Anda di halaman 1dari 12

REALISASI PANCASILA

Oleh : Mahlil Nurul Ihsan, S.Pd.I,M.Pd


Daftar Isi
A. Realisasi pancasila yang objektif
B. Penjabaran pancasila yang objektif
C. Realisasi pancasila yang subjektif
D. Internalisasi nilai-nilai pancasila
E. Proses pembentukan kepribadian pancasila
F. Sosialisasi dan pembudayaan pancasila
A. Realisasi pancasila yang objektif
Pengertian Pancasila yang objektif adalah pelaksanaan dalam bentuk realisasi
dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif, eksekutif
maupun yudikatif dan semua bidang kenegaraan dan terutama realisasi dalam
bentuk peraturan perundang-undangan negara Indonesia. Hal itu dapat dirinci
sebagai berikut:
1. Tafsir Undang-Undang Dasar 1945, harus dilihat dari sudut dasar filsafat negara
Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV
2. Pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 dalam undang-undang harus
mengingat dasar-dasar pokok pikiran yang tercantum dalam filsafat negara
Indonesia.
3. Tanpa mengurangi sifat-sifat Undang-Undang yang tidak dapat diganggu gugat,
interpretasi pelaksanaannya harus mengingat unsur-unsur yang terkandung
dalam filsafat negara.
4. Pelaksanaan Undang-Undang harus lengkap dan menyeluruh, meliputi seluruh
perundang-undangan di bawah Undang-Undang dan keputusan-keputusan
administrasi dari semua tingkat penguasa negara.
Pokok kaidah negara serta pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
pembukaan UUD1945 dan UUD 1945 juga didasarkan atas kerohanian Pancasila.
Bahkan yang terlebih penting lag adalah dalam realiasi pelaksanaan kongkritnya
yaitu dalam setiap penentuan kebijaksanaan di bidang kenegaraan antara lain:
1. Bentuk dan Kedaulatan dalam Negara
2. Hukum, perundang-undangan dan peradilan
3. Sistem Demokrasi
4. Pemerintah Pusat sampai Daerah
5. Politik dalam dan luar negeri
6. Keselamatan, keamanan dan pertahanan
7. Kesejahteraan
8. Kebudayaan
9. Pendidikan dan lain sebagainya
10.Tujuan Negara
11.Reformasi dan segala pelaksanaannya
12.Pembangunan Nasional dan lain pelaksanaan kenegaraan
B. Realisasi pancasila yang subjektif

Aktualisasi Pancasila yang subjektif adalah pelaksanaan pada setiap pribadi


perseorangan, setiap warga negara, setiap individu, seriap penduduk, setiap penguasa
setiap orang Indonesia. Aktualisasi Pancasila yang subjekltif justru lebih penting karena
realisasi yang subjektif merupakan persyaratan bagi aktualisasi Pancasila yang obejektif
(Notonegoro, 1975:44). Dengan demikian pelaksanaan Pancasila yang subjektif sangat
berkaitan dengan kesadaran, ketaatan serta kesiapan individu untuk merealisasikan
Pnacasila. Dalam inilah pelaksanaan Pancasila yang subjektif yang mewujudkan suatu
bentuk kehidupan dimana kesadaran wajib hukum, telah terpadu menjadi kesadaran wajib
moral. Dalam hal ini milai yang berkaitan pada diri seseorang adalah sikap dan tingkah laku
dalam realisasi Pancasila secara subjektif yang disebut moral Pancasila. Jadi aktualisasi
Pancasila yang bersifat subjektif ini lebih berkaitan dengan kondisi objektif, yaitu berkaitan
dengan norma-norma moral.
Dalam aktualisasi Pancasila yang bersifat subjektif bilamana nilai-nilai Pancasila tealh
diapahami, diresapi, dan dihayati oleh seseorang, maka orang itu telah memiliki moral
pandangan hidup. Jadi, aktualisasi subjektif dari Pancasila, meliputi pelaksanaan Pancasila
sebagai kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dalam
pelaksanaan kongkritnya tercemin dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari.
C. Internalisasi nilai-nilai pancasila
Realisasi nilai-nilai Pancasila dasar filsafat negara Indonesia, perlu secara berangsur-angsur
dengan jalan pendidikan baik disekolah, masyarakat, maupun di dalam keluarga sehingga
diperoleh hal – hal sebagai berikut:
1. Pengetahuan, yaitu suatu pengetahuan yang benar tentang Pancasila, baik aspek nilai,
norma maupun aspek praksisnya. Hal ini harus disesuaikan dengan tingkat
pengetahuan dan kemampuan individu. Tanpa pendidikan yang cukup maka dapat
dipastikan bahwa pemahaman tentang ideologi bangsa dan dasar filsafat Negara hanya
dalam tingkat-tingkat yang sangat pragmatis, dalam hal ini sangat berbahaya terhadap
ketahanan ideologi penerus bangsa.
2. Kesadaran, yaitu selalu mengetahui pertumbuhan keadaan yang ada dalam diri sendiri.
3. Ketaatan, yaitu selalu dalam keadaan kesediaan untuk memenuhi wajib lahir dan batin,
lahir berasal dari luar misalnya pemerintah, adapun wajib batin dari diri sendiri.
4. Kemampuan kehendak, yaitu yang cukup kuat sebagai pendorong untuk melakukan
perbuatan berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
5. Watak dan hati nurani, yaitu agar seseorang selalu mawas diri dan dapat menilai diri
sendiri dengan baik. Dengan demikian akan memiliki suatu ketahanan ideologi yang
berdasarkan keyakinan atas kebenaran Pancasila, sehingga dirinya akan merupakan
sumber kemampuan untuk memelihara, mengembangkan, mengamalkan, mewariskan,
merealisasikan Pancasila dalam segala aspek kehidupan.
Penjelasan
Pada dasarnya ada dua bentuk realisasinya yaitu bersifat
statis dan yang bersifat dinamis. Statis dalam pengertian intinya
atau esensinya (yaitu nilai-nilai yang bersifat rohaniah dan
universal). Sedangkan bersifat dinamis dalam arti bahwa
aktualisasinya senantiasa bersifat inovatif, sesuai dengan
dinamika masyarakat, perubahan, serta konteks lingkungannya.
Strategi dan metode proses internalisasi harus diikuti dengan
strategi serta metode yang relevan dan memadai. Oleh karena
itu dalam proses internalisasi dan aktualisasi harus diterapkan
strategi yang relevan serta metode yang efektif.
 
D. Proses pembentukan kepribadian pancasila
Pemahaman dan aktualisasi Pancasila sampai pada tingkat mentalitas,
kepribadian dan ketahanan ideologis adalah sebagai berikut :
1. Proses penghayatan diawali dengan memiliki tentang pengetahuan yang lengkap,
dan jelas tentang kebaikan dan kebenaran Pancasila
2. Kemudian ditingkatkan ke dalam hati sanubari sampai adanya suatu ketaatan,
yaitu suatu kesediaan yang harus senantiasa ada untuk merealisasikan Pancasila
3. Kemudian disusul dengan adanya kemampuan dan kebiasaan untuk melakukan
perbuatan mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan dalam bidang
kenegaraan dan bidang bermasyarakat
4. Kemudian ditingkatkan menjadi mentalitas, yaitu selalu terselenggaranya
kesatuan lahir batin, kesatuan akal, rasa, kehendak sikap dan perbuatan.
Mentalitas ini melalui suatu proses pengulangan dan kestabilan dan berkembang
menjadi watak.
5. Kemudian mengadakan penilaian sendiri setelah melakukan sesuatu perbuatan
yang bersangsi.
6. Bilamana kondisi peresapan dan aktualisasi Pancasila sampai pada tingkat yang
optimal, maka orang akan memiliki kepribadian Pancasila.
7. Sosialisasi dan pembudayaan Pancasila
8. Epistomologi realisasi nilai-nilai Pancasila
Penjelasan
Berdasarkan sistem epistemologis tersebut
maka revitalitas, relalisasi, sosialisasi dan
pembudayaan Pancasila, tidak mungkin secara
langsung dapat diamalkan, sehingga harus
melalui transformasi dari sistem nilai, norma,
kemudian dijabrakan dalam realisasi yang
bersifat praksis
E. Sosialisasi dan pembudayaan pancasila
Nilai-nilai Pancasila sebelum terbentuknya negara dan bangsa Indonesia
pada dasarnya terdapat secara sporadis dan fragmentaris dalam kebudayaan,
sistem sosial, nilai-nilai religius bangsa, yang tersebar di seluruh kepulauan
nusantara baik pada abad kedua puluh maupun sebelumnya, diaman masyarakat
Indonesia tealh mendapatkan kesempatan berkomunikasi dan beralkulturasi
dengan kebudayaan lain. Nilai-nilai tersebut dikembangkan oleh para pendiri
bangsa kemudian dikembangkan dan secara yuridis disahkan sebagai suatu dasar
negara, dan secara verbal tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
Wujud kebudayaan Pancasila yang bersifat kongkret yaitu berupa aktivitas
manusia dalam masyarakat, saling berinteraksi, sehingga terwujudlah suatu
sistem sosial. Hasil budaya manusia yang berupa benda-benda budaya atau
budaya fisik ini senantiasa bersumber pada kebudayaan Pancasila yang berupa
sistem nilai, yang merupakan pedoman dan pandangan hidup suatu masyarakat.
Penjelasan
Proses pembudayaan pada domain values (nilai). Proses
pembudayaan nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan
berbagai metode, namun yang terpenting sesuai dengan tingkat
pengetahuan kelompok masyarakat yang menjadi objek
pembudayaan.
Pembudayaan nilai-nilai Pancasila dapat juga berupa wujud
kebudayaan fisik yang dihasilakan oleh manusia. Wujud budaya
ini sering disebut sebagai benda-benda budaya. Benda-benda
budaya tersebut baik berupa sarana atau alat-alat dalam
kehiduapna bermasyarakat, maupun sebagai hasil ekspresi dan
kreasi manusia. Benda-benda budaya ini baik berupa benda
bergerak seperti mesin, kendaraan, serta hasil teknologi lainnya,
maupun benda tidak bergerak misalnya, tempat ibadah, pakaian,
candi, gapura, dan lain-lain.
KESIMPULAN
Realisasi Pancasila terbagi menjadi dua, yaitu realisasi secara objektif
dan realisasi secara subjektif. Aktualisasi objektif yaitu aktualisasi Pancasila
dalam berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan
negara antara lain legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Sedangkan
aktualisasi subjektif adalah aktualisasi Pancasila pada setiap individu
terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan
masyarakat.
Realisasi nilai-nilai Pancasila dasar filsafat negara Indonesia, perlu
dilakukan secara berangsur-angsur dengan jalan pendidikan baik di sekolah,
masyarakat, maupun di dalam keluarga. Agar realisasi dapat dilaksanakan
sebaik mungkin oleh seluruh lapisan masyarakat, sebelum merealisasikan
Pancasila dibutuhkan proses pembentukan kepribadian Pancasila. Dan juga,
realisasi Pancasila akan berjalan dengan baik jika adanya sosialisasi dan
pembudayaan Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai