Anda di halaman 1dari 4

Pengembangan program pembelajaran kreatif untuk kursus arsitektur studio

H I Dewi1 *, Yufiarti2 dan D N Musnir3 1 Program Magister Teknologi Pendidikan di


Universitas Muhammadiyah Jakarta Kh. Jalan Ahmad Dahlan, Cirendeu, Ciputat,
SouthTangerang15419 2 Program Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jalan
Rawamangun Muka, Jakarta 13220 Program Pascasarjana di Universitas Negeri Jakarta,
Jalan Rawamangun Muka, Jakarta 13220

*happy.indiradewi@gmail.com

Abstrak. Tujuan dari penelitian ini untuk mengembangkan Program Instruksional Kreatif
untuk Kursus Arsitektur Studio. Ini berfokus pada pengembangan program pengajaran yang
efisien dan efektif yang memungkinkan siswa untuk berpikir secara kreatif, jelas dan mandiri.
Metode Penelitian dan Pengembangan Borg dan Galls dipilih untuk penelitian ini, sedangkan
Program Pengembangan Instruksional M. Atwi Suparman diterapkan pada keseluruhan
program. Data yang dikumpulkan dari observasi, wawancara, dokumentasi, dan kuesioner
digunakan untuk menganalisis efektivitas dan kelayakan program pembelajaran kreatif ini.
Program ini telah dilaksanakan di bawah modul instruksional dan diuji dalam evaluasi
formatif untuk membuktikan efektivitasnya dengan membandingkan hasil pre-test dan post
test. Hasil dari penelitian ini adalah Program Instruksional Kreatif baru untuk Arsitektur
Studio, lima modul individu sebagai bahan ajar, Modifikasi Proses Desain Arsitektur dan
Formulasi Berpikir Kreatif untuk mengubah ide menjadi sebuah karya arsitektur untuk siswa
pemula.

1. Pendahuluan Pelajaran desain ruang di Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik di Universitas


Muhammadiyah Jakarta pertama kali diberikan kepada siswa semester kedua, dalam kursus
Studio Arsitektur 1. Berdasarkan penelitian, proses tersulit yang dialami siswa adalah proses
mengubah ide menjadi sebuah mahakarya. Kemampuan siswa pada tingkat awal tidak cukup
untuk menyelesaikan masalah mengubah ide menjadi sebuah mahakarya, karena pelajaran
desain ruang belum diberikan pada tingkat pendidikan sebelumnya. Dosen adalah pusat dari
proses pembelajaran, namun alat pembelajarannya tidak teliti, sistem pembelajarannya tidak
maksimal menjadi laju penggerak motor dari proses belajar itu sendiri, sehingga
menghasilkan pembelajaran yang tidak efisien, tidak efektif, dan tidak sistematis.

Proses desain arsitektur, menggunakan Proses Desain Suwondo. Langkah-langkah untuk


menghasilkan karya dalam pembelajaran Arsitektur adalah: (1) pengumpulan data; (2) data
sintesis-analisis; (3) menghasilkan program luar angkasa; (4) program ruang sintesis-analisis
untuk menghasilkan Konsep Persiapan Pra-desain dan Pengembangan Desain [1]. Beberapa
ilmuwan menyatakan pentingnya pemikiran kreatif dalam dunia pembelajaran arsitektur.
Lawson dalam bukunya "How the Designer Think" menyatakan pentingnya berpikir secara
divergen dan konvergen bagi seorang arsitek untuk menyelesaikan berbagai masalah desain.
Cara otak bekerja dalam pemikiran kreatif adalah bahwa otak kanan bekerja secara berbeda
untuk menggali ide dan melihat berbagai kemungkinan baru, sedangkan otak kiri bekerja
secara konvergen untuk berpikir semata-mata dalam mengembangkan ide [2]. Kiswandono
menciptakan formulasi untuk menghubungkan pemikiran kreatif dan pemikiran arsitektur
dalam pembelajaran Architecture Studio [3]. Untuk mempercepat bagaimana otak bekerja
secara divergen dan konvergen, yang pertama, peta pikiran adalah cara untuk menempatkan
informasi ke dalam otak dan mengambil informasi dari / ke luar otak, peta pikiran membantu
untuk mencatat secara kreatif, efektif, dan memetakan pikiran [4]. Kedua, metode
Biodrawing digunakan untuk merangsang otak visual dan salah satu media untuk
mengucapkan imajinasi, dengan aktivitas menggambar yang dapat membantu dalam
mengembangkan otak manusia [5]. Ketiga, studi pasar 3 dimensi adalah salinan dari objek
nyata untuk membatasi berbagai kesulitan yang dihadapi siswa, bayangan nyata objek masih
dapat dirasakan oleh peserta didik tanpa harus mengurangi struktur nyata, sehingga
pembelajaran dapat bermakna [6 ] Tjie dalam studi psikologi dan arsitektur menemukan
konsep transformasi, yang dapat membantu seseorang untuk berpikir dan bertindak kreatif
untuk menghasilkan temuan baru, dengan metode transformasi seperti substitusi, integrasi,
dan kombinasi [7]. Dan kemudian Tji, menemukan cara untuk mengubah ide menjadi karya
besar menggunakan konsep transformatik. Transformasi dari konsep menjadi desain terjadi
secara lambat dan dapat mengurangi bias tajam antara konsep dan gambar pra-desain sebagai
hasil desain. Ada 5 langkah konsep transformasi, dimulai dengan melakukan observasi.
Kedua, untuk mendapatkan temuan pertama, yaitu gagasan. Ketiga, tetapkan tujuan yang
ingin dicapai secara imajinatif. Keempat, ide-ide transformatif secara substitusi, integrasi, dan
kombinasi. Kelima, modifikasi produk, dan temuan baru akan dihasilkan [8]. Pengembangan
untuk program pembelajaran kreatif Studio Arsitektur 1, menggunakan model desain
pembelajaran berdasarkan kriteria yang diterapkan untuk pembelajaran kreatif adalah: (1)
model desain yang digunakan dalam tahap kursus; (2) dapat mengembangkan kursus Studio
Architecture 1; (3) dapat digunakan untuk merancang praktik ruang; (4) sebagai objek untuk
melakukan praktik, sebagai kegiatan utama untuk mengembangkan proses berpikir kreatif.
Berdasarkan kriteria yang diterapkan, dari beberapa model desain yang ada, yang paling
dekat dengan kriteria adalah Instructional Model Development (IMD) oleh M. Atwi
Suparman. Konsep, prinsip dan prosedur model ini memiliki niat untuk membantu bekerja
secara praktis berdasarkan konsep teoretis, setiap langkah dibuat sederhana, menghindari hal-
hal rumit, terlalu rinci dan yang membatasi kreativitas, dan tidak terlalu abstrak untuk
dijadikan panduan praktis . Praktek yang mengikuti setiap langkah IMD diarahkan untuk
mengembangkan setiap kursus, yang merupakan tanggung jawab dosen [9]. Belajar kreatif
membutuhkan dosen kreatif, dan mahasiswa dapat mengembangkan kreativitasnya, untuk
menciptakan hal-hal baru sesuai dengan data, informasi dan elemen yang ada, sehingga
mahasiswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi dan diharapkan memiliki
kemampuan untuk membuat karya agung yang diperoleh melalui pengetahuan dan
pengalaman mereka [10]. Komponen pembelajaran selanjutnya, menggunakan sistem untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Sistem dipimpin oleh komponen pembelajaran yang
dihubungkan dan berinteraksi untuk mencapai tujuan. Komponen-komponen ini adalah
tujuan atau kompetensi, materi, metode, media, strategi pembelajaran dan evaluasi [11].
Dalam penelitian ini, sebuah program pembelajaran telah dikembangkan yang menggunakan
pemikiran kreatif sebagai metode kursus Arsitektur Studio 1. Alasannya adalah pola pikir
kreatif dapat menghasilkan perilaku kreatif, perilaku kreatif mengarah pada menghasilkan
karya kreatif. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana menggunakan metode
berpikir kreatif sebagai strategi pembelajaran untuk program pembelajaran mata kuliah
Arsitektur Studio 1.
2. Metodologi Penelitian Penelitian ini adalah studi tentang pengembangan di bidang
pendidikan (Pendidikan dan Pengembangan Pendidikan). Penelitian ini dilaksanakan di kelas
Arsitektur Studio 1, pertimbangan dalam memilih program studi adalah karena program studi
ini adalah salah satu dari keseluruhan kelompok program studi utama Jurusan Arsitektur dan
merupakan pengetahuan dasar untuk kemampuan kerja berjenjang (Studio Arsitektur 1
hingga Studio Arsitektur 6 ). Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Arsitektur, Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta. Waktu penelitian dilakukan selama dua tahun
dan enam bulan. Subjek penelitian ini adalah 49 (empat puluh sembilan) Mahasiswa
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang memilih mengambil
mata kuliah Arsitektur Studio 1. Data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif dari posttest
dan pretest, data dianalisis dengan uji t untuk melihat efektivitas program setelah mengikuti
program pembelajaran kreatif. Data kualitatif dari hasil studi literatur, studi dokumen,
observasi, wawancara (kepada siswa, kolega dan para ahli). Data ini dianalisis dengan
menggambarkan secara naratif, menampilkan data, dan disimpulkan. Data uji validitas
dengan uji kredibilitas menggunakan triangulasi dari 3 (tiga) kolega dan 6 (enam) ahli (di
bidang pembelajaran desain, bidang arsitektur kreatif dan bidang media).

3. Hasil dan diskusi Hasil penelitian ini menghasilkan temuan-temuan seperti Formula
Berpikir Kreatif Arsitektur, peningkatan menuju Proses Desain Arsitektur Suwondo, Program
Pembelajaran Kreatif Arsitektur yang penuh dengan 5 (lima) Modul Pembelajaran, untuk
mengarahkan siswa dalam melakukan pembelajaran kreatif. Kelebihan menggunakan rumus
berpikir kreatif untuk program pembelajaran ini adalah bahwa siswa yang mengikuti program
pembelajaran kreatif dapat mengubah ide menjadi karya kreatif secara bertahap dan pasti.
Arsitektur Creative Thinking Formula, kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan
individu yang dibutuhkan siswa untuk membantu proses pemikiran mereka ketika mereka
mentransformasikan ide menjadi sebuah mahakarya. Jika siswa arsitektur terampil
menggunakan kemampuan berpikir kreatif, siswa dapat dengan mudah mandiri dalam
menciptakan karya arsitektur. Rumus ini bekerja dalam matriks implementasi dalam aktivitas
menggunakan rumus transformasi Lie Tjun Tjie, di setiap langkah, siswa diminta untuk
memaksimalkan cara otak bekerja secara divergen dan konvergen. Metode untuk
mengaktifkan otak bekerja secara divergen dan konvergen, yaitu dengan menggunakan
metode mind map, studi biodrawing, dan 3 dimensi, dalam setiap langkah konsep
transformasi Lie Tjun Tjie. Peningkatan Proses Desain Arsitektur Suwondo, Peningkatan
dalam Proses Desain Arsitektur Suwondo setelah menggunakan Formula Berpikir Kreatif
Arsitektur, sebelumnya terdiri dari 5 langkah, sekarang terdiri dari 8 langkah. Pada awalnya
terdiri dari 5 langkah, yaitu Data, Analisis Sintesis, Program Kebutuhan Ruang, Analisis
Sintesis, Konsep Pra-desain dan Pengembangan Desain. Peningkatan tersebut terdiri dari
Persiapan, Data, Analisis Sintesis, Program Kebutuhan Ruang, Analisis Sintesis, Konsep
Penyusunan, Analisis Sintesis, dan Pra-desain (Pengembangan Desain).

Program Pembelajaran Kreatif Arsitektur, Formula Berpikir Kreatif Arsitektur digunakan


sebagai metode pembelajaran, aplikasi ini terdaftar dalam 5 (lima) Modul Pembelajaran,
yaitu Modul Persiapan Desain Ruang, Transformasi Kegiatan Klien ke Modul Zonasi Ruang,
Transformasi Zonasi Ruang ke Massa Modul Bangunan, Modifikasi Modul Pembangunan
Massa dan Dokumentasi Modul Gambar Pra-desain. Hasil dari uji efektifitas Program
Pembelajaran Kreatif Arsitektur adalah, pertama, ada pencapaian skor di atas tingkat
penguasaan yang ditetapkan, yaitu 68 (B). Tingkat efektivitas yang telah dibuat oleh program
yang meningkatkan jumlah siswa yang mencapai skor di atas 68 (B) pada setiap percobaan.
Puncaknya adalah pada uji coba lapangan II, setiap siswa mencapai skor 68 (B) (gbr.4).

Gambar 4. Pencapaian tingkat penguasaan di atas skor 68 (dalam%). Kedua, perbandingan


skor antara pre test dan post test, efektivitas program pembelajaran kreatif telah menunjukkan
tingkat skor kemampuan siswa setelah percobaan diberikan. Hasil Uji t, menunjukkan rata-
rata skor antara pre dan post test berbeda nyata. Hasil uji coba dari tahap pertama hingga Uji
Coba Lapangan II, diketahui bahwa program pembelajaran kreatif layak dan efektif dan dapat
memberi siswa kemudahan untuk mengikuti pembelajaran mata kuliah Arsitektur Studio 1
(lihat gbr.5).

4. Kesimpulan Berdasarkan Uji Efektivitas Pembelajaran Kreatif Arsitektur, dapat


diklarifikasi bahwa Program Pembelajaran Kreatif Arsitektur terbukti secara signifikan
meningkatkan hasil proses belajar siswa. Arsitektur Pembelajaran Berpikir Kreatif adalah
metode pembelajaran yang digunakan dalam Program Pembelajaran Arsitektur Kreatif yang
sangat membantu dalam membimbing siswa untuk dengan mudah mengubah ide menjadi
karya arsitektur. Arsitektur Creative Thinking Formula juga memberikan kontribusi untuk
pengembangan Proses Desain Arsitektur Suwondo dari 5 langkah menjadi 8 langkah, yang
terbukti menjadi pedoman bagi siswa tingkat awal untuk melakukan proses desain secara
perlahan tapi pasti. Formula Berpikir Kreatif Arsitektur adalah kombinasi dari formula
transformatif Lie Tjun Tjie, cara otak bekerja, dan mempercepat metode berpikir kreatif.

Anda mungkin juga menyukai