Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULU

A. Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar Negara, Pancasila dalam kedudukan ini sering disebutkan sebagai
Dasar Filsafat (Philodosofische Gronslag) dari Negara ,ideologi Negara atau (Staatsidee).
Dalam  pengertian  ini pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur
pemerintahan negara atau dengan lain perkataan pancasila merupakan suatu dasar untuk
pengatur  penyelenggaraan Negara. Konsekuensinya seluruh pelaksanaan dan
penyelenggaraan Negara terutama segala peraturan perundang-undangan termasuk proses
reformasi dalam segala bidang dewasa ini, dijabarkan dan diderivasikan dari nilai-nilai
Pancasila. Maka Pancasila merupakan Sumber dari Segala Sumber Hukum. Pancasila
merupakan sumber kaidah hukum Negara yang secara konstitusional yang mengatur Negara
Republik Indonesia beserta seluruh unsure-unsurnya yaitu rakyat, wilayah, serta
pemerintahan Negara
.Sebagai dasar  Negara, Pancasila merupakan suatu asas rohanian yang meliputi suasana
kebatinan atau cita- cita hukum. Sehingga merupakan sumber nilai, norma serta kaidah moral
maupun hukum Negara, dan  menguasai hukum dasar baik yang tertulis maupun Undang-
Undang Dasar,maupun yang tidak tertulis atau convensi. Dalam kedudukannya sebagai dasar
Negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.

B. Rumus Masalah

Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :

1. Pancasila sebagai paradigma reformasi


2. Pancasila sebagai paradigma pendidikan nasional
3. Pancasila sebagai paradigma kehidupan kampus

C. Tujuan

Dari rumusan masalah di atas maka tujuan pada penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :

1. Menegetahui Pancasila sebagai Paradigma reformasi


2. Menegetahui Pancasila sebagai Paradigma pendidikan nasional
3. Menegetahui Pancasila sebagai Paradigma kehidupan kampus

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Reformasi

Makna Reformasi secara etimologis berasal dari kata reformation dari akar katareform,


sedangkan secara harafiah reformasi mempunyai pengertian suatu gerakan yang memformat
ulang, menata ulang, menata kembali hal-hal yang menyimpang, untuk dikembalikan pada
format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicitacitakan rakyat.
Reformasi juga diartikan pemabaharuan dari paradigma, pola lama ke paradigma, pola baru
untuk memenuju ke kondisi yang lebih baik sesuai dengan harapan. Suatu gerakan reformasi
memiliki kondisi syarat-syarat:

1. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan


penyimpangan. Masa pemerintahan Orba banyak terjadi suatu penyimpangan
misalnya asas kekeluargaan menjadi “nepotisme”, kolusi dan korupsi yang tidak
sesuai dengan makna dan semangat UUD 1945.
2. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka structural
tertentu, dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia. Jadi
reformasi pada prinsipnya suatu gerakan untuk mengembalikan kepada dasar nilai-
nilai sebagaimana yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.

3. Gerakan reformasi akan mengembalikan pada dasar serta sistem Negara demokrasi,
bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat, sebagaimana terkandung dalam pasal 1
ayat (2). Reformasi harus melakukan perubahan kea rah sistem Negara hokum dalam
penjelasan UUD 1945, yaitu harus adanya perlindungan hak-hak asasi manusia,
peradilan yang bebas dari penguasa, serta legalitas dalam arti hukum. Oleh karena itu
reformasi sendiri harus berdasarkan pada kerangka dan kepastian hukum yang jelas.

4. Reformasi dilakukan kearah suatu perubahan kearah kondisi serta keadaan yang lebih
baik, perubahan yang dilakukan dalam reformasi harus mengarah pada suatu kondisi
kehidupan rakyat yang lebih baik dalam segala aspek, antara lain bidang politik,
ekonomi, sosial, budaya, serta kehidupan keagamaan.

5. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia yang
Berketuhanan Yang Maha Esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa

2
B. Pengertian Pancasila sebagai Paradigma Reformasi

Reformasi adalah memelihara segala yang sudah baik dari kinerja bangsa dan negara
dimasa lampau, mengoreksi segala kekurangannya,sambil merintis pembaharuan untuk
menjawab tantangan masa depan. Pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara masa lalu
memerlukan identifikasi, mana yang masih perlu pertahankan dan mana yang harus
diperbaiki. Hal ini mutlak diperlukan dalam upaya pemantapan kebijaksanaan nasional untuk
menyongsong dan mencapai masa depan bangsa yang aman dan sejahtera. Pancasila yang
merupakan lima aksioma yang disarikan dari kehidupan masyarakat Indonesia jelas akan
mantap jika diwadahi dalam sistem politik yang demokratis, yang dengan sendirinya
menghormati kemajemukan masyarakat Indonesia. Pemilihan umum, salah satu sarana
demokrasi yang penting, baru dipandang bebas apabila dilakukan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Peranan Pancasila dalam era reformasi harus nampak sebagai paradigm ketatanegaraan,
artinya Pancasila menjadi kerangka pikir atau pola pikir bangsa Indonesia, khususnya sebagai
Dasar Negara. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini berarti
bahwa setiap gerak langkah bangsa dan negara Indonesia haru selalu dilandasi oleh sila-sila
yang terdapat dalam Pancasila. Sebagai negara hukum setiap perbuatan, baik dari warga
masyarakat, maupun dari pejabat-pejabat dan jabatan-jabatan harus berdasarkan hukum yang
jelas. Jadi hukum yang dibentuk tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

Reformasi politik pada dasarnya berkenaan dengan masalah kekuasaan yang memang
diperlukan oleh negara maupun untuk menunaikan dua tugas pokok yaitu memberikan
kesejahteraan dan menjamin keamanan bagi seluruh warganya. Reformasi politik terkait
dengan reformasi dalam bidang-bidang kehidupan lainnya, seperti bidang hukum, ekonomi,
sosial budaya serta hakamnas. Misalnya, dalam bidang hukum, segala kegiatan politik harus
sesuai dengan kaidah hukum, oleh karena itu hukum harus dibangun secara sistematik dan
terencana sehingga tidak ada kekosongan hukum dalam bidang apapun. Jangan sampai ada
UU tetapi tidak ada PP pelaksanaanya yang sering kita alami selama ini.

Kualitas kewarganegaraan yang tinggi dikalangan para pemimpin selain dapat memahami
dan menjabarkan sila-sila Pancasila yang abstrak, tetapi juga mampu memimpin rakyat yang
memang hidup dalam lingkungan primondialnya masing-masing agar tidak keliru memberi
makna kekuasaan bagi seorang pemimpin. Kekuasaaan adalah kemampuan untuk mendorong
orang lain untuk melaksanakan kemauan penguasa. Kekuasaan tidak akan terasa sebagai
paksaan kalau penggunaannya disertai dengan kewibawaan, yaitu penerimaan kekuasaan itu
secara sadar dan sukarela oleh mereka yang dikuasai. Dengan lain perkataan, sesungguhnya
kekuasaan yang mantap adalah kekuasaan yang bersifat demokratis.

3
C. Pancasila Sebagai Paradigma Pendidikan Nasional

Pancasila sebagai paradigma pendidikan nasional merupakan salah satu aspek yang
penting untuk membangun pendidikan di Indonesia. Pendidikan pada hakikatnya adalah
usaha dasar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan atau keahlian dalam
kesatuan organis harmonis dinamais, di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup.

Pendidikan sebagai bagaian dari Ilmu Humaniora memperlihatkan proses yang terus
menerus mengarah pada kesempurnaan, yang semakin manusiawi. Pendidikan pada dasarnya
ialah pemanusiaan, dan ini memuat hominisasi dan humanisasi. Hominisasi merupakan
proses pemanusiaan secara umum, yakni memasukan manusia dalam lingkup manusiawi
secara minimal. Humanisasi adalah proses yang lebih jauh, kelanjutan hominisasi. Dalam
proses ini, manusia bisa meraih perkembangan yang lebih tinggi, seperti nampak dalam
kemajuan-kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan.

Salah satu agenda penting dalam upaya mengatasi krisis dalam kehidupan bangsa kita
adalah melalui pendidikan karakter, pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan akhlak,
pendidikan budi pekerti. Pendidik(guru) yang baik adalah vital bagi kemajuan dan juga
keselamatan bangsa. Guru tidak hanya menyampaikan idea-idea, tetapi hendaknya menjadi
suatu wakil dari suatu cara hidup yang kreatif, suatu simbol kedamaian dan ketenangan dalam
suatu dunia yang dicemaskan dan dianiaya.

Pendidik (guru) yang memiliki akhlak, budi pekerti, karakter yang baik, akan sangat
kondusif dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan moral, yang muaranya akan
mendukung bagi peserta didik umum memiliki karakter yang baik. Karakter baik mencakup
secara organis harmonis dan dinamis komponen-komponen pengetahun moral yang baik,
perasaan moral yang baik, dan tindakan moral yang baik. Komponen-komponen karakter
yang baik mencakup pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral (moral feeling),
dan tindakan (moral action).

Komponen Moral Knowing meliputi enam unsur yaitu :

1. Moral awareness, kesadaran moral atau kesadaran hati nurani.


2. Knowing moral values atau pengetahuan tentang nilai-nilai moral.
3. Perspectives-talking atau perspektif yang memikat hati adalah kemampuan untuk
memberi pandangan pada orang lain.
4. Moral reasoning atau pertimbangan-pertimbangan moral, adalah pengertian tentang
apa yang dimaksud dengan moral, dan mengapa kita harus bermoral.
5. Decision-making atau pengambilan keputusan adalah kemampuan mengambil
keputusan dalam menghadapi masalah-masalah moral.
6. Self-knowledge atau mengenal diri sendiri, adalahkemampuan mengenal atau
memehami diri sendiri.

Kesadaran moral, mengenal diri sendiri, mengenal nilai-nilai moral, kemampuan memberi
pandangan, pengambilan keputusan, dan pengenalan diri sendiri, adalah kualitas manusia
utama, yang membuat orang memiliki pengetahuan moral (moral knowing), yang semuanya
ini berkonstribusi terhadap bagian dari kognitif karakter

4
Komponen-komponen Moral Feeling meliputi enam unsur penting, yaitu :

1. Conscience, kata hati atau hati nurani, yang memiliki dua sisi yaitu sisi kognitif dan
sisi emosi.
2. Self-esteem atau harga diri. Mengukur harga diri kita sendiri berarti kita menilai diri
sendiri.
3. Empathy atau empati adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, seolah-olah
mengalami sendiri apa yang dialami orang lain, atau merasakan apa yang orang lain
rasakan.
4. Loving the good atau cinta pada kebaiukan, jika orang cinta akan kebaikan, maka
mereka akan berbuat baik, dan mereka memiliki moralitas.
5. Self-control atau kontrol diri, adalah kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri,
dan hal ini diperlukan juga untuk mengekang kesenangan diri sendiri.
6. Humility atau kerendahan hati (lembah manah), adalah merupakan kebaikan moral
yang kadang-kadang dilupakan atau diabaikan, pada hal ini merupakan bagaian
terpenting dari karakter yang baik. Kerendahan hati adalah bagian dari aspek afektif
dari pengetahuan terhadap diri sendiri.

Kata hati, harga diri, empati, cinta kebaikan, pengendalian diri, dan kerendahan hati,
semuanya akan memperbaiki bagian emosi dari moralitas diri sendiri.

Komponen-komponen Moral Action, meliputi tiga unsur penting, yaitu :

1. Competence atau kompetrensi moral adalah kemampuan untuk menggunakan


pertimbangan-pertimbangan moral dan perasaan dalam perilaku moral yang afektif.
2. Will atau kemauan, adalah kemampuan yang sering menuntut tindakan nyata dari
kemauan, memobilitas energi moral untuk bertindak tentang apa yang kita pikirkan,
apa yang harus kita kerjakan. Kemauan berada pada keberanian moral inti.
3. Habit atau kebiasaan. Suatu kebiasaan untuk bertindak secara baik dan benar perlu
senantiasa di kembangkan.

Tugas pendidikan moral adalah membantu peserta didik supaya memiliki karakter atau
akhlaq atau budi pekerti yang baik, sekaligus dimilikinya dalam diri peserta didik,
pengetahuan, perasaan, dan tindakan moral yang saling melengkapi satu sama lain, dalam
suatu kesatuan organis harmonis dinamis. Sedangkah tujuan pendidikan moral adalah
membantu peserta didik agar menjadi bijak atau pintar (smart) dan membantu mereka
menjadi orang yang baik. Baik dalam artinya adalah dimilikinya nilai-nilai yang dapat
memperkokoh martabat manusia dan mengembangakan kebaikan individu dan masyarakat.

D. Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Kampus

Pancasila sebagai paradigma kehidupan kampus adalah seperti paradigma pancasila


kehidupan kampus tidak jauh berbeda dengan kehidupan tatanan Negara. Jadi kampus juga
harus memerlukan tatanan pumbangunan seperti tatanan Negara yaitu politik, ekonomi,
budaya, hukum dan antar umat beragama.  Untuk mencapai tujuan dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maka sebagai makhluk pribadi sendiri dan sebagai

5
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Ilmu Pengetahuan dan  Teknologi (IPTEK) pada hakikatnya
merupakan suatu hasil kreativitas rohani manusia. Unsur jiwa manusia meliputi aspek akal,
rasa,dan kehendak. Sebagai mahasiswa yang mempunyai rasa intelektual yang besar kita
dapat memanfaatkan fasilitas kampus untuk mencapai tujuan bersama.  Pembangunan yang
merupakan realisasi praksis dalam Kampus untuk mencapai tujuan seluruh mahsiswa harus
mendasarkan pada hakikat manusia sebagai subyek pelaksana sekaligus tujuan pembangunan.
Oleh karena itu hakikat manusia merupakan sumber nilai bagi  pembangunan pengembangan
kampus itu sendiri.

Kampus adalah tempat hunian atau perkampungan masyarakat ilmiah atau masyarakat 
intelektual, maka harus mengamalkan budaya akademik ,tidak terjebak dalam politik peraktis
atau legitimasi kepentingan penguasa. Masyarakat kampus harus berpegang pada komitmen
moral yang bersumber pada ketuhanan dan kemanusiaan, bertanggung jawab secara moral,
bertanggungjawab terhadap bangsa dan negaraeraan serta mengabdi untuk kesejahteraan
kemanusiaan.

Kampus dalam wujud Perguruan Tinggi mengemban tugas dan misi


pokokpendidikan,penelitian dan pengabdian masyarakat (Tridharma Perguruan Tinggi).
Menurut PP No. 60 Tahun 1999,Pendidikan dilaksanakan di ruang kuliah melalui pendidikan
ini ilmu pengetahuan dan teknologi diberikan kepada para mahasiswa untuk menyiapkan,
membentuk dan menghasilkan SDM yang berkualitas, Penelitiandilakukan di laboratorium ,
di lapangan, di perusahaan, di rumah sakit atau di mana saja,  penelitian bersifat obyektif dan
ilmiah, baik kaidah sertauntuk menemukan kebenaran ilmiah atau menyelesaikan masalah
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Penelitian harus berpegang pada moral
kejujuran yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila. Hasil Penelitian bermanfaat bagi
kemanusiaan dan kesejahteraan manusia demi harkat dan martabat manusia. Pengabdiaan
kepada masyarakatdilaksanakan di luar kampus ditengah-tengah masyarakat, di arena
kehidupan riil masyarakat luas. Hal ini merupakan wahana kegiatan memanfaatkan ilmu
pengetahuan dalam memberikan sumbangsih kepada masyarakat. Kegiatan pengabdiaan
kepada masyarakat demi kesjahteraan umat manusia, demi pengembangan dan penerapan
ilmu pengetahuan, maka harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan sesuai yang
terkandung dalam Pancasila. Warga Perguruan Tinggi adalah insan-insan yang memiliki
wawasan dan integrasi ilmiah, maka masyarakat akademik harus selalu mengembangkan
buadaya akademik atau budaya ilmiah yang berupa esensi dari aktivitas perguruan tinggi.
Ciri-ciri mayarakat ilmiah sebagai budaya akademik menurut Suhadi,(1998:214) adalah
kritis, kreatif, analitis, obyaktif, kontruktif, dinamik, dialogis, menghargai prestasi
ilmiah/akademik, bebas dari prasangka, menghargai waktu, menghargai dan menjunjung
tinggi tradisi ilmiah, berorientasi ke masa depan, menerima kritik dan kemitraan.

1. Analsis Budaya Merokok di Kalangan Mahasiswa

Pada jaman sekarang meroko bukan hal yang aneh karena meroko bukan hanya
disukai oleh orang tua saja tetapi disukai oleh remaja juga. Salah satunya meroko di
kalangan mahasiswa hampir rata-rata mahasiswa mempunyai kebiasaan meroko baik laki-
laki mapun wanita. Untuk laki-laki meroko itu dapat meberikan insfirasi, menghilangkan

6
sementara masalah yang dihadapi dan tidak dianggap culun oleh teman-teman lainnya.
Untuk wanita meroko itu hanya untuk bergaya didepan laki-laki dan mungkin memang
dia menyukai rokok dari rasanya. Walapun suka banyak gambar-gambar yang
diakibatkan oleh suka meroko tetap saja belum begitu berhasil karena jika orang suka
merasakan rokok maka tanpa disadar mereka akan ketagiahan dan merasa ada yang
kurang jika mereka tidak menghisap rokok. Oleh karena itu budaya meroko di kalangan
mahasiswa susah untuk dihentikan apalagi meroko itu dapat memberikan insfirasi atau
ide-ide baru dalam menghadapi masalah dan dapat menghilangkan dari kegelisahan.

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan,
Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok
persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Dengan demikian, paradigma sebagai alat bantu
para illmuwan dalam merumuskan apa yang harus dipelajari, apa yang harus dijawab,
bagaimana seharusnya dalam menjawab dan aturan-aturan yang bagaimana yang harus
dijalankan dalam mengetahui persoalan tersebut. Pancasila berperan penting bagi kehidupan
barbangsa dan bernegara, dimana harus didasari oleh kehidupan tatanan Negara seperti
politik, ekonomi, budaya, hukum dan antar umat beragama.

Anda mungkin juga menyukai