1.1.LATAR BELAKANG
Pancasila sebagai dasar negara merupakan mempunyai peranan penting bagi bangsa
Indonesia. Pancasila sebagai paradigma juga berada pada posisi pembangunan nasional yang
meliputi segenap bidang kehidupan, seperti politik,ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan, juga di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta hukum dan hak asasi
manusia. Maka dari itu kita harus mengenal Pancasila sebagai paradigma bangsa Indonesia.
1.2.RUMUSAN MASALAH
a. Adanya kekurangan pemahaman tentang pengertian pancasila dan paradigma.
b. Adanya kekurangan pemahaman tentang Gerakan Reformasi.
c. Adanya penyimpangan-penyimpangan dimasyarakat terhadap dasar nilai-nilai yang dicita-
citakan oleh bangsa Indonesia.
d. Adanya hal-hal yang mempelopori Gerakan Reformasi.
1.3.TUJUAN
a. Memahami pengertian Pancasila.
b. Memahami pengertian paradigma.
c. Memahami pengertian Reformasi.
d. Memahami Pancasila sebagai paradigma reformasi.
e. Memahami syarat-syarat Gerakan Reformasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pancasila
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
dari bahasa Sansekerta yaitupañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia. Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang
Dasar 1945.
Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu memenuhi kriteria sebagai
puncak-puncak kebudayaan, sebagai kerangka-acuan-bersama, bagi kebudayaan -
kebudayaan di daerah:
1. Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun sukubangsa ataupun golongan sosial dan komuniti
setempat di Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
2. Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap warganegara
Indonesia tanpa membedakan asal-usul kesukubangsaan, kedaerahan, maupun golongannya;
3. Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad masyarakat majemuk
di kepulauan nusantara untuk mempersatukan diri sebagai satu bangsa yang berdaulat;
4. Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya di kalangan masyarakat
majemuk Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui musyawarah. Sila ini sangat
relevan untuk mengendalikan nilai-nilai budaya yang mendahulukan kepentingan perorangan;
5. Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan sosial itu menjadi landasan yang membangkitkan
semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikutserta melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
2.2. Pengertian Paradigma
Pengertian paradigma yakni asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi yang bersifat
umum (sumber nilai), sehingga sebagai sumber hukum, metode yang dalam penerapan ilmu
pengetahuan akan menentukan sifat, ciri dari ilmu tersebut. Ilmu pengetahuan sifatnya
dinamis, karena banyaknya hasil-hasil penelitian manusia, sehingga kemungkinan dapat
ditemukan kelemahan dan kesalahan pada teori yang telah ada.Jika demikian
ilmuwan/peneliti akan kemabali pada asumsi-asumsi dasar dan teoritis, sehingga ilmu
pengetahuan harus mengkaji kembali pada dasar ontologis dari ilmu itu sendiri.
Istilah ilmiah berkembang dalam berbagai bidang kehidupan manusia, diantaranya:
politik, hukum, ekonomi, budaya. Istilah paradigma berkembang menjadi terminologi yang
mengandung konotasi pengertian yaitu sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber
asas, serta arah dan tujuan.
2.3. Pengertian Reformasi
Kata reformasi secara etimologis berasal dari kata reformation dari akar kata reform,
sedangkan secara harfiah reformasi mempunyai pengertian suatu gerakan yang memformat
ulang, menata ulang, menata kembali hal-hal yang telah menyimpang, untuk dikembalikan
pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan oleh
rakyat.
Suatu gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat :
1. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan-penyimpangan.
2. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka struktural tertentu,
dalam hal ini pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia.
3. Gerakan reformasi akan mengembalikan pada dasar serta sistem Negara demokrasi, bahwa
kedaulatan berada ditangan rakyat, sebagaimana yang terkandung pada pasal 1 ayat 2.
4. Reformasi dilkukan kearah suatu perubahan kearah kondisi serta keadaan yang lebih baik,
perubahan yang dilakukan dalam reformasi harus mengarah pada suatu kondisi kehidupan
rakyat yang lebih baik dalam segala aspek.
5. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia yang berkebutuhan
Yang Maha Esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa.
2.4. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi
Pancasila sebagai paradigma reformasi adalah dimana apabila terjadi suatu perubahan
kedepannya maka asumsi-asumsi dasar atau nilai-nilai yang mendukung perubahan tersebut
haruslah selalu berlandaskan pada pancasila.
Bangsa Indonesia ingin mengadakan suatu perubahan, yaitu menata kembali kehidupan
berbangsa dan bernegara demi terwujudnya masyarakat madani yang bermatabat
kemanusiaan yang menghargai hak-hak asasi manusia, masyarakat yang demokratis yang
bermoral religius serta masyarakat yang bermoral kemanusiaan dan beradab.
Berbagai gerakan muncul disertai dengan akibat tragedi kemanusiaan yang sangat
memilukan dan menelan banyak korban jiwa dari anak-anak bangsa sebagai rakyat kecil yang
tidak berdosa dan mendambakan perdamaian ketenteraman serta kesejahteraan.
Namun demikian di balik berbagai macam keterpurukan bangsa Indonesia tersebut
masih tersisa satu keyakinan akan nilai yang memilikinya yaitu nilai-nilai yang terakar dari
pandangan hidup bangsa Indonesia sendiri yaitu nilai-nilai Pancasila. Reformasi adalah
menata kehidupan bangsa dan negara dalam system Negara di bawah nilai-nilai Pancasila,
bukan menghancurkan dan membubarkan bangsa dan negara Indonesia.
Bahkan pada hakikatnya reformasi itu sendiri adalah mengembalikan tatanan
kebenaraan kearah sumber nilai yang merupakan Platform kehidupan bersama bangsa
Indonesia, yangselama ini diselewengkan demi kekuasaan sekelompok orang baik pada masa
orde lama maupun orde baru. Oleh karena itu proses reformasi walaupun dalam lingkup
pengertian reformasi total harus memiliki platform dan sumber nilai yang jelas merupakan
arah, tujuan, serta cita-cita yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Reformasi dengan melakukan perubahan dalam berbagai bidang yang sering
diteriakkan dengan jargon reformasi total tidak mungkin melakukan perubahan terhadap
sumbernya itu sendiri. Oleh karena itu justru sebaliknya reformasi itu harus memiliki tujuan,
dasar, cita-cita serta platform yang jelas dan bagi bangsa Indonesia Nilai-nilai Pancasila
itulah yang merupakan paradigma Reformasi Total tesebut.
2.5. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Dalam Berbagai Bidang
1. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Hukum
Dalam era reformasi akhir-akhir ini, seruan dan tuntutan rakyat terhadap pembaharuan
hukum sudah merupakan suatu keharusan karena proses reformasi yang melakukan penataan
kembali tidak mungkin dilakukan tanpa melakukan perubahan-perubahan terhadap peraturan
perundang-undangan. Agenda yang lebih konkrit yang diperjuangkan oleh para reformis yang
paling mendesak adalah reformasi bidang hukum.
Hal ini berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa setelah peristiwa 21 Mei 1998 saat
runtuhnya kekuasaan Orde Baru, salah satu sub system yang mengalami kerusakan parah
selama Orde Baru adalah bidang hukum. Produk hukum baik materi maupun penegakkannya
dirasakan semakin menjauh dari nilai-nilai kemanusiaan, kerakyatan, serta keadilan. Sub-
sistem hukum nampaknya tidak mampu menjadi pelindung bagi kepentingan masyarakat dan
yang berlaku hanya bersifat imperative bagi penyelenggara pemerintahan.
2. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Politik
Landasan sumber nilai system politik Indonesia dalam pembukaan UUD’45 alenia IV, jika
dikaitkan dengan alenia II, dasar politik ini menunjukkan bentuk dan bangunan kehidupan
masyarakat Indonesia. Namun dalam kenyataannya nilai demokrasi ini pada masa Orla dan
Orba tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Reformasi politik pada dasarnya berkenaan dengan masalah kekuasaan yang memang
diperlukan oleh negara maupun untuk menunaikan dua tugas pokok yaitu memberikan
kesejahteraan dan menjamin keamanan bagi seluruh warganya. Reformasi politik terkait
dengan reformasi dalam bidang-bidang kehidupan lainnya, seperti bidang hukum, ekonomi,
sosial budaya serta hakamnas. Misalnya, dalam bidang hukum, segala kegiatan politik harus
sesuai dengan kaidah hukum, oleh karena itu hukum harus dibangun secara sistematik dan
terencana sehingga tidak ada kekosongan hukum dalam bidang apapun. Jangan sampai ada
UU tetapi tidak ada PP pelaksanaanya yang sering kita alami selama ini.
3. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi
Sistem ekonomi Indonesia pada masa Orba bersifat birokratik otoritarian. Kebijaksanaan
ekonomi yang selama ini diterapkan hanya mendasarkan pada pertumbuhan dan mengabaikan
prinsip kesejahteraan bersama yang kenyataannya hanya menyentuh kesejahteraan
sekelompok kecil orang. Maka dari itu perlu dilakukan langkah yang strategis dalam upaya
melakukan reformasi ekonomi yang berbasis pada ekonomi rakyat yang berdasarkan nilai-
nilai Pancasila.
2.6. Gerakan Reformasi
Banyak hal yang mendorong timbulnya reformasi pada masa pemerintahan Orde Baru,
terutama terletak pada ketidakadilan di bidang politik, ekonomi dan hukum. Tekad Orde Baru
pada awal kemunculannya pada tahun 1966 adalah akan melaksanakan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Setelah Orde Baru memegang tumpuk kekuasaan dalam mengendalikan pemerintahan,
muncul suatu keinginan untuk terus menerus mempertahankan kekuasaannya atau status quo.
Hal ini menimbulkan akses-akses nagatif, yaitu semakin jauh dari tekad awal Orde Baru
tersebut. Akhirnya penyelewengan dan penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan
ketentuan-ketentuan yang terdapat pada UUD 1945, banyak dilakukan oleh pemerintah Orde
Baru.
Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan
permasalahan politik. Ada kesan kedaulatan rakyat berada di tangan sekelompok tertentu,
bahkan lebih banyak di pegang oleh para penguasa. Dalam UUD 1945 Pasal 2 telah
disebutkan bahwa “Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh
MPR”.
Gerakan reformasi menuntut untuk dilakukan reformasi total di segala bidang,
termasuk keanggotaan DPR dam MPR yang dipandang sarat dengan nuansa KKN.
Gerakan reformasi juga menuntut agar dilakukan pembaharuan terhadap lima paket
undang-undang politik yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan, di antaranya :
>> UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum
>> UU No. 2 Tahun 1985 tentang Susunan, Kedudukan, Tugas dan Wewenang DPR / MPR
>> UU No. 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.
>> UU No. 5 Tahun 1985 tentang Referendum
>> UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Massa.
Perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional dianggap telah menimbulkan
ketimpangan ekonomi yang lebih besar. Monopoli sumber ekonomi oleh kelompok tertentu,
konglomerasi, tidak mempu menghapuskan kemiskinan pada sebagian besar masyarakat
Indonesia. Kondisi dan situasi Politik di tanah air semakin memanas setelah terjadinya
peristiwa kelabu pada tanggal 27 Juli 1996. Peristiwa ini muncul sebagai akibat terjadinya
pertikaian di dalam internal Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Krisis politik sebagai faktor penyebab terjadinya gerakan reformasi itu, bukan hanya
menyangkut masalah sekitar konflik PDI saja, tetapi masyarakat menuntut adanya reformasi
baik didalam kehidupan masyarakat, maupun pemerintahan Indonesia. Di dalam kehidupan
politik, masyarakat beranggapan bahwa tekanan pemerintah pada pihak oposisi sangat besar,
terutama terlihat pada perlakuan keras terhadap setiap orang atau kelompok yang menentang
atau memberikan kritik terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil atau dilakukan oleh
pemerintah. Selain itu, masyarakat juga menuntut agar di tetapkan tentang pembatasan masa
jabatan Presiden.
Terjadinya ketegangan politik menjelang pemilihan umum tahun 1997 telah memicu
munculnya kerusuhan baru yaitu konflik antar agama dan etnik yang berbeda. Menjelang
akhir kampanye pemilihan umum tahun 1997, meletus kerusuhan di Banjarmasin yang
banyak memakan korban jiwa.
Pemilihan umum tahun 1997 ditandai dengan kemenangan Golkar secara mutlak.
Golkar yang meraih kemenangan mutlak memberi dukungan terhadap pencalonan kembali
Soeharto sebagai Presiden dalam Sidang Umum MPR tahun 1998 – 2003. Sedangkan di
kalangan masyarakat yang dimotori oleh para mahasiswa berkembang arus yang sangat kuat
untuk menolak kembali pencalonan Soeharto sebagai Presiden.
Dalam Sidang Umum MPR bulan Maret 1998 Soeharto terpilih sebagai Presiden
Republik Indonesia dan BJ. Habibie sebagai Wakil Presiden. Timbul tekanan pada
kepemimpinan Presiden Soeharto yang dating dari para mahasiswa dan kalangan intelektual.
Pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak ketidakadilan.
Sejak munculnya gerakan reformasi yang dimotori oleh kalangan mahasiswa, masalah hukum
juga menjadi salah satu tuntutannya. Masyarakat menghendaki adanya reformasi di bidang
hukum agar dapat mendudukkan masalah-masalah hukum pada kedudukan atau posisi yang
sebenarnya.
Krisis moneter yang melanda Negara-negara di Asia Tenggara sejak bulan Juli 1996,
juga mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Ekonomi Indonesia ternyata
belum mampu untuk menghadapi krisi global tersebut. Krisi ekonomi Indonesia berawal dari
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.
Ketika nilai tukar rupiah semakin melemah, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia
menjadi 0% dan berakibat pada iklim bisnis yang semakin bertambah lesu. Kondisi moneter
Indonesia mengalami keterpurukan yaitu dengan dilikuidasainya sejumlah bank pada akhir
tahun 1997. Sementara itu untuk membantu bank-bank yang bermasalah, pemerintah
membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (KLBI). Ternyata udaha yang dilakukan
pemerintah ini tidak dapat memberikan hasil, karena pinjaman bank-bank bermasalah
tersebut semakin bertambah besar dan tidak dapat di kembalikan begitu saja.
Krisis moneter tidak hanya menimbulkan kesulitan keuangan Negara, tetapi juga telah
menghancurkan keuangan nasional. Memasuki tahun anggaran 1998 / 1999, krisis moneter
telah mempengaruhi aktivitas ekonomi yang lainnya. Kondisi perekonomian semakin
memburuk, karena pada akhir tahun 1997 persedian sembilan bahan pokok sembako di
pasaran mulai menipis. Hal ini menyebabkan harga-harga barang naik tidak terkendali.
Kelaparan dan kekurangan makanan mulai melanda masyarakat. Untuk mengatasi kesulitan
moneter, pemerintah meminta bantuan IMF. Namun, kucuran dana dari IMF yang sangat di
harapkan oleh pemerintah belum terelisasi, walaupun pada 15 januari 1998 Indonesia telah
menandatangani 50 butir kesepakatan (letter of intent atau Lol) dengan IMF.
Faktor lain yang menyebabkan krisis ekonomi yang melanda Indonesia tidak terlepas
dari masalah utang luar negeri. Utang Luar Negeri Indonesia menjadi salah satu faktor
penyebab munculnya krisis ekonomi. Namun, utang luar negeri Indonesia tidak sepenuhnya
merupakan utang Negara, tetapi sebagian lagi merupakan utang swasta. Utang yang menjadi
tanggungan Negara hingga 6 februari 1998 mencapai 63,462 miliar dollar Amerika Serikat,
utang pihak swasta mencapai 73,962 miliar dollar Amerika Serikat.
Akibat dari utang-utang tersebut maka kepercayaan luar negeri terhadap Indonesia
semakin menipis. Keadaan seperti ini juga dipengaruhi oleh keadaan perbankan di Indonesia
yang di anggap tidak sehat karena adanya kolusi dan korupsi serta tingginya kredit macet.
Penyimpangan Pasal 33 UUD 1945 Pemerintah Orde Baru mempunyai tujuan
menjadikan Negara Republik Indonesia sebagai Negara industri, namun tidak
mempertimbangkan kondisi riil di masyarakat. Masyarakat Indonesia merupakan sebuah
masyarakat agrasis dan tingkat pendidikan yang masih rendah.
Sementara itu, pengaturan perekonomian pada masa pemerintahan Orde Baru sudah
jauh menyimpang dari sistem perekonomian Pancasila. Dalam Pasal 33 UUD 1945 tercantum
bahwa dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah
pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Sebaliknya, sistem ekonomi yang
berkembang pada masa pemerintahan Orde Baru adalah sistem ekonomi kapitalis yang
dikuasai oleh para konglomerat dengan berbagai bentuk monopoli, oligopoly, dan diwarnai
dengan korupsi dan kolusi.
Pola Pemerintahan Sentralistis Sistem pemerintahan yang dilaksanakan oleh
pemerintah Orde Baru bersifat sentralistis. Di dalam pelaksanaan pola pemerintahan
sentralistis ini semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara diatur secara sentral dari
pusat pemerintah yakni di Jakarta.
Pelaksanaan politik sentralisasi yang sangat menyolok terlihat pada bidang ekonomi.
Ini terlihat dari sebagian besar kekayaan dari daerah-daerah diangkut ke pusat. Hal ini
menimbulkan ketidakpuasan pemerintah dan rakyat di daerah terhadap pemerintah pusat.
Politik sentralisasi ini juga dapat dilihat dari pola pemberitaan pers yang bersifat Jakarta-
sentris, karena pemberitaan yang berasala dari Jakarta selalu menjadi berita utama. Namun
peristiwa yang terjadi di daerah yang kurang kaitannya dengan kepentingan pusat biasanya
kalah bersaing dengan berita-barita yang terjadi di Jakarta dalam merebut ruang, halaman,
walaupun yang memberitakan itu pers daerah.
Demontrasi di lakukan oleh para mahasiswa bertambah gencar setelah pemerintah
mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggal 4 Mei 1998. Puncak
aksi para mahasiswa terjadi tanggal 12 Mei 1998 di Universitas Trisakti Jakarta. Aksi
mahasiswa yang semula damai itu berubah menjadi aksi kekerasan setelah tertembaknya
empat orang mahasiswa Trisakti yaitu Elang Mulia Lesmana, Heri Hartanto, Hendriawan
Lesmana, dan Hafidhin Royan.
Tragedi Trisakti itu telah mendorong munculnya solidaritas dari kalangan kampus dan
masyarakat yang menantang kebijakan pemerintahan yang dipandang tidak demokratis dan
tidak merakyat.
Soeharto kembali ke Indonesia, namun tuntutan dari masyarakat agar Presiden Soeharto
mengundurkan diri semakin banyak disampaikan. Rencana kunjungan mahasiswa ke Gedung
DPR / MPR untuk melakukan dialog dengan para pimpinan DPR / MPR akhirnya berubah
menjadi mimbar bebas dan mereka memilih untuk tetap tinggal di gedung wakil rakyat
tersebut sebelum tuntutan reformasi total di penuhinya. Tekanan-tekanan para mahasiswa
lewat demontrasinya agar presiden Soeharto mengundurkan diri akhirnya mendapat
tanggapan dari Harmoko sebagai pimpinan DPR / MPR. Maka pada tanggal 18 Mei 1998
pimpinan DPR/MPR mengeluarkan pernyataan agar Presiden Soeharto mengundurkan diri.
Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh
masyarakat di Jakarta. Kemudian Presiden mengumumkan tentang pembentukan Dewan
Reformasi, melakukan perubahan kabinet, segera melakukan Pemilihan Umum dan tidak
bersedia dicalonkan kembali sebagai Presiden.
Dalam perkembangannya, upaya pembentukan Dewan Reformasi dan perubahan
kabinet tidak dapat dilakukan. Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto
menyatakan mengundurkan diri/berhenti sebagai Presiden Republik Indonesia dan
menyerahkan Jabatan Presiden kepada Wakil Presiden Republik Indonesia, B.J. Habibie dan
langsung diambil sumpahnya oleh Mahkamah Agung sebagai Presiden Republik Indonesia
yang baru di Istana Negara.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulannya adalah pancasila berperan penting bagi kehidupan barbangsa dan
bernegara, dimana harus didasari oleh kehidupan tatanan Negara seperti politik, ekonomi,
budaya, hukum dan antar umat beragama.
3.2. Kritik/Saran
Kita sebagai mahasiswa pencetus terjadinya reformasi, mari kita tunjukan pada dunia
bahwa kita mampu dalam merealisasikan semua cita-cita dan tujuan dasar dari reformasi.
Akan tetapi disamping itu, perlu kita sadari juga bahwasanya kita merupakan mahasiswa
sebagai tonggak dari penjunjung tinggi hak asasi manusia masihlah belum maksimal
kinerjanya untuk hal yang disebutkan diatas. Maka, dari detik ini, kita sebagai generasi
bangsa haruslah benar-benar menanamkan nilai-nilai pancasila dalam setiap prilaku kita.
Dimanapun, dan pada siapapun.
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam perjalanan sejarahnya dapat kita pantau perbuatan bangsa Indonesia mengacu
kepada nilai-nilai Pancasila. Bangsa Indonesia jelas menjunjung tinggi nilai keagamaan
dan kemanusiaan, ini dengan jelas dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945. Nilai
kesamaan tercermin dalam kerakyatan untuk sesama warga bangsa dan kemanusiaan
yang adil dan beradab dalam pergaulannya dengan bangsa lain. Nilai kebebasan dan
kemerdekaan tercermin dari perjuangan melawan penindasan dan perjuangan
kemerdekaan. Nilai itu mendorong persatuan bangsa Indonesia. Dan akhirnya perbuatan
manusia ditujukan untuk mewujudkan nilai kesetiakawanan (solidaritas), yaitu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sadar bahwa sejarah adalah pengalaman kolektif
bangsa, maka bangsa Indonesia layak menjunjung tinggi dan mempertahankan nilai-niai
Pancasila itu demi kelangsungan hidupnya sebagai bangsa yang berkeadaban.
Dalam kehidupan bangsa Indonesia, Pancasila mempunyai fungsi salah satunya sebagai
filsafat bangsa. Filsafat sendiri merupakan usaha pemikiran sistematik, yaitu pemikiran
dasariah mengenai manusia dalam seluruh semesta realita. Pancasila diajukan sebagai
filsafat Negara, yaitu suatu pemikiran yang mendalam untuk dipergunakan sebagai dasar
negara. Sebagai filsafat negara, Pancasila berkenaan dengan manusia sebab negara
adalah lembaga manusia. Kelima sila itu berfokus pada manusia.
Pancasila yang berisi lima dasar tidak hanya dipandang sebagai lima prinsip yang berdiri
sendiri, akan tetapi dari sila-sila tersebut secara bersama-sama merupakan satu
kesatuan yang bulat. Dimana kesatuan tersebut dapat diartikan sila yang satu dijiwai sila
yang lainnya. Dalam sila-sila pancasila juga termuat kata-kata dasar Tuhan, manusia,
satu, rakyat dan adil. Sehingga isi atau hakikat sila-sila itu mencakup pengertian yang
luas dan universal.
Pancasila sebagai filsafat negara digali dari isi jiwa bangsa yang telah lama terpendam
dalam kalbu bangsa Indonesia. Pernyataan ini menunjukan bahwa Pancasila bukan
hanya filsafat negara tetapi juga filsafat bangsa Indonesia. Isi dari filsafat bangsa
Indonesia antara lain menunjukkan keyakinan bangsa Indonesia terhadap manusia
sebagai makhluk ciptaan, yang hidup berssama dengan manusia lain sebagai umat
manusia serta menyelesaikan masalah hidupnya atas dasar sikap musyawarah mufakat.
Dengan berpegang pada Pancasila sebagai filsafat bangsa, Indonesia dapat menentukan
sikap di tengah-tengah berbagai sistem dan aliran-aliran filsafat di dunia.
Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia tidak dapat dikatakan demikian saja,
karena kiranya arti penting fungsi tersebut tidak begitu nampak serta dapat dirasakan.
Karena sebagai filsafat rumusan Pancasila memang bersifat abstrak, terlepas dari
kehidupan sehari-hari. Namun kalau kita melihat filsafat Pancasila sebagai dasar bagi
kehidupan bernegara dan kehidupan bermasyarakat bangsa Indonesia. Untuk itu dalam
makalah ini penulis mengambil judul “ Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa Indonesia “,
diharapkan kita dapat mengetahui nilai yang sesungguhnya dari Pancasila tersebut.
BAB III. PEMBAHASAN
A. FILSFAT
1. Pengertian
Dalam hal ini ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa pada hakekatnaya sukar
untuk memberikan devinisi mengenai filsafat, karena tidak ada definisi yang definitif.
Oleh karena itu akan dikemukakan pengertian mengenai filsafat dan cirri-ciri berfilsafat.
Sebagai modal untuk mempelajari Pancasila dari sudut pandangan filsafat.
Kata filsafat dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas kata
philein artinya cinta dan sophia artinya kebijaksanaan. Cinta artinya hasrat yang besar
atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran
sejati atau kebenaran yang sesungguhnya.
Filsafat secara umum dapat diberi pengertian sebagai ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakekat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Dalam hal ini filsafat
adalah suatu ilmu pengetahuan tentang hakekat. Ilmu pengetahuan tentang hakekat
menanyakan apa hakekat atau sari atau inti atau esensi segala sesuatu. Dengan cara itu
jawaban yang akan diberikan berupa kebenaran yang hakiki, hal mana sesuai dengan arti
filsafat menurut kata-katanya.
Karena filsafat mengalami perkembangan yang cukup lama tentu dipengaruhi oleh
berbagai factor misalnya ruang, waktu, keadaan dan orangnya.itulah sebabnya maka
timbul berbagai pendapat mengenai pengertian filsafat yang mempunyai kekhususannya
masing-masing. Adanya berbagai aliran di dalam filsafat adalah suatu bukti bahwa ada
bermacam-macam pendapat yang khusus yang berbeda satu sama lain. Misalnaya:
Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya
ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.
Filsafat ialah ilmu pengetahuan tentang alam wujud bagaimana hakikat yang
sebenarnya.
Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala
pengetahuan yang di dalamnya tercakup empat persoalan :
Berfilsafat berarti berpikir dan bertanya-tanya untuk mencari kebenaran. Namun tidak
selalu manusia berpikir itu disebut berfilsafat. Usaha berfilsafat itu harus memenuhi
syarat-syarat: berpikir secara kritis, runtut (sistematis), menyeluruh (tidak terbatas pada
satu aspek), dan mendalam (mencari alas an terakhir).
Filsafat sering juga disamakan artinya dengan pandangan dunia (welt anschauung).
Pandangan dunia adalah suatu konsepsi yang menyeluruh tentang alam semesta,
manusia, masyarakat umum, nilai dan norma yang menatur sikap dan perbuatan
manusia dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, sesama manusia dan masyarakat,
alam semesta dan dengan penciptanya. Pandangan hidup seseorang yang merupakan
hasil dari pemikiran filosofis akan tercermin pada sikap dan cara hidup seseorang yang
tentunya manusia akan berusaha membentuk konsep dasar yang benar dan sesuai
dengan tingkat kemampuannya.
1. 2. Guna Fisafat
Filsafat mempunyai kegunaan baik yang teoritik maupun yang pratik. Dengan
mempelajari filsafat, orang akan bertambah pengetahuannya. Dengan tambahnya
pengetahuan tersebut ia akan mampu menyelidiki segala sesuatu lebih mendalam dan
lebih luas. Kemudian akan sanggup menjawab sesuatu tersebut dengan lebih mendalam
dan luas pula. Filsafat juga mengajarkan hal-hal yang praktik, ajaran filsafat yang dapat
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya etika, logika, estetika dan lain-lain.
Di dalam filsafat juga dikenal adanya cabang yang membicarakan tentang keindahan
atau atu filsafat seni. Didalam rangka membentuk manusia idaman seorang filosof
terkenal yaitu Plato telah mengemukakan pendaptnya agar music menjadi salah satu
mata pelajaran. Salah satu mata kuliah yang dianggap penting oleh Cassiodorus adalah
rethorica yaitu seni berpidato.
Berdasarkan atas uraian tersebut di atas, filsafat mempunyai kegunaan sebagai berikut :
1. Melatih diri untuk berpikir kritik dan runtut dan menyusun hasil pikiran tersebut
secara sistematik.
2. Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan
bersikap sempit dan tertutup.
3. Melatih diri melakukan penelitian,, pengkajian dan memutuskan atau mengambil
kesimpulan mengenai sesuatu hal secara mendalam dan komperehensif.
4. Menjadikan diri bersifat dinamik dan terbuka dalam menghadapi berbagai
problem
5. Membuat diri menjadi manusia yang penuh toleransi dan tenggang rasa
6. Menjadi alat yng berguna bagi manusia baik untuk kepentingan pribadinya
maupun dalam hubungannya dengan orang lain.
7. Menjadikan akan kedudukan manusia baik sebagai pribadi maupun dalam
hubungannya dengan orang lain alam sekitar dan Tuhan YME.
3. Fungsi Filsafat
Berdasarkan sejarah kelahirannya, filsafat mula-mula berfungsi sebagai induk atau ibu
ilmu pengetahuan. Pada waktu itu belum ada ilmu pengetahuan lain, sehingga filsafat
harus menjawab segala macam hal. Soal manusia filsafat yang membicarakannya.
Demikian pula soal masyarakat, ekonomi, Negara, kesehatan dan sebagainya.
Kemudian karena perkembangan keadaan dan masyarakat, banyak problem yang tidak
dapat dijawab lagi oleh filsafat. Lahirlah ilmu pengetahuan yang sanggup memberi
jawaban terhadap problem-problem tersebut, misalnya ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan kedokteran, ilmu pengetahuan kemasyarakatan, ilmu pengetahuan
manusia, ilmu pengetahuan ekonomi dan lain-lain. Ilmu pengetahuan tersebut lalu
terpecah-pecah lagi menjadi lebih khusus. Demikianlah lahir berbagai disiplin ilmu yang
sangat banyak dengan kekhususannya masing-masing.
Spesialisasi terjadi sedemikian rupa sehingga hubunagan antara cabang dan ranting ilmu
pengetahuan sangat kompleks. Hubungan-hubungan tersebut ada yang masih dekat
tetapi ada pula yang telah jauh. Bahkan ada yang seolah-olah tidak mempunyai
hubungan. Jika ilmu-ilmu tersebut terus berusaha memperdalam dirinya akhirnya
sampai juga pada filsafat. Sehubunga dengan keadaan tersebut filsafat dapat berfungsi
sebagai berikut :
1. Interdisipliner system
2. Menghubungkan ilmu-ilmu pengetahuan yang telah kompleks
3. Tempat bertemunya berbagai disiplin ilmu pengetahuan
4. Sistem Filsafat
Pemikiran filsafat berasal dari berbagai tokoh subjek manusia, pada berbagai tempat
dan zaman. Faktor lingkungan hidup, sosio budaya dan subyektivitas tokoh memberi
identitas pada setiap pemikiran itu. Perbedaan-perbedaan latar belakang tata nilai dan
alam kehidupan, cita-cita dan keyakinan yang mendasari tokoh filsafat itu melahirkan
perbedaan-perbedaan mendasar antar ajaran filsafat. Perbedaan yang memberi
identitas ajaran ini melahirkan aliran-aliran filsafat.
Mengajarkan bahwa hakekat realitas semesta, termasuk makhluk hidup, manusia
hakekatnya ialah materi. Semua realita itu ditentukan oleh materi (misalnya barang
kebutuhan ekonomi) dan terikat pada hokum alam yang bersifat obyektif.
Mengajarkan bahwa ide atau spirit manusia yang menentukan hidup dan pengertian
manusia. Subyek manusia sadar atas realitas dirinya dan semesta, karena ada akal-budi
dan kesadaran rokhani. Manusia yang tak sadar atau mati sama sekali tidak menyadari
dirinya apabila realita semata. Jadi hakikat diri dan kenyataan ialah akal budi (ide, spirit)
1. Aliran Realisme
Mengajarkan bahwa kedua aliran diatas yang saling bertentangan itu tidak sesuai
dengan kenyataan, tidak realistis. Sesungguhnya realitas kesemestaan, terutama
kehidupan bukanlah benda (materi) semata-mata, kehidupan, seperti nampak pada
tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Karenanya realitas itu paduan benda
(jasmaniah) dengan rokhaniah (jiwa). Khusus pada manusia Nampak dalam gejala daya
pikir, cipta dan budi. Jadi realism merupakan sintesa antara jasmaniah, rokhani, materi
dengan yang non-materi.
Sistem filsafat ialah suatu ajaran filsafat yang bulat tentang berbagai segi kehidupan
yang mendasar. Suatu system filsafat sedikitnya mengajarkan tentang sumber realita,
filsafat hidup dan tata nilai (etika), termasuk teori terjadinya pengetahuan manusia dan
logika. Sebaliknya, filsafat yang mengajarkan hanya sebagian daripada kehidupan
(sektoral, fragmentaris) tak dapat disebut sistem filsafat, melainkan hanya ajaran
filosofis seorang ahli filsafat.
B. PANCASILA
Pancasila adalah nama dari dasar Negara Republik Indonesia yang berisi lima dasar,
yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima
dasar atau sila itumerupakan kesatuan yang bulat dan utuh. Rumusan Pancasila
tersebut termuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang disahkan oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945. Selain sebagai asas kenegaraan seperti terdapat dalam Pembukaan UUD
1945, Pancasila sebenarnya telah ada pada bangsa Indonesia sejak dulu kala, unsure-
unsurnya terdapat pada asas-asas kebudayaan bangsa Indonesia yang kemudian
dimatangkan dalam perjalanan perjuangan kehidupan bangsa Indonesia.
Dalam kehidupan bangsa Indonesia, Pancasila berfungsi sebagai dasar negara, sumber
segala sumber hukum, kepribadian bangsa, pandangan hidup bangsa, pandangan moral,
ideologi negara, pemersatu maupun penggerak perjuangan dan termasuk juga
diantaranya sebagai filsafat Negara yang dibahas dalam makalah ini. Semua fungsi ini
menunjukan bahwa Pancasila merupakan dasar untuk mengatur kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Masing-masing dari fungsi tersebut perlu
dipahami maknanya dalam konteks penggunaannya, misalnya fungsi dasar negara
nampak jelas maknanya dalam penyelenggaraan satu kehidupan negara, fungsi
pandangan hidup bangsa tampak maknanya pada sikap dan perilaku manusia Indonesia.
Sesuai dengan pancasila, Negara yang dikehendaki adalah negara persatuan yang
mengatasi kepentingan golongan maupun perorangan. Pokok pikiran pertama
mengamanatkan negara yang bersifat integral, tidak menyatukan dirinya dengan
kepentingan golongan terbesar dalam masyarakat bangsa tetapi menyatukan dirinya
dengan kepentingan golongan terbesar dalam masyarakat bangsa tetapi menyatukan
dirinya dengan kepentingan seluruh masyarakat.
Dari segi kultural, nilai-nilai Pancasila terdapat pada semua budaya daerah. Indonesia
yang memiliki beraneka ragam kebudayaan, dapat dipersatukan dengan Pancasila,
karena Pancasila digali dari khasanahkebudayaan itu sendiri. Karena Pancasila sebagai
pemersatu bangsa merupakan sumber tertib hokum, maka Indonesia yang terbentang
dari Sabang sampai Merauke merupakan satu kesatuan hukum, dan memiliki hukum
nasional yang mengabdi kepada kesatuan Negara Indonesia.
Bangsa Indonesia sudah ada sejak zaman Sriwijaya dan zaman Majapahit dalam satu
kesatuan. Namun, dengan datangnya bangsa-bangsa barat persatuan dan kesatuan itu
dipecah oleh mereka dalam rangka menguasai daerah Indonesia yang kaya raya ini.
Berkat perjuangan yang gigihdariseluruh rakyat Indonesia pada zaman penjajahan
Jepang dibentuk suatu badan yang diberi nama BPUPKI. Badan ini diresmikan tanggal 28
Mei 1945 oleh pemerintah Jepang. Tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin
mengutarakan prinsip dasar negara yang sekaligus sesudah berpidato menyerahkan teks
pidatonya beserta rancangan undang-undang dasar.
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato membahas dasar negara. Dan pada
tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkan undang-undang dasar yang diberi nama Undang-
Undang Dasar 1945. Sekaligus dalam pembukaan Undang-Undang Dasar sila-sila
Pancasila ditetapkan. Jadi, Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia ditetapkan
bersamaan dengan ditetapkannya Undang-Undang Dasar 1945, dan menjadi ideologi
bangsa Indonesia.
Arti Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sama dan mutlak bagi seluruh tumpah
darah Indonesia. Tidak ada tempat bagi warga negara Indonesia yang pro dan kontra,
karena Pancasila sudah ditetapkan sebagai filsafat bangsa Indonesia.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai fungsi filsafat Pancasila perlu dikaji tantang
ilmu-ilmu yang erat kaitannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Fungsi filsafat
secara umum, sebagai berikut :
Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Dalam sistem itu masing-masing silanya saling
kait mengkait merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Di dalam Pancasila tercakup
filsafat hidup dan cita-cita luhur bangsa Indonesia tentang hubunagan manusia dengan
Tuhan, hubungan manusia dengan sesame manusia, hubungan manusia dengan
lingkungannya. Menurut Driyakarya, Pancasila memperoleh dasarnya pada eksistensi
manusia sebagai manusia, lepas dari keadaan hidupnya yang tertentu. Pancasila
merupakan filsafat tentang kodrat manusia. Dalam pancasila tersimpul hal-hal yang asasi
tentang manusia. Oleh karena itu pokok-pokok Pancasila bersifat universal.
Dari pembahasan ini dapat diperoleh unsure inti yang tetap dari Pancasila, yang tidak
mengalami perubahan dalam dunia yang selalu berubah ini. Sifatnya yang abstrak,
umum dan universal ini mengemukakan Pancasila dalam isi dan artinya sama dan mutlak
bagi seluruh bangsa, diseluruh tumpah darah dan sepanjang waktu sebagai cita-cita
bangsa dalam Negara Republik Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.
Secara lebih lanjut dapat dikemukakan pula bahwa dasar filsafat bangsa Indonesia
bersifat majemuk tunggal (monopluralis), yang merupakan persatuan dan kesatuan dari
sila-silanya. Akan tetapi bukan manusia yang menjadi dasar persatuan dan kesatuan dari
sila-sila Pancasila itu, melainkan dasar persatuan dan kesatuan itu terletak pada hakikat
manusia. Secara hakiki, susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan badan, sifat
kodratnya adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, dan kedudukan
kodratnya adalah sebagai makhluk Tuhan dan makhluk yang berdiri sendiri (otonom).
Aspek-aspek hakikat kodrat manusia itu dalam realitasnya saling berhubungan erat,
saling brkaitan, yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain. Jadi bersifat
monopluralis, dan hakiikat manusia yang monopluralis itulah yang menjadi dasar
persatuan dan kesatuan sila-sila Pancasilayang merupakan dasar filsafat Negara
Indonesia.
Pancsila yang bulat dan utuh yang bersifat majemuk tunggal itu menjadi dasar hidup
bersama bangsa Indonesia yang bersifat majemuk tunggal pula. Dalam kenyataannay,
bangsa Indonesia itu terdiri dari berbagai suku bangsa, adat istiadat, kebudayaan dan
agama yang berbeda. Dan diantara perbedaan yang ada sebenarnya juga terdapat
kesamaan. Secara hakiki, bangsa Indonesia yang memiliki perbedaan-perbedaan itu juga
memiliki kesamaan,.bangsa Indonesia berasal dari keturunan nenenk moyang yang
sama, jadi dapat dikatakan memiliki kesatuan darah. Dapat diungkapkan pula bahwa
bangsa Indonesia yang memilikiperbedaan itu juga mempunyai kesamaan sejarah dan
nasib kehidupan. Secara bersama bangsa Indonesia pernah dijajah, berjuang melawan
penjajahan, merdeka dari penjajahan. Dan yang lebih penting lagi adalah bahwa setelah
merdek, bangsa Indonesia mempunyai kesamaan tekad yaitu mengurus kepentingannya
sendiri dalam bentuk Negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Kesadaran akan perbedaan dan kesamaan inilah yang menumbuhkan niat, kehendak
(karsa dan Wollen) untuk selalu menuju kepada persatuan dan kesatuan bangsa atau
yang lebih dikenal dengan wawasan “ bhineka tunggal ika “.
Jadi negara sebagai susunan dari seluruh masyarakat dimana segala golongan, segala
bagian dan seluruh anggotanya berhubungan erat satu dengan lainnya dan merupakan
persatuan dan kesatuan yang organis. Kepentingan individu dan kepentingan bersama
harus diserasikan dan diseimbangkan antara satu dengan lainnya. Hidup kenegaraan
diatur dalam prinsip solidaritas, menuntut bahwa kebersamaan dan individu tidak dapat
dipertentangkan satu dengan lainnya. Negara harus dipandang sebagai institusi seluruh
rakyat yang memberi tempat bagi semua golongan dan lapisan masyarakat dalam
bidang apapun.
Sebaliknya negara juga bertanggung jawab atas kemerdekaan dan kesejahteraan semua
warga negara. Tujuan Negara adalah kesejahteraan umum. Oleh karena itu negara tidak
mempersatukan diri dengan golongan terbesar, juga tidak mempersatukan diri dengan
golongan yang paling kuat, melainkan Negara mengusahakan tujuannya dengan
memperhatikan semuua golongan dan semua perseorangan. Negara mempersatukan
diri dengan seluruh lapisan masyarakat.
Di atas telah dikemukakan mengenai filsafat dan ciri-cirinya. Oleh karena itu sesuatu
dapat diklasifikasikan sebagi suatu filsafat jika memenuhi cirri-ciri tersebut. Demikian
pula agar Pancasila merupakan suatu filsafat harus memenuhi sarat-sarat pengertian
dan cirri-ciri filsafat. Dibawah ini ada beberapa pendapat yang mengemukakan bahwa
Pancasila adalah suatu filsafat.
Pada kalimat pertama dari mukadimah Republik Indonesia yang berbunyi : Bahwa
sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Oleh sebab itu penjajahan
harus dihapuskan karena bertentangan dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
Kalimat pertama ini adalah kalimat antithese. Pada saat antithese itu hilang maka
lahirlah kemerdekaan. Dan kemerdekaan itu kita akan susun menurut ajaran filsafat
Pancasila.
Dikiranya Pancasila adalah ciptaan Ir. Soekarno, tetapi Ir. Soekarno menolak disebut
sebagai pencipta Pancasila, melainkan mengatakan bahwa Pancasila adalah isi jiwa
bangsa Indonesia. Sehingga jika sesuatu filsafat ituu adalah isi jiwa suatu banggsa maka
filsafat itu adalah filsafat bangsa tadi dan pancasila itu adalah filsafat bangsa Indonesia.
1. Pendapat Drijrkoro
Dalam seminar Pancasila beliau berpendapat bahwa filsafat ada di dalam lingkungan
ilmu pengetahuan dan Weltanschauung didalam lingkungan hidup. Dengan belajar
filsafat orang tidak dengan sendirinya mempelajari Weltanscauung. Dan juga tidak pada
tempatnya jika dalam filsafat aspek Weltanschauug ditekan-tekan dengan berlebih-
lebihan. Shingga dikemukakan bahwa Pancasila sudah lama merupakan Weltanscauung
bagi kita banggsa Indonesia, akan tetapi tanpa dirumuuskan sebagai filsafat melainkan
dalam dalil-dalil filsafat.
1. Pendapat Notonagoro
BAB IV. PENUTUP
Kesimpulan
Kelangsunagan dan keberhasilan suatu bangsa dalam mencapai cita-citanya sangat
dipengaruhi oleh filsafat negara dari bangsa tersebut. Bagai bangsa Indonesia, Pancasila
adalah pedoman dan arah yang akan dituju dalam mencapai cita-cita bangsa. Tanpa
dilandasi oleh suatu filsafat maka arah yang akan dituju oleh bangsa akan kabur dan
mungkin akan dapat melemahkan bangsa dan negara, kalau filsafat itu tidak dihayati
oleh bangsa tersebut. Untuk itulah kita bangsa Indonesia perlu untuk mengerti dan
menghayati filsafat Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
Pancasila sebagai sistem dalam filsafat kita sudah tentu harus memenuhi syarat-syarat
dari filsafat itu sendiri. Sistem filsafat Pancasila kita temukan dalam berbagai nilai-nilai
kehidupan di masyarakat, antara lain dari nilai-nilai agama, kebiasaan dari orang-orang
Indonesia yang telah menjadi budaya dalam pergaulan sehari-hari. Seperti halnya
kebudayaan di berbagai daerah di Indonesia adalah sumber dari nilai-nilai Pancasila itu.
PENUTUP
Simpulan:
Setelah memperhatikan isi dalam pembahasan di atas, maka dapat penulis tarik simpulan sebagai berikut:1.
Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsaIndonesia yang dianggap, dipercaya
dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling
baik dan palingsesuai bagi bangsa Indonesia
Penutup Sebagai pemersatu bangsa, Pancasila mutlak diperlukan oleh seluruh generasi bangsa.
Sekalipun bangsa Indonesia yang sekarang sudah bersatu, tidak berarti Pancasila tidak diperlukan
lagi. Karena yang disebut bangsa Indonesia bukan hanya yang sekarang ini ada, tetapi juga yang
nanti akan ada. Selama masih terjadi proses regenerasi, selama itu pula Pancasila sebagai pemersatu
Bangsa masih tetap kita perlukan. Itu berarti, selama masih ada bangsa Indonesia, selama itu pula
masih kita perlukan alat pemersatu bangsa. Ini berarti, bahwa selama masih ada bangsa Indonesia,
maka Pancasila sebagai dasar negara masih tetap kita butuhkan. Ini sekaligus membuktikan
kebenaran Pancasila, baik selaku dasar Negara, maupun sebagai kepentingan lain. Sehingga
Pancasila menunjukkan memiliki banyak fungsi atau multy function.
Kausa2 tentang pancasila
Atau dengan kata lain bahwa pembukaan UUD 1945 yang membuat
dasar falsafah negara pancasila, merupakan satu keasatuan nilai dan norma
yang terpadau yang tidak dapat dipisahkan dengan rangkaian pasal-pasal dan
batang tubuh UUD 1945. hal inilah yang harus kita ketahui, dipahami dan
dihayati oleh setiap orang Indonesia.
Jidi pancasila adalah jiwa, ini sumber dan landasan UUD 1945. secara
teknis dapat dikatakan bahwa pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam
pembukaanUUD 1945 adalah garis besar cita- yang terkandung dalam
pancasila. Batang tubuh UUD 1945 merupakan pokok-pokok nilai-nilai
pnacasila yang disusun dalam pasal-pasal.
Selain dari apa yang diuraykan dimuka dan sesuai pula dengan
penjelasan undang-undang dasar 1945, pembukaan undang-undsang
dasar1945mempuyai fungsi atau hubungan langsung dengan batang tubuh
undang-undang dasar1945 itu sendiri.ialah bahwa;pembukaan undang-undang
dasar 1945mengandung pokok-pokok pikiran itu diciptakan oleh undang-
undang dasar 1945dalam pasal-pasalnya.
Pasal 29
(1)Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2)Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap pendudukan untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannya.
Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 27 ayat 1 dan 2,28, 30 dan 31 UUD 1945
Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 30
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara.
(2) Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.
Pasal 31
(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang.
Pasal 1
Pasal 32
Pasal 36
Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 1 (ayat 2), 2 (ayat 1 & 3), 37 UUD 1945
Pasal 1
(2) Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Pasal 2
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota
Dewan Perwakilan Rakyat,ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-
daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan
dengan undang-undang.
(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan
suara yang terbanyak.
Pasal 37
(1) Untuk mengubah Undang-Undang Dasar sekurang-kurangnya 2/3
dari pada jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat harus hadir.
(2) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari
pada jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat yang hadir.
Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 23, 27, 28, 29, 31,33, dan 34 UUD 1945
Pasal 23
(1) Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan tiap-tiap tahun dengan
undang-undang. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui
anggaran yang diusulkan pemerintah, maka pemerintah menjalankan
anggaran tahun yang lalu.
(2) Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang.
(3) Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.
(4) Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-undang.
(5) Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara
diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya
ditetapkan dengan undang-undang. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
Pasal 31
(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota negara.
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, anggota MPR mempunyai hak berikut ini:
1. mengajukan usul perubahan pasal-pasal undang-undang dasar;
2. menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan;
3. memilih dan dipilih;
4. membela diri;
5. imunitas;
6. protokoler;
7. keuangan dan administratif.
DPR sebagai lembaga negara mempunyai hak-hak, antara lain sebagai berikut.
1. Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan
pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas bagi kehidupan masyarakat.
2. Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu kebijakan tertentu
pemerintah yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
3. Hak menyatakan pendapat adalah hak DR untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan pemerintah
mengenai kejadian yang luar biasa yang terdapat di dalam negeri disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya
atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket. Untuk memudahkan tugas anggota DPR
maka dibentuk komisi-komisi yang bekerja sama dengan pemerintah sebagai mitra kerja.
Sesuai dengan Pasal 22 D UUD 1945 maka kewenangan DPD, antara lain sebagai berikut.
Dapat mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dengan daerah, pembentukan dan pemekaran, serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam
dan sumber daya ekonomi lainnya, perimbangan keuangan pusat dan daerah.
b. Ikut merancang undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dengan daerah,
pembentukan dan pemekaran, serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, perimbangan keuangan pusat dan daerah.
c. Dapat memberi pertimbangan kepada DPR yang berkaitan dengan rancangan undang-undang, RAPBN, pajak,
pendidikan, dan agama.
d. Dapat melakukan pengawasan yang berkaitan dengan pelaksanaan undang-undang otonomi daerah, hubungan
pusat dengan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam
dan sumber daya ekonomi lainnya, perimbangan keuangan pusat dengan daerah, pajak, pendidikan, dan agama.
5. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan. Mahkamah Agung adalah pengadilan tertinggi di negara kita. Perlu diketahui bahwa peradilan di
Indonesia dapat dibedakan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara
(PTUN).
Kewajiban dan wewenang Mahkamah Agung, antara lain sebagai berikut:
1. berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundangundangan di bawah undang-
undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang;
2. mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi;
3. memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.
6. Mahkamah Konstitusi
Keberadaan Mahkamah Konstitusi diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Mahkamah
Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yangputusannya bersifat final untuk:
Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
diduga:
7. Komisi Yudisial
Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang berikut ini:
1. mengusulkan pengangkatan hakim agung;
2. menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta memiliki
integritas dan kepribadian yang tidak tercela. Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh
presiden dengan persetujuan DPR. Anggota Komisi Yudisial terdiri atas seorang ketua merangkap anggota,
seorang wakil ketua merangkap anggota, dan tujuh orang anggota. Masa jabatan anggota Komisi Yudisial lima
tahun.
isu-isu hangat
1.Umum
Pertahanan NKRI merupakan masalah bangsa Indonesia yang akan dilakukan dengan cara
(Indonesia) sendiri (yang spesifik), dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi obyektif
bangsa dan negara Indonesia, pandangan hidup bangsa dan budaya bangsa. Pertahanan Negara
Indonesia merupakan instrumen dari politik nasional, terutama politik keamanan nasional.
Dalam rangka integrasi ABRI, pada Nopember 1966 Seminar Hankam menetapkan Doktrin
Hankamnas dan Doktrin Perjuangan ABRI "Catur Dharma Eka Karma" disingkat Cadek. Seminar
Hankam tersebut juga menghasilkan Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Hankamnas dan
Wawasan Nasional. Dengan Wawasan Nusantara ini ABRI tidak menonjolkan kepentingan suatu
matra dan kepentingan salah satu bidang perjuangan (politik, ekonomi, sosial budaya dan
hankam). Sepanjang perjalanan sejarahnya doktrin Hankam selalu mengalami pengembangan.
Pada tahun 1991 Cadek ditata kembali dan disesuaikan dengan perkiraan perkembangan masa
mendatang, menjadi dua doktrin yaitu: a. Doktrin "Pertahanan Keamanan Negara" sebagai
Doktrin Dasar yang disahkan oleh Menteri Pertahanan, dan b. Doktrin "Perjuangan TNI ABRI
(Catur Dharma Eka Karma)", sebagai Doktrin Induk yang disahkan oleh Pangab.
Di era reformasi berdasarkan UUD RI 1945 (Amandemen) Bab III Pasal 10, 11, 12 dan Bab XII
Pasal 30 telah ditetapkan UU No. 3 tahun 2002. Sishankamrata diubah menjadi Sistem
Pertahanan Semesta (Sishanta). Selanjutnya mengacu pada UU No. 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan dan UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI Doktrin Perjuangan TNI ABRI Cadek diubah
menjadi Doktrin TNI "Tri Dharma Eka Karma" (Tridek).
Dewasa ini Sishankamrata yang bertumpu pada perlawanan teritorial mengundang tanggapan
dari kalangan masyarakat khususnya mereka yang meragukan relevansi Sishankamrata dengan
TNI sebagai kekuatan utama menghadapi tantangan di era globalisasi. Sebagai contoh dapat
dikemukakan beberapa isu yang dikemukakan pada Seminar "Democratic Total Defence" yang
diselenggarakan oleh beberapa LSM dengan Dephan RI pada tanggal 28 Agustus 2007 yang fokus
bahasannya adalah perbandingan penyelenggaraan Sistem Pertahanan Total di negara-negara
demokratis. Isu-isu tersebut antara lain sebagai berikut:
a.Gambaran tentang Sistem Pertahanan Total Indonesia.
b.Apakah Sistem Pertahanan Total di Indonesia telah memenuhi prinsip-prinsip demokrasi?
c.Apakah Sistem Pertahanan Total yang ada mampu mengatasi hakikat ancaman masa kini yang
dapat berupa ancaman konvensional atau ancaman lainnya (misalnya terorisme, kejahatan
terorganisir, atau ancaman lintas nasional lainnya)?
d.Dengan melihat berbagai implementasi Sistem Pertahanan Total di negara lain pelajaran apa
yang dapat diperoleh yang dapat diimplementasikan di Indonesia.
Beberapa isu lain yang sering dikemukakan para pemikir di bidang pertahanan NKRI antara lain
adalah:
a.Adanya kekhawatiran bahwa Komando Teritorial yang mendampingi Pemerintahan Sipil akan
digunakan tidak hanya untuk maksud penyelenggaraan pertahanan, tetapi juga sebagai
tumpuan untuk memperkuat pemerintahan yang berkuasa.
b.Apakah Sishankamrata dapat diimplementasikan? Padahal dalam jangka panjang kondisi TNI
sebagai kekuatan inti Sishankamrata jumlah dan kualitas pasukannya yang dapat dikatagorikan
profesional serta anggaran latihan, sistem senjata yang tergolong modern masih terbatas dan
tidak memadai dihadapkan pada luasnya posisi-posisi strategis yang harus dipertahankan di
seluruh Nusantara.
c.Apakah Sishankamrata masih relevan untuk dipertahankan sebagai konsep pertahanan NKRI?
Atau diambil konsep lain seperti yang dikehendaki oleh mereka yang terobsesi oleh sistem
pertahanan negara asing (adikuasa).
d.Menghadapi berbagai isu tersebut, dewasa ini diperlukan kejelasan bagaimana kehendak
bangsa dalam menjalankan pertahanan negara.
Tulisan hasil sarasehan Alumni Akmil ini diharapkan dapat menjawab berbagai pertanyaan
tersebut dan dapat pula memberikan pencerahan kepada generasi muda TNI untuk dijadikan
bekal pengabdiannya kepada Negara dan Bangsa dalam menghadapi berbagai tantangan di masa
depan.
Indonesia merupakan negara hukum, oleh sebab itu untuk memenuhi aspek legalitas, sistem
pertahanan keamanan yang merupakan bagian dari sistem pemerintahan negara
diselenggarakan berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Doktrin Hankamrata sebagai
strategi dari Hankamnas yang merupakan penjabaran dari Pancasila sebagai falsafah bangsa
adalah doktrin dasar yang digali, dikembangkan oleh TNI(AD) dari hasil pengalamannya dalam
memperjuangkan, merebut dan mengisi kemerdekaan NKRI yang diproklamasikan pada tanggal
17 Agustus 1945. Sebagai ajaran, asas, prinsip serta konsep yang mendasar dan diyakini
kebenarannya, berdasarkan hasil pemikiran terbaik, doktrin ini mengalir dari pandangan hidup
bangsa dan dikembangkan secara nalar dan dinamis dengan pengalaman dan teori sehingga
kebenarannya bersifat relatif hakiki dan berjangka panjang. Oleh karena itu Doktrin
Hankamrata harus menjiwai ketentuan perundang-undangan penyelenggaraan pertahanan
negara.
Sebagai landasan logis bagi pemahaman tentang Sishankamrata adalah persepsi yang
komprehensif bahwa sistem kehidupan berbangsa-bernegara mencakup berbagai dimensi yang
fundamental dan eksistensial seperti ideologi, ekonomi, politik, sosial, budaya serta pertahanan
dan keamanan (Hankam). Oleh karena bersifat saling terkait dan tidak dapat saling meniadakan
(mutually exclusive) tetapi justru saling komplementer dan interdependen, maka pembangunan
dimensi-dimensi tersebut harus digulirkan secara maksimal untuk mencapai hasil optimal
dengan prinsip “saling mendukung dan menguatkan”. Misalnya pembangunan politik dan
ekonomi dapat berjalan baik manakala situasi Hankamnas bersifat positif-kondusif. Sebaliknya,
pembangunan Sishankamnas tidak mungkin berjalan tanpa dukungan dimensi-dimensi lainnya.
Menghadapi kondisi kehidupan bangsa yang memiliki sekian banyak ancaman potensial, niscaya
perlu pembangunan dan pengerahan total potensi dan kekuatan bangsa secara efektif. Dengan
demikian, Sishankamrata merupakan konsep dan doktrin yang tetap relevan dalam kehidupan
bangsa kita sebagai wadah, isi dan tata laku pertahanan nasional di masa depan dengan revisi
nilai instrumental agar tetap relevan dan kontekstual. Apalagi Sishan semacam ini juga
dijadikan konsep pertahanan di banyak negara maju seperti Swiss, Israel, Singapura, Prancis
dan lain-lain.
Logika atau basis argumentasi Sihankamrata dapat digambarkan sekilas dengan mengacu pada
kebiasaan umum (habitus universal) dalam Rekayasa Sishan. Idealnya, sebuah negara memiliki
Sishan di mana kekuatan riil yang dimilikinya lebih unggul daripada kekuatan yang mengancam
(ancaman potensial). Jika belum dapat mencapai kekuatan ideal tersebut maka biasanya
dibangun aliansi dalam rangka memelihara balance of power. Namun bila hal itu pun tidak
dapat dilakukan maka tidak ada pilihan lain selain “Perang Rakyat”. Bagi Indonesia,
membangun kekuatan ideal masih jauh dari mungkin karena terhadang kendala anggaran. Untuk
beraliansi membangun pakta pertahanan pun tidak mungkin karena prinsip politik luar negeri
yang bebas-aktif. Dengan demikian, langkah realistis yang merupakan pilihan logis adalah
Sishankamrata (total defence).
Memang, isu tentang relevansi Sishankamrata dengan dinamika perubahan situasi dan kondisi
sudah terjadi sejak lama. Disadari bahwa Doktrin memang harus berkembang sejalan dengan
perkembangan situasi dan kondisi khususnya perkembangan Ilpengtek, namun dari segi lain
Sishankamrata yang merupakan hakikat dari Doktrin Dasar Hankamnas dan dirumuskan
berdasarkan pengalaman, penghayatan para perumusnya yang langsung mengalami sendiri
perjuangan TNI(AD) dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan bangsa
Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 tetap harus dipertahankan. Sistem
Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta merupakan pengembangan dari doktrin perang
wilayah yang pertama kali dicetuskan pada seminar Seskoad I pada Desember 1960. Dengan
berpedoman pada pengalaman perang merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan
NKRI yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, setelah disesuaikan dengan kondisi baru
dirumuskan Konsep Doktrin Perang Wilayah/Perang Rakyat Semesta.
Seperti disinggung di atas, sesungguhnya strategi perang wilayah/perang rakyat semesta telah
dilaksanakan di berbagai negara, khususnya negara-negara dunia ketiga untuk menghadapi
negara-negara adikuasa yang pada umumnya memiliki keunggulan dalam sistem persenjataan
dan profesionalisme. Beberapa negara yang dijadikan acuan dalam perumusan hankamrata
antara lain adalah Yugoslavia1 yang pada Perang Dunia II, menggunakan pertahanan teritorial
(territorial defence) serta melakukan pertahanan rakyat semesta (total people’s defence)
berhasil mengalahkan tentara pendudukan fasis Jerman dan sekutu-sekutunya yang unggul
dalam persenjataan dan profesionalisme. Setelah invasi Sovyet ke Czechoslovakia tahun 1968,
kepemimpinan Yugoslavia mewaspadai ancaman yang sama sesewaktu dapat menjadi kenyataan
terhadap Yugoslavia. Invasi terhadap Czechoslovakia menunjukkan bahwa bala siap dari negara
yang lemah tidak mungkin dapat menghadapi serangan masif dari agresor yang secara kualitatif
dan kuantitatif lebih unggul. Berdasarkan pengalaman perjuangannya menghadapi Jerman,
pada tahun 1969 Yugoslavia menetapkan Undang-undang Pertahanan yang didasarkan pada
Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta.
Selain Yugoslavia, negara yang dijadikan acuan dalam perumusan Sistem Hankamrata adalah
Vietnam. Untuk itu TNI-AD pernah mengirimkan suatu misi militer ke Hanoi mempelajari sistem
pertahanan serta perlawanan rakyat sebagai bahan perbandingan.2 Dengan menggunakan
pertahanan teritorial, Vietnam melakukan perang rakyat semesta berhasil mengusir tentara
pendudukan Perancis. Dengan mengandalkan kekuatan rakyat, pada Mei 1954 pejuang Vietnam
di bawah pimpinan Jenderal Vo Nguyen Giap dengan transportasi yang sederhana (sepeda dan
kuda) mengangkut artileri berat dan artileri pertahanan udara melalui hutan lebat dimalam hari
untuk menempati kedudukan di pegunungan sekitar Dien Bhien Phu, kemudian menyerang dan
mengusir tentara Perancis yang jauh lebih unggul dalam teknologi dan persenjataan. Bahkan
dengan melakukan Perang Rakyat Semesta yang berkepanjangan (berlarut) dari tahun 1959
sampai tahun 1975, berkat kepemimpinan Ho Chi Minh yang kharismatik, People's Army of
Vietnam (PAVN) berhasil mengusir tentara AS yang jauh unggul dalam persenjataan.
Di era globalisasi dimana hakekat ancaman telah berkembang menjadi multidimensi mencakup
semua bidang kehidupan bangsa (Ipoleksosbudhankam), baik yang bersifat kasar (ancaman
militer) maupun yang halus (ancaman terhadap pemikiran dan persepsi). Oleh sebab itu maka
kekuatan yang dikembangkan untuk menghadapi ancaman tersebut juga harus mempunyai
kemampuan yang multi demensi pula, tidak hanya berupa kemampuan militer (Sistek), tetapi
juga juga kemampuan non-militer (Sissos) yang melibatkan seluruh potensi bangsa, baik fisik
maupun psikis.
Beberapa contoh perang terkini yang menjadi bukti keberhasilan Sishanrata antara lain adalah:
a.Serangan masif yang dilakukan oleh tentara AS yang dilakukan untuk menangkap pemimpin
pemberontak Somalia ternyata gagal, bahkan tentara AS yang unggul dalam persenjataan dan
profesionalisme itu harus ditarik mundur karena besarnya korban dan kerugian yang dialami.
b.Pasukan AS tidak dapat mentuntaskan hasil serangannya ke Irak, bahkan korban besar terus
berjatuhan. Korban tentara AS yang tewas dalam perang Irak dewasa ini telah mendekati angka
3000 orang sebagian besar justru terjadi setelah Saddam Hussein tertangkap. Bahkan dewasa ini
Pemerintah AS dibayangi kegagalan tujuan invasinya ke Irak karena ketidaksanggupannya
mengatasi kekacauan yang terus terjadi.
c.Meskipun pasukan NATO berhasil meruntuhkan pemerintahan Taliban di Afghanistan namun
sisa-sisa pasukan Taliban masih tetap aktif dan merupakan ancaman aktual bagi pasukan NATO
di Afganistan. Bahkan Afganistan berpotensi untuk perang saudara kembali apabila pasukan
NATO ditarik dari Afganistan.
d.Meskipun politis Rusia tetap menguasai Chechnya tetapi gangguan dari gerilyawan Chechnya
yang mengakibatkan korban-korban yang besar di pihak pasukan Rusia terus terjadi.
e.Kekuatan bersenjata Palestina dari segi persenjataan dan profesionalisme militer (Sistek),
kalah jauh dari kekuatan bersenjata Israel, namun perlawanan rakyat semesta Palestina yang
berupa gerakan Intifada (Sissos) masih menyulitkan Israel dalam mengendalikan wilayah
Palestina di West Bank dan Gaza Strip. Di samping korban fisik, dari aspek ekonomi, gerakan
intifada yang berupa ketidakpatuhan masyarakat terhadap hukum penjajah, pemogokan umum,
grafitti, barikade di jalanan, dan pelemparan batu dalam demonstrasi oleh para pemuda serta
boikot terhadap industri mikro, industri jasa dan pariwisata telah menimbulkan kerugian dalam
jumlah yang besar di pihak Israel.
Sishankamrata erat kaitannya dengan jatidiri TNI sebagai kekuatan utama. Bahwa pengalaman
TNI dengan ke-khas-an jatidirinya dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan
secara bersamaan telah melahirkan suatu sistem pertahanan yang sesuai dengan kondisi
geografi, demografi dan budaya bangsa Indonesia yang dikenal dengan Pertahanan Keamanan
Rakyat Semesta (Hankamrata). Dengan demikian maka pada dasarnya antara jatidiri TNI dengan
doktrin Hankamrata terdapat kaitan timbal balik yang erat, karena doktrin Hankamrata disusun
dengan memperhatikan jatidiri TNI sebagai komponen utama sistem, dan sebaliknya
keberhasilan doktrin Hankamrata tergantung kepada kadar komitmen TNI terhadap jatidirinya
sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, tentara nasional dan tentara profesional.
Oleh sebab itu maka Sishankamrata yang dilaksanakan melalui Sistem Perang Berlarut yang
mengkombinasikan penggunaan Sistem Senjata Teknologi (Sistek) didukung oleh sikap politik
seluruh rakyat yang anti agressor sebagai Sissos, diyakini mempunyai prospek untuk dapat
digunakan menghadapi musuh yang kuat yang berhasil menduduki bagian-bagian tertentu dari
wilayah darat NKRI.