A. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran merupakan sudut padang atau titik tolak guru terhadap
proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan akan terjadinya sebuah proses yang
sifatnya masih sangat umum,didalamnya mewadahi,menguatkan,menginspirasi,dan
melatari metode dalam suatu pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Pendekatan dalam pembelajaran secara garis besar dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu: teacher centered (berpusat pada guru) dan student centered (berpusat pada siswa).
Pendekatan Teacher Centered
Pada pendekatan ini, pembelajaran berpusat pada Guru sebagai seorang ahli yang memegang
kontrol selama proses pembelajaran dalam aspek organisasi, materi, dan waktu. Guru bertindak
sebagai pakar yang mengutarakan pengalamannya sehingga dapat menstimulus perkembangan
siswa.
Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan beberapa strategi seperti: pembelajaran
langsung (direct instruction), dan pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori.
Pendekatan Student Centered
1. `Pendekatan Saintifik
1. mengamati;
2. merumuskan masalah;
3. mengajukan/merumuskan hipotesis;
4. mengumpulkan data;
5. menganalisis data;
6. menarik kesimpulan;
7. mengomunikasikan.
2. Pendekatan Tematik
Pendidik mesti berpartisipasi dalam sebuah tim serta mempunyai tnggung jawab
untuk menyukseskan tujuan itu.
3. Pendekatan STEAM
STEAM adalah sebuah pendekatan pembelajaran terpadu yang mendorong siswa
untuk berpikir lebih luas tentang masalah di dunia nyata. STEAM juga mendukung
pengalaman belajar yang berarti dan pemecahan masalah, dan berpendapat bahwa sains,
teknologi, teknik, seni dan matematika saling terkait. Dalam STEAM, sains dan teknologi
dapat diartikan melalui seni dan teknik, termasuk juga komponen matematika.
3. Kombinasi lebih dari satu subjek dalam STEAM dan kegunaannya dalam seni
Dalam model pendidikan STEAM, seni tidak hanya dianggap sebagai subjek
tersendiri, tetapi sebagai titik akses ke semua mata pelajaran lainnya, dan juga sebagai
inovasi.
4. Pendekatan STEM
Science :
Technology :
Inovasi atau penemuan manusia yang dapat berupa perangkat lunak dan keras sebagai sarana
untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan manusia, sehingga dapat mempermudah pekerjaan
manusia untuk kehidupan yang lebih maju.
Engineering :
Mathematic :
Ilmu yang berhubungan dengan numerasi, pola perubahan dan hubungan, ruang dan bentuk.
keterampilan berpikir secara rasional dan logis serta bernalar, dan menggunakannya secara
sistematik dan terstruktur.
2. Pengertian STEM
Pendekatan pendidikan yang mengintegrasikan sains, teknonogi, enjiniring, dan matematika,
dengan memfokuskan proses pendidikan pada pemecahan masalah nyata dalam kehidupan
sehari-hari maupun kehidupan profesi (National STEM Education Center, 2014).
3. Karakteristik pendekatan pembelajaran berbasis STEM :
a. Integrasi antara Sains, Teknologi, Enjinering (mesin) dan Matematika dalam satu pokok
pembahasan.
b. Diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (PjBL)
c. Sesuai dengan kehidupan nyata, bersifat konstektual
d. Menyiapkan generasi yang memiliki SDM sesuai dengan kecakapan Abad 21
e. Sesuai dengan tuntutan revolusi industry 4.0
f. Penerapan pembelajaran yang bertujuan untuk melatihkan soft skill dan hard skill
4. Pola Pendekatan STEM dalam pembelajaran
STEM memiliki pola yang dikenal dengan istilah EDP (Engineering Design Process) atau
proses mendesain sebuah karya atau mesin. EDP ini kemudian memiliki banyak versi yang telah
dirumuskan para ahli, namun secara umum EDP memiliki pola sebagai berikut.
Perumusan masalah
Rencana solusi
Membuat dan Mengembangkan model
Menggunakan model
Mengevaluasi,
Mengomunikasikan dan merefleksi.
Penjelasan Pola EDP (Engineering Design Process) atau proses mendesain sebuah karya atau
mesin dalam pendekatan STEM
No Pola EDP Penjelasan
1 Define the problem Perumusan masalah
2 Plan Solutions Rencana solusi
3 Make a model Membuat dan Mengembangkan model
4 Test The model Menggunakan model
5 Reflect and redesign Mengomunikasikan, merefleksi, mengevaluasi, mendesain
ulang
D. Model Pembelajaran
Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan
dalam menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik, dan memberi petunjuk kepada
pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya.
Model perubahan konseptual merupakan salah satu model pembelajaran yang
berbasis konstruktivistik. Model perubahan konseptual adalah model pembelajaran yang
memfasilitasi siswa agar terjadi proses perubahan konsepsi, melalui pembangkitan dan
restrukturisasi konsepsi-konsepsi yang dibawa oleh siswa sebelum pembelajaran
(Santyasa, 2007a). Ozdemir (dalam Linuwih & Setiawan, 2010) mengklasifikasikan
konsepsi seseorang menjadi dua yaitu konsepsi ilmiah dan konsepsi alternatif
(miskonsepsi). Konsepsi ilmiah adalah konsepsi seseorang yang sama dengan konsepsi
para pakar. Konsepsi alternatif adalah konsepsi seseorang yang tidak sama dengan
konsepsi para pakar. Faktor penyebab konsepsi alternatif adalah intuisi sebagai
pengalaman kehidupan sehari-hari, pembelajaran, buku teks, fragmentasi, penggunaan
kerangka teori spesifik, dan apresiasi konseptual. Model perubahan konseptual
mengasumsikan bahwa setiap siswa yang akan mengikuti pembelajaran di kelas telah
mengalami miskonsepsi mengenai fenomena alam. Miskonsepsi itu perlu diperbaiki atau
dihilangkan dengan memberikan pelajaran melalui demonstrasi, analogi, konfrontasi dan
contoh-contoh tandingan (Cakir, 2008).
Model perubahan konseptual mengkonstruksi pengetahuan baru siswa dengan
memodifikasi konsep yang telah ada pada siswa. Model perubahan konseptual
mengisyaratkan dua fase sebelum akhirnya pengetahuan dapat dikonstruksi secara benar,
yaitu fase asimilasi dan akomodasi. Bila pengetahuan baru yang datang sesuai dengan
pengetahuan awal siswa, maka pengetahuan awal tersebut dikembangkan melalui
asimilasi. Melalui asimilasi siswa menggunakan konsep yang telah mereka miliki untuk
berhadapan dengan konsep baru. Apabila pengetahuan baru yang datang bertentangan
dengan pengetahuan awalnya, maka siswa mengubah konsepnya melalui akomodasi.
Proses akomodasi tersebut merupakan fenomena perubahan konseptual (Setyowati,
2011). Berdasarkan hal tersebut tampak bahwa, pengetahuan seseorang tidak sekali jadi,
melainkan dibentuk oleh individu tersebut secara berkelanjutan dengan memperbaiki dan
mengubah pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
1) Demonstrasi
Demonstrasi didefinisikan sebagai proses memperlihatkan sesuatu kepada orang lain atau
kelompok orang. Metode ini efektif digunakan bila jumlah siswa relatif banyak namun jumlah
alat penunjang praktikum terbatas. Melalui demonstrasi, siswa akan dihadapkan langsung pada
sebuah kejadian, sehingga dalam pikiran siswa terjadi konflik kognitif jika pengetahuan yang
mereka miliki bertentangan dengan kajadian nyata. Hal tersebut memberi peluang bagi siswa
untuk mengalami proses akomodasi sehingga terjadi proses perubahan konseptual dalam struktur
kognitif siswa secara menyeluruh. Akibatnya, miskonsepsi yang dialami siswa dapat berubah
menjadi konsepsi ilmiah.
2) Analogi
Konsep-konsep fisika banyak yang bersifat abstrak. Tidak semua fenomena fisis yang terjadi
dapat diamati secara kasat mata (non-observable), sehingga muncul kesulitan untuk
menerangkan fenomena tersebut. Guru sering kesulitan dalam menyebutkan contoh non-
observabel, sehingga siswa sulit membayangkannya. Konsep-konsep seperti itulah yang sering
membuat siswa mengalami miskonsepsi. Analogi didefinisikan sebagai suatu metode mengajar
dengan memberikan konsep-konsep nyata yang hampir sama dengan konsep-konsep yang masih
bersifat abstrak. Proses analogi menghadapkan siswa pada hal-hal yang tidak masuk akal,
kemudian secara perlahan-lahan dihadapkan pada hal yang masuk akal, sehingga mudah
diterima. Pemberian analogi diharapkan dapat membuat konsep tersebut menjadi lebih mudah
dipahami oleh siswa.
3) Konfrontatif
Sebelum memulai proses pembelajaran di kelas, seyogyanya guru menggali pengetahuan awal
siswa sehingga teridentifikasi konsep-konsep siswa yang masih berlabel miskonsepsi.
Berdasarkan hasil identifikasi tersebut, guru dapat menyediakan berbagai cara untuk
mengkonfrontasi secara aktual konsepsi siswa. Tujuannya adalah untuk menggoyahkan
miskonsepsi yang masih terdapat di dalam pikiran siswa, sehingga akhirnya mereka memiliki
konsepsi yang ilmiah.
4) Contoh-contoh Tandingan
Pemberian contoh-contoh tandingan yang relevan sangat membantu siswa dalam mengkonstruksi
pengetahuannya. Contoh-contoh tersebut, hendaknya mampu menantang miskonsepsi
siswa. Sajian contoh tandingan tersebut diharapkan dapat membuat siswa tertarik untuk
mempelajari konsep tersebut. Akibatnya, miskonsepsi berubah menjadi konsepsi ilmiah yang
kokoh.
1. Pengertian Quantum Teaching
Prinsip Quantum Teaching
Segalanya berbicara
Segalanya yang berada dilingkungan memberikan makna tentang belajar. Bahasa tubuh
yang ada pada seseorang sesungguhnya mengirimi pesan tentang belajar.
Segalanya bertujuan
Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang akan
menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa
telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa mereka pelajari.
Pada saat siswa mengambil langkah mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan
dan kepercayaan diri mereka.
Kelebihan Quantum Teaching.
Kekurangan Quantum Teaching
1. Memerlukan persiapan yang matang bagi guru dan lingkungan yang mendukung.
2. Memerlukan fasilitas yang memadai.
3. Model ini banyak dilakukan di luar negeri sehingga kurang beradaptasi dengan
kehidupan di Indonesia.
Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari prinsip “bawalah dunia mereka ke dunia
kita”. Dengan usaha menyertakan siswa dalam pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan
dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami.
Secara umum konsep tumbuhkan adalah sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan
keingintahuan, buatlah siswa tertarik atau penasaraan tentang materi yang akan diajarkan. Dari
hal tersebut tersirat, bahwa dalam pendahuluan (persiapan) pembelajaran dimulai guru
seyogyanya menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang positif,
lingkungan sosial (komunitas belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan
makna pada siswa, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu.
Alami
Tahap ini jika kita tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada kegiatan inti.
Konsep “alami” mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru harus memberi
pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun siswa sehingga menimbulkan
hasrat alami otak untuk menjelajah.
Pada konsep alami guru memberikan cara terbaik agar siswa memahami informasi, memberikan
permainan atau kegiatan yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki, sehingga
dapat memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengetahuan yang melekat.
Namai
Konsep ini berada pada kegiatan inti, yang “namai” mengandung maksud bahwa penamaan
memuaskan hasrat alami otak (membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai
pengalaman) untuk memberikan identitas, menguatkan dan mendefinisikan. Penamaan dalam hal
ini adalah mengajarkan konsep, melatih keterampilan berpikir dan strategi belajar. Pertanyaan
yang dapat memandu guru dalam memahami konsep “namai” yaitu perbedaan yang perlu dibuat
dalam belajar, apa yang harus guru tambahkan pada pengertian siswa, strategi kiat jitu, alat
berpikir yang digunakan untuk siswa ketahui atau siswa gunakan.
Demonstrasikan
Tahap ini masih pada kegiatan inti, pada tahap ini adalah memberi kesempatan siswa untuk
menunjukkan bahwa siswa tahu. Hal ini sekaligus memberi kesempatan siswa untuk
menunjukkan tingkat pemahaman terhadap materi yang dipelajari.
Ulangi
Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada penutup.
Tahap ini dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu
bahwa aku tahu ini”. Kegiatan ini dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan.
Guru memberikan ulangan tentang apa yang sudah dipelajari, strategi untuk
mengimplementasikan yaitu bisa dengan membuat isian “aku tahu bahwa aku tahu ini” hal ini
merupakan kesempatan siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru kepada orang lain
(kelompok lain), atau dapat melakukan pertanyaan pertanyaan post tes.
Rayakan
Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud memberikan rasa puas, untuk
menghormati usaha, ketekunan, dan kesusksesan yang akhirnya memberikan rasa kepuasan dan
kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan
siswa dalam belajar lebih lanjut.
Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai
berikut:
Orientasi. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong
siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang
akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan
untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa; (2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan
penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan
materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama
pembelajaran; dan(5) menginformasikan kerangka pelajaran.
Presentasi. Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-
konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi
dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu
relatif pendek;(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan
keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja
terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
Latihan terstruktur. Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-
latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik
terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar
dan mengoreksi respon siswa yang salah.
Latihan terbimbing. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh
guru untuk mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada
fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
Latihan mandiri. Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri,
fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90%
dalam fase bimbingan latihan.
Di lain pihak, Slavin (2003) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran langsung,
yaitu sebagai berikut.
Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk diterapkan
dalam pembelajaran:
Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan
memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan
menunjukkan keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut.
Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki
struktur yang jelas dan pasti.
Ketika guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilan-
keterampilan dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada
siswa, misalnya penyelesaian masalah (problem solving).
Ketika guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan intelektual
(misalnya menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau
bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang logis)
Ketika subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan
pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan.
Ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.
Ketika guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa
melakukan suatu kegiatan praktik.
Ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu
siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen.
Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan
penjelasan yang sangat terstruktur.
Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada siswa
atau ketika guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat
pada siswa.
Kelebihan model pembelajaran langsung:
Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan
informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai
apa yang harus dicapai oleh siswa.
Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang
mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan
faktual yang sangat terstruktur.
Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-
keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang
relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata
pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan
dan antusiasme siswa.
Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada
siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam
menyusun dan menafsirkan informasi.
Secara umum, ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan
lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang
pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa
dipaksa dan berpartisipasi dan dipermalukan.
Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model
pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu
permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, dan bagaimana suatu
pengetahuan dihasilkan.
Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan ”cara-cara disipliner dalam
memandang dunia (dan) dengan menggunakan perspektif-perspektif alternatif” yang
menyadarkan siswa akan keterbatasan perspektif yang inheren dalam pemikiran
sehari-hari.
Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar (misalnya
ceramah) dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok
belajar dengan cara-cara ini.
Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia
secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil
penelitian terkini.
Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi) dapat memberi siswa tantangan
untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara teori (yang seharusnya
terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat).
Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu
tugas dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika
siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas
tersebut.
Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila
model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru
sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.
Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung:
Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk
mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan
mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut,
guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal
kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar,
atau ketertarikan siswa.
Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi
siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi
pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap,
berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan,
teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.
Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang
tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran
langsung, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah,
kemandirian, dan keingintahuan siswa.
Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru.
Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan
model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan
banyak perilaku komunikasi positif.
Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model
pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup
untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru mengenai
bagaimana materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami atau
dikuasai oleh siswa. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk mendebat cara
pandang ini.
Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan
kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi
yang disampaikan.
Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa
percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui.
Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka
sendiri.
Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru
sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat
membuat siswa tidak paham atau salah paham.
Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya,
banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang
dimaksudkan oleh guru.
5. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan
hasil data processing (Syah, 2004:244).Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-
contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau
hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak,
apakah terbukti atau tidak.
6. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi
maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan
siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan
pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman
seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-
pengalaman itu.
Membangun pembelajaran.
Peran Masalah sebagai Awal Tantangan dan Motivasi dalam pembelajaran berbasis masalah
Berikut ini fase-fase yang dilalui dalam pelaksanaan model pembelajaran berbasis
masalah (Problem Based Learning/PBL)