Anda di halaman 1dari 12

AKTUALISASI PANCASILA

MAKALAH

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila
Hari/Tanggal : Kamis,
Pukul : 08:00 – 09.40 WIB

Dosen Pengampu :

Mulyadi, S.H., M.H.

Disusun Oleh:

Muhammad Reffarm Dwi Putra 1810611154

PROGRAM STUDI S1 HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAKARTA

2018
1

Abstraksi

Pancasila merupakan dasar bangsa Indonesia yang dibentuk pada sidang


pertama BPUPKI pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945. Sidang ini dihadiri oleh
founding father negara Indonesia. Pancasila tidak hanya gagasan dan pendapat
pembuatnya. Akan tetapi, merupakan cerminan hidup bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu. Oleh karena itu, Pancasila tidak hanya diyakini dan diucapkan
dalan hati, tetapi nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila perlu diterapkan dan
diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Perlu diingat pada zaman orde baru tepatnya pada tahun 1978 disahkan Tap
MPR No. II/MPR/1978 tentang pengamalan Pancasila dalam kehidupan
masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Tetapi, Tap MPR tersebut dicabut
pada zaman reformasi berdasarkan Tap MPR No. XVIII/MPR/1998 karena sudah
tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Pencabutan Tap MPR tersebut
merupakan salah satu factor Pancasila mulai dilupakan masyarakat milenial selain
anggapan bahwa Pancasila alat Soeharto untuk berkuasa di era orde baru.

Masyarakat milenial sekarang ini banyak yang tidak mengetahui ataupun tidak
paham nilai-nilai apa yang terkandung dalam Pancasila. Makalah ini akan
memberitahukan nilai-nilai apa saja yang ada dalam Pancasila dan bagaimana cara
mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Definisi atau Teori.


Secara etimologi aktualisasi berasal dari kata aktual yang berarti
betul-betul ada; terlaksana. Secara terminologi aktuaalisasi adalah
Aktualisasi merupakan suatu bentuk kegiatan melakukan realisasi antara
pemahaman akan nilai dan norma dengan tindakan dan perbuatan yang
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila berasal dari dua kata berbahasa sansekerta, yaitu panca
dan syila. Panca berarti lima dan syila berarti batu atau sendi. Menurut,
Moh. Yamin, Pancasila berarti berarti 5 aturan tingkah lauk penting.
Pancasila awalnya terdapat dalam kepustakaan Buddha di India. Ajaran
Pancasila menurut agama Buddha berarti lima aturan yang harus ditaati
dan dilaksanakan oleh penganut biasa atau awam1.
Jadi, aktualisasi Pancasila berarti penjabaran nilai-nilai Pancasila
dalam bentuk norma-norma, serta merealisasikannya dalam kehidupan
ber-Bangsa dan ber-Negara. Aktualisasi Pancasila sering disebut nilai
praksis Pancasila. Nilai praksis Pancasila adalah palaksanakan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan nyata sehari-hari baik dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
1.2. Rumusan Masalah.
a. Apa itu aktualisasi Pancasila?
b. Apa saja jenis-jenis aktualisasi Pancasila?
c. Bagaimana pelaksanaan nilai-nilai Pancasila pada masa Reformasi?
1.3. Tujuan
a. Mengetahui arti dari aktualisasi Pancasila.
b. Mengetahui jenis-jenis aktualisasi Pancasila.
c. Mengetahui sudah baik atau belum pelaksanaan nilai-nilai Pancasila
pada masa reformasi.

1
Kaelan, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma, 2010, hlm. 259.
3

BAB II

ANALISIS

2.1.Aktualisasi Pancasila2.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia mengandung
konsekwensi setiap aspek dalam penyelenggaraan negara dan semua sikap
dan tingkah laku bangsa Indonesia dalam bermasyarakat berbangsa dan
bernegara harus berdasarkan nilai-nilai dari Pancasila. Sebagaimana telah
dibahas dimuka bahwa nilai nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat
Pancasila adalah bersifat universal, kenegaran, maupun norma norma
moral yang harus dilaksanakan dan diamalkan oleh setiap warga negara
Indonesia.
Jadi dalam masalah ini kita sampai pada masalah aktualisasi nilai
nilai Pancasila dalam kaitannya dengan aspek pelaksanaan kenegaraan
maupun sikap moral semua warga negara Indonesia. Oleh karena itu
permasalahan pokok dalam aktualisasi Pancasila adalah bagaimana wujud
realisasi itu, yaitu bagaimana nilai-nilai Pancasila yang universal itu
dijabarkan dalam bentuk norma norma yang jelas dalam kaitannya dengan
tingkah laku semua warga negara dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, serta dalam kaitannya dalam aspek penyelenggaraan negara.
Selain itu dalam aktualisasi Pancasila diperlukan juga suatu kondisi
yang dapat menunjang terlaksananya aktualisasi Pancasila tersebut, baik
kondisi yang berkaitan dengan sikap setiap warga negara Indonesia dan
wujud realisasi aktualisasi Pnacasila. Maka perlu disadari oleh setiap
warga negara bahwa dalam bermasyarakat, berbangsa, bernegara setiap
warga negara memiliki hak dan kewajiban. Berdasarkan pada hakikat sifat
kodrat manusia bahwa setiap manusia adalah sebagai individu dan
sekaligus makhluk social. Dapat disimpulkan bahwa kita harus
merealisasikan Pancasila itu dalam setiap aspek penyelenggaran neara dan
setiap sikap dan tingkah laku kita dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
2.2.Jenis Aktualisasi Pancasila
Aktualisasi Pancasila dibagi menjadi dua, yaitu aktualisasi objektif
dan aktualisasi subjektif. Aktualisasi Pancasila yang objektif adalah
aktualisasi Pancasila dalam bidang kenegaraan yang meliputi kelembagaan
negara antara lain legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Aktualisasi Pancasila
pada kelembagaan-kelembagaan ini hendaknya berlandaskan keadilan,
kerakyatan, dan demokrasi. Selain itu juga aktualisasi Pancasila juga

2
Ibid., hlm. 267
4

meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya seperti politik, ekonomi,


hukum, hankam, dan pendidikan. Adapun aktualisasi Pancasila secara
subjektif adalah aktualisasi Pancasila pada setiap individu terutama aspek
moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat3.
d. Aktualisasi Pancasila Secara Objektif.
Aktualisasi Pancasila secara Obyektif artinya, realisasi penjabaran
nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara, baik dalam bidang Legislatif, Eksekutif, dan
Yudikatif, maupun semua bidang kenegaraan lainnya. Aktualisasi
Obyektif ini terutama berkaitan dengan peraturan perundang-
undangan Indonesia4. Berikut adalah realisasi aktualisasi objektif
dalam bentuk peraturan perundang-undangan negara Indonesia.5
 Tafsir Undang-Undang Dasar 1945, harus dilihat dari sudut
pandang filsafat negara Pancasila sebagaimana tercantum
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4.
 Pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 dalam Undang-
Undang Dasar 1945 dalam Undang-Undang harus mengingat
dasar-dasar poko pikiran yang terkandung dalam dasar filsafat
negara.
 Tanpa mengurangi sifat-sifat Undang-Undang yang tidak
dapat diganggu gugat, interpretasi pelaksanaannya harus
mengingat unsur-unsur yang terkandung dalam dasar filsafat
negara.
 Interpretasi pelaksanaan Undang-Undang harus lengkap dan
menyeluruh, meliputi seluruh perundang-undangan di bawah
Undang-Undang dan keputusan-keputusan administratif dari
semua tingkat penguasa negara, mulai dari pemerintahan pusat
sampai dengan alat-alat perlengkapan negara di daerah,
keputusan-keputusan pengadilan serta alat-alat
perlengkapannya, begitu juga meliputi usaha kenegaraan dan
kemasyarakatan dari rakyat.
 Dengan demikian seluruh hidup kenegaraan dan tertib hukum
Indonesia didasarkan atas dan diliputi oleh dasar dan filsafat
negara, asas politik dan tujuan negara yang berdasarkan pada
asas kerokhanian Pancasila. Bahkan yang terlebih penting lagi

3
Ibid.
4
Indrie Widyarti, Aktualisasi Pancasila dan Aktualisasi Pancasila dalam Era Globalisasi,
http://indrie7.blogspot.com/2013/04/aktualisasi-Pancasila-dan-aktualisasi.html, diakses 24
Oktober 2018, Jam 10.15 WIB.
5
Kaelan, Op. cit., 2010, hal. 270-271.
5

adalah dalam realisasi pelaksanaan di bidang kenegaraan


antara lain:
 Garis-Garis Besar Haluan Negara,
 Hukum dan perundang-undangan dan peradilan,
 Pemerintahan,
 Politik dalam dan luar negeri,
 Keselamatan, keamanan, dan pertahanan,
 Kesejahteraan,
 Kebudayaan,
 Pendidikan.

e. Aktualisasi Pancasila secara objektif


Aktualisasi Pancasila secara subjektif adalah aktualisasi Pancasila
dalam pada setiap individu terutama dalam aspek moral dalam
kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat. Aktualisasi
Pancasila secara subjektif tersebut tidak terkecuali baik warga negara
biasa, apparat penyelenggara negara, penguasa negara, dan kalangan
politik6.
Pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini
Contoh Pengamalan Pancasila Ke-1, 2, 3, 4, dan 5 dalam kehidupan
Sebagai berikut7.
 Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha
Esa Sila ini berhubungan terhadap perilaku kita sebagai umat
pertama pada Tuhannya. Berikut contoh sikap yang
mencerminkan di sila Pertama:
 Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
 Percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
 Tidak melakukan penistaan dari suatu agama seperti
melakukan pembakaran rumah rumah ibadah.
 Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

6
MBM. Munir, dkk., Pendidikan Pancasila, Malang: Madani Media, 2016., hlm. 210.
7
Eka, Contoh Pengamalan Sila Ke 1, 2, 3, 4, dan 5 Dalam Kehidupan,
https://ekacg.com/2015/09/contoh-pengamalan-pancasila-ke-1234-dan.html, diakses 6
November 2018, jam 15.53 WIB.
6

 Menjalani perintah agama sesuai ajaran agama yang dianut


masing-masing. Kita tidak boleh membeda-bedakan cara
bergaul hanya karena ras, suku dan agama
 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
 Membina kerjasama dan tolong menolong antar umat
beragama.
 Bersikap toleran kepada umat beragama yang lainya.
 Mengembankan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing
 Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Sila ini berhubungan terhadap perilaku kita sebagai
manusia yang pada hakikatnya semua sama di Dunia ini. Berikut
contoh sikap yang mencerminkan di sila Kedua :
 Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap
manusia tanpa membedakan.
 Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat
dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
 Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
 Tidak semena-mena terhadap orang lain.
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, seperti acara acara
bakti sosial, memberikan bantuan kepada panti panti asuhan
sebagai bentuk kemanusiaan peduli akan sesama.
 Senang membantu teman yang sedang mengalami kesusahan.
 Memberikan bantuan kepada korban bencana alam.
 Mengembangkan sikap tenggang rasa.
 Menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.
 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
 Mengembangkan sikap saling tenggang rasa.
 Menyadari bahwa kita mempunyai hak dan kewajiban yang
sama.
 Persatuan Indonesia
Sila ini berhubungan terhadap perilaku kita sebagai warna
Negara Indonesia untuk bersatu membangun negeri ini. Berikut
contoh sikap yang mencerminkan di sila Ketiga:
 Bangga dan cinta terhadap tanah air dan bangsa.
 Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara
7

 Mengembangkan sikap saling menghargai.


 Membina hubungan baik dengan semua unsur bangsa
 Memajukan pergaulan demi peraturan bangsa.
 Menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan Indonesia.
Mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan
pribadi arau golongan.
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
Sila ini beruhubungan terhadap perilaku kita untuk selalu
bermusyawarah dalam menyelesesaikan masalah. Berikut contoh
sikap yang mencerminkan di sila Keempat :
 Selalu mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat
dalam menyelesaikan permasalahan.
 Menghindari aksi “Walk Out” dalam suatu musyawarah.
 Menghargai hasil musyawarah.
 Ikut serta dalam pemilihan umum, pilpres, dan pilkada.
 Memberikan kepercayaan wakil-wakil rakyat yang telah
terpilih.
 Yang menjadi wakil rakyat juga harus mampu membawa
aspirasi rakyat.
 Kita tidak boleh memaksakan kehendak kita kepada orang
lain.
 Menghormati dan menghargai pendapat orang lain.
 Berhati besar untuk menerima keputusan apapun yang
dihasilkan oleh musyawarah.
 Bekerja sama untuk mempertanggung jawabkan keputusan
tersebut.
 Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Sila ini berhubungan dengan perilaku kita dalam bersikap
adil terhadap semua orang. Berikut contoh sikap yang
mencerminkan di sila Kelima :
 Menjunjung tinggi semangat kekeluargaan dan gotong
royong.
 Peduli terhadap penderitaan yang dialami orang lain.
 Tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan pihak
umum.
 Suka melakukan perbuatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan dan keadilan sosial.
8

 Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang


mencerminkan sikap dan suasana kekluargaan dan
kegotongroyongan.
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Menghormati hak-hak orang lain.
 Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
 Tidak bersifat boros, dan suka bekerja keras
 Tidak bergaya hidup mewah.
 Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata
dan berkeadilan sosial.
2.3.Penerapan Pancasila Pada Masa Reformasi.
Penerapan Pancasila pada masa reformasi ini mengalami
penurunan dibandingkan dengan masa orde baru. Penurunan tersebut
dipicu dari banyaknya penyimpangan Pancasila yang terjadi pada masa
orde baru seakan Pancasila dijadikan alat dalam berkuasa. Oleh karena itu,
pada zaman Reformasi kepercayaan masyarakat pada Pancasila terus
menurun.
Terlihat sekali penurunan tersebut dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Banyak masyarakat Indonesia yang sudah tidak berpegang lagi
dengan sila pertama dalam Pancasila. Dalam penerapan sila pertama
Pancasila, kita sebagai bangsa Indonesia harus saling menghormati dan
menyayangi antar umat beragama, berteman dengan umat antar agama,
dan biarkan umat beragama yang lain beribadah sesuai dengan keyakinan
dan kepercayaan masing-masing. Namun yang terjadi sekarang malah
terlihat terbalik dengan apa yang seharusnya, umat antar agama seakan
saling memusuhi, tempat peribadatan dirusak dan dibakar. Tidak sedikit
pula masyarakat yang tergolong ekstrimis tidak mau berteman dengan
orang yang berbeda agama.
Dalam tubuh lembaga-lembaga negara juga tidak kalah
menyimpang. Banyak pejabat-pejabat tinggi negara yang tidak
memperdulikan apa arti sila kelima Pancasila. Mereka berbuat hanya
untuk diri mereka sendiri, memperkaya diri, dan undang-undang dibuat
hanya untuk melindungi diri. Masyarakat hanya dipandang sebelah mata
oleh mereka, padahal karena masyarakatlah mereka menjadi pejabat-
pejabat negara, tetapi apabila mereka sudah bertengger diatas mereka tidak
memperdulikan masyarakat yang telah berjasa untuknya, pendapat,
amanat, kaluhan, dan masukan tidak juga direalisasikan. Setiap kritikan
yang dilontarkan oleh masyarakat seakan menjadi hinaan bagi para
pejabat, setiap kritikan pasti akan langsung dilaporkan.
9

Penegak hukum dan kehakiman yang seharusnya menjadi


pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat tidak luput dari penurunan
Pancasila. Masyarakat sudah banyak yang tahu bahwa apa yang dilakukan
penegak hukum dan kehakiman bertindak tidak adil bagi masyarakat. Hal
ini sangat sesuai dengan kalimat “Hukum Tumpul keatas tetapi tajam
kebawah” yang sudah tidak asing lagi bangsa Indonesia. Padahal kita lihat
pada penerapan sila kedua Pancasila kemanusiaan yang adil, yaitu tidak
melakukan tindakan sewena-wena terhadap orang lain dan sila kelima
Pancasila yang merupakan keadilan, bahwa seharusnya hukum tidak
memihak pada siapa saja.
10

Penutup

3.1.Kesimpulan
Pancasila merupakan dasar negara dan Indeologi bangsa Indonesia.
Pancasila diciptakan pada sidang pertama BPUPKI pada tanggal 29 Mei – 1
Juni 1945. Pancasila diciptakan untuk menjadi pedoman dalam berbangsa dan
bernegara. Dalam penerapannya di Indonesia khusunya pada masa reformasi,
Pancasila belum diterapkan secara maksimal. Hal ini diakibatkan pada saat
masa orde baru Pancasila seakan menjadi alat untuk berkuasa. Pada masa orde
baru telah dibuat tap MPR tentang penerapan Pancasila dalam berbangsa dan
bernegara yaitu tap MPR No. II/MPR/1978. Akan tetapi, pada masa
Reformasi Tap MPR tersebut dicabut berdasarkan tap MPR No.
XVIII/MPR/1998 dengan alasan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
zaman.
3.2.Saran
Mesikipun TAP MPR No. II/MPR/1978 telah dicabut kita sebagai bangsa
Indonesia seharusnya memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila bukan berupa Undang-Undang,
Pancasila bukan berupa secarik kertas yang ditulis oleh para founding father.
Akan tetapi, Pancasila merupakan perilaku yang telah diterapkan bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu. Oleh sebab itu Pancasila telah ada dalam
dirikita masing-masing dan tidak dapat dihilangkan. Hanya saja bagaimana
cara kita untuk melaksanakan, merealisasikan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
11

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, 2010, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma.

Munir, MBM., dkk., 2016, Pendidikan Pancasila, Malang: Madani Media.

Widyarti, Indrie, 2013, Aktualisasi Pancasila dan Aktualisasi Pancasila dalam


Era Globalisasi, indrie’s site, diakses 24 Oktober 2018,
http://indrie7.blogspot.com/2013/04/aktualisasi-Pancasila-dan-aktualisasi.html.

Eka, Contoh Pengamalan Sila Ke 1, 2, 3, 4, dan 5 Dalam Kehidupan, ekacg,


diakses 6 November 2018, jam 15.53 WIB,
https://ekacg.com/2015/09/contoh-pengamalan-pancasila-ke-1234-dan.html.

Anda mungkin juga menyukai