Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

AKTUALISASI PANCASILA DALAM BIDANG HUKUM DAN BIDANG


DEMOKRASI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pancasila yang diampu oleh Bapak:
Jupendri, M.Hum

Oleh :
Kelompok V

Alfin (210101221)
Agustini (210101220)
Mutia Anggi Syafitri (210101217)
Enjelika Meidilah (210101229)
Eliza Agustina (210101222)
Serli Marlianti (210101216)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIkes Al Insyirah)


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada kami, sehingga makalah kelompok dengan judul “Aktualisasi
Pancasila Dalam Bidang Hukum Dan Bidang Demokrasi” telah berhasil
diselesaikan. Makalah kelompok ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
Tugas Mata Kuliah Pancasila.
Selama penyusunan makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan
baik moral maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
kesempurnaan dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan dan membalas
segala budi baik semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.

Pekanbaru, 10 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan.............................................................................................. 1
C. Manfaat............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 2
A. Pengertian Aktualisasi...................................................................... 2
B. Aktualisasi Pancasila Sebagai Landasan Politik Hukum
Indonesia.......................................................................................... 2
C. Aktualisasi demokrasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.......................................................................................... 6

BAB III PENUTUP................................................................................. 8


A. Kesimpulan...................................................................................... 8
B. Saran................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai suatu dasar filsafat Negara maka sila- sila pancasila
merupakan suatu system nilai, oleh karena itu sila- sila dalam Pancasila itu
pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Meskipun dalam setiap sila
terkandung nilai- nilai yang memiliki perbedaan antara satu dengan yang
lainnya, namun kesemuanya itu tidak lain merupakan satu kesatuan yang
sistematis. Konsekuensinya realisasi maupun aktualisasi setiap sila atau
derivasi setiap sila senantiasa dalam hubungan yang sistematik dengan sila-
sila lainnya. Hal ini berdasarkan pada pengertian bahwa makna sila- sila
Pancasila yang berisi nilai nilai yang menjadi ideologi bangsa Indonesia dan
sumber pedoman masyarakat Indonesia perlu diaktualisasikan dalam
kehidupan kita . Nilai-nilai Pancasila itu bagi bangsa Indonesia menjadi
landasan, dasar serta motivasi atas segala perbuatan baik dalam kehidupan
sehari-hari, maupun dalam kehidupan kenegaraan. Dengan perkataan lain
bahwa nilai-nilai Pancasil merupakan Das sollen atau cita-cita tentang
kebaikan yang harus diaktualisasikan agar menjadi kenyataan atau das Sein.
Setiap bangsa di dunia senantiasa memiliki suatu cita- cita serta
pandangan hidup yang merupakan suatu basis nilai dalam setiap pemecahan
masalah yang dihadapi oleh bangsa tersebut. Bangsa yang hidup dalam
kawasan suatu Negara bukan terjadi secara kebetulan, melainkan melalui
suatu perkembangan kausalitas, dan hal ini menurut Ernest Renan dan Hans
Khons sebagai suatu proses sejarah terbentuknya suatu bangsa. Untuk
mencapai tujuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama dalam
melaksanakan pembangunan dan pembaruan maka harus mendasar pada
suatu kerangka pikir, sumber nilai serta arahan dalam tujuan pengaplikasian,
perelesasian maupun pengaktualisasian yang didasarkan pada nilai- nilai
Pancasila.
Dalam kehidupan kenegaraan harus senantiasa dilandasi oleh moral
kemanusiaan antara lain dalam kehidupan pemerintahan Negara, politik,
ekonomi, hukum, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta dalam

1
kehidupan keagamaan. Oleh karena itu di era reformasi dimana demokrasi
dibolehkan. Hal ini menyebabkan dinamika kehidupan.
Pancasila sebagai dasar negara bangsa Indonesia hingga sekarang
telah mengalami perjalanan waktu yang tidak sebentar, dalam rentang waktu
tersebut banyak hal atau peristiwa yang terjadi menemani perjalanan
pancasila, sehingga berdirilah pancasila seperti sekarang ini, didepan semua
bangsa indonesia.
Mulai peristiwa pertama saat pancasila dicetuskan sudah mulai banyak
konflik di internal para pencetusnya, hingga sekarang pun diera reformasi
dan globalisasi pancasila masih hangat dan diperbincangkan oleh banyak
kalangan pendidikan, terutama kalangan politik dan Mahasiswa.

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa system pemerintahan kita


berasal dari rakyat untuk rakyat, dimana cita – cita bangsa Indonesia akan
terwujud apabila rakyatnya ikut bekerjasama dalam bidang politik.
organisasi politik merupakan tempat dimana para pemimpin bangsa dengan
berbagai bidang yang mereka miliki akan menentukan perkembangan
bangsa ini. peran dan tanggung jawab seluruh pemimpin akan menentukan
masa depan suatu bangsa.maka dari itu jangan pernah abaikan sebuah
tanggung jawab apalagi terhadap sebuah bangsa.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian Aktualisasi
2. Untuk mengetahui aktualisasi pancasila di bidang Hukum
3. Untuk mengetahui aktualisasi pancasila di bidang Demokrasi
C. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat
menambah wawasan mengenai Aktualisasi Pancasila Dalam Bidang Hukum
Dan Bidang Demokrasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AKTUALISASI
Aktualisasi merupakan suatu bentuk kegiatan melakukan realisasi
antara pemahaman akan nilai dan norma dengan tindakan dan perbuatan
yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan aktualisasi
pancasila, berarti penjabaran nilai-nilai pancasila dalam bentuk norma-
norma, serta merealisasikannya dalam kehidupan berBangsa dan
berNegara. Dalam aktualisasi Pancasila ini, penjabaran nilai-nilai Pancasila
dalam bentuk norma-norma, dijumpai dalam bentuk norma hukum,
kenegaraan, dan norma-norma moral. Sedangkan realisasinya dikaitkan
dengan tingkah laku semua warga negara dalam masyarakat, berBangsa dan
berNegara, serta seluruh aspek penyelenggaraan negara.

Gambar1. Ideologi Bangsa Indonesia

Aktualisasi Pancasila, dapat dibedakan ke dalam 2 jenis :


1.      Aktualisasi Pancasila secara Obyektif
Aktualisasi Pancasila secara Obyektif artinya, realisasi
penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma dalam
setiap aspek penyelenggaraan negara, baik dalam bidang Legislatif,
Eksekutif, dan Yudikatif, maupun semua bidang kenegaraan
lainnya. Aktualisasi Obyektif ini terutama berkaitan dengan
peraturan perundang-undangan Indonesia

3
Contohnya : dalam penyelenggaraan kenegaraan maupun
tertib hukum Indonesia, asas politik dan tujuan negara, serta
pelaksanaan konkretnya didasarkan pada dasar falsafah negara
(Pancasila)
Seluruh hidup kenegaraan dan tertib hukum di Indonenesia
didasarkan atas serta diliputi oleh dasar filsafat negara, asas politik
dan tujuan negara, yakninya Pancasila, diantaranya:
-   Garis-garis Besar Haluan Negara.
-   Hukum, perundang-undangan dan peradilan.
-   Pemerintahan.
-   Politik dalam negeri dan luar negeri.
-   Keselamatan, keamanan dan pertahanan.
-   Kesejahteraan
-   Kebudayaan
-   Pendidikan dan lain sebagainya.
2.    Aktualisasi Pancasila secara Subyektif
Aktualisasi Subyektif, artinya realisasi penjabaran nilai-nilai
Pancasila dalam bentuk norma-norma ke dalam diri setiap pribadi,
perseorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap
penduduk, setiap penguasa dan setiap orang Indonesia. aktualisasi
ini berkaitan dengan kesadaran , ketaatan serta kesiapan individu
untuk mengamalkan Pancasila (norma-norma moral). Aktualisasi
Pancasila subyektif ini diharapkan dapat tercapai agar nilai-nilai
pancasila tetap melekat dalam hati sanubari bangsa Indonesia, dan
demikian itu disebut dengan Kepribadian Bangsa Indonesia
(Kepribadian Pancasila). Maka dengan hal inilah bangsa Indonesia
memiliki ciri karakteristik yang menunjukkan perbedaannya
dengan bangsa lain.
Aktualisasi Subyektif ini lebih penting dari Aktualisasi
Obyektif, karena Aktualisasi Pancasila yang subyektif merupakan
kunci keberhasilan Aktualisasi Pancasila secara Obyektif.

4
B. AKTUALISASI PANCASILA SEBAGAI LANDASAN POLITIK HUKUM
INDONESIA
1. Pengertian Politik Hukum
Istilah politik hukum mengandung 2 kata yaitu politik dan
hukum, dilihat dari perspektif etimologis, hubungan politik dengan
hukum dalam istilah politik hukum dapat dijelaskan sebagai berikut :
Istilah politik hukum dalam bahasa Belanda disebut “rechtspolitiek”.
Rechtspolitiek merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata “recht”
dan “politiek”. Kata “recht” berarti hukum. Hukum adalah seperangkat
aturan tingkah laku yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan kata
“politiek” atau “belied” berarti politik (kebijakan). Politik atau kebijakan
adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar
rencanan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak (Eddy Asnawi, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 11 Edisi
Khusus, Februari 2011: 16)
Selain itu politik hukum juga diartikan dengan legal policy
atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum yang akan diberlakukan baik
dengan pembuatan hukum baru maupun dengan penggantian hukum
lama, dalam rangka mencapai tujuan negara (Moh. Mahfud MD, 2012:
1). Satjipto Rahardjo mendefinisikan politik hukum sebagai aktifitas
memilih cara yang hendak dipahami untuk mencapai suatu tujuan sosial
dan hukum tertentu dalam suatu masyarakat (Satjipto Rahardjo, 2012:
352-353).
Abdul Hakim Garuda Nusantara mendefinisikan sistem
politik hukum sebagai legal policy/kebijakan hukum yang hendak
diterapkan atau dilaksanakan secara maksimal oleh suatu pemerintah
negara terntentu untuk yang dapat meliputi pelaksanaan konstitusi dan
ketentuan hukum yang ada, pembangunan hukum yang berintikan
pembaruan atas hukum yang telah ada dan pembuatan hukum-hukum
baru, penegasan pengisian lembaga penegak hukum sera pembinaan para
anggota dan peningkatan kesadaran hukum masyarakat menurut persepsi
elit pengambil kebijakan (Abdul Hakim Garuda Nusantar, September

5
1989: 5). Ada 3 model hubungan antara hukum dan politik. Pertama,
hukum determinan atas politik. Kenyataan hubungan seperti ini
didasarkan pada asumsi dan pandangan das sollen, apa yang seharusnya.
Kedua, politik determinan atas hukum, dimana hal ini didasarkan pada
pandangan menggunakan das sein, apa dan bagaimana kenyataannya.
Ketiga, berdasar pada asumsi das sollen-sein hubungan hukum dan
politik tak bisa dikatakan ada yang lebih dominan atau lebih unggul
karena keduanya secara simetris saling mempengaruhi. Kalau misalnya
politik diartikan sebagai kekuasaan, maka lahirlah pernyataa “politik dan
hukum itu determinan”, karena politik tanpa hukum itu zalim sedangkan
hukum tanpa politik itu lumpuh (Moh. Mahfud MD: 2013: vii-viii)
Bernard L. Tanya lebih menegaskan bahwa politik hukum sebagai
agenda hukum untuk mewujudkan tujuan bersama yakni hukum harus
hadir dalam mewujudkan tujuan hakiki hukum yaitu menjamin
pengaturan adil, memberi kepastian hukum dan mendistribusi manfaat.
Inilah yang membedakan politik hukum dengan politik yang lain seperti
politik ekoknomi, politik kebudayaan dan lain sebagainya. Jadi dalam
perspektif ini hukum tidak boleh dimanfaatkan untuk sembarang tujuan
diluar tujuan ideal bersama masyarakat, bangsa dan negara (Bernard L.
Tanya, 2011: 5).

2. Aktualisasi Pancasila Sebagai Landasan Politik Hukum Indonesia


Aktualisasi berarti pelaksanaan hingga benar-benar ada (terwujud),
pewujudnyataan atau pengejawantahan (AKA Kamarulzaman, Dahlan Y,
2005: 23) yang dalam konteks aktualisasi Pancasila disini berarti
bersamasama kita mewujudkan Pancasila sebagai landasan dalam
pembuatan hukum (Peraturan Perundang-Undangang) baru maupun
dengan penggantian hukum lama (politik hukum) agar dalam
pelaksanaannya dapat mencapai keadilan yang menjadi tujuan hakiki
hukum tersebut.
Indonesia lahir dengan Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara
yang sudah lahir terlebih dahulu pada sidang Dokuritsu Junbi Cosakai

6
(Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan) pada tanggal 1 Juni
1945. Pancasila adalah sebuah sistem filsafat yang merupakan rumusan
ideal dalam bangun keindonesiaan yang dicita-citakan bangsa. Berbagai
komponen bangsa seharusnya menggunakan dan mengembangkan
implementasi sistem filsafat Pancasila dalam berbagai bidang (Soejadi,
1999: 183). Namun realitasnya, menurut Benny Susetyo, Pancasila yang
sering diagung-agungkan sebagai falsafah bangsa, pedoman bertindak,
identitas nasional, sumber hukum, dan cita-cita nasional, namun
kenyataannya lebih sering dipandang sebagai simbol saja (Benny
Susetyo, 2010: 214)
Bagi bangsa Indonesia, nilai-nilai Pancasila bahkan ditempatkan
sebagai paradigma politik hukum. Pancasila memiliki nilai-nilai dasar
yang bersifat universal dan tetap. Nilai-nilai itu tersusun secara hierarkis
dan piramidal, mengandung kualiltas tertentu yang harus dicapai oleh
bangsa Indonesia yang akan diwujudkan menjadi kenyataan konkret
dalam kehidupan bermasyarakat (Kaelan, 2010: 70-71)
Dalam konteks politik hukum Pancasila dapat terlihat pada urgensi
sebagai dasar hukum dan sumber hukum nasional terlihat dalam berbagai
hasil seminar dan konvensi nasional, antara lain (Barda Nawawi Arief,
Makalah Seminar Nasional FH Trunojono, Bangkalan, 2009) ; Seminar
Hukum Nasional ke-II menyatakan bahwa pelaksanaan UUD 1945 yang
berlawanan dengan semangat dan jiwa Pancasila berarti manipulasi
konstitusi dan penghianatan terhadap Pancasila.
Seminar Hukum Nasional ke-IV menyatakan bahwa Pancasila
merupakan nilai-nilai kejiwaan bangsa; dasar tertib hukum Indonesia;
pedoman dan penunjuk arah; dan batu ujian mengenai kepatutan dan
perundangundangan. Dinyatakan pula, perncerminan nilai-nilai Pancasila
didalam perundang-undangan merupakan hakekat pembentukan sistem
hukum nasional
Seminar Hukum Nasional ke-V tahun 1990 menyatakan bahwa
pada akhir Repelita VI sudah harus tersusun pola pikir dan kerangka
sistem hukum nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

7
Seminar Hukum Nasional ke-VI tahun 1994 menyatakan bahwa sistem
hukum nasional yang juga merupakan sistem hukum Pancasila, harus
merupakan penjabaran dari seluruh sila-sila Pancasila secara
keseluruhan.
Rekomendasi Konvensi Hukum Nasional tahun 2008 dinyatakan bahwa
perlu disusun Grand Design Sistem dan Politik Hukum Nasional dengan
landasan UUD NRI 1945 sebagai landasan konstitusional dan Pancasila
sebagai landasan filosofisnya.
Disamping hasil seminar dan konvensi tersebut, kedudukan penting
Pancasila dalam sistem hukum nasional juga telah diatur dalam berbagai
peraturan perundang-undangan, seperti dalam Pasal 2 Undang-undang
Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan menyatakan bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala
sumber hukum negara. Dalam penjelasan Pasal 2 disebutkan bahwa
Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara
adalah sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan Pancasila sebagai
dasar dan ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa dan
negara sehingga setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan
tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Jadi jelaslah bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu melandasi
setiap politik hukum bangsa Indonesia.
Selain itu agar dapat mengaktualisasikan Pancasila dalam politik
hukum Nasional, maka sila-sila Pancasila harus dipandang sebagai suatu
sistem nilai, sehingga pada hakikatnya Pancasila merupakan satu
kesatuan. Adapun nilainilai yang terkandung dalam setiap sila adalah
sebagai berikut (Kaelan, 2010: 79-84) :
1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung nilai bahwa segala hal
yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara
bahkan moral negara, moral penyelenggara negara, politik negara,
pemerintahan negara, hukum dan peraturan perundang-undangan

8
negara, kebebasan dan hak asasi warga negara harus dijiwai nilai-nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah perwujudan nilai
kemanusiaan sebagai makhluk yang berbudaya, bermoral dan
beragama, serta adil dalam hubungan diri sendiri, sesama dan
lingkungannya.
3) Sila Persatuan dan Kesatuan mengandung nilai bahwa negara
Indonesia merupakan persekutuan diantara keberagaman yang
dilukiskan dalam Bhinneka Tunggal Ika. Nilai-nilai nasionalisme
harus tercermin dalam segala aspek penyelenggaraan negara.
4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan mengandung nilai bahwa negara adalah
dari, oleh dan untuk rakyat. Nilai demokrasi mutlak diterapkan dalam
kehidupan bernegara, baik menyangkut aspek moralitas kenegaraan,
aspek politik, maupun aspek hukum dan perundang-undangan.
5) Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengandung nilai
yang merupakan tujuan negara sebagai tujuan bersama. Nilai keadilan
harus terwujud dalam kehidupan bersama (keadilan sosial) yang
bertujuan untuk kesejahteraan seluruh warga negara.
Barda Nawawi menyatakan bahwa sistem hukum nasional (SHN)
pada hakikatnya adalah Sistem Hukum Pancasila. Apabila dijabarkan
lebih lanjut, sistem hukum Pancasila adalah SHN yang
berlandaskan/berorientasi pada tiga pilar/nilai keseimbangan Pancasila,
yaitu :
a) berorientasi pada nilai-nilai “Ketuhanan” (bermoral religius);
b) berorientasi pada nilai-nilai “Kemanusiaan” (humanistik); dan
c) berorientasi pada nilai-nilai “Kemasyarakatan” (nasionalistik;
demokratik; berkeadilan sosial).
Mochtar Kusumaatmadja yang menyatakan bahwa dalam negara
hukum (Rule of law) untuk Republik Indonesia harus menganut asas dan
konsep Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, yakni
(Mochtar Kusumaatmadja, 1972: 11):

9
1) Asas Ketuhanan (mengamanatkan bahwa tidak boleh ada produk
hukum nasional yang anti agama).
2) Asas Kemanusiaan (mengamanatkan bahwa hukum nasional harus
menjamin, melindungi hak asasi manusia).
3) Asas Kesatuan dan Persatuan (mengamanatkan bahwa hukum
Indonesia harus merupakan hukum nasional yang berlaku bagi seluruh
bangsa Indonesia, berfungsi sebagai pemersatu bangsa).
4) Asas Demokrasi (mengamanatkan bahwa kekuasaan harus tunduk
pada hukum yang adil demokratis).
5) Asas Keadilan Sosial (mengamanatkan bahwa semua warga negara
mempunyai hak yang sama bahwa semua orang sama dihadapan
hukum).
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas Pancasila menjadi landasan
atas politik hukum Indonesia. Hukum harus berdasarkan pada Pancasila,
produk hukum boleh dirubah sesuai dengan perkembangan zaman dan
pergaulan masyarakat, tentunya Pancasila harus menjadi kerangka
berfikir. Pancasila dapat memandu politik hukum nasional dalam
berbagai bidang, yaitu (Moh. Mahfud MD, 2006: 17-18)
1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi landasan politik hukum yang
berbasis moral agama
2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Esa menjadi landasan
politik hukum yang menghargai dan melindungi hak-hak asasi
manusia yang nondiskriminatif
3) Sila Persatuan Indonesia menjadi landasan politik hukum yang
mempersatukan seluruh unsur bangsa dengan berbagai ikatan
primordialnya masing-masing
4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan menjadi landasan politik hukum yang
meletakkan kekuasaan di bawah kekuasaan rakyat (demokratis)
5) Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia menjadi landasan
politik hukum dalam hidup bermasyarakat yang berkeadilan sosial

10
sehinga mereka yang lemah secara sosial dan ekonomis tidak ditindas
oleh mereka yang kuat secara sewenang-wenang
Menurut Mahfud MD, ada dua alasan pokok yang menyebabkan
Pancasila tidak dapat diganggu gugat, yaitu yang pertama, Pancasila
sangat cocok dijadikan platform kehidupan bersama bagi bangsa
Indonesia yang sangat majemuk agar tetap terikat erat sebagai bangsa
yang bersatu, dan yang kedua, Pancasila termuat dalam pembukaan
UUDNRI 1945 yang di dalamnya ada pernyataan kemerdekaan oleh
bangsa Indonesia sehingga jika pancasila diubah maka berarti
Pembukaan UUDNRI pun diubah. Pancasila telah mampu memposisikan
dirinya sebagai tempat untuk kembali jika bangsa Indonesia terancam
perpecahan.

C. AKTUALISASI DEMOKRASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN


BERBANGSA DAN BERNEGARA
1. Demokrasi Pancasila dalam Konsep dan Teori Bernegara Indonesia
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang didasarkan pada
asas kekeluargaan dan kegotongroyongan yang ditujukan kepada
kesejahteraan rakyat, yang mengandung unsur-unsur berkesadaran
religius, kebenaran, kecintaan dan budi pekerti luhur, berkepribadian
Indonesia dan berkesinambungan.
Dalam demokrasi Pancasila, sistem pengorganisasian negara
dilakukan oleh rakyat sendiri atau dengan persetujuan rakyat. Kebebasan
individu dalam demokrasi pancasila tidak bersifat mutlak, tetapi harus
diselaraskan dengan tanggung jawab sosial.
Keuniversalan cita-cita demokrasi dipadukan dengan cita-cita
hidup bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan,
sehingga tidak ada dominasi mayoritas atau minoritas.
Demokrasi Pancasila pada hakikatnya merupakan norma yang
mengatur penyelenggaraan kedaulatan rakyat dan penyelenggaraan
pemerintahan negara, dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya,
dan pertahanan keamanan, bagi setiap warga negara Republik Indonesia,

11
organisasi kekuatan sosial politik, organisasi kemasyarakatan, dan
lembaga kemasyarakatan lainnya serta lembaga-lembaga negara baik di
pusat maupun di daerah.
Demokasi Pancasila memiliki prinsipprinsip yang berlaku, seperti:
1) Kebebasan atau persamaan (Freedom/ Equality).
Kebebasan/persamaan adalah dasar demokrasi. Kebebasan dianggap
sebagai sarana mencapai kemajuan dan memberikan hasil maksimal
dari usaha orang tanpa pembatasan dari penguasa. Dengan prinsip
persamaan semua orang dianggap sama, tanpa dibedabedakan dan
memperoleh akses dan kesempatan bersama untuk mengembangkan
diri sesuai dengan potensinya. Kebebasan yang dikandung dalam
demokrasi Pancasila ini tidak berarti Free Fight Liberalism yang
tumbuh di Barat, tapi kebebasan yang tidak mengganggu hak dan
kebebasan orang lain.
2) Kedaulatan Rakyat (people’s Sovereignty). Dengan konsep
kedaulatan rakyat, hakikat kebijakan yang dibuat adalah kehendak
rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Mekanisme semacam ini akan
mencapai dua hal; yaitu, kemungkinan terjadinya penyalahgunaan
kekuasaan sangatlah kecil, dan kepentingan rakyat dalam tugas-
tugas pemerintahan lebih terjamin. Perwujudan lain dari konsep
kedaulatan adalah adanya pengawasan oleh rakyat. Pengawasan
dilakukan karena demokrasi tidak mempercayai kebaikan hati
penguasa.
3) Pemerintahan yang terbuka dan bertanggung jawab yang memiliki
prinsip-prinsip
a) Dewan Perwakilan Rakyat yang representatif. b) Badan
kehakiman/peradilan yang bebas dan merdeka. c) Pers yang bebas,
d) Prinsip Negara hukum, e) Sistem dwi partai atau multi partai. f)
Pemilihan umum yang demokratis. g) Prinsip mayoritas. h) Jaminan
akan hak-hak dasar dan hak-hak minoritas.
Di Indonesia, prinsip-prinsip demokrasi telah disusun sesuai
dengan nilai-nilai yang tumbuh dalam masyarakat, meski harus dikatakan

12
baru sebatas demokrasi prosedural, dalam proses pengambilan keputusan
lebih mengedepankan voting ketimbang musyawarah untuk mufakat, yang
sejatinya merupakan azas asli demokrasi Indonesia. (bukankah voting itu
asas asli demokrasi liberal, jadi apa tidak berkebalikan). Praktek
demokrasi ini tanpa dilandasi mental state yang berakar dari nilainilai
luhur bangsa merupakan gerakan omong kosong belaka.

Ada beberapa unsur demokrasi yang dikemukakan oleh para Ahli


di antaranya adalah:
1) Menurut Sargen, Lyman Tower (1987), unsur demokrasi meliputi
keterlibatan rakyat dalam mengambil keputusan politik, tingkat
persamaan hak antarmanusia, tingkat kebebasan dan kemerdekaan
yang dimiliki oleh warga Negara, sistem perwakilan dan sistem
pemilihan ketentuan mayoritas.
2. Afan Gaffar (1999), unsur demokrasi meliputi akuntabilitas, rotasi
kekuasaan, rekruitmen politik yang terbuka, pemilihan umum, dan
hak-hak dasar.
3) Menurut Marriam Budiardjo (1977), terdapat beberapa unsur
demokrasi, yaitu perlunya dibentuk lembaga-lembaga demokrasi
untuk melaksanakan nilainilai demokrasi, yaitu pemerintahan yang
bertanggung jawab, Dewan Perwakilan Rakyat, organisasi politik,
pers dan media massa, serta peradilan yang bebas.
4) Menurut Frans Magnis Suseno(1997), menyebutkan ada lima
gugus ciri hakiki Negara demokrasi. Kelima gugus demokrasi
tersebut adalah negara hukum, pemerintahan di bawah kontrol nyata
masyarakat, pemilihan umum yang bebas, prinsip mayoritas dan
adanya jaminan terhadap hak-hak demokrasi.

2. Upaya Aktualisasi Demokrasi Pancasila di Indonesia


Sistem ketatanegaraan yang dianut oleh Undang-Undang Dasar
1945 adalah negara demokrasi konstitusional, dengan menganut asas
demokrasi Pancasila. Dalam aktualisasinya,

13
Demokrasi Pancasila didasarkan pada Pembukaan Undang
Undang Dasar 45 alinea ke 4, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, yang
mengandung semangat ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Demokrasi Pancasila juga diartikan sebagai demokrasi yang


dihayati oleh bangsa dan negara Indonesia yang dijiwai dan
diintegrasikan oleh nilai-nilai luhur Pancasila. Dalam menganut asas
demokrasi Pancasila, sistem pengorganisasian negara dilakukan oleh
rakyat sendiri atau dengan persetujuan rakyat, dimana keluhuran
manusia sebagai makhluk Tuhan dalam bidang politik, ekonomi, sosial
budaya dan pertahanan keamanan diakui, ditaati dan dijamin atas dasar
kenegaraan Pancasila.
Pemerintah berdasarkan atas demokrasi konstitusional tidak
bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Konstitusi di sini
diartikan dalam arti luas, sebagai living constitution, baik yang tertulis
yang disebut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, maupun hukum dasar yang tidak tertulis (konvensi), seperti
aturanaturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis.
Kedaulatan rakyat dengan sistem perwakilan atau demokrasi
biasa disebut sistem demokrasi perwakilan (representative democracy)
atau demokrasi tidak langsung (indirect democracy).
Dalam praktek, pihak yang menjalankan kedaulatan rakyat itu
adalah wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat
yang disebut parlemen. Agar wakil-wakil rakyat dapat bertindak atas
nama rakyat, wakil-wakil rakyat itu harus ditentukan sendiri oleh
rakyat, yaitu melalui pemilihan umum (general election). Dengan
demikian, pemilihan umum itu tidak lain merupakan cara yang
diselenggarakan untuk memilih wakil-wakil rakyat secara demokratis.

14
Secara ideal pemilihan umum bertujuan agar terselenggaranya
perubahan kekuasaan pemerintahan secara teratur dan damai sesuai
dengan mekanisme yang dijamin oleh konstitusi.
Tradisi berpikir bebas atau kebebasan berpikir (freedom of
expression) itu pada gilirannya mempengaruhi tumbuh kembangnya
prinsip-prinsip kemerdekaan berserikat atau berorganisasi (freedom of
association) dan kemerdekaan berkumpul (freedom of assembly) dalam
dinamika kehidupan masyarakat demokratis yang bersangkutan.
Ismail Sunny menyatakan, Pemilihan umum adalah suatu
kepastian dan suatu lembaga yang sangat vital untuk demokrasi. Suatu
pemilihan yang bebas berarti bahwa dalam jangka waktu tertentu rakyat
akan mendapat kesempatan untuk menyatakan hasratnya terhadap
garisgaris politik yang harus diikuti oleh negara dan masyarakat
terhadap orang-orang yang harus melaksanakan kebijaksanaan itu.
Pasal 22 ayat (1) UUDNRI Tahun 1945 menyebutkan bahwa,
Pemilihan Umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur dan adil setiap lima tahun sekali. Ada dua manfaat yang sekaligus
sebagai tujuan atau sasaran langsung yang hendak dicapai dengan
pelaksanaan pemilu yaitu, pembentukan atau pemupukan kekuasaan
yang otoritas dan mencapai tingkat keterwakilan politik (political
representativeness).
Selain itu Pemilu juga merupakan salah satu hak asasi warga
negara yang sangat prinsipil, karena dalam pelaksanaan hak asasi adalah
suatu keharusan pemerintah untuk melaksanakan pemilu. Oleh karena
itu, pemilu adalah suatu syarat yang mutlak bagi negara demokrasi
untuk melaksanakan kedaulatan rakyat.
Hal ini merupakan perwujudan dari hak asasi manusia. Dalam
pasal 28D ayat (3) berbunyi, Setiap warga negara berhak memperoleh
kesempatan yang sama dalam pemerintahan. Pengertiannya, setiap
orang memiliki hak untuk memilih dan dipilih dalam penyelenggaraan
pemerintahan.

15
Pemilihan umum pada dasarnya memiliki empat fungsi utama
yakni, pembentukan legitimasi penguasa, pembentukan perwakilan
politik rakyat, sirkulasi elite penguasa, dan pendidikan politik.
Tujuan penyelenggaraan pemilihan umum (general election)
pada pokoknya dapat dirumuskan menjadi empat, yaitu:
a. Untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan
pemerintahan secara tertib dan damai.
b. Untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan
mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan.

c. Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat, dan

d. Untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara.


Pemilihan umum juga bertujuan untuk memungkinkan terjadinya
peralihan pemerintahan dan pergantian pejabat negara yang diangkat
melalui pemilihan (elected public officials). Yang dimaksud di sini adalah
pemilihan umum harus membuka kesempatan sama untuk menang atau
kalah bagi setiap peserta pemilihan umum itu, karena pemilihan umum
sejatinya adalah hak setiap orang sebagai warga negara.
Tujuan ketiga dan keempat pemilihan umum adalah untuk
melaksanakan kedaulatan rakyat dan melaksanakan hak asasi warga
negara. Hak-hak politik rakyat untuk menentukan jalannya pemerintahan
dan fungsi-fungsi negara dengan benar menurut UUDNRI 1945 adalah
hak rakyat yang sangat fundamental. Karena itu, penyelenggaraan
pemilihan umum, di samping merupakan perwujudan kedaulatan rakyat,
juga merupakan sarana pelaksanaan hak asasi warga negara.
Pengaturan mengenai hak asasi manusia di bidang politik yang
sangat berkaitan dengan pemilihan umum adalah ketentuan pasal 28E ayat
(3) yang merumuskan bahwa, Setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Kebebasan berserikat
dan berkumpul dapat diwujudkan dalam bentuk keikutsertaan warga
negara untuk berpartisipasi dalam partai politik yang diakui
keberadaannnya oleh peraturan perundang-undangan. Sedangkan
kebebasan untuk mengeluarkan pendapat diwujudkan dalam bentuk

16
keikutsertaan warga negara untuk menentukan wakil-wakilnya yang akan
duduk dalam badan perwakilan rakyat maupun sebagai Presiden yang
diwujudkan melalui pemilihan umum itu sendiri.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila dan UUD 1945 merupakan dua hal yang saling berdampingan
dalam melengkapi tujuan dari bangsa Indonesia yang telah dirumuskan oleh
foundng fathers. Nilai-nilai yang terkadung dalam Pancasila sudah seharusnya
diimplementasikan sebagai cerminan bangsa dalam bertindak. Dinamika
dalam mengaktualisasikan nilai Pancasila ke dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan benegara adalah suatu keniscayaan, agar Pancasila tetap selalu
relevan dalam fungsinya memberikan pedoman  bagi pengambilan
kebijaksanaan dan pemecahan masalah dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Agar loyalitas warga masyarakat dan warganegara terhadap
Pancasila tetap tinggi. Di lain pihak, apatisme dan resistensi terhadap
Pancasila bisa diminimalisir.
Substansi dari adanya dinamika dalam aktualisasi nilai Pancasila dalam
kehidupan praksis adalah selalu terjadinya perubahan dan pembaharuan dalam
mentransformasikan nilai Pancasila ke dalam norma dan praktik hidup dengan
menjaga konsistensi, relevansi, dan kontekstualisasinya. Sedangkan perubahan
dan pembaharuan yang berkesinambungan terjadi apabila ada dinamika
internal (self-renewal) dan penyerapan terhadap nilai-nilai asing yang relevan
untuk pengembangan dan penggayaan ideologi Pancasila. Muara dari semua
upaya perubahan dan pembaharuan dalam mengaktualisasikan nilai Pancasila
adalah terjaganya akseptabilitas dan kredibilitas Pancasila oleh warga negara
dan warg amasyarakat Indonesia.
B. Saran

17
Sebagai generasi penerus bangsa sudah sepatutnya kita dapat
mengimplemetasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Untuk
semakin memperkokoh rasa bangga terhadap Pancasila, maka perlu adanya
peningkatan pengamalan butir-butir Pancasila dari sila ke 1 sampai ke 5.

18
DAFTAR PUSTAKA

Alfian. (1990). Pancasila Sebagai Ideologi dalam Kehidupan Politik.


Jakarta: Perum Percetakan Negara.
Asshiddiqie, Jimly. (2011). Hukum Tata Negara & Pilar-Pilar Demokrasi.
Jakarta: Sinar Grafika.
Budiardjo, Miriam. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, Cetakan ketiga.
Buyung N., Adnan. (2010). Pikiran dan Gagasan: Demokrasi Konstitusional.
Jakarta: Kompas.
Dahl, Robert A. (1992) Demokrasi dan Para Pengkritiknya. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Dede, Mariana dan Paskarina, Caroline. (2008). Demokrasi dan Politik
Desentralisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hatta, Mohammad. (1977). Menuju Negara Hukum. Jakarta: Idayu Press.

19

Anda mungkin juga menyukai