstrem karena
penurunan control termoregulator.
51
2) Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai
darah dan pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini
menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi
panas. Olahraga berat yang lama, seperti lari jarak jauh
dapat meningkatan suhu tubuh 41oC.
3) Kadar hormone
Wanita biasanya mengalamifluktuasi hormone lebih
sering dari pada pria. Pada wanita, sekresi progesterone
pada saat ovulasi akan meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3
– 0,6oC di atas suhu basal (Ladewig, London, & Olds, 1998)
Perubahan suhu tubuh juga terjadi pada wanita saat
menopause, mereka biasanya mengalami periode panas
tubuh yang intens dan berkeringat banyak dapat terjadi 30
detik sampai 5 menit.
4) Irama sikardian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1 oC selama
periode 24 jam. Suhu terendah berada diantara pukul 1
sampai 4 pagi. Pada siang hari, suhu tubuh meningkat dan
mmencapai maksimum pada pukul 6 sore, lalu menurun
kemballi sampai pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami
perubahan pada individu yang bekerja di malam hari dan
tidur di siang hari. Dibutuhkan 1 sampai 3 minggu untuk
terjadinya pembalikan siklus. Secara umum irama suhu
sikarian tidak berubah seiring usia.
5) Stres
Stress fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh
melalui stimulasi hormonal dan saraf. Perubahan fisiologis
ini meningkatkan metabolism, yang akan meningkatkan
52
produksi panas. Klien yang gelisah akan memiliki suhu
normal yang lebih tinggi
6) Lingkungan
Lingkungan memengaruhi suhu tubuh. Tanpa
mekanisme kompensasi yang tepat, suhu tubuh manusia
akan berubah mengikuti suhu lingkungan. Suhu lingkungan
lebuh berpengaruh terhadap anak-anak dan dewasa tua
karena mekaisme regulasi suhu mereka kurang efisien
c. Perubahan suhu tubuh
Perubahan suhu tubuh di luar kisaran normal akan
memengaruhi titik pengaturan hipotalamus. Perubahan ini
berhubungan dengan produksi panas berlebihan, kehilangan
panas berlebiha, produksi panas minimal, kehilangan panas
minimak, atau kombinasi hal diatas. Sifat perubahan akan
emengaruhi jenis masalah klinis yang dialami klien
1) Pireksia
Pireksia, hipertermia atau demam, terjadi karena
ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk
mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga
terjadi peningkatan suhu tubuh. Demam terjadi akibat
perubahan titik pengetahuan hipotalamus. Pirogen, seperti
bakteri atau virus meningkatkan suhu tubuh. Pirogen
bertindak sebagai antigen yang memicu respons system
imun.
2) Hipertermia
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh sehubungan
dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran
panas atau menurunkan produksi panas.
53
Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat
memengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Hipertermia
malignan adalah kondisi bawaan dimana tidak dapat mengontrol
produksi panas yang terjadi ketika orang yang rentan
menggunakan obat-obatan anastetik tertentu.
3) Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap
dingin memengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi
panas sehingga akan mengakibatakan hipotermia. Hipotermia
diklasifikasikan melalui pengukuran suhu inti:
• Ringan: 33°-36°.
• Sedang: 30°-33°.
• Berat: 27°-30°.
• Sangat berat: <30°.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan
tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun
menjadi 35°C, orang yang mengalami hipotermia mengalami
gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak
mampu menilai.
Jika suhu tubuh turun dibawah 34,4°c, frekuensi jantung,
pernapasan, dan tekanan darah turun. Jika hipotermia terus
berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung, kehilangan
kesadaran, dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri.
4) Kelelahan Akibat Panas
Kelelahan akibat panas terjadi akibat kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang
terlalu panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal
yang umum selama kelelahan akibat panas.
5) Heat Stroke
Lingkungan dengan suhu tinggi dapat memengaruhi
mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heat stroke.
54
Penderita heat stroke tidak berkeringat karena kehilangan
elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heat stroke
dengan suhu yang lebih besar dari 40,5°C mengakibatkan
kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.
Itulah beberapa kondisi penyakit yang disebabkan oleh
adanya perubahan suhu tubuh. Adanya perubahan suhu tubuh
memang sangat sulit dicegah dan manusia hanya dapat melakukan
peminimalan resiko dari penyakit-penyakit yang berkaitan dengan
perubahan suhu tubuh seperti demam, kelelahan, heat stroke, dan
lainnya.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan rajin memeriksakan
kondisi tubuh ke dokter secara rutin, mengonsumsi makanan
sehat, berolahraga secara teratur, dan mencukupi kebutuhan tidur
Anda.
Dengan demikian, penyakit apapun bisa dicegah. Jika
mampu menyerang sekalipun, resiko penyakitnya tak akan terlalu
parah dan juga proses penyembuhannya relatif cepat karena orang
yang senantiasa menjaga kebugaran dan kesehatan tubuhnya
memiliki daya imun yang kuat.
a. Batasan normal pemeriksaan suhu
55
d. Mengkaji suhu tubuh
Empat lokasi yang baisa digunakan untuk mengukur suhu
tubuh adalah oral, rectum, aksila, dan membrane timpani. Setiap
lokasi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan
masingmasing.
1) Oral
56
Pelaksaan :
a) Mencuci tangan
b) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
c) Mengatur posisi pasien (duduk/tidur)
d) Thermometer diperiksa apakah air raksa sudah turun
jika belum ayun – ayun dengan hati – hati sampai air
raksa penuh pada titik angka terendah (dibawah 35˚c).
e) Anjurkan pasien untuk membuka mulut, letakkan
reservoin thermometer dibawah lidah kemudian
anjurkan pasien untuk menutup mulut.
f) Tunggu 10 menit, keluarkan thermometer dan
keringkan dengan silstep 1 kali dengan tekanan yang
mantab dari atas ke reservoin dengan putaran.
g) Baca hasilnya dengan meletakkan thermometer
horizontal setinggi mata putar – putar diantaranya jari
sampai batas air raksa jelas.
h) Catat hasil di buku catatan
2) Rectal
57
stimulasi pagal, yang pada khirnya dapat menyebabkan
kerusakan miokardim.
Dianus Atau Rectal
1) alat yang digunakan:
a) Thermometer rektal
b) Botol berisi larutan sabun
c) Botol berisi larutan desinfektan
d) Botol berisi air bersih didalamnya dialasi dengan kain
kasa
e) Potongan tertutup pada tempatnya
f) Bengkok
g) Alat tulis
h) Buku catatan
2) Pelaksanaan :
a) Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan
dilakukan
b) Mendekatkan alat ke samping klien
c) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
d) Memasang tirai
e) Membuka pakaian bawah
f) Mengatur posisis klien
g) Dewasa : SIM atau miring dan kaki sebelah atas tekuk ke
arah perut
h) Bayi atau anak : tengkurap atau terlentang
i) Melumasi ujung thermometer dengan Vaseline
j) Membuka anus dengan menaikkan bokong atas dengan
tangan kiri (untuk orang dewasa)
k) Minta klien menarik nafas dalam dan memasukkan
thermometer secara perlahan ke dalam anus sekitar 3,5 cm
pada orang dewasa. Dan pada bayi 1,2 – 2,5 cm
l) Pegang thermometer di tempatnya selama 2 – 3 menit
58
(orang dewasa) dan 5 menit (untuk orang laki – laki)
m) Keluarkan thermometer dengan hati – hati
n) Lap thermometer memakai tisu dengan gerakan memutar
dan buang tisu ke bengkok
o) Baca air raksa dan digitalnya
p) Merapikan pasien
q) Membersihkan thermometer air raksa
r) Menurunakn tingkat air raksa atau mengembalikan
thermometer digital ke skala awal.
s) Mengembalikan thermometer pada tempatnya.
t) Melepas sarung tangan
u) Mencuci tangan
v) Mencatat hasil
3) Aksila
Diketiak/ aksila
1) Alat yang digunanakan :
a) Thermometer aksila
59
b) botol berisi larutan sabun
c) botol berisi larutan desinfektan
d) botol berisi air bersih didalamnya, dialasi dengan kain
kasa
e) potongan tertutup pada tempatnya
f) menempatkan thermometer ke tengah ketiak, turunkan
lengan dan silangkan lengan di bawah klien.
g) Biarkan thermometer di tempat tersebut - Termomter
air raksa 5 – 10 menit - Thermometer digital
sampai sinyal terdengar h) Keluarkan thermometer
dengan hati – hati
i) Lap thermometer memakai tisu dengan gerakan memutar
dari arah atas ke reservoir, buang tisu di bengkok.
j) Baca air raksa atau digitalnya
k) Membantu klien merapikan bajunya
l) Menurunkan tingkat air raksa atau mengembalikan
thermometer digital ke skala awal
m) Mengembalikan thermometer pada tempatnya
n) Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
o) Mencatat hasil
4) Membrane timpani
60
yang ditempelkan suhu ke membrane timpani dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman dan beresiko
menimbulkan cidera perforasi membran, saat ini digunakan
thermometer imframerah non-infasif.
e. Jenis termometer
Suhu tubuh di ukur dengan menggunakan termometer
kaca berisi air raksa. Akan tetapi, thermometer kaca dapat
menjadi benda yang berbahaya karna berisi air raksa yang
sifatnya toksik bagi manusia, dan retakan pada kaca dapat
menyebabkan thermometer patah atau pecah. Pada 1998,
U.S.Environmental Protection Agency dan American Hospital
Associaation sepakat untuk menghapus air raksa dari
lingkungan layanan kesehatan. Pada beberapa kasus, plastic
telah menggantikan fungsi kaca dan zat kimiawi yang lebih aman
telah menggantikan fungsi air raksa pada termometer versi
modern.
Adapun jenin-jenis termometer dapat di bagi menjadi beberapa:
1) Thermometer oral
Memiliki ujung yang panjang, pendek, ramping, atau
bulat. Thermometer yang ujungnya berbentuk bulat dapat
digunakan pada rectum maupun tempat-tempat lain. Pada
beberapa lembaga ujung thermometer biasanya di beri kode
warna sebagai contoh, thermometer warna merah
digunakan untuk mengukur suhu rectal dan thermometer
biru digunakan untuk mengukur suhu oral dan aksila.
2) Thermometer elektronik
Merupakan metode lain dalam pengkajian suhu tubuh.
Alat tersebut dapat memberikan hasil hanya dalam 2-60
detik saja, bergantung pada model thermometer yang di
61
gunakan. Alat tersebut terdiri atas unit elektronik portable
bertenaga batrei, sonde yang perawat hubungkan ke unit
thermometer, dan penutup sonde, yang biasanya sekali
pakai. Beberapa model memiliki sirkuit dan sonde yang
berbeda untuk setiap metode penngukuran.
3) Thermometer kimiawi sekali pakai
Thermometer kimiawi sekali pakai juga dapat digunakan
untuk mengukur suhu tubuh. Thermometer kimiawi
menggunakan titik-titik atau kotak-kotak yang berisi Kristal
cair atau plester atau koyo sensitive panas yang di
tempelkan di dahi. Thermometer jenis ini akan mengubah
warna untuk menunjukan suhu. Sebagian thermometer
kimiawi hanya bisa digunakan satu kali, sedangkan yang
lainnya dapat di gunakan beberapa kali. Salah satu jenis
thermometer kimiawi yang memiliki titik-titik kecil.
4) Plester sensitif-suhu juga dapat digunakan untuk
memperoleh gambaran umum suhu permukaan tubuh. Alat
ini tidak mengindikasikan suhu inti tubuh. Plester tersebut
berisi cairan Kristal yang akan berubah warna sesuai dengan
suhu. Ketika alat ini di letakan pada kulit, biasanya di dahi
atau di abdomen, digit suhu pada plester tersebut akan
berespons dengan mengubah warna. Kulit harus dalam
keadaan kering. Setelah jangka waktu yang ditetapkan
pabrikan (miss, 15 detik), akan muncul warna pada plester
tersebut. Metode ini terutama berguna dirumah dan untuk
bayi yang suhu tubuhnya perlu dipantau.
5) Thermometer inframerah
Thermometer inframerah tidak bersentuhan dengan
membrane timpani.
62
2. Nadi
63
Untuk menentukan denyut nadi normal atau tidak.
Kecepatan denyut jantung bereaksi terdapat rangsangan yang
ditimbulkan oleh system saraf simpatis dan saraf parasimpatis, beberapa hal
yang mempengaruhi jumlah denyut: emosi, nyeri, aktivitas, dan obatobatan.
Kecepatan denyut nadi bertambah bila tekanan darah turun karena jantung
berusaha meningkatkan keluarnya darah. a. Pemeriksaan nadi
1) Alat yang digunakan
a) Alat penghitung denyut nadi
b) Jam tangan / arloji
c) Buku catatan
2) Pelaksanaan
a) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
b) Mempersiapkan alat yang dibutuhkan
c) Membawa alat kedekat pasien
d) Mengatur posisi pasien
e) Meraba / menghitung denyut nadi pada tempat-tempat denyut
nadi( temporalis, karotis, apikal, brakialis, radialis, femoralis,
poplitea, tibialis posterior, dorsalis pedis), sesuai keadaan umum
pasien .
f) Menghitung dengan ujung jari kedua, ketiga, empat dan tekan
dengan lembut
g) Mengetahui atau melaksanakan hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam menghitung denyut jantung
h) Jika denyut teratur hitung selama 30 detik dan kalikan hasilnya
dengan 2. Apabila denyut tidak teratur dan pada paien yang baru
dilakukan pemeriksaan hitung selama 1 menit penuh.
i) Mencuci tangan
j) Mencatat hasil.
64
b. Masalah Yang Harus Dikaji Pada Pemeriksaan Nadi
Kecepatan Nadi (Pulse Rate)
Pulse Rate (jumlah denyutan perifer yang dirasakan selama 1 menit)
dihitung dengan menekan arteri perifer dengan menggunakan ujung jari
1) Tachycardia: nadi >100 -150 x/mntà jantung overwork à
oksigenasi sel tidak adequat
2) Palpitasi : perasaan berdebar-debar, sering menyertai tachycardi
3) Bradycardia : denyut nadi < 60 x/mnt àkejadian lebih sedikit
dibandingkan tachycardia
Denyut Nadi sangat fluktuatif dan meningkat dengan :
1) exercise,
2) illness,
3) Injury
4) emotions.
65
2) Jenis kelamin. Setelah pubertas, fekuensi nadi pria sedikit lebih
rendah darpada frekuensi nadi wanita.
3) Olahraga. Normalnya, frekuensi nadi akan meningkat dengan
aktivitas. Frekuensi nadi pada atlit professional kerap lebih
rendah daripada orang biasa karena ukuran, kekuatan, dan afisien
jantung mereka lebih besar.
4) Demam. Frekuensi nadi meningkat (a) dalam merespons
penurunan tekanan darah yang disebabkan oleh vasodilatisi
perifer akibat peningkatan suhu tubuh dan (b) karena
peningkatan laju metaboisme.
5) Medikasi. Sebagai obat dapat menurunkan frekuensi nadi, dan
sebagian lain justru meningkatkanya sebagai contoh, kardiontnik
(miss., preparat digitalis)dapat menurunkan denyut jantung,
sedangkan epinefrin dapat meningkatkan denyut jantung.
6) Hipovolomia. Kehilangan darah dari system vascular normalnya
akan menigkatkan frekuensi nadi. Pada orang dewasa, kehilangan
volume darah yang beredar dalam tubuh akan memicu
penyeesuaian denyut jantung untuk menngkatkan tekanan darah
karena tubuh sedang mengompenasi volume darah yang hilang.
Orang dewasa biasanya mampu menoleransi kehilangan darah
hingga 10% dari volume darah yang normalnya beredar tanpa
memiliki efek yang merugikan.
7) Stress. Dalam merespon stress stimulasi saraf simpatis akan
meningkatkan aktifitas jantung secara keseluruhan. Rasa takut
dan cemas serta persepsi nyeri yang hebat menstimulasi system
araf simpatis.
8) Perubahan posisi. Ketika seseorang duduk atau berdiri, darah
biasanya akan mengumpul di pembuluh darah dependen pada
system vena.
66
9) Patologi. Penyakit tertentu, seperti kondisi jantung atau beberapa
penyakit yang menganggu oksigenasi dapat mengubah frekuensi
nadi saat istirahat.
e. Lokasi nadi
3) Apikal, pada apeks jantung. Pada orang dewasa, arteri ini terletak
di sisi kiri dada, sekitar 8 cm ke arah kiri sternum (tulang dada)
dan ruang interkosta (area di antara tulang iga) keempat, kelima
atau keenam. Pada anak yang berusia 7-9 tahun, nadi apical
terletak di ruang interkosta keempat atau kelima.
67
5) Radialis, tempat arteri radialis menjalar sepanjang tulang radial,
sejajar ibu jari dibagian dalam pergelangan tangan.
68
8) Tibialis posterior, pada permukaan medial pergelangan kaki,
tempat rteri tibialis posterior melewati belakang
malleolusmedialis.
69
Gambar lokasi pemeriksaan nadi
70
dihilangkan disebut dengan nadi yang kuat. Nadi yang mudah
hilang dengan penekanan jari disebut nadi yang lemah, sayup,
atau sukar teraba.
Elastisitas dinding arteri menggambarkan daya regang
(ekspansibilitas) atau depormitas dinding argri. Arteri yang
sehat dan normal akan terasa, lurus, halus, lembut dan lentur.
Ketika mengkaji nadi perifer untuk menentukan ke adekuatan
aliran darah menuju area tubuh tertentu.
g. Karakteristik nadi
Pemeriksaan denyut radial meliputi pengukuran frekuensi,
ritme, kekuatan, dan kesamaan :
1) Frekuensi, beberapa perawat mengukur nilai dasar pada
posisi duduk, berdiri, dan berbaring. Perubahan posisi dapat
mengubah volume darah dan aktivitas simpatis. Frekuensi
denyut jantung meningkat sesaat jika terjadi perubahan
posisi berbaring ke posisi duduk.
Tabel frekuensi nadi
2) Irama, setiap denyut interval yang teratur. Interval yang
terganggu oleh denyut ynag lambat atau cepat atau denyut
yang hilang mengindikasikan ritme abnormal atau disritmia.
3) Kekuatan atau amplitude dari nadi menggambarkan volume
darah yang di pompakan ke dinding arteri setiap kontraksi
dan kondisi sistem arteri. Normalnya, kekuatan denyut akan
sama pada tiap detak jantung . denyut dapat dikategorikan
sebagai kuat, lemah, tipis, atau bounding.
4) Ekualitas, nadi radialis pada kedua sisi dibandingakan.
Denyut nadi pada salah satu ekstermitasa terkadang tidak
memiliki kekuatan yang sama pada berbagai penyakit.
71
3. Pernapasan
72
3) Kegelisahan, meningkatkan frekuensi dan kedalaman
pernapaasn karena stimulasi simpatis
4) Merokok, merokok berkepanjangan mengubah saluran
udara paru-paru sehingga meningkatkan pernapasan saat
istirahat di saat klien tidak merokok
5) Posisi tubuh, Posisi tubuh yang tegak dan lurus
memungkinkan pengembangan dada yang optimal.
6) Pengobatan, analgesic opioid, anestesi umum, dan hipnotik
sedative menekan frekuensi dan kedalaman bernapas.
Amfetamin dan kokain terkadang meningkatkan frekuensi
dan kedalaman pernapasan. Bronkolidator memperlambat
frekuensi dengan melebarkan saluran udara.
7) Cedera neurologis, cedera batang otak mengganggu pusat
pernapasan dan menghambat frekuensi dan ritme
pernapasan
8) Fungsi hemogloboin, penurunan kadar hemoglobin (anemia)
menurunkan jumlah pembawa oksigen dalam darah.
Individu bernapas dengan lebih cepat untuk meningkatkan
penghantaran oksigen.
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi pola pernafasan:
1) Faktor fisiologis
a) Menurunnya kemampuan meningkatkan O2 seperti pada
anemia
b) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti obstruksi
saluran pernafasan bagian atas.
c) Hivopolemia sehingga tekanan darah menurun yang
mengakibatkan terganggunya O2
d) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti
pada kehamilan, obeisitas, penyakit kronis, seperti TBC paru.
2) Faktor perkembangan
73
a) Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan
dan merokok
b) Dewasa, muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru.
c) Dewasa tua adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun
3) Faktor perilaku
a) Nutrisi
b) Exercise: akan meningkatkan kebutuhan oksigen
c) Merokok: nikotin menyebabkan fase konstruksi pembuluh
darah perifer dan koroner.
d) Kecemasan
4) Faktor lingkungan
a) Tempat kerja
b) Suhu lingkungan
c) Ketinggian dari permukaan air laut
Faktor yang meningkatkan frekuensi pernafasan:
1) Olahraga
2) Stress
3) Peningkatan suhu lingkungan
4) Penurunan konsentrasi oksigen pada darah yang tinggi
a. Menghitung pernafasan
1) Alat yang digunakan
a) Jam tangan/arloji
b) Buku catatan
74
2) Pelaksanaan
a) menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
b) membawa alat kesamping klien
c) mencuci tangan
d) hitunglah naik turunnya dada klien (pernafasan) sambil
memegang arteri radialis dan menekukkan ke dada klien seperti
pura – pura menghitung denyut nadi (mengupayakan agar pasien
tidak merasa di observasi).
e) jika irama respirasi teratur hitung selama 30 detik dan kalikan
hasilnya dengan dua. Jika irama respirasi tidak teratur hitung
selama 1 menit penuh
f) membereskan alat
g) mencuci tangan
h) mencatat hasil
c. Pengkajian pernapasan
Pernapasan saat istirahat harus dikaji ketika klien relaks sebab
olahraga akan memengaruhi pernapasan, yaitu meningkatkan
frekuensi dan kedalaman pernapasan.
a. Masalah yang harus dikaji pada pernafasan
1) Ritme pernafasan
a) Eupnea : irama normal
b) Kusmaul : cepat dan dalam
c) Hiperventilasi : pernafasan dalam, kecepatan normalzzz Biot’S
: Cepat dan dalam, berhenti tiba2, kedalaman sama (kerusakan
saraf)
d) Cheyne stoke : bertahap dangkal – lebih cepat dan dalam –
lambat –apnea (kerusakan saraf)
e) Retraksi interkosta : kemungkinan retraksi pada obstruksi jalan
nafas
f) Orthopnea : sesak pada waktu posisi berbaring
75
g) Suara batuk : produktif / tidak
2) Palpasi
a) Nyeri dada tekan :kemungkinan fraktur iga
b) Kesimetrisan ekspansi dada
• Caranya : letakkan kedua telapak tangan secara datar
- Bisa pada anterior, sisi dan posterior
- Anjurkan tarik nafas
• Amati : normal bila gerakan tangan simetris
- Taktil fremitus
• Caranya :
- etakkan tangan sama dengan cara pemeriksaan
ekspansi dada
- anjurkan pasien menyebut tujuh-tujuh / enem-enam
- rasakan getaran
• Kurang bergetar : pleura effusion, pneumothoraks
- lakukan pada seluruh permukaan
dada
(atas,bawah,kiri,kanan, depan,belakang)
3) Perkusi
a) Suara perkusi
- Paru normal : sonor/resonan - Pneumothoraks : hipersonor
- Jaringan padat (jantung, hati) : pekak/datar
- Daerah yang berongga : tympani
- Batas organ
b) Sisi dada kiri : dari atas ke bawah ditemukan sonor/resonan-
tympani : ICS 7/8 (Paru-lambung)
c) Sisi dada kanan : ICS 4/5 (paru-Hati)
d) Dinding posterior :-Supraskapularis (3-4jari di pundak) batas
atas paru
- Setinggi vertebratorakal 10 garis skapula batas bawah paru
76
4) Auskultasi
a) Suara / bunyi nafas vesikuler
- Terdengar disemua lapang paru normal
- Bersifat halus, nada rendah
- Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi
- Bronchovesikuler
b) Ruang interkostal pertama dan kedua area interskapula
c) Nada sedang, lebih kasar dari vesikuler
d) Inspirasi sama dengan ekspirasi
e) Bronchial
f) Terdengar di atas manubarium,
g) Bersifat kasar, nada tinggi
h) Inspirasi lebih pendek dari ekspirasi
i) Suara ucapan
j) Anjurkan penderita mengucapkan tujuh-tujuh berulang2 secara
berisik sesudah inspirasi
k) Lakukan dengan intonasi yang sama kuat sambil mendengarkan
secara sistematik disemua lapang paru dengan menggunakan
stetoskop
77
Suara terdengar akibat obstruksi jalan napas, terjadi
penyempitan sehingga ekspirasi dan inspirasi terganggu, sangat
jelas terdengar saat ekspirasi.
Balita 30 – 60
Anak 30 – 50
Pra sekolah 25 – 32
Sekolah 20 – 30
Remaja 16 – 19
Dewasa 12 – 20
78
Jenis kelamin pun memiliki pengaruh terhadap frekuensi
pernapasan pada manusia. Laki-laki biasanya memiliki
tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.
Hal ini dikarenakan volume paru-paru wanita lebih kecil
dibandingkan laki-laki.
• Suhu tubuh.
Ketika seseorang merasa kedinginan dan suhu tubuhnya
menurun, otak akan mengirim sinyal agar paru-paru
meningkatkan frekuensi pernapasannya. Dengan begitu,
tubuh akan mempercepat pembakaran agar tetap hangat.
• Posisi tubuh.
Jika seseorang berada dalam posisi berdiri, frekuensi
pernapasannya akan lebih tinggi dibandingkan jika ia sedang
duduk atau berbaring. Hal ini terjadi karena ketika ia berdiri,
tubuh memerlukan energi yang lebih besar untuk menjaga
agar tetap seimbang, sehingga frekuensi pernapasan
ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut.
• Penyakit.
Penyakit juga menjadi salah satu faktor yang
memengaruhi frekuensi pernapasan. Beberapa pernyakit
menurunkan frekuensi pernapasan, namun beberapa
lainnya menaikkan frekuensi pernapasan. Penyakit seperti
cedera kepala, penyumbatan saluran pernapasan, apnea
tidur, masalah metabolisme, stroke dapat menurunkan
frekuensi pernapasan. Adapun penyakit seperti demam,
dehidrasi, serangan panik, efusi pleura, radang paru-paru,
kelainan jantung, infeksi saluran pernapasan, dan
keracunan karbon monoksida dapat meningkatkan
frekuensi pernapasan.
79
• Keadaan emosi.
Keadaan emosi seseorang juga dapat memengaruhi
frekuensi pernapasannya. Keadaan emosi seperti takut,
cemas, dan marah dapat meningkatkan frekuensi
pernapasan. Perasaan senang yang besar juga dapat
menaikkan hormon adrenalin dan memicu peningkatan
frekuensi pernapasan.
• Kadar karbon dioksida dalam darah.
Peningkatan kadar karbon dioksida dalam darah dapat
meningkatkan kadar ion hidrogen. Dilansir dari Lumen
Learning, peningkatan ion hidrogen kemudian memicu
kemoreseptor pusat untuk merangsang pernapasan.
Akibatnya, frekuensi pernapasan meningkat untuk
mengeluarkan kelebihan karbon dioksida dan menurunkan
kadar ion hidrogen dalam darah. Sebaliknya, jika kadar
karbon dioksida menurun. Maka, kadar ion hidrogen juga
ikut menurun. Akibatnya, frekuensi pernapasan akan
menurun dan terjadi ke ventilasi yang lebih dangkal.
80
bawah aksila , aksila kiri untuk lingual, aksila kanan untuk lobus kanan
tengah. Bidang anterior juga dapat diauskultasi dari depan. Area otot
yang lebih tipis di bagian belakang di mana suara mungkin lebih
terdengar disebut segitiga auskultasi.
Selama auskultasi, napas dalam-dalam diambil melalui mulut dan
suara-suara abnormal didengarkan. Suara abnormal meliputi:
81
4. Tekanan Darah
82
c) Buku catatan
2) Pelaksanaan
a) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
b) Mendekatkan alat kesamping klien
c) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
d) Mengatur posisi klien
e) Membuka pakaian yang menutupi lengan atas
f) Membalutkan kantong tensi meter pada lengan atas kira – kira 3
cm di atas fosa cubiti, dengan tinta karet di sebelah luar lengan,
balutkan tapi jangan terlalu kencang.
g) Memakai stetoskop
h) Meraba detik arteri brakialis dengan ujung tengah dan jari
telunjuk. Pastikan tidak diperkenankan menggenggamkan
tangan atau menempelkan tangannya.
i) Meletakkan piringan stetoskop diatas arteri brakialis.
j) Mengunci skrup balon karet
k) Memompakan udara kedalam kantong dengan cara memijat
balon berulang – ulang, air raksa didalam pipa naik, dipompa
terus sampai denyut arteri tidak terdengar lagi
83
s) Mencuci tangan
t) Mendokumentasikan
84
4) Kekentalan, darah akan memengaruhi kemudahan aliran
darah melalui pembuluh darah kecil. Hematokrit atau
persentase sel darah merah dalam darah, menentukan
kekentalan darah. Jika hematokrit meningkat dan aliran
darah melambat, maka tekanan arteri akan meningkat.
Jantung lebih kuat berkontraksi untuk memindahkan darah
di sepanjang sistem sirkulasi.
5) Elastisitas, dinding arteri normal bersifat elastis dan dapat
merenggang seiring peningkatan tekanan dalam arteri,
diameter pembuluh darah akan bertambah untuk
mengakomodasi perubahan tekanan. Distensibiltas arteri
mencegah fluktuasi yang besar dalam tekanan darah.
b. Factor yang Memengaruhi Tekanan Darah
1) Usia, tekanan darah meningkat saat masa kanak-kanak.
Periksa tekanan darah sesuai dengan ukuran tubuh dan usia.
Anak-anak yang lebih besar(lebih berat atau lebih tinggi)
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan anak
seusai nya dengan ukuran tubuh yang lebih kecil. Tekanan
darah terus bervariasi sesuai ukuran tubuh. Tekanan darah
pada orang dewasa akan meningkat sesuai usia. Tekanan
darah optimal untuk dewasa, paruh baya adalah 120/80
mmHg nilai 120-139/80-89 mmHg dianggap sebagai
prehipertensi(National High Blood Pressure Education
Progress,NHBPEP,2003)
2) Stre, Kegelisahan, ketakutan, nyeri, dan stres emosional
dapat mengakibatkan stimulasi simpatis yang meningkatkan
prekuensi denyut jantung, curhang jantung dan resistensi
vaskular. Efek simpatis ini meningkatkan tekanan darah.
Kegelisahan meningkatkan tekanan darah sebesar 30 mmHg.
85
3) Etnik. Insidens himpertensi pada ras Afrika Amerika lebih
tinggi dibandingkan pada keturunan Eropa. Ras Aftika
Amerika cendrung menderita himpertensi yang lebih berat
pada usia yang lebih muda dan memiliki resiko dua kali lebih
besar untuk menderita komplikasi seperti stroke dan
serangan jantung.faktor genetik dan lingkungan merupakan
factor yang cukup besar memengaruhi.
4) Jenis kelamin, Tidak terdapat perbedaan tekanan darah yang
berarti antara remaja pria dan wanita. Setelah pubertas, pria
cendrung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi.
5) Variasi harian. Tekanan darah lebih rendah antara tengah
malam dan pukul 3 pagi (Hones et al, 2006) diantara pukul
03.00 sampai 06.00 pagi terjadi peningkatan tekanan darah
Yang lambat saat bangun, terjadi peningkatan darah pagi
(Redon,2004). Tekanan darah tertinggi saat ditemukan siang
hari di antara pukul 10.00 sampai 18.00 (Redon,2004).
6) Medikasi, secara langsung dan tidak langsung
mempengaruhi tekanan darah seperti medikasi
antihipertensi dan analgesik narkotik yang dapat
menurunkan tekanan darah.
7) Aktivitas dan berat badan. Olahraga dapat menurunkan
tekanan darah untuk bebetapa jam sesudahnya. Para lansia
mengalamin penurunan tekanan darah sebanyak 5 sampai
10 mmHg 1 jam setelah makan. Peningkatan kebutuhan
oksigen saat beraktivitas akan meningkatkan tekanan darah.
Olahraga yang tidak cukup dapat menyebabkan peningkatan
berat badan dan obesitas yang merupakan faktor terjadinya
hipertensi (Thomass et al., 2002).
8) Merokok. Merokok menyebabkan vasokontraksi. Saat
seseorang merokok, tekanan darah meningkat, dan akan
86
kembali ke nilai dasar dalam 15 menit setelah berhenti
merokok (NHBPEP,2003).
c. Hipertensi
Perubahan tekanan darah yang paling umum terjadi adalah
hipertensi. Penyakit ini biasanya tidak disertai gejala
(asimtomstik). Diagnosis perhipertensi pda dewasa di tegapkan
jika rata-rata hasil pemeriksaan darah pada dua kunjungan
berturutan berada pada nilai antara 80 dan 89 mmHg; atau rata
tekanan darah sistolik pada dua kunjungan berada pada nilai
antara 120 dan 139 mmHg. Distolik yang bernilai lebih dari 90
mmHg dan sistolik diatas 140 mmHg (NHBPEP, 2013) diagnosis
sebagai hipertensi.
87
f) Ekstermitas : perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian
kapiler mungkin lambat tertunda (vasokontriksi).
g) Kulit pucat, sianosis dan diaphoresis
(konghesif/inpoksemia) kemerahan (veoktamusisoma)
3) Integritas ego
a) Gejala : riwayat perubahan kepribadian ansietas, depresi,
atau marah kronik.
b) anda : gelisah, penyempitan kontinu pertahanan, gerak
tangan, sempit, peningkatan pola bicara.
4) Eliminasi
a) Gejala : gangguan ginjal saat ini/yang lalu seperti infeksi
atau riwayat penyakit masa lalu
5) Makanan dan cairan
a) Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup
makanan tinggi garam, lemak, kolesterol, keju, telur, gula
merah.
b) Tanda : berat badan normal atau obeisitas, adanya edema,
konghesti vena. DVJ/Distensi Vena Jugularis
6) Nyeri
a) Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan
jantung (nyeri hilang timbul pada tungkai).
7) Pernafasan
a) Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja
takipnea, ortopnea, dispnea nontural, potok sismol, batuk
tanpa seputum, riwayat merokok.
b) Tanda : bunyi nafas tambahan, distress respiorasi atau
penggunaan otot aksesoris pernafasan sianosis.
8) Keamanan
88
a) Gejala : gangguan koordinasi atau cara berjalan, episode
perestasia, unilateral, transen, hipotensi postural.
9) Penyuluhan
a) Gejala: faktor – faktor resiko keluarga: hipertensi
arteroskalerosis, penyakit jantung, DM, penyakit cerebros
vaskuler ginjal.
d. Hipotensi
Hipotensi adalah tekanan darah yang berada di bawah
nilai normal, artinya, tekanan sistolik terus-menerus berada
diantara nilai 85 dan110 mmHg pada individu dewasa yang
memiliki tekanan sistolik normal lebih tinggi dari nilai tersebut.
hipotensi ortostatik adalah tekanan darah yang turun drastic
ketika klien duduk atau berdiri .
e. MengkajI Tekanan Darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan manset
tekanan darah, sfigmomanometer, dan stetoskop. Manset
tekanan darah terdiri atas kantong karet yang dapat
mengembang. Kantong itu disebut dengnan kantong udara.
Kantung udara ini dilapisi oleh kain dan memiliki dua buah slang
. salah satu slang terhubung dengan bola karet yang bisa
mengembangkan kantong kantung udara. Jenis manometernya
adalah aneroid dan air raksa. Manometer aneroid memillliki
berat yang lebih ringan, dapat dibawa, dan aman. Manometer ini
memiliki alat penunjuk sirkular dengan penutup kaca yang
dipasangi jarum penunjuk kalibrasi millimeter. Sebelum
menggunakannya, pastikan manometer teleh dikalibrasi dan
jarum menunjuk ke angka nol (Jones et al., 2003).
89
1) Lokasi tekanan darah
Pengkajian tekanan darah biasanya dilakukan pada
lengan klien dengan menggunakan arteri brakialis dan
stetoskop standar. Pengkajian tekanan darah pada paha
klien biasanya dilakuakn pada situasi berikut:
a) Tekanan darah tidak dapat diukur pada kedua lengan
b) Tekanan darah pada salah satu paha dibandingkan
dengan tekanan darah pada paha yang lain.
Tekanan darah tidak dapat diukur pada lengan atau paha
klien pada situasi berikut :
2) Metode
90
Ketika mengukur tekanan darah denganmenggunakan
stetoskop, perawat mengidentifikasi lima fase dalam
rangkaina bunyi yang disebut bunyi korotkoff. pertama,
perawatmemompa manset hingga 30 mmHg di atas titik
tempat denyut nadi tidak teraba lagi: yaitu titik ketika aliran
darah dalam arteri berhenti. Kemudiaan perawat
melepaskan tekanan secara perlahan (2-3 mmHg setiap
bunyi) sambil mengmati ukuran ynag tampak pada
manometer dan mengaitkannya dengan bunyi ynag
terdengar melalui stetoskop. Terdapat lima fase, namun
tidakasemuanya terdengar.
91
pengukuran tekanan darah adalah ketergesaan perawat dan
kekeliruan yang dilakukan tanpa sadar.
Tabel Tekanan Darah Optimal Rata-rata sesuai usia
Umur Tekanan sistolik/diatolik (mmHg)
1 bulan 86/54
6 bulan 90/60
1 tahun 96/65
2 tahun 99/65
4 tahun 99/65
6 tahun 100/60
8 tahun 105/60
10 tahun 110/60
12 tahun 115/60
14 tahun 118/60
16 tahun 120/65
92
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
93
intepretasi hasil terutama pada pasien yang mendapat pengobatan
khusus dan jangka panjang.
b. Persiapan penderita
1) Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori
akan mengakibatkan peningkatan volume plasma, sebaliknya
setelah berolahraga volume plasma akan berkurang. Perubahan
volume plasma akan mengakibatkan perubahan susunan
kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel darah.
2) Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan hematologi misalnya : asam folat, Fe, vitamin B12
dll. Pada pemberian kortikosteroid akan menurunkan jumlah
eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit
dan trombosit. Pemberian transfusi darah akan mempengaruhi
komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfologi
sediaan apus darah tepi maupun penilaian hemostasis.
Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil
pemeriksaan hemostasis.
3) Waktu pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil
pada pagi hari tertutama pada pasien rawat inap. Kadar
beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi lebih pekat pada
pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah.
Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus atas perintah dokter.
Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu
berhubung dengan tingkat kegawatan pasien dan memerlukan
penanganan segera disebut pemeriksaan sito. Beberapa
parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi
serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat
94
dipengaruhi oleh waktu pengambilan. Kadar besi serum lebih
tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada sore hari dengan
selisih 40-100 ug/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi antara
jam 10 pagi sampai malam hari dan lebih rendah dari tengah
malam sampai pagi.
4) Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume
plasma 10% demikian pula sebaliknya. Hal lain yang penting
pada persiapan penderita adalah menenangkan dan
memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan santun
atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak
merasa asing atau menjadi obyek.
c. Cara pengambilan sampel
Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus
dikerjakan, lakukan pendekatan dengan pasien atau
keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa
yang akan dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien sebelum
bekerja sehingga tidak tertukar pasien yang akan diambil bahan
dengan pasien lain. Karena kepanikan pasien akan mempersulit
pengambilan darah karena vena akan konstriksi.
Darah dapat diambil dari vena, arteri atau kapiler. Syarat
mutlak lokasi pengambilan darah adalah tidak ada kelainan kulit
di daerah tersebut, tidak pucat dan tidak sianosis. Lokasi
pengambilan darah vena : umumnya di daerah fossa cubiti yaitu
vena cubiti atau di daerah dekat pergelangan tangan. Selain itu
salah satu yang harus diperhatikan adalah vena yang dipilih
tidak di daerah infus yang terpasang/sepihak harus kontra
lateral. Darah arteri dilakukan di daerah lipat paha (arteri
femoralis) atau daerah pergelangan tangan (arteri radialis).
Untuk kapiler umumnya diambil pada ujung jari tangan yaitu
95
telunjuk, jari tengah atau jari manis dan anak daun telinga.
Khusus pada bayi dapat diambil pada ibu jari kaki atau sisi
lateral tumit kaki.
d. Penanganan awal sampel dan transportasi
Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi
sumber kesalahan ada disini. Yang harus dilakukan :
1) Catat dalam buku ekpedisi dan cocokan sampel dengan label
dan formulir. Kalau sistemnya memungkinkan dapat dilihat
apakah sudah terhitung biayanya (lunas)
2) Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang
mengandung antikoagulan
3) Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah
4) Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan
penundaan
5) Perhatikan persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti
darah arteri untuk analisa gas darah, harus menggunakan suhu
4-8° C dalam air es bukan es batu sehingga tidak terjadi
hemolisis. Harus segera sampai ke laboratorium dalam waktu
sekitar 15-30 menit.
Perubahan akibat tertundanya pengiriman sampel sangat
mempengaruhi hasil laboratorium. Sebagai contoh penundaan
pengiriman darah akan mengakibatkan penurunan kadar glukosa,
peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat mengakibatkan salah
pengobatan pasien. Pada urin yang ditunda akan terjadi
pembusukan akibat bakteri yang berkembang biak serta
penguapan bahan terlarut misalnya keton. Selain itu nilai
pemeriksaan hematologi juga berubah sesuai dengan waktu.
96
2. Interpretasi Data
a. Menentukan aspek positif klien
Jika klien memerlukan standar kriteria kesehatan, perawat
kemudian menyimpulkan bahwa klien memiliki aspek positif
tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan atau membantu
memecahkan masalah klien yang dihadapi.
b. Menentukan masalah klien
Jika klien tidak memenuhi standar kriteria maka klien tersebut
mengalami keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan
memerlukan pertolongan.
c. Menentukan masalah klien yang pernah dialami
Perawat dapat menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien tidak
mampu untuk melawan infeksi tersebut.
d. Menentukan keputusan
Penentuan keputusan didasarkan pada jenis masalah yang
ditemukan. Tidak ditemukan masalah kesehatan tetapi perlu
peningkatan status dan fungsi kesehatan
e. Masalah yang akan muncul
Mengumpulkan data yang lengkap untuk lebih mengidentifikasi
masalah- masalah yang akan muncul.
f. Masalah kalaboratif
Berkonsultasi dengan tenaga kesehatan lain professional yang
kompeten dan berkalaborasi untuk penyelesaian masalah tersebut.
3. Validasi Data
Tenaga kesehatan memvalidasi data yang telah diperoleh agar
akurat dan dilakukan bersama klien, keluarga dan masyarakat.
Validasi dilakukan dengan mengerjakan pertanyaan dan pernyataan
yang reflektif kepada klien/ keluarga tentang kejelasan interpretasi
data.
97
D. Jenis-Jenis Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemerikaan darah
98
• Fungsi organ tertentu, seperti ginjal, hati, pankreas, empedu, dan
kelenjar tiroid
• Tumor marker
2. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine adalah jenis pemeriksaan penunjang yang sering
kali dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan, fungsi ginjal, serta
apakah seseorang mengonsumsi obat-obatan tertentu. Selain itu,
99
pemeriksaan urine juga biasanya dilakukan pada ibu hamil untuk
memastikan kehamilan atau untuk mendeteksi preeklamsia.
100
• Hindari melakukan hubungan seksual minimal 1 hari sebelum
Anda melakukan tes urine karena dikhawatirkan dapat
memengaruhi hasil.
101
aritmia, serangan jantung, pembengkakan jantung, kelainan pada katup
jantung, dan penyakit jantung koroner.
102
c. Bila terdapat bulu di dada, sebaiknya dicukur terlebih dahulu
agar elektroda tidak sulit menempel ditubuhd.
d. Hindari pemakaian losion, minyak,atau bedak pada tubuh,
terutama dibagian dada
e. Hindari minum air dingin atau olahraga sebelum menjalani EKG
karena dapat memengaruhi tes
4. Foto Rontgen
• Kelainan tulang dan sendi, termasuk patah tulang, radang sendi, dan
pergeseran sendi (dislokasi)
• Kelainan gigi
• Sumbatan saluran napas atau saluran cerna
• Batu saluran kemih
• Infeksi, seperti pneumonia, tuberkulosis, dan usus buntu
Pada kasus tertentu, dokter mungkin akan memberikan zat kontras
kepada pasien melalui suntikan atau per oral (diminum), agar hasil foto
Rontgen lebih jelas. Meski demikian, zat kontras ini kadang bisa
menimbulkan beberapa efek samping, seperti reaksi alergi, pusing,
103
mual, lidah terasa pahit, hingga gangguan ginjal.
5. Ultrasonkgrafi (USG)
104
ginjal, pankreas, hati, dan empedu. Tak hanya itu, USG juga umum
dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan kehamilan untuk
memantau kondisi janin serta untuk memandu dokter saat melakukan
tindakan biopsi.
105
Ada beberapa persiapan yang perlu dilakuka sebelum proses
prosedur CT scan yaitu:
• Cairan kontras
• Tabung sinar-X
• Komputer
• Tombol panggilan
106
• Interkom.
107
Kunci utama dalam pemeriksaan MRI adalah ketenangan. Pasien
harus tenang sebelum, saat, hingga sesudah MRI agar proses berjalan
lancar dan hasilnya dapat dimanfaatkan. Bila merasa gugup, pasien
harus memberi tahu dokter. Kadang diperlukan obat penenang agar
pasien merasa relaks.
108
8. fluoroskopi
109
• Zat pewarna kontras oral diberikan untuk mengatasi kondisi
kerongkongan dan lambung. Efek sampingnya adalah mual dan
rasa tidak nyaman pada kerongkongan.
9. Endoskopi
110
Selain beberapa jenis pemeriksaan penunjang di atas, ada beberapa
jenis pemeriksaan penunjang lainnya yang juga sering dilakukan
dokter, seperti:
• Ekokardiografi
• Biopsi
• Elektroensefalografi (EEG)
• Pemeriksaan tinja
• Pemeriksaan cairan tubuh, seperti cairan otak, cairan sendi, dan
cairan pleura
• Pemeriksaan genetik
Persiapan sebelum melakukan Tindakan Endoskopi
111
10. audiometri
112
11. Panoramic Radiology
113
celemek khusus yang terbuat dari bahan timbal sebagai
tindakan pencegahan keselamatan untuk melindungi bagian
tubuh Anda dari paparan radiasi, yang mungkin tersebar dari
alat rontgen panoramic.
114
di sisi rahang yang lain. Proses Ini biasanya dapat
berlangsung selama 12-20 detik.
4. Anda akan diminta untuk tetap diam saat lengan alat
berputar di sekeliling kepala, ketika gambar sedang diambil.
5. Setelah pemeriksaan rontgen selesai dilakukan, petugas
akan mengambil film dari dalam alat dan memprosesnya.
Proses tersebut bisa dilakukan secara manual maupun
digital. Anda akan diinstruksikan untuk menunggu sebentar
sampai hasil rontgen selesai diproses.
6. Setelah hasil rontgen keluar, maka film rontgen akan
dimasukkan ke dalam amplop dan biasanya akan langsung
diberikan pada Anda. Untuk bisa membaca hasil rontgen,
Anda perlu membawa hasil tersebut kembali ke dokter gigi.
7. Setelah melihat gambaran susunan gigi dan rahan secara
keseluruhan, dokter gigi bisa membuat diagnosis dan
rencana perawatan yang paling efektif untuk kondisi Anda.
12. Radiologi
115
Sebelum melakukan pemeriksaan ini, cobalah untuk
selalu mengikuti saran yang dokter berikan. Tujuannya simpel,
agar pemeriksaan radiologi bisa memberikan hasil yang
optimal. Lalu, hal apa saja yang mesti dilakukan sebelum
melakukan pemeriksaan ini? Sebenarnya syarat-syaratnya
bergantung pada jenis pemeriksaan., berikut beberapa
persiapan yang akan disarankan dokter:
1. Puasa
3. Konsumsi Obat
116
4. Melepas Aksesoris
5. Pakaian Khusus
13. Spirometri
1. Jangan Merokok
117
Perokok aktif menjadi salah satu golongan yang dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan ini. Sebab, risiko penyakit
paruparu menjadi lebih besar pada orang yang merokok. Saat
akan menjalani tes ini, pastikan untuk tidak merokok,
setidaknya selama satu hari sebelum pemeriksaan spirometri.
2. Batasi Alkohol
118
atau berolahraga sebelum menjalani spirometri. Hal itu
bertujuan agar selama pemeriksaan, paru-paru berada pada
kondisi normal dan hasil yang ditunjukkan pun bersifat akurat.
14. Treadmill
119
Hindari konsumsi obat jantung pada hari pemeriksaan, kecuali
dokter mengizinkan.
Gunakan sepatu yang nyaman dan celana longgar.
Gunakan kemeja lengan pendek dengan kancing depan agar
memudahkan dokter saat menempelkan elektroda EKG ke
dada.
Bawa inhaler saat pemeriksaan jika kamu mengidap penyakit
asma atau masalah pernapasan lainnya.
120
efek pemberian hormon seks serta mengkaji respons terhadap
kemoterapi dan radiasi.
4. Endoskopi
Pemeriksaan yang dilakukan pada saluran cerna untuk mendeteksi
adanya kelainan pada saluran cerna.
Contoh : varises, esophagus, neoplasma, peptic ulcer
5. Colonoskopi
Pemeriksaan dilakukan pada saluran colon dan sigmoid untuk
mendeteksi adanya kelainan pada saluran colon. Contoh : varises,
hemoroid, neoplasma dll
6. CT Scan
Pemeriksaan spesifik/khusus untuk melihat organ yang lebih
dalam dan terlokalisir serta khusus.
Contoh : organ dalam tengkorak dan organ dalam abdomen
7. Mamografi
Merupakan pemeriksaan dengan bantuan sinar x yang dilakukan
pada bagian payudara untuk mendeteksi adanya kista / tumor dan
menilai payudara secara periodik.
8. Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat hantaran listrik pada otak
(melihat kelainan pada gelombang otak) dengan memasangkan
elektroda pada bagian kepala klien. Indikasi : epilepsy, trauma
capitis
9. Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat sistem hantaran/konduksi
dari jantung indikasi : Miocard Infark (MCI), Angna fektoris, gagal
jantung.
121
F. PERSIAPAN UNTUK PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Persiapan alat
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan
instruksi dokter sehingga tidak salah persiapan dan berkesan
profesional dalam bekerja.
2. Pengambilan darah
Yang harus dipersiapkan antara lain : - kapas alkohol 70 %, karet
pembendung (torniket) semprit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5
ml, penampung kering bertutup dan berlabel. Penampung dapat
tanpa anti koagulan atau mengandung anti koagulan tergantung
pemeriksaan yang diminta oleh dokter. Kadang-kadang diperlukan
pula tabung kapiler polos atau mengandung antikoagulan.
3. Penampungan urin
Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar, berlabel,
kering, bersih, bertutup rapat dapat steril (untuk biakan) atau tidak
steril. Untuk urin kumpulan dipakai botol besar kira-kira 2 liter
dengan memakai pengawet urin.
4. Penampung khusus
Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau
pemeriksaan khusus yang lain. Yang penting diingat adalah label
harus ditulis lengkap identitas penderita seperti pada formulir
termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak tertukar.
122
d. Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau daun telinga
bagian bawah
e. Pada bayi dan anak kecil dapat diambil pada ibu jari kaki atau
tumit
Bentuk pemeriksaan
a. Jenis/golongan darah
b. HB untuk mendeteksi adanya penyakit anemia dan ginjal
c. Hematokrit untuk mengukur konsentrasi sel darah merah dalam
darah
d. Trombosit untuk mendeteksi adanya trombositopenia dan
trombosis
e. SGPT (serum Glumatik Piruvik Transaminase) untuk mendeteksi
adanya kerusakan hepatoseluler
f. Albumin untuk mendeteksi adanya gangguan hepar seperti luka
bakar dan gangguan ginjal
g. Asam urat untuk mendeteksi penyakit pada ginjal, luka bakar
h. Billirubin (Direct : deteksi ikterik, Indirect : anemia & malaria)
i. Gula darah untuk mendeteksi diabetes
Persiapan alat
a. Lanset darah atau jarum khusus
b. Kapas alcohol
c. Kapas kering
d. Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung
macam pemeriksaan
e. Bengkok
f. Hand scoon
g. Perlak dan pengalas
Prosedur kerja
a. Mendekatkan alat
123
b. Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah
prosedur
c. Memasang perlak dan pengalas
d. Memakai hand scoon
e. Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis
pemeriksaan
f. Kulit dihapushamakan dengan kapas alcohol
g. Bekas tusukan ditekan dengan kapas alcohol
h. Merapikan alat
i. Melepaskan hand scoon
2. Urine
Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang
menggunakan bahan atau spesimen urine.
Kegunaan
a. Menafsirkan proses-proses metabolisme
b. Mengetahui kadar gula pada tiap-tiap waktu makan (pada pasien
DM)
Jenis pemeriksaan
a. Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan
pemeriksaan
b. Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.
c. Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (1,5-3
jam sesudah makan)
d. Urine 24 jam
Urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam.
Persiapan alat
124
a. Formulir khusus untuk pemeriksaan urine
b. Wadah urine dengan tutupnya
c. Hand scoon
d. Kertas etiket
e. Bengkok
f. Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium
Prosedur tindakan
a. Mencuci tangan
b. Mengisi formulir
c. Memberi etiket pada wadah
d. Memakai hand scoon
e. Menuangkan 100 cc urine dari bengkok ke dalam wadah
kemudian ditutup rapat.
f. Menyesuaikan data formulir dengan data pada etiket
g. Menuliskan data dari formulir ke dalam buku ekspedisi
h. Meletakkan wadah ke dalam bengkok atau tempat khusus
bertutup.
i. Membereskan dan merapikan alat
j. Melepas hand scoon
k. Mencuci tangan
3. Feses
Pemeriksaan dengan bahan feses untuk memeriksa adanya
kuman seperti salmonella, shigella, escherichiacoli, dan lain-lain
Tujuan
Untuk menegakkan diagnosa
Pemeriksaan tinja untuk pasien dewasa
Untuk pemeriksaan lengkap meliputi warna, bau, konsistensi, lendir,
darah, dan telur cacing. Tinja yang diambil adalah tinja segar.
Persiapan alat
125
a. Hand scoon bersih
b. Vasseline
c. Botol bersih dengan penutup
d. Lidi dengan kapas lembab dalam tempatnya
e. Bengkok
f. Perlak pengalas
g. Tissue
h. Tempat bahan pemeriksaan
i. Sampiran
Prosedur tindakan
a. Mendekatkan alat
b. Memberitahu pasien
c. Mencuci tangan
d. Memasang perlak pengalas dan sampiran
e. Melepas pakaian bawah pasien
f. Mengatur posisi dorsal recumbent
g. Memakan hand scoon
h. Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan
arah keatas kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba
tinja
i. Setelah dapat dikeluarkan perlahan-lahan lalu dimasukkan ke
dalam tempatnya.
j. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan
tissue.
k. Melepas hand scoon
l. Merapikan pasien
m. Mencuci tangan
126
Untuk pemeriksaan kultur (pembiakan) pengambilan tinja dengan
cara steril. Caranya sama dengan cara thoucer, tetapi alat-alat yang
digunakan dalam keadaan steril.
4. Sputum
Sputum atau dahak adalah bahan yang keluar dari bronchi atau trakhea,
bukan ludah atau lendir yang keluar dari mulut, hidung atau tenggorokan.
Tujuan
Untuk mengetahui basil tahan asam dan mikroorganisme yang
ada dalam tubuh pasien sehingga diagnosa dapat ditegakkan.
Indikasi
Pasien yang mengalami infeksi/peradangan saluran pernafasan
(apabila diperlukan).
Persiapan alat
a. Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
b. Botol bersih dengan penutup
c. Hand scoon
d. Formulir dan etiket
e. Perlak pengalas
f. Bengkok
g. Tissue
Prosedur tindakan
a. Menyiapkan alat
b. Memberitahu pasien
c. Mencuci tangan
d. Mengatur posisi duduk
e. Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan
bengkok.
f. Memakai hand scoon
127
g. Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang
sudah disiapkan (sputum pot)
h. Mengambil 5cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol
i. Membersihkan mulut pasien
j. Merapikan pasien dan alat
k. Melepas hand scoon
l. Mencuci tangan
128
4) Penilaian kehamilan meliputi : posisi janin, letak plasenta,
cairan amnion, kelainan mayor janin, jumlah janin, umur
kehamilan, taksiran partus, berat janin, jenis kelamin, lilitan
talipusat
5) Untuk melihat dugaan adanya kehmailan di luar uterus dan
kehmailan ektopik terganggu (KET) terutama ditujukan
untuk melihat cauran bebas di dalam cavum douglassi atau
dalam rongga abdomen, kadang-kadang dapat dilihat janin
6) Untuk kasus-kasus dengan infeksi pelvis diperlukan
pemeriksaan USG untuk melihat daerah adneksa (terdapat
fokal abses seperti tubo ovarial abses, dsb)
c. Ruang lingkup
Pemeriksaan ini dilakukan seumur hidup, untuk pemeriksaan
USG Gynecologi – Obstetri dilakukan pada wanita dewasa
d. Langkah-langkah
1) Persiapan alat
a) Pesawat USG
b) Jelly
c) Tissue atau handuk
2) Persiapan pasien
a) Pada keadaan akut seperti trauma, tidak perlu dilakukan
persiapan seperti puasa. Pemeriksaan ditujukan untuk
melihat keadaan organ-organ serta kemungkinan adanya
cairan bebas intra abdominal
b) Pada keadaan efektif, diperlukan puasa untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Puasa diperlukan
sekitar 8 – 10 jam sebelumnya atau sebaiknya dilakukan
pemeriksaan USG pagi hari sebelum makan pagi
c) Untuk neonatus hanya kira-kira sekitar 3 – 5 jam saja.
Puasa terutama ditujukan bila ingin menilai kandung
129
empedu dan salurannya. Untuk pemeriksaan lain
misalnya ginjal, tidak diperlukan puasa sebelumnya
d) Untuk menilai pankreas dengan optimal, pasien minum
air ter;lebih dahulu sebanyak kira-kira 500 cc (untuk
dewasa) agar lambung terisi air dan pankreas mudah
dinilai.
e) Untuk pemeriksaan kehamilan normal tidak diperlukan
persiapan, tetapi untuk pemeriksaan kehamilan dalam
keadaan patologis (seperti KET, infeksi pelvis) pasien
diminta minum terlebih dahulu agar buli terisi air dan
dapat digunakan sebagai jendela untuk melihat struktur
uterus dan adneksa
e. Prosedur pemeriksaan
1) Untuk menilai/melihat ginjal
Tehnik pemeriksaannya :
a) Untuk melihat ginjal kanan, posisikan pasien supine pada
mid axillary atau subdistal maupun intercostal
b) Pasien LLD (Left Lateral Decubitus) untuk
mempermudah pemeriksaan karena pada posisi supine
kadang-kadang akan menyulitkan
c) Untuk melihat ginjal kiri, posisikan pasien RLD (Right
Lateral Decubitus)
d) Letakkan transducer pada intercostal 9 – 10 atau
subcostal pada mid axillary
e) Buat irisan longitudinal pada axis ginjal
f) Irisan transversal pada kutub atas (upper pole),
pertengahan dan pada kutub bawah (lower pole)
g) Pasien diminta tarik nafas panjang dan tahan napas,
kemudian lakukan pengambilan gambar
130
h) Kadang-kadang dilakukan pada punggung vertebra
untuk memperjelas gambaran karena ada otot-otot tebal
di bagian depan
2) Untuk menilai/melihat liver Tehnik
pemeriksaannya :
a) Pasien tidur terlentang atau LLD
b) Pasien diminta tarik nafas panjang dan tahan nafas
c) Buat irisan transversal dan longitudinal pada daerah
subcostal
d) Lakukan pada kedua lobus dari lobus kiri ke lobus kanan
3) Untuk menilai/melihat pankreas
Tehnik pemeriksaannya :
a) Pasien supine di atas bed atau meja pemeriksaan
b) Buat irisan longitudinal sepanjang axis vena cava untuk
memperlihatkan caput pankreas
c) Buat irisan transversal melalui lobus kiri sebagai acusitc
window untuk memperlihatkan body dan tail dengan
menampakkan vena lienalis sebagai landmark
4) Untuk menilai/melihat uterus Tehnik
pemeriksaannya :
a) Pertama dilakukan scanning secara longitudinal, hal ini
untuk melihat apakah kandung kemih terisi air dengan
baik, bila belum pemeriksaan ditunda
b) Pasien diminta untuk minum lagi dan diperiksa ulang 30
– 40 menit kemudian
131
2. Rontgen atau Pemotretan Schedell
a. Pengertian
Suatu pemeriksaan yang dilakukan pada tulang kepala atau
tengkorak dengan menggunakan tehnik radiografi
b. Tujuan
Untuk mendiagnosa kelainan atau fraktur pada tulang kepala atau
tengkorak
c. Ruang lingkup
Pemeriksaan ini dilakukan untuk semua umur
d. Prosedur pemeriksaan
1) Antero Posterior (AP) Posisi pasien :
a) Supine di atas bed atau meja pemeriksaan
b) Mid Sagittal Plane (MSP) : tubuh diatur tegak lurus
terhadap pertengahan bed atau meja pemeriksaan Posisi
obyek :
Posisi kepala diatur menunduk sehingga
Infraorbitomeatal Line (IOML) tegak lurus terhadap bed atu
meja pemeriksaan dan diatur true AP
2) Lateral
Posisi pasien :
a) Supine atau semiprone di atas bed
atau meja pemeriksaan
b) Untuk pasien dengan cedera kepala berat, dilarang
memenipulasi pasien terutama bila diduga adanya
fraktur cervical. Dalam hal ini dibuat foto lateral dengan
sinar horizontal Posisi obyek :
Kepala dirotasikan dengan sisi yang akan difoto dekat
dengan kaset Kepala diatur true lateral, dengan cara mid line
dari kepala diatur sejajar dengan bed atau meja periksaan,
atur interpopullary tegak lurus dengan kaset.
132
e. Sarana
1) Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm
2) Pesawat rontgen, control table dan marker
133
4. Mammografi
134
a. Pengertian
Suatu pemeriksaan dengan cara untuk melihat rongga abdomen
dengan bantuan laparoskop melalui dinding abdomen depan,
yang sebelumnya telah dilakukan pneumoperitoneum
b. Tujuan
1) Untuk menegakkan diagnostik dan diagnosa banding dari
penyakit/infeksi genetalia interna
2) Untuk pemantauan pada saat dilakukan tindakan
histereskopi
3) Untuk mengangkat dan mencari translokasi AKDR
4) Second look operation, apabila diperlukan
operasi sebelumnya
5) Infertilitas primer dan sekunder
c. Prosedur pemeriksaan
Anastesi untuk pemeriksaan laparaskopi :
1) Untuk anastesi lokal
Untuk laparoskopi yang tidak memerlukan waktu lama dan
intervensi berat dapat dilakukan dengan anastesi lokal (seperti
pemasangan cincin/klip tuba pada tindakan sterilisasi)
2) Untuk anastesi regional
Hanya digunakan apabila anastesi inhalasi merupakan kontra
indikasi.
Efek samping : dapat terjadi vasodilatasi dan hipotensi yang
mendadak
3) Untuk anastesi umum
Aman dilakukan oleh spesalis anastesi.
Posisi pasien :
Posisi yang digunakan yaitu posisi trendelenburg, dengan
sudut kemiringan 15 – 250 (150 biasanya sudah cukup). Selain
itu bokokng pasien harus lebih menjorok ke depan, melewati
135
ujung bed atau meja pemeriksa agar hidrotubator yang telah
dipasang dapat digerakkan bebas.
I. Fungsi dan Tujuan Pemeriksaan Penunjang
Fungsi dalam pemeriksaan penunjang, yaitu:
a. Skrining atau uji saring adanya penyakit subklinis, dengan
tujuan menentukan resiko terhadap suatu penyakit dan
mendeteksi dini penyakit terutama bagi individu beresiko
tinggi (walaupun tidak ada gejala atau keluhan).
b. Konfirmasi pasti diagnosis, yaitu untuk memastikan
penyakit yang diderita seseorang, berkaitan dengan
penanganan yang akan diberikan dokter serta berkaitan erat
dengan komplikasi yang mungkin saja dapat terjadi.
c. Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat
menyamarkan gejala klinis.
d. Membantu pemantauan pengobatan.
e. Menyediakan informasi prognosis atau perjalanan penyakit,
yaitu untuk memprediksi perjalanan penyakit dan berkaitan
dengan terapi dan pengelolaan pasien selanjutnya.
f. Memantau perkembangan penyakit, yaitu untuk memantau
perkembangan penyakit dan memantau efektivitas terapi
yang dilakukan agar dapat meminimalkan komplikasi yang
dapat terjadi.
Pemantauan ini sebaiknya dilakukan secara berkala.
g. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang
banyak dijumpai dan potensial membahayakan.
h. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi
karena tidak didapati penyakit.
Tujuan dalam pemeriksaan penunjang yaitu:
136
1. Untuk menambah data penunjang selain data
pemeriksaan fisikUntuk memberi kejelasan dan
kepastian tentang kesungguhan penyakit yang diderita
oleh pasien
2. Untuk memudahkan dokter dalam
melakukan diagnosis.
137
2. Selama puasa, pasien tidak diperbolehkan makan dan minum, kecuali
air putih.
3. Hindari merokok, makan permen karet, minum kopi dan teh (tanpa
gula), alkohol, addictive drugs (seperti amphetamine, morphine,
heroin, cannabis) karena akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
138
HARGA NORMAL DATA LABORATORIUM DAN DATA KLINIK
139
21 BUN 9-20 mg/dl
-Fungsi hati
22 ALT (SGPT) 5-35 u/L
23 AST (SGOT) 5-35 u/L
-Bilirubin
24 Bilirubin total <1,4 mg/dl
25 Bilirubin direk <0,40 mg/dl
-Lemak
26 LDL <130 mg/dl
27 HDL 30-70 mg/dl
28 Trigliserida -Gula Pria: 40-60 mg/dl
Wanita: 35-135 mg/dl
29 Gula darah acak <140 mg/dl
30 Gula darah puasa 70-115 mg/dl
140
E. PENGENDALIAN INFEKSI, INFEKSI NOSOKOMIAL DAN PATIENT
SAFETY
141
tempat steril tertutup rapat, setelah dipakai alat suntik dimasukkan
pada tempat khusus dan dibuang, alat pemeriksaan lengkap,
penanganan instrument secara tepat, jumlah pengunjung pasien
dibatasi dan kamar dibersihkan setiap hari.
• BATASAN INFEKSI
1. Kolonisasi: terdapatnya agen infeksi/mikroorganisme yang hidup,
tumbuh dan berkembang biak di tubuh pejamu tanpa disertai adanya
gejala klinik atau respon imun.
2. Pembawa (carrier): individu (pasien, petugas kesehatan) yang
membawa kuman patogen, dengan atau tanpa disertai gejala klinik.
142
3. Infeksi: merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya
mikroorganisme patogen, dengan atau tanpa disertai gejala klinik .
4. Penyakit menular atau infeksius: adalah penyakit akibat
mikroorganisme patogen yang dapat berjangkit dari satu orang ke
orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.
5. Inflamasi (radang atau peradangan local): merupakan bentuk respon
tubuh terhadap suatu agen (mikroorganisme,trauma, pembedahan,
luka bakar atau kimiawi), yang ditandai dengan adanya sakit/nyeri
(dolor), panas (kalor), kemerahan (rubor), pembengkakan (tumor) dan
gangguan fungsi.
6. Syndrome respon inflamasi sistematik (sistematyc inflammatory
response syndrome/SIRS): sekumpulan gejala klinik atau kelainan
laboratorium yang menggambarkan respon tubuh (inflamasi) yang
bersifat sitematik. Kriteria SIRS bila ditemukan 2 atau lebih dari
keadaan beriku: (1) hipertemi(≥ 38,3°C) atau hipotermi (<36℃), (2)
takikardi (>90 kali per menit), (3) takipnoe (>20 kali permenit), serta
(4) leukositosis (>12.000L) atau leukopenia (<4.000L0 atau pada
hitung jenis leukosit jumlah sel muda (batang) lebih dari 10%. SIRS
dapat disebabkan oleh infeksi atau non-infeksi seperti trauma,
pembedahan, luka bakar, pankreatitis, atau gangguan metabolic. SIRS
yang disebabkan infeksi disebut SEPSIS.
7. Infeksi terkait layanan kesehatan (Healthcare-Associated
infectins/HAIs): infeksi yang terjadi pada pasien terkait proses
pelayanankesehatan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya, dimulai saat pasien masuk rumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan walaupun belum ditemukan infeksi dan tidak dalam masa
inkubasi, hingga setelah pasien pulang. HAIs ini juga termasuk infeksi
akibat kerja para petugas kesehatan.
143
• Rantai Infeksi
144
5. Adanya porta of entry/ pintu masuk tempat masuknya kuman dapat
melalui kulit, dinding mukosa, saluran cerna, saluran pernapasan
dan saluran urogenitalia. Mikroba yang terinfeksius dapat masuk ke
saluran cerna melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi
seperti: E.coli, Shigella.
6. Penderita (Host) yang rentan. Masuknya kuman ke dalam tubuh
penderita tidak selalu menyebabkan infeksi. Yang memegang
peranan sangat penting adalah mekanisme pertahanan tubuh
hostnya. Mekanisme pertahanan tubuh secara non spesifik antara
lain adalah kulit, dinding mukosa dan secret, kelenjar-kelenjar
tubuh.
• Kewaspadaan Isolasi
145
a. Kebersihan tangan
b. APD: sarung tangan, masker, goggle, face shield, gaun.
c. Peralatan perawatan pasien.
d. Pengendalian lingkungan.
e. Penatalaksanaan linen.
f. Pengelolaan limbah tajam/perlindungan dan kesehatan karyawan.
g. Penempatan pasien.
h. Hygiene respirasi/etika batuk
i. Praktek menyuntik aman
j. Praktek pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal fungsi
146
yang dilakukan setelah jenis infeksinya sudah terdiagnosa atau diketahui
(Muchtar,2014). Berdasarkan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah
sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya tahun 2008, jenis
kewaspadaan berdasarkan transmisi sebagai berikut:
1. Kontak Langsung
147
melayang di udara dan akan jatuh dalam jarak 1 m dari sumber. Transmisi
droplet melibatkan kontak konjungtiva atau mukosa membrane
hidung/mulut, orang rentan dengan droplet partikel besar mengandung
mikroba berasal dari pasien pengidap atau carrier dikeluarkan saat batuk,
bersin, muntah, bicara, selama prosedur suctin, bronkhskopi.
148
• Penggunaan Alat Pelindung Diri
• Mencuci tangan
149
Mencuci tangan merupakan salah satu bagian penting dalam
penggunaan APD, karena sebelum dan sesudah menggunakan APD khususnya
sarung tangan. The Center for Diesease Control and Prevention (CDC) 2002,
mencuci tangan merupakan teknik yang paling penting dan paling mendasar
dalam mencegah dan mengendalikan penularan infeksi (Potter & Perry, 2006).
Cara Cuci Tangan 7 Langkah Pakai Sabun Yang Baik dan Benar
1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang
mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan
secara lembut
150
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
151
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
152
Penggunaan sabun khusus cuci tangan baik berbentuk batang maupun cair
sangat disarankan untuk kebersihan tangan yang maksimal. Pentingnya
mencuci tangan secara baik dan benar memakai sabun adalah agar kebersihan
terjaga secara keseluruhan serta mencegah kuman dan bakteri berpindah dari
tangan ke tubuh anda.
A. Patient Safety
153
Keselamatan pasien adalah prinsip paling fundamental dalam
pemberian pelayanan kesehatan maupun keperawatan, dan sekaligus aspek
yang paling kritis dri manajemen kualitas.
1. Pengkajian
2. Diagnose Keperawatan
154
yang terlewatkan oleh perawat, maka rencana tindakan yang akan disusun
menjadi tidak tepat. Oleh karena itu, dalam melakukan proses diagnose,
seorang perawat harus mampu berpikir kritis dan tepat sehingga tidak terjadi
kesalahan yang dapat mengancam nyawa pasien.
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi
155
berhasil atau gagal. Proses evaluasi merupakan cermin bagi seorang perawat
terhadap setiap tindakan yang telah dilakukannya. Jika pada saat melakukan
proses evaluasi perawat menemukan tindakan atau kejadian yang salah, maka
hal-hal tersebut dapat segera diperbaiki sehingga dapat mencegah terjadinya
kondisi buruk pada pasien serta menjaga keselamatan pasien.
a. Struktur
b. Lingkungan
c. Peralatan dan teknologi
156
d. Proses
e. Orang
f. Budaya
a. Kamar Operasi
Kamar operasi adalah suatu unit khusus di dalam rumah sakit yang berfungsi
sebagai tempat untuk melakukan tindakan pembedahan, baik efektif maupun
akut. Secara umum, lingkungan kamar operasi terdiri dari tiga srea, yaitu:
157
Pelaksanaan atau patient safety dalam kamar operasi dapat berupa hal sebagai
berikut:
1. Semua peralatan yang ada didalam kamar operasi harus beroda dan
mudah dibersihkan.
2. Untuk alat elektrik, petunjuk penggunaannya harus menempel pada
alat tersebut agar mudah dibaca.
3. Sistem pelistrikan harus aman dan dilengkapi dengan elektroda
untuk memusatkan arus listrik mencegah bahaya gas anestesi.
4. Air yang tersedia dalam kamar operasi harus bersih, yaitu air yang
tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak mengandung
kuman patogen, tidak mengandung zat kimia, dan tidak
mengandung zat beracun.
5. Setiap petugas medis yang akan melakukan tindakan operasi wajib
mengenakan pakaian khusus operasi.
6. Petugas medis wajib melaksanakan prosedur aseptic, salah satu
contohnya dadalah mencuci tangan.
b. Unit Gawat Darurat
Unit gawat darurat (UGD) adalah satu unit dalam rumah sakit yang
menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cidera
yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Sifat pasien yang
mendapatkan perawatan di UGD adalah sebagai berikut:
158
1. Pasien TGDG “false emergency” (label hijau) merupakan pasien
yang memerlukan tindakan medis tidak segera
2. Pasien DTG (label kuning) merupakan korban tidak gawat tetapi
memerlukan pertolongan medik untuk mencegah keadaan yang
lebih gawat atau mencegah cacat.
3. Pasien GD (Label merah) merupakan korban yang berada dalam
keadaan nyawa terancam apabila tidak memperoleh pertolongan
dengan segera.
4. Pasien GTD (Label putih) merupakan pasien dalam keadaan parah
yang tidak memiliki harapan atau haraan yang tipis jika diberikan
pertolongan.
5. Pasien yang meninggal atau death on arrival (label hitam)
159
2. Serah terima pasien bertujuan untuk mengetahui riwayat tindakan
pengobatan sebelumnya dan sebagai bentuk aspek legal.
3. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan secara umum, penilaian
neurologis, sistem pernafasan, kardiovaskular, gastri intestinal,
ginjal dan cairan, anggota gerak, hematologi dan posisi pasien.
4. Kajian hasil pemeriksaan meliputi biokimia, hematologi, gas darah,
monitoring TTV, foto thorax, CT scan, efek pengobatan.
5. Petugas medis wajib melakukan prosedur aseptic
6. Tenaga kesehatan harus menerapkan komunikasi yang baik antar
petugas sehingga tidak terjadi kesalahan saat serah terima pasien
dilakukan
7. Tenaga kesehatan harus mampu melaksanakan prosedur
pengelolaan pasien secara tepat dan aman.
Jatuh merupakan suatu yang umum yang terjadi pada lansia, orang
sakit, atau orang cedera yang sedang lemah. Untuk mencegah klien jatuh dan
mengalami cedera karenanya, perawat harus mempertimbangkan pedoman
pencegahan jatuh di tempat pelayanan kesehatan. Walaupun sepertinya
menaikkan pagar tempat tidur merupakan cara yang efektif untuk mencegah
jatuh, namun tidak perlu dilakukan secara rutin untuk tujuan tersebut. Risiko
160
jatuh pada pasien yang berisiko untuk jatuh umumnya disebabkan oleh
faktor lingkungan dan faktor fisiologis yang dapat berakibat cidera.
161
Ada beberapa yang dapat dikaji dari klien dengan menentukan hal-hal
berikut ini :
162
Selain pengkajian keamanan hal yang perlu dilakukan selanjutnya
adalah mencegah jatuh di tempat pelayanan kesehatan,ada beberapa hal yang
bisa dilakukan,antara lain :
163
klien ditinggal sendiri. Pertimbangkan hanya menaikkan setengah
pagar tempat tidur jika menaikkan pagar tempat tidur seluruhnya
membuat klien lebih gelisah.
164
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss adalah suatu insiden yang
belum sampai terpapar ke pasien sehingga tidak menyebabkan cedera
pada pasien. Contohnya suatu obat dengan overdosis lethal akan
diberikan kepada pasien, tetapi staf lain megetahui dan
membatalkannya sebelum obat tersebut diberikan kepada pasien.
165
Seolah-olah sebuah epidemi berkecamuk di suatu negara tanpa ada yang
memperhatikan atau mengganggu untuk diselidiki.
- Instruksi dosis tidak tepat yang salah pada resep Actonel mengakibatkan
pasien mengkonsumsi obat mingguan setiap hari, tidak dikoreksi oleh
apoteker.
- Pneumotoraks iatrogenik akibat pemberian injeksi nyeri yang tidak tepat
untuk fibromyalgia.
- Komponen urin abnormal terjadi pada penderita yang salah dengan nama
yang sama, diobati salah pasiennya yang berada di panti jompo, plus
mengalami keterlambatan dalam merawat pasien asli yang memiliki hasil
abnormal.
166
• PROTOKOL PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PASIEN JATUH
Orientasi ruangan
Posisi tempat tidur rendah dan ada pengganjal (rem) pada roda tempat
tidur
Ada pengaman di samping tempat tidur dengan/atau sisi pengaman
Mempunyai luas tempat tidur yang cukup untuk mencegah tangan, kaki
dan bagian tubuh lainnya terjepit atau menggantung
Menggunakan alas kaki yang tidak licin untuk pasien anak yang bisa
berjalan
Nilai kemampuan untuk ke kamar mandi dan dibantu
bila membutuhkan bantuan
Memiliki akses untuk untuk menghubungi petugas kesehatan yang
mudah dijangkau
Menjelaskan kepada pasien kegunaan alat – alat medis dan non medis
yang berada di sekitarnya.
Lingkungan harus bebas dari peralatan yang mengandung resiko
167
Membantu pasien saat akan melakukan mobilisasi
Penempatan tempat tidur disesuaikan dengan perkembangan pasien.
Alat yang tidak dibutuhkan dipindahkan atau dijauhkan dari
lingkungan pasien.
168
pasien memerlukan terapi infus. Komplikasi kanulasi intravena ini
dapat berupa gangguan mekanis, fisis, dan kimiawi. Komplikasi
tersebut berupa:
169
a. Infeksi Saluran Kemih
b. Pneumonia Nosokomial
c. Bakteriemi Nosokomial
170
C. Tipe Mikroorganisme yang Menyebabkan Infeksi
1. Bakteri
2. Virus
3. Fungi
4. Parasit
171
pengobatan dengan obat-obat mahal, dan penggunaan pelayanan
lainnya.
4. Mordibitas, dan mortalitas semakin tinggi.
5. Adanya tuntutan secara hukum.
6. Penurunan citra rumah sakit.
172
mengurangi beban penyakit, khususnya penyakit infeksi. Sebaliknya,
penggunaan antibiotika secara luas pada manusia dan hewan tidak
sesuai indikasi, mengakibatkan meningkatnya resistensi antibiotika
secara signifikan.
1. Mencuci tangan
173
(misalnya: bayi yang baru lahir dan pasien yang dirawat di ICU.
Mencuci tangan sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah
memeriksa dan mengadakan kontak langsung dengan pasien, saat
memakai, melepas sarung tangan bedah steril atau yang telah
disinfeksi tingkat tinggi pada operasi serta pada pemeriksaan untuk
prosedur rutin, saat menyiapkan, mengkonsumsi dan setelah makan
juga pada situasi yang membuat tangan terkontaminasi (missal:
memegang instrument kotor, menyentuh membrane mukosa, cairan
darah, cairan tubuh lain, melakukan kontak yang intensif dalam waktu
yang lama dengan pasien, mengambil sampel darah, saat memeriksa
tekanan darah, tanda vital lainnya, juga saat keluar masuk unit isolasi.
Alat pelindung diri yang paling baik adalah yang terbuat dari
bahan yang telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus oleh
cairan. Sarung tangan melindungi tangan dari bahan yang dapat
menularkan penyakit dan dapat melindungi pasien dari
mikroorganisme yang terdapat di tangan petugas kesehatan. Sarung
tangan merupakan penghalang (barrier) yang paling penting untuk
mencegah penyebaran infeksi. Satu pasang sarung tangan digunakan
untuk setiap pasien sebagai upaya menghindari kontaminasi silang.
174
Masker dipakai untuk mencegah percikan darah atau cairan
tubuh memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan, juga menahan
cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan berbicara, bersin
dan batuk. Masker juga dipakai untuk mencegah partikel melalui
udara atau droplet dari penderita penyakit menular (tuberculosis).
175
dengan tangan serta masukkan instrument tajam ke dalam wadah yang
tahan tusukkan dan tahan air.
4. Perawatan Pasien
176
membahayakan penerima donor, terapikan teknik aseptic saat
melakukan tranfusi, pantau tanda vital dan reasi pasien serta hentikan
tranfusi jika reaksi berlawanan.
5. Penggunaan Antiseptik
Larutan antiseptic dapat digunakan untuk mencuci tangan
terutama pada tindakan bedah, pembersihan kulit sebelum tindakan
bedah atau tindakan bedah invasive lainnya. Instrument yang kotor,
177
sarung tangan bedah dan barang-barang lain yang digunakan kembali
dapat diproses dengan dekontaminasi, pembersihan dan sterilisasi
atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT) untuk mengendalikan infeksi.
178
melakukan pencegahan, dan pengendalian. Jadi tujuan dari survelian
adalah untuk menurunkan resikoterjadinya infeksi nosocomial. Perlu
ditegaskan bahwa disini keberhasilan pengendalian infeksi nosocomial
bukanlah ditentukan oleh canggihnya peralatan yang ada, tetapi
ditentukan oleh kesempurnaan perilaku petugas kesehatan dalam
melaksanakan perawatan penderita secara benar. Dalam pelaksanaan
survelian ini perawat sebagai petugas kesehatan lapangan digaris
paling depan mempunyai peran yang sangat menentukan.
b. Adanya peraturan yang jelas, dan tegas serta dapat dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi.
Adanya peraturan yang jelas, dan tegas serta dapat dilaksanakan
merupakan hal yang sangat penting adanya. Peraturan-peraturan ini
merupakan standar yang harus dijalankan setelah dimengerti semua
petugas. Standar ini meliputi standar diagnosis ataupun standar
pelaksanaan tugas. Dalam pelaksanaan, dan pengawasan pelaksanaan
peraturan ini peran perawat sangat besar sekali.
c. Adanya program pendidikan yang terus menerus bagi semua petugas
rumah sakit dengan tujuan mengembalikan sikap mental yang benar
dalam merawat pasien.
Keberhasilan program ini ditentukan oleh perilaku petugas dalam
melaksanakan perawatan yang sempurna kepada pasien. perubahan
perilaku inilah yang memerlukan proses belajar, dan mengajar yang
terus ditekankan pada aspek perawatan yang baik saja, tetapi kiranya
juga aspek epidemiologi dari infeksi nsokomial ini. Jadi, jelaslah bahwa
dalam seluruh program ini pengendalian nosocomial perawat
mempunyai peran yang sangat menentukan.
179
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
180
yang mungkin menyebabkan pasien sukar
makan obat, harus dipertimbangkan.
181
DAFTAR PUTSAKA
182