Anda di halaman 1dari 16

PANCASILA SEBAGAI

PARADIGMA
PEMBANGUNAN
NAMA KELOMPOK
1. SANDI ANUGRAH
2. RAHMATUL AINI
3. SURIANINGSIH
4. UMRAH DAMAYANTI
5. ZIANA FATHONI
6. TRI RAMA KARMA
7. SUFINA HANDAYANI
8. RETA ANGGRAINI
Pengertian Paradigma
Istilah paradigma muncul sejak abad pertengahan
di Benua Eropa tepatnya di Inggris. Istilah ini
paradigma adalah serapan yang berasal dari bahasa
Latin yaitu paradigma yang berarti suatu model atau
pola;. Dalam bahasa Yunani paradeigma
(para dan deiknunai) yang berarti untuk
"membandingkan", "bersebelahan" (para) dan
memperlihatkan (deik).
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

Adapun berbagai bidang yang menyandang Pancasila sebagai paradigma pembangunan antara
lain:
a. Bidang Politik
Pembangunan politik merupakan aspek penting yang harus diwujudkan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
b. Bidang Ekonomi
Dalam pembangunan ekonomi, pemerintah harus berlandaskan Pancasila terutama sila kelima,
yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam ekonomi kerakyatan, kebijakan ekonomi
harus ditujukan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Selain itu, pembangunan ekonomi harus
berdasarkan moralitas kemanusiaan dan Ketuhanan.
c. Bidang Sosial Budaya
Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan sosial budaya adalah mendasarkan
pembangunan sosial budaya berdasarkan nilainilai yang telah ada dalam masyarakat. Nilai-nilai yang
ada pada masyarakat pada hakikatnya merupakan dasar dari nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.
d. Bidang Antar Umat Beragama
Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundammental bagi umat bangsa Indonesia
untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara Indonesia tercinta ini. Manusia adalah
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa, oleh karena itu manusia wajib untuk beribadah kepada Tuhan
yang Maha Esa dalam wilayah negara di mana mereka hidup. Pancasila juga telah memberikan dasar-
dasar nilai yang fundamental bagi umat beragama untuk dapat hidup secara damai dalam kehidupan
beragama di negara Indonesia.
e. Bidang IPTEK
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) adalah hasil dari upaya manusia yang meliputi aspek
akal, rasa, dan kehendak dalam meningkatkan kesejahteraan dan martabat manusia. Pancasila
memberikan dasar-dasar nilai bagi pengembangan IPTEK sebagai hasil kebudayaan manusia yaitu harus
didasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab.
f. Bidang Hukum
Pancasila mengalami pasang surut perkembangan, ini bukan disebabkan oleh kelemahan nilai-
nilai yang terkandung didalamnya, tetapi lebih mengarah pada inkonsistensi dalam penerapannya.
Sejalan dengan adanya penerimaan terhadap kebenaran nilai-nilai luhur Pancasila maka melaju arus dan
semangat untuk menjadikan Pancasila sebagai paradigma.
Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi
a. Pengertian Reformasi
Makna Reformasi secara etimologis berasal dari kata reformation dari akar kata reform,
sedangkan secara harafiah reformasi mempunyai pengertian suatu gerakan yang memformat ulang,
menata ulang, menata kembali hal-hal yang menyimpang, untuk dikembalikan pada format atau bentuk
semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita- citakan rakyat.
b. Syarat – Syarat Reformasi
I. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan- penyimpangan.
II. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka struktural tertentu
III. Gerakan reformasi akan mengembalikan pada dasar serta sistem Negara demokrasi, bahwa
kedaulatan adalah di tangan rakyat, sebagaimana terkandung dalam pasal 1 ayat (2).
IV. Reformasi dilakukan kearah suatu perubahan kearah kondisi serta keadaan yang lebih baik
V. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etika sebagai manusia yang Berketuhanan
Yang Maha Esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa.
c. Tujuan Reformasi
I. Melakukan perubahan secara serius dan bertahap untuk menemukan nilai-nilai baru dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara;
II. Menata kembali seluruh struktur kenegaraan, termasuk perundangan dan konstitusi yang
menyimpang dari arah perjuangan dan cita-cita seluruh masyarakat bangsa;
III. Melakukan perbaikan di segenap bidang kehidupan baik politik, ekonomi, sosial budaya, maupun
pertahanan keamanan;
IV. Menghapus dan menghilangkan cara-cara hidup dan kebiasaan dalam masyarakat bangsa yang
tidak sesuai lagi dengan tuntutan reformasi, seperti KKN, kekuasaan sewenang-wenang atau
otoriter, penyimpangan, dan penyelewengan yang lain.
d. Peranan  Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi
1. Inti reformasi adalah memelihara segala yang sudah baik dari kinerja bangsa dan negara dimasa
lampau, mengoreksi segala kekurangannya,sambil merintis pembaharuan untuk menjawab
tantangan masa depan.
2. Pancasila yang merupakan lima aksioma yang disarikan dari kehidupan masyarakat Indonesia
jelas akan mantap jika diwadahi dalam sistem politik yang demokratis, yang dengan sendirinya
menghormati kemajemukan masyarakat Indonesia.
3. Peranan Pancasila dalam era reformasi harus nampak sebagai paradigma ketatanegaraan, artinya
Pancasila menjadi kerangka pikir atau pola pikir bangsa Indonesia, khususnya sebagai Dasar
Negara.
e. Gerakan Reformasi
Awal dari gerakan Reformasi bangsa Indonesia, yakni dengan mundurnya Presiden Soeharto
pada tanggal 21 Mei 1998, yang kemudian digantikan oleh Prof. Dr. B.J Habibie. Kemudian diikuti
dengan pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan. Dalam pemerintahan Habibie, melakukan
reformasi secara menyeluruh terutama pengubahan pada 5 paket UU. Politik tahun 1985, kemudian
diikuti dengan reformasi ekonomi yang menyangkut perlindungan hukum sehingga perlu diwujudkan 
UU Anti Monopoli, UU Persaingan Sehat, UU Kepailitan, UU Usaha Kecil, UU Bank Sentral, UU
Perlindungan Konsumen, UU Perlindungan Buruh, dan lain sebagainya (Nopirin dalam Kaelan,
1998:1). Dan dengan demikian, reformasi harus juga diikuti reformasi hukum bersama aparat
penegaknya serta reformasi pada pemerintahan.
f. Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila
Dalam kenyataannya, bangsa Indonesia telah salah mengartikan makna dari sebuah kata
Reformasi, yang saat ini menimbulkan gerakan yang mengatasnamakan Reformasi, padahal gerakan
tersebut tidak sesuai dengan pengertian dari Reformasi. Contohnya, saat masyarakat hanya bisa
menuntut dan melakukan aksi-aksi anarkis yang pada akhirnya terjadilah pengerusakan fasilitas umum,
sehingga menimbulkan korban yang tak bersalah.
g. Pancasila sebagai Dasar Cita-cita Reformasi
Pancasila merupakan dasar filsafat negara Indonesia, sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia, namun ternyata Pancasila tidak diletakkan pada kedudukan dan fungsinya. Pada masa orde
lama pelaksanaan negara mengalami penyimpangan dan bahkan bertentangan dengan Pancasila.
Presiden seumur hidup yang bersifat diktator. Pada masa orde baru, Pancasila hanya sebagai alat
politik oleh penguasa.
h. Reformasi Dengan Paradigma Pancasila
Setiap sila mempunyai nilai dalam paradigma reformasi, yaitu:
I. Reformasi yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
II. Reformasi yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab.
III. Reformasi yang berdasarkan nilai persatuan.
IV. Reformasi yang berakar pada asas kerakyatan.
V. Reformasi yang bertujuan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
i. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Hukum
Dalam era reformasi akhir-akhir ini, seruan dan tuntutan rakyat terhadap pembaharuan hukum sudah
merupakan suatu keharusan karena proses reformasi yang melakukan penataan kembali tidak mungkin
dilakukan tanpa melakukan perubahan-perubahan terhadap peraturan perundang-undangan. Agenda
yang lebih konkrit yang diperjuangkan oleh para reformis yang paling mendesak adalah reformasi
bidang hukum.
Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Kampus
1. Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Kampus
pancasila sebagai kehidupan kampus adalah pancasila sebagai sudut pandang atau kerangka
acuan bagi kehidupan kampus.Paradigma sangat erat kaitannya dengan cara berpikir
seseorang ,yang dalam konteks ini cara berpikir mahasiswa tentang pancasila.
2. Tri Dharma Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi menyelenggarakan kegiatan yang disebut dengan Tri Dharma Perguruan
Tinggi, yang terdiri dari :
a. Pendidikan
b. Penelitian
c. Pengabdian Kepada Masyarakat
3. Mengaktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Kampus

1. Sila ke-1 “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang berarti salah satu kegiatan kampus yang
mengajarkan tentang memperdalam agama mahasiswa misalnya UKKI (suatu organisasi untuk
memperdalam agama islam).
2. Sila ke-2 “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” yang berarti orang yang berada dikampus
harus berprilaku adil dan beradab.
3. Sila ke-3 “Persatuan Indonesia” yang berarti semua orang yang berada dilingkungan kampus
harus bersatu.
4. Sila ke-4 “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan” yang berarti dimana semua orang yang berada di lingkungan kampus mampu
memimpin suatu organisasi dengan cara yang bijaksana dan harus mufakat demi kepentingan
bersama.
5. Sila ke-5 “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” yang berarti dimana mahasiswa
diajarkan untuk bersosialisasi kepada seluruh rakyat Indonesia.
4. Peran Mahasiswa di Masyarakat
1. Mahasiswa sebagai pribadi yang sedang belajar berproses “untuk menjadi” (ilmuwan) sehingga
masih membutuhkan bimbingan dan pembinaan akdemik yang intensif dari para dosen.
2. Mahasiswa dapat berperan sebagai perantara pembaharuan (agent of modernization) terutama
membantu masyarakat miskin yang masih tertinggal guna meningkatkan pendapatannya.
3. Mahasiswa perlu belajar untuk dapat mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian, laporan hasil
kajian ilmiah, dan hasil diskusi ilmu pengetahuan kepada masyarakat dalam tataran bahasa
indonesia yang sederhana sehingga dapat diterima semua pihak.
4. Tidak semua orang dalam masyarakat dapat meraih peluang masuk kuliah di bangku perguruan
tinggi. Peluang masuk perguruan tinggi hanyalah bagi lulusan SMA yang memiliki motivasi
dan dukungan dana yang cukup. Pengadaan dana yang cukup besar itu membutuhkan bantuan
masyarakat yang secara langsung digunakan untuk pengadaan prasarana dan sarana belajar.
5. Kampus sebagai Kekuatan Moral Pengembangan Hukum dan HAM
Kampus adalah tempat orang-orang cendekia mengembangkan ilmu. Sementara hukum
adalah aturan yang disepakati oleh semua orang agar terjadi keteraturan hidup; HAM adalah hak-
hak bawaan kodrat yang dimiliki semua orang pada segala jaman, yang tidak bersifat khusus
dimiliki oleh orang-orang khusus, melainkan pemiliknya tanpa perbedaan ras, agama, bangsa,
kedudukan, atau jenis kelamin; dan demokrasi adalah cara yang dipakai dalam menyelesaikan
masalah-masalah berkehidupan.
Selain itu, faktor lain yang dapat menunjang tegaknya HAM adalah stabilitas negara.
Stabilitas negara maksudnya adalah Negara, masyarakat, dan perangkat dalam keadaan stabil
lahir dan batin, tidak terjadi kekacauan di dalam negara itu sendiri, serta terjamin dari unsur
pengacau dari luar negara. Stabilitas yang dimaksud juga mencakupi stabilitas di bidang politik,
ekonomi, dan keamanan. Berperan tidaknya kampus sebagai kekuatan moral dalam penembangan
hukum dan HAM sangat tergantung kepada terbina atau tidaknya demokrasi. Untuk itu,
kesadaran yang tinggi, intelektualitas yang memadai, dan stabilitas negara yang terjamin perlu
ada.
KESIMPULAN

Pancasila mengalami pasang surut perkembangan, ini bukan disebabkan


oleh kelemahan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, tetapi lebih mengarah
pada inkonsistensi dalam penerapannya. Sejalan dengan adanya penerimaan
terhadap kebenaran nilai-nilai luhur Pancasila maka melaju arus dan semangat
untuk menjadikan Pancasila sebagai paradigma. Sejarah pun mencatat betapa
sejak dulu hingga kini
Dengan menempatkan pancasila sebagai paradigma pembangunan
nasional, maka semangat, arah, dan gerak pembangunan nasional harus
mencerminkan pengamalan semua sila pancasila sebagai sebuah kesatuan yang
utuh. Pancasila kerap mendapat tantangan yang mengakibatkan krisis bagi
eksistensi bangsa Indonesia. Tantangan yang dihadapi Pancasila selaku
pandangan hidup dan dasar negara selalu berbanding lurus dengan tantangan
yang dihadapi NKRI secara keseluruhan.
Thanks

Anda mungkin juga menyukai