Anda di halaman 1dari 13

Dinamika Dan

Tantangan Pancasila
Sebagai Dasar Negara
Dan Pandangan Hidup
Bangsa

Dosen Pengampu :
Dra. Tri Wahyuningsih M.pd
Anggota Kelompok :
Ajeng Ratri Namdariah 2205076005
Baiq Mira Kurnia Sari 2205076021
Dian Eka Trias Rizqi 2205076004
Luthfia Yaumil Hadfizah 2205076028
Nazwa Aulia 2205076031
Tatsbita Syahla Faiza Nur 2205076002
Yunita 2205076013
Pada era globalisasi, banyak hal yang akan merusak mental dan nilai moral Pancasila
yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Dengan demikian, Indonesia perlu
berupaya agar ketahanan ideologi bangsa Indonesia tidak tergerus. Pancasila harus
menjadi benteng moral dalam menjawab tantangan terhadap unsur-unsur kehidupan
bernegara, yaitu sosial, politik, ekonomi, budaya, dan agama.Tantangan muncul,
berasal dari derasnya arus paham-paham yang bersandar pada otoritas materi, seperti
liberalisme, kapitalisme, komunisme, sekularisme, pragmatisme, dan hedonisme,
yang menggerus kepribadian bangsa yang berkarakter nilai-nilai Pancasila. Dapat
dilihat dengan jelas, paham-paham tersebut merasuk jauh dalam kehidupan bangsa
Indonesia sehingga melupakan kultur bangsa Indonesia yang memiliki sifat religius,
santun, dan gotong-royong.
Apabila ditarik benang merah terkait dengan tantangan yang melanda bangsa Indonesia,
maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. Dilihat dari kehidupan masyarakat, terjadi kegamangan dalam kehidupan bernegara dalam era reformasi
ini karena perubahan sistem pemerintahan yang begitu cepat termasuk digulirkannya otonomi daerah yang
seluas luasnya, di satu pihak, dan di pihak lain, masyarakat merasa bebas tanpa tuntutan nilai dan norma
dalam kehidupan bernegara. Akibatnya, sering ditemukan perilaku anarkisme yang dilakukan oleh elemen
masyarakat terhadap fasilitas publik dan aset milik masyarakat lainnya yang dipandang tidak cocok dengan
paham yang dianutnya. Masyarakat menjadi beringas karena code of conduct yang bersumber pada nilai-nilai
Pancasila mengalami degradasi.

b.Dalam bidang pemerintahan, banyak muncul di ranah publik aparatur pemerintahan, baik sipil maupun
militer yang kurang mencerminkan jiwa kenegarawanan. Terdapat fenomena perilaku aparatur yang oli
mumpung atau mementingkan kepentingan kelompoknya saja. Hal tersebut perlu segera dicegah dengan cara
meningkatkan efektivitas penegakan hukum dan melakukan upaya secara masif serta sistematis dalam
membudayakan nilai-nilai Pancasila bagi para aparatur negara .
seluruh elemen masyarakat harus bahu-membahu merespon secara serius dan bertanggung jawab guna
memperkokoh nilai-nilai Pancasila sebagai kaidah penuntun bagi setiap warga negara, baik bagi yang berkiprah di
sektor masyarakat maupun di pemerintahan. Tantangan yang paling berat dan utama, adalah masalah ekonomi dan
budaya yang menggilas bangsa ini tanpa ampun. Sebab, ajaran Pancasila yang hakiki sama sekali tidak sesuai
dengan arus modernisasi yang masuk ke bumi tercinta, Indonesia. Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan di Era
mileneal. Tantangan mengajar Pendidikan Kewarganegaraan di era milenial saat ini butuh usaha keras. Justru
tantangan tersebut bukan datang dari materi atau kurikulum pendidikan kewarganegaraan itu sendiri. Melainkan dari
kualitas sumber daya manusia yang kompeten, yaitu guru. Dengan begitu dapat mempunyai kekuatan dalam jiwa
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian yang berkarakter, kecerdasan, berakhlak yang mulia serta memiliki
keterampilan yang nantinya diperlukan oleh dirinya didalam kehidupan di lingkungan, masyarakat, bangsa dan
negara. Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan juga pemerintah untuk
mengenalkan tentang sebuah ilmu yang memiliki manfaat bagi keberlangsungan hidup generasi penerus bangsa.
Terdapat beberapa landasan tantangan pendidikan pancasila sebagai berikut:

1. Landasan Pendidikan Pancasila sebagai sebuah landasan dalam pendidikan Pancasila sangatlah
mendasar yakni sebagai nilai Nilai Pendidikan Karakter.

2. Landasan Sejarah (history)Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
Indonesia tercipta melalui serangkaian tahapan panjang. Bangsa Indonesia menempuh jalan yang tidak
mudah menemukan jati diri bangsa yang memiliki kedaulatan dan berprinsip yang merefleksikan
Pancasila sebagai Filsafat hidup, yang memiliki lima dasar utama dan saling memiliki ikatan yang akan
selalu terkaitan di dalam setiap sila.
3. Landasan Budaya (culture)Kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sesuatu
yang terlihat dari peninggalan-peninggalan adat-istiadat serta perilaku dan norma-norma yang
tidak tertulis namun tetap dipegang teguh sebagai sebuah pedoman dalam menjalani kehidupan.
Nilai-nilai budaya yang tetap terjaga keasliannya di masyarakat yang memiliki nilai filosofi
yang mendalam dan merupakan milik masyarakat keseluruhan dan bukan milik golongan
tertentu.

4. Landasan Hukum (Yuridis) ialah tumpuan utama sebagai dasar untuk mempelajari Pancasila
sesuai ketentuan hukum yang dibuat oleh Kementrian Pendidikan. Dalam UU No.2 Tahun 1989
pasal 39, yang menjelaskan tentang Sistem Pendidikan Nasional. Didalam Undang-undang
tersebut menyatakan isi kurikulum dan setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat
Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan.
5. Landasan Filosofis Pancasila sebagai ideologi nasional menjadi dasar negara
serta pandangan hidup bangsa, merupakan kewajiban moral agar
mewujudkannya dalam berbagai segi kehidupan baik dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Hakikat ideologi Pancasila
memiliki makna secara filosofis yakni bangsa Indonesia ialah bangsa yang
berlandaskan ketuhanan dan memiliki kemanusiaan yang bertumpu pada
sebuah kenyataan. Bahwa manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa Dan setiap segi perwujudan penyelenggaraan negara setidaknya
haruslah berdasar pada nilai-nilai yang tercantum di dalam Pancasila yang
didalamnya juga meliputi ketentuan peraturan perundang undangan yang
berlaku di Indonesia.
Mahfud M.D. menyatakan bahwa dari Pancasila dasar negara itulah lahir sekurang-kurangnya
4 kaidah penuntun 94 dalam pembuatan politik hukum atau kebijakan negara lainnya, yaitu
sebagai berikut:

1) Kebijakan umum dan politik hukum harus tetap menjaga integrasi atau keutuhan bangsa,
baik secara ideologi maupun secara teritori.

2) Kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada upaya membangun
demokrasi (kedaulatan rakyat) dan nomokrasi (negara hukum) sekaligus.

3) Kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada upaya membangun keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Indonesia bukanlah penganut liberalisme, melainkan
secara ideologis menganut prismatika antara individualisme dan kolektivisme dengan titik
berat pada kesejahteraan umum dan keadilan sosial.
4) Kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada prinsip toleransi beragama
yang berkeadaban. Indonesia bukan negara agama sehingga tidak boleh melahirkan
kebijakan atau politik hukum yang berdasar atau didominasi oleh satu agama tertentu atas
nama apapun, tetapi Indonesia juga bukan negara sekuler yang hampa agama sehingga
setiap kebijakan atau politik hukumnya haruslah dijiwai oleh ajaran berbagai agama yang
bertujuan mulia bagi kemanusiaan.
Adapun kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dapat dirinci sebagai
berikut:

1) Pancasila sebagai dasar negara adalah sumber dari segala sumber tertib hukum Indonesia.
Dengan demikian, Pancasila merupakan asas kerohanian hukum Indonesia yang dalam
Pembukaan Undang-Undang Negara Republik Indonesia dijelmakan lebih lanjut ke dalam
empat pokok pikiran.

2) Meliputi suasana kebatinan (Geislichenhintergrund) dari UUD 1945.

3) Mewujudkan cita-cita hukum bagi dasar negara (baik hukum dasar tertulis maupun tidak
tertulis).

4) Mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan


pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara (termasuk penyelenggara partai dan golongan
fungsional) memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
5) Merupakan sumber semangat abadi UUD 1945 bagi penyelenggaraan
negara, para pelaksana pemerintahan. Hal tersebut dapat dipahami
karena semangat tersebut adalah penting bagi pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara karena masyarakat senantiasa tumbuh dan
berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika
masyarakat (Kaelan, 2000: 198--199)
Kesimpulan
Dinamika dalam mengaktualisasikan nilai Pancasila ke dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan benegara
adalah suatu keniscayaan, agar Pancasila tetap selalu relevan dalam fungsinya memberikan pedoman bagi pengambilan
kebijaksanaan dan pemecahan masalah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Agar loyalitas warga masyarakat
dan warga negara terhadap Pancasila tetap tinggi. Di lain pihak, apatisme dan resistensi terhadap Pancasila bisa
diminimalisir. Substansi dari adanya dinamika dalam aktualisasi nilai Pancasila dalam kehidupan praksis adalah selalu
terjadinya perubahan dan pembaharuan dalam mentransformasikan nilai Pancasila ke dalam norma dan praktik hidup
dengan menjaga konsistensi, relevansi, dan kontekstualisasinya. Sedangkan perubahan dan pembaharuan yang
berkesinambungan terjadi apabila ada dinamika internal (self-renewal) dan penyerapan terhadap nilai-nilai asing yang
relevan untuk pengembangan dan penggayaan ideology Pancasila. Muara dari semua upaya perubahan dan
pembaharuan dalam mengaktualisasikan nilai Pancasila adalah terjaganya akseptabilitas dan kredibilitas Pancasila oleh
warganegara dan warga masyarakat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai