Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MK PANCASILA

AKTUALISASI NILAI-NILAI PANCASILA

OLEH KELOMPOK 10 (KELAS B)


1. MUHAMMAD EDO (03021281722074)
2. ARMA YOGA KURNIA PUTRA (03021281722076)
3. APRILLIANTO (03021281722078)

DOSEN PEMBIMBING : NUKMAL HAKIM


PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
FT UNSRI INDRALAYA
2017
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
II. MASALAH
III. PEMBAHASAN
IV. KESIMPULAN
V. DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
II. MASALAH
1.1.
1.2.
2.1.
2.2.
3.1.
3.2.
II. PEMBAHASAN

1.1 Aktualisasi Pancasila


Sebelum kita masuk pada pokok bahasan kita perlu tau lebih dulu apa makna
sebenarnya dari aktualisasi tersebut. Menurut kamus besar bahasa Indonesia,
aktualisasi diambil dari kata actual yaitu betul betul ada (terlaksana). Jadi
aktualisasi Pancasila adalah mengaplikasikan atau mewujudkan nilai nilai Pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia mengandung konsekuensi
setiap aspek dalam penyelenggaraan negara dan sikap dan tingkah laku bangsa
Indonesia dalam bermasyarakat dan bernegara harus berdasar pada nilai nilai
Pancasila. Hakikat Pancasila adalah bersifat universal, tetap dan tidak berubah. Nilai
nilai tersebut perlu dijabarkan dalam setiap aspek dalam penyelenggaraan negara
dan dalam wujud norma norma baik norma hukum, kenegaraan, maupun norma
norma moral yang harus dilaksanakan oleh setiap warga negara Indonesia.
Permasalah pokok dalam aktualisasi Pancasila adalah bagaimana wujud
realisasinya itu, yaitu bagaimana nilai nilai pancasila yang universal itu dijabarkan
dalam bentuk bentuk norma yang jelas dalam kaitannya dengan tingkah laku
semua warga negara dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta dalam
kaitannya dengan segala aspek penyelenggaraan negara.
Berdasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia bahwa setiap manusia adalah
sebagai individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Kesepakatan kita sebagai
suatu kesepakatan yang luhur untuk mendirikan negara Indonesia yang berdasarkan
pada Pancasila mengandung konsekuensi bahwa kita harus merealisasikan Pancasila
itu dalam setiap aspek penyelenggaraan negara dan tingkah laku dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bagi bangsa Indonesia merealisasikan
Pancasila adalah merupakan suatu keharusan moral maupun yuridis.
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi
Pancasila obyektif dan subyektif :
1. Aktualisasi Pancasila yang Objektif
Aktualisasi Pancasila obyektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam
berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara
antara lain legislatif, eksekutif maupun yudikatif. Selain itu juga meliputi
bidang bidang aktualisasi lainnya seperti politik, ekonomi, hukum
terutama dalam penjabaran ke dalam undang undang, GBHN, pertahanan
keamanan, pendidikan maupun bidang kenegaraan lainnya.
Selain itu juga meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya seperti
politik, ekonomi, hukum terutama dalam penjabaran ke dalam undang-
undang, GBHN, pertahanan keamanan, pendidikan maupun bidang
kenegaraan lannya. Adapun aktualisasi Pancasila Subyektif adalah
aktualisasi Pancasila pada setiap individu terutama dalam aspek moral
dalam kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat. Aktualisasi yang
subjektif tersebut tidak terkecuali baik warga negara biasa, aparat
penyelenggara negara, penguasa negara, terutama kalangan elit politik
dalam kegiatan politik perlu mawas diri agar memiliki moral Ketuhanan
dan Kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam Pancasila.
2. Aktualisasi Pancasila yang Subjektif
Aktualisasi Pancasila subyektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam
setiap pribadi, perorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap
penduduk, setiap penguasa dan setiap orang Indonesia dalam aspek moral
dalam kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat. Aktualisasi
Pancasila yang subjektif ini justru lebih penting dari aktualisasi yang
objektif, karena aktualisasi subjektif ini merupakan persyaratan
keberhasilan aktualisasi yang objektif.
Pelaksanaan Pancasila yang subjektif sangat berkaitan dengan
kesadaran, ketaatan, serta kesiapan individu untuk mengamalkan
Pancasila. Pelaksanaan Pancasila yang subjektif akan terselenggara dengan
baik apabila suatu keseimbangan kerohanian yang mewujudkan suatu
bentuk kehidupan dimana kesadaran wajib hukum telah terpadu menjadi
kesadaran wajib moral, sehingga dengan demikian suatu perbuatan yang
tidak memenuhi wajib untuk melaksanakan Pancasila bukan hanya akan
menimbulkan akibat moral, dan ini lebih ditekankan pada sikap dan
tingkah laku seseorang. Sehingga Aktualisasi Pancasila yang subjektif
berkaitan dengan norma norma moral.
1.2 Pengamalan Aktualisasi Pancasila dalam Berbagai Bidang.Bidang Politik
1. Bisang Politik
Sistem politik Indonesia adalah Demokrasi pancasila. Dimana
demokrasi pancasila itu merupakan sistem pemerintahan dari rakyat dalam arti
rakyat adalah awal mula kekuasaan Negara sehingga rakyat harus ikut serta
dalam pemerintahan untuk mewujudkan suatu cita-cita. Organisasi sosial
politik adalah wadah pemimpin-pemimpin bangsa dalam bidangnya masing-
masing sesuai dengan keahliannya, peran dan tanggung jawabnya. Sehingga
segala unsur-unsur dalam organisasi sosial politik seperti para pegawai
Republik Indonesia harus mengikuti pedoman pengamalan Pancasila agar
berkepribadian Pancasila karena mereka selain warga negara Indonesia, juga
sebagai abdi masyarakat, dengan begitu maka segala kendala akan mudah
dihadapi dan tujuan serta cita-cita hidup bangsa Indonesia akan terwujud.
2. Bidang Ekonomi
Pengaktualisasian pancasila dalam bidang ekonomi yaitu dengan
menerapkan sistem ekonomi Pancasila yang menekankan pada harmoni
mekanisme harga dan social (sistem ekonomi campuran), bukan pada
mekanisme pasar yang bersasaran ekonomi kerakyatan agar rakyat bebas dari
kemiskinan, keterbelakangan, penjajahan/ketergantungan, rasa was-was, dan
rasa diperlakukan tidak adil yang memosisikan pemerintah memiliki asset
produksi dalam jumlah yang signifikan terutama dalam kegiatan ekonomi
yang penting bagi negara dan yang menyangkut hidup orang banyak. Sehingga
perlu pengembangan Sistem Ekonomi Pancasila sehingga dapat menjamin dan
berpihak pada pemberdayaan koperasi serta usaha menengah, kecil, dan mikro
(UMKM). Selain itu ekonomi yang berdasarkan Pancasila tidak dapat
dilepaskan dari sifat dasar individu dan sosial. Manusia tidak dapat hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain untuk memenuhi semua kebutuhanya tetapi
manusia juga mempunyai kebutuhan dimana orang lain tidak diharapkan ada
atau turut campur.
Ekonomi menurut pancasila adalah berdasarkan asas kebersamaan,
kekeluargaan artinya walaupun terjadi persaingan namun tetap dalam
kerangka tujuan bersama sehingga tidak terjadi persaingan bebas yang
mematikan. Dengan demikian pelaku ekonomi di Indonesia dalam
menjalankan usahanya tidak melakukan persaingan bebas, meskipun sebagian
dari mereka akan mendapat keuntungan yang lebih besar dan menjanjikan. Hal
ini dilakukan karena pengamalan dalam bidang ekonomi harus berdasarkan
kekeluargaan. Jadi interaksi antar pelaku ekonomi sama-sama menguntungkan
dan tidak saling menjatuhkan.
3. Bidang Sosial Budaya
Aktualisasi Pancasila dalam bidang social budaya berwujud sebagai
pengkarakter sosial budaya (keadaban) Indonesia yang mengandung nilai-nilai
religi, kekeluargaan, kehidupan yang selaras-serasi-seimbang, serta kerakyatan
profil sosial budaya Pancasila dalam kehidupan bangsa Indonesia yang
gagasan, nilai, dan norma/aturannya yang tanpa paksaan sebagai sesuatu yang
dibutuhkan proses pembangunan budaya yang dibelajarkan/dikondisikan
dengan tepat dan diseimbangkan dalam tatanan kehidupan, bukan sebagai
suatu warisan dari generasi ke generasi, serta penguatkan kembali proses
integrasi nasional baik secara vertical maupun horizontal.
Begitu luasnya cakupan kebudayaan tetapi dalam pengamalan
Pancasila kebudayaan bangsa Indonesia adalah budaya ketimuran, yang sangat
menjunjung tinggi sopan santun, ramah tamah, kesusilaan dan lain-lain.
Budaya Indonesia memang mengalami perkembangan misalnya dalam hal
Iptek dan pola hidup, perubahan dan perkembangan ini didapat dari
kebudayaan asing yang berhasil masuk dan diterima oleh bangsa Indonesia.
Semua kebudayaan asing yang diterima adalah kebudayaan yang masih
sejalan dengan Pancasila. Walaupun begitu tidak jarang kebudayaan yang
jelas-jelas bertentangan dengan budaya Indonesia dapat berkembang di
Indonesia.
4. Bidang Hukum
Pancasila dapat dijadikan sebagai margin of appreciation akan
mengandung fungsi-fungsi sebagai: the line at which supervision should give
way to States discretion in enacting or enforcing its law,
striking(menemukan) a balance between a right quaranteed and a permitted
derogation (limitation), Move principle of justification than interpretation,
Preventing unneccesarry restriction, To avoid damaging dispute, A Uniform
Standard of Protection, Gives flexibility needed to avoid damaging
confrontantions.
Peranan Pancasila sebagai margin of appreciation di bidang hukum
akan mewarnai segala sub sistem di bidang hukum, baik substansi hukum
yang bernuansa law making process, struktur hukum yang banyak
bersentuhan dengan law enforcement maupun budaya hukum yang berkaitan
dengan law awareness. Peranan Pancasila sebagai margin of appreciation
yang mengendalikan kontekstualisasi dan implementasinya telah terjadi pada:
a. Pada saat dimantabkan dalam Pembukaan UUD 1945 pada saat 4 kali
proses amandemen.
b. Pada saat merumuskan HAM dalam hukum positif Indonesia.
c. Pada saat proses internal di mana The Founding Fathers menentukan urutan
Pancasila.
2.1 Cara mengaktualisasi pancasila dalam kehidupan masyarakat
Aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai-nilai Pancasila benar-benar dapat
tercermin dalam sikap dan perilaku seluruh warga negara mulai dari aparatur Negara
sampai kepada rakyat biasa.
Nilai-nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat Pancasila adalah bersifat
universal, tetap dan tak berubah. Nilai-nilai tersebut dapat dijabarkan dalam setiap
aspek dalam penyelenggaraan Negara dan dalam wujud norma-norma, baik norma
hukum, kenegaraan, maupun norma-norma moral yang harus dilaksanakan dan
diamalkan oleh setiap warga Negara Indonesia.
Sehingga dengan mengaktualisasikan Pancasila, ini bisa membangun nilai
moral bangsa kita dan masyarakat Indonesia menjadi kuat dan tidak kalah pada era
Globalisai.Dan negara kita menjadi makmur dan menjadi negara yang terpandang
Aktualisasi Pancasila juga akan membuat tercapainya tujuan nasional,yang terdapat
dalam UUD 45 alinea ke 4.Walaupun sulit untuk mencapainya tetapi harus terus
untuk teap mengusahakannya.
Aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat terimplementasi
kedalam tingkah laku semua mayarakata Indonesia. Proses kehidupan yang tercermin
dari nilai nilai pancasila pada hakikatnya adalah konteks aktualisasi pancasila yang
sebenarnya.
Dari kelima sila yang terkandung dalam pancasila teraktualisasi dalam
kehidupan bermasyarakat seperti :

Sila I : Ketuhanan yang maha esa


Aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat sesuai sila I tercermin
dalam kehidupan religious atau kehidupan beragama. Indonesia mengakui perbedaan
agama dan tradisi yang berbeda. Dengan berpedoman pada sila ke I,cerminan sikap
saling toleransi,menghargai antar umat beragama hidup rukun berdampingan.

Sila II : Kemanusiaan yang adil dan beradab


Aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat sesuai sila ke II
tercermin dari cara memanusiakan manusia dalam hidup bermasyarakat. Masyarakat
Indonesia menjunjung tinggi nilai nilai kemanusiaan, tidak membeda bedakan antar
golongan,suku dan ras. Konteks aktualisasi pada sila ke II tercermin dalam tingkah
laku masyarakat yang hidup rukun dengan berbagai suku dan budaya yang berbeda
seperti lingkungan perumahan yang terdiri dari beberapa suku, lingkungan kampus,
lingkungan pemerintahan dengan perwakilan anggota dewan dari seluruh suku di
IndonesiaSila

III : Persatuan Indonesia


Aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat sesuai sila ke III tercermin
dari sikap persatuan antar golongan untuk satu tujuan membangun Negara menjadi
lebih baik lagi.
Hal ini terbukti dari pembuktian masyarakat untuk memfilter budaya, merebut
hak bangsa yang terjajah oleh Negara lain dan saling melindungi antar msyarakat
Sila IV : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam
permusyawaratan
Aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan sila ke
IV tercermin dari sikap pengambilan keputusan yang dilakukan secara mufakat.
Senagai bangsa Indonesia, tradisi adanya musyawarah untuk pengambilan keputusan
sudah ada sedah dahulu, sehingga semua masalah yang menyangkut kepentingan
bersama hendaknya dimusyawarah. Hal ini terbukti dari sikap masyarakat yang sering
mengadakan musyawarah mulai dari lingkup kecil hingga lingkup pemerintahan yaitu
pesta demokrasi.
Sila V :Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan sila ke V
tercermin dari pemerataan dalam konteks keadilan bersama.
Dari aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat tentu tidak semua
perilaku masyarakat sesuai dengan nilai nilai pancasila. Dalam implementasinya
terjadi degradasi nilai nilai pancasila. Masyarakat merukan elemen terpenting sebuah
Negara untuk mewujudkan tujuan Negara. Jika masyrakat tidak menggunakan
pedomannya dengan benar maka tujuan yang seharusnya bias dicapai akan sulit untuk
di capai.
Permasalah pokok dalam aktualisasi Pancasila adalah bagaimana wujud
realisasinya itu, yaitu bagaimanna nilai nilai pancasila yang universal itu dijabarkan
dalam bentuk bentuk norma yang jelas dalam kaitannya dengan tingkah laku
semua warga negara dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta dalam
kaitannya dengan segala aspek penyelenggaraan negara.
Berdasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia bahwa setiap manusia adalah
sebagai individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Kesepakatan kita sebagai
suatu kesepakatan yang luhur untuk mendirikan negara Indonesia yang berdasarkan
pada Pancasila mengandung konsekuensi bahwa kita harus merealisasikan Pancasila
itu dalam setiap aspek penyelenggaraan negara dan tingkah laku dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Berbagi permasalahan pokok negara terus menerus muncul dan tantangan
yang dihadapi untuk mengatasinya pun tak kalah sulitnya. Upaya mengembangkan
masyarakat untuk memiliki perilaku dan sikap bertannggung jawab secara etis,
mengarahkan masyarakat menjadi masyarakat yang cerdas dan mandiri, menciptakan
system kehidupan yang tertib, aman, adil dan dinamis, serta system pendidikan
nasiaonal yang menunjang sosialisasi nilai nilai Pancasila dan menginternalisasikan
ke dalam diri insan Indonesia
2.2 Aktualisasi dalam Pembangunan Nasional
1. Pengertian Pembangunan Nasional
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang terus menerus
dilakukan untuk menuju perbaikan disegala bidang kehidupan masyarakat
dengan berdasarkan pada seperangkat nilai yang dianut, yang menuntun
masyarakat untuk mencapai tingkat kehidupan yang didambakan.
Pembangunan nasional adalah suatu rangkaian upaya pembangunan
yang dilakukan secara berkesinambungan dalam semua bidang kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional.
2. Hakikat Pembangunan Nasional
Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan Indonesia
seutuhnya, dilaksanakan secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah,
berharap dan berlanjut , untuk meningkatkan kemampuan nasional agar sejajar
dengan bangsa-bangsa lain.
3. Tujuan Pembangunan Nasional
Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan Tujuan
Nasional seperti termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, yaitu
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial serta mewujudkan cita-cita bangsa
4. Asas-Asas Pembangunan Nasional
Asas Pembangunan Nasional adalah prinsip pokok yang harus
diterapkan dan dipegang teguh dalam perencanan dan pelaksanaan
Pembangunan Nasional. Asas-asas pembangunan nasional tersebut adalah
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, manfaat, demokrasi
Pancasila, adil dan merata keseimbangan, keserasian dan keselarasan dalam
kehidupan, hukum, kemandirian, kejujuran, ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Prinsip-Prinsip Pembangunan Nasional
Pelaksanaan pembangunan nasional dilakukan dengan berpegang pada
prinsip yang dijadikan pedoman dalam penyelenggaraannya, antara lain:
1. Kesemestaan

Bahwa pembangunan nasional bersifat komprehensif, artinya menyatukan


seluruh aspek kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia.
2. Partisipasi rakyat
Betapapun kulifiednya para aparat penyelenggara Negara dan matangnya
program-program pembangunan yang dicanangkan; tidak akan membawa hasil
yang optimal tanpa didukung oleh partisipasi rakyat.
3 Keseimbangan
Mengandung makna bahwa pembangunan nasioanl harus seimbang.
4. Kontinuitas,
Cita-cita akhir bangsa Indonesia tidak akan tercapai dalam kurun waktu satu
genersi. Hal ini berarti bahwa usaha mewujudkannya harus diperjuangkan secara
terus-menerus.
5. Kemandirian,
Pelaksanaan pembangunan nasional harus berlandaskan pada kepercayaan akan
kemampuan dan kekuatan sendiri yang bersendikan pada kepribadian bangsa.
6. Skala prioritas,
Pelaksanaan pembangunan dibatasi oleh berbagai keterbatasan, sehingga tidak
mungkin semua bidang atau masalah dilaksanakan atau ditangani dalam waktu
bersamaan.
7. Pemerataan disertai pertumbuhan
Hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai harus dapat dinikmati secara
merata oleh seluruh bangsa Indonesia.

6. Factor Pendukung dan Penghambat Pembangunan Nasional


1. Faktor Pendukung Pembangunan Nasional
Suksesnya pelaksanaan pembangunan nasional didukung oleh beberapa faktor
yaitu:
a. Kemerdekaan dan kedaulatan bangsa,
Untuk terselenggaranya pembangunan ekonomi bangsa Indonesia, modal yang
dipandang sangat penting adalah modal yang mencerminkan harga diri dan
martabat bangsa yang merupakan motivasi kuat untuk bertekad memperbaiki nasib
dengan mengandalkan kekuatan sendiri.
b. Posisi geografik negara,
Tersedianya sumber daya alam tertentu, skala prioritas pembangunan ekonomi
yang harus di pertimbngkan, jenis masalah yang diperhitungkan, dan akses kepada
sumber ekonomi yang dibutuhkan, tetapi berada di luar batas wilayah negara kita
adalah beberapa implikasi atas posisi geografis Negara kita.
c. Penduduk,
Jumlah penduduk yang besar merupakan keunggulan yang luar biasa
menguntungkan bagi bangsa Indonesia. Bila potensi ini dapat didayagunakan dan
ditingkatkan terutama kualitas fisik dan mental intelektualnya, maka selain
merupakan sumber tenaga kerja yang besar serta menjadi konsumen bagi pasaran
industri nasioanl, juga dapat menjadi modal utama Indonesia dalam menghadapi
persaingan global di dunia internasional.
d. Kekayaan Alam
Keberhasilan pembangunan ekonomi yang telah dicapai oleh Indonesia selama
ini tidak terlepas dari dukungan sumber daya alam yang dimiliki, yang menjadi
modal dasar pembangunan ekonomi nasional.
e. Faktor rohaniah dan mental
Keimanan dan ketaqwaa terhadap Tuhan YME serta diterimanya Pncasila
sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan merupakan factor pendukung bisa
terlaksanya pembangunan ekonomi.
f. Globalisasi ekonomi,
Tata pergaulan dunia yang melahirkan globalisasi di berbagai bidang terutama
di bidang informasi dan ekonomi memberikan peluang untuk mengenali dan
memanfaatkan budaya ekonomi bangsa lain dan membuka jalan masuk keluarnya
produk dalam dan luar negeri yang akan bersaing dalam pasar internasional.

3.1 Pentingnya aktualisasi pancasila dalam era globalisasi

Kehadiran era globalisasi membawa dampak positif maupun negatif. Globalisasi


membuka peluang-peluang baru untuk peningkatan kesejahteraan manusia melalui
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi globalisasi juga memberikan
tantangan kepada suatu bangsa akan kekuatannya menghadapi pengaruh global pada
semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara dapatkah ia menjaga eksistensinya atau
justru menjadi korban atas semua pengaruh global tersebut. Oleh karena itu globalisasi
dapat menjadi berkah apabila suatu bangsa dapat memanfaatkan peluang dengan tepat,
tetapi akan menjadi musibah atau mendatangkan masalah bagi bangsa yang tidak
mempunyai kesiapan untuk memasukinya. Sebagai bangsa kita tidak mungkin menutup
diri dari pergaulan dengan bangsa asing. Keterbukaan dan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi pada eraglobalisasi ini tidak mungkin kita abaikan begitu saja. Proses
akulturasi budaya sebagai akibat frekuensi hubungan antar bangsa yang semakin intensif
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan lagi. Akibatnya nilai-nilai sosial budaya
negara lain yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa kita pun akan masuk dan
berkembang di dalam masyarakat. Oleh karena itu diperlukan sikap yang tepat dalam
merespon masuknya arus globalisasi supaya kita tidak sekedar menjadi obyek dari segala
perubahan tersebut tetapi menjadi subyek yang mampu memilih pengaruh budaya luar dan
tata nilai yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa.
Kehidupan politik rakyat Indonesia selalu didasari oleh nilai-nilai
Pancasila. Pancasila merupakan landasan dan tujuan kehidupan politikbangsa kita.
Berkaitan dengan hal tersebut, proses pembangunan politik yang sedang berlangsung di
negara kita sekarang ini harus diarahkan
pada proses implementasi sistem politik demokrasi Pancasila yang handal, yaitu
sistem politik yang tidak hanya kuat, tetapi juga memiliki kualitas kemandirian tinggi
yang memungkinkannya untuk membangun atau mengembangkan dirinya secara terus-
menerus sesuai dengan tuntutan aspirasi masyarakatnya dan perubahan zaman. Dengan
demikian, sistem politik demokrasi Pancasila akan terus berkembang
bersamaan dengan perkembangan jati dirinya, sehingga senantiasa
mempertahankan, memelihara dan memperkuat relevansinya dalam kehidupan politik.
Nilai-nilanya bukan saja dihayati dan dibudayakan, tetapi diamalkan dalam kehidupan
politik bangsa dan negara kita yang terus berkembang. Oleh karena, secara langsung
Pancasila telah dijadikan etika politik seluruh seluruh komponen bangsa dan negara
Indonesia.
Fenomena globalisasi berpengaruh kepada pergeseran atau perubahan tata
nilai,sikap dan perilaku pada semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Perubahan yang positif dapat memantapkan nilai-nilai Pancasila sebagai
falsafah hidup bangsa dan mengembangkan kehidupan nasional yang lebih berkualitas.
Tuntutan dan aspirasi masyarakat terakomodasi secara positif disertai upaya-upaya
pengembangan, peningkatan pemahaman, penjabaran, pemasyarakatan, dan
implementasi Pancasila dalam semua aspek kehidupan. Adapun perubahan yang
negatif harus dideteksi dan diwaspadai sejak dini serta melakukan aksi pencegahan
berbagai bentuk dan sifat potensi ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Dalam menghadapi pengaruh globalisasi ada tiga sikap merespons yang dapat
dilakukan, antara lain:
a. Sikap anti modernisasi yaitu: sikap menolak semua pengaruh modernisasi barat atau
globalisasi. Pandangan yang ekstrim ini menganggap kebudayaan barat semua negatif.
b. Sikap menerima semua pengaruh barat dan menjadikan kebudayaan barat sebagai akibat
atau asal model.
c. Sikap selektif artinya: tidak menolak atau menerima kebudayaan barat begitu saja, akan
tetapi disesuaikan dengan dasar norma-norma dan kepribadian suatu bangsa.
Berdasarkan beberapa alternatif sikap dalam menghadapi pengaruh globalisasi
tersebut di atas, bangsa Indonesia menentukan sikap untuk selektif terhadap segala
kemajuan yang datang. Artinya kita tidak mungkin menutup diri dari segala perubahan
tetapi kita harus tetap waspada bahkan menolak terhadap pengaruh negatif dari perubahan
tersebut. Dengan demikian kita akan menerima segala pengaruh yang bersifat positif demi
kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat, tetapi menolak tegas segala pengaruh yang
akan membawa akibat kesensaraan rakyat dan hilangnya kepribadian atau jati diri kita
sebagai bangsa. Adapun dasar atau ukuran nilai-nilai tersebut sesuai dengan kepribadian
kita tentu saja adalah ideologi nasional yaitu Pancasila.
Sikap yang harus ditunjukan dalam pengaruh globalisasi terhadap kehidupan bangsa dan
Negara adalah sebagai berikut :
1) Bangsa Indonesia harus mempunyai sikap dan tindakan riil terhadap bentuk-bentuk
kekerasan yang berkaitan dengan pelanggaran hak asasi manusia dan mengecam
pihak-pihak yang melakukannya tanpa adanya tekanan dari berbagai pihak.
2) Pemerintah ikut serta dalam misi perdamaian dunia dibwah komando PBB di daerah-
daerah konflik.
3) Bangsa Indonesia harus bertindak tegas terhadap berbagai bentuk intervensi dari
negara-negara lain atau lembaga Internasional.
4) Bangsa Indonesia harus mempunyai sikap dalam menjaga nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia yang bermartabat.Sejalan dengan banyaknya saluran komunikasi dan
informasi yang banyak bertentangan dengan nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia,
seperti aksi kekerasan , pornografi, penistaan agama, dan lain-lain.
5) Bangsa Indonesia harus meningkatkan perannya dalam pergaulan Internasional yang
menyangkut masalah isu sentral yang berkaitan dengan demokrasi, HAM, lingkungan
hidup, dan keamanan karena Indonesia sebagai salah satu bangsa yang besar
mempunyai kepentingan pula dalam masalah-masalah tersebut.

Jadi adanya kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu
negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan
pengaruh negatif. Dampak-dampak pengaruh globalisasi tersebut kita kembalikan kepada diri
kita sendiri sebagai generasi muda Indonesia agar tetap menjaga etika dan budaya, agar kita
tidak terkena dampak negatif dari globalisasi.
A. 3.2 Hambatan Dalam Melakukan Aktualisasi Pancasila

Kencangnya hembusan angin globalisasi dengan segala macam dampak yang ditimbulkan
telah menerjang bangsa ini dengan intensitas begitu tinggi, sedikit banyak telah
mempengaruhi perilaku masyarakat negeri ini ke arah tumbuhnya masyarakat kapitalis.
Dampak dari itu semua menyebabkan melencengnya perilaku dari masyarakat
terhadap ideologi bangsa Pancasila yang seharusnya sebagai pandangan dan pegangan
hidup bangsa Indonesia itu. Eksisnya budaya impor yang mengusung beragam faham-
faham ideologi dari luar itu, sedikit banyak telah mencuci otak penghuni bangsa ini,
hingga membuat lunturnya semangat kebangsaan dan pemahaman ideologi bangsanya
sendiri dan tanpa sadar telah merubah pola pikir dan gaya hidup kearah kebarat-baratan
yang notabene sebagai bagian dari masyarakat lebih modern. Bangsa ini sebenarnya tidak
menutup mata atas datangnya kebudayaan luar hadir dan tumbuh di tengah-tengah
masyarakat, namun dalam implementasinya itu perlu adanya pengkajian secara mendalam
tentang baik dan buruknya, hal tersebut bertujuan sebagai filter terhadap budaya yang
datang tidak mematikan budaya lokal, hal tersebut dikarenakan penerapan ideologi negara
yang membedakannya. Hadirnya Budaya Populer yang telah menguasai perilaku insan
bangsa ini merupakan jilmaan atas berkuasanya budaya luar mempengaruhi dan
menguasai serta mempermainkan jiwa-jiwa republik ini yang tak dibentengi dengan
kuatnya penanaman ideologi Pancasila di dalam dirinya, membuat terciptanya perilaku
masyarakat yang meleceng dari seharusnya seperti yang telah digariskan oleh ideologi
Pancasila. Berbagai macam ketimpangan yang berkembang di tengah masyarakat hingga
menimbulkan lunturnya jatidiri bangsa itu berdampak pada keterpurukan bangsa ini ke
dalam krisis multi dimensi, bahkan sudah mengarah ke krisis ideologi bangsa. Kenyataan
ini disebabkan apa yang namanya ideologi Pancasila selama ini hanya diperlakukan
sebagai tema, slogan dalam setiap kesempatan bahkan tak luput dari hiasan semata tanpa
memperdulikan lagi pengimplementasian pengamalannya. Keberadaan ideologi Pancasila
pada kenyataannya telah kalah pamornya dengan ideologi-ideologi lain yang telah terserap
oleh warganya, bersamaan dengan arus globalisasi yang berkembang, dan ini akan terus
bergolak menggerogoti Pancasila lebih dalam lagi hingga akhirnya tumbang dan lenyap
ditelan derasnya modernisasi. Jika hal ini tidak diantisipasi secara serius oleh seluruh
komponen negeri ini, bukan tidak mungkin Negara Kesatuan Republik Indonesia akan
rontok Ideologinya oleh masyarakatnya sendiri.
Penyelenggaraan suatu kegiatan semacam Penataran P4 yang dilakukan kepada berjuta-
juta masyarakat negeri ini dengan berbagai macam pola pendukung itu, ternyata tidak
mampu menghasilkan manusia Indonesia seutuhnya seperti yang diharapkan sebagai mana
mestinya. Dampak dari kegiatan ini berimbas pada munculnya persepsi masyarakat bahwa
kegiatan penataran P4 adalah pekerjaan yang sia-sia dan tidak ada gunanya, hanya
membuang waktu dan tenaga saja, sehingga lontaran pendapat yang ada ditengah
masyarakat menganggapnya kegiatan penataran P4 itu gagal total dan akibatnya kefatalan
persepsi yang dilahirkan dalam pikiran masyarakat terhadap Ideologi Pancasila selalu
dengan sikap yang sinis dan mala menjadi bahan tertawaan oleh masyarakat terhadap
segala sesuatu yang berhubungan dengan Pancasila. Padahal tujuan awal diadakannya
penataran P4 adalah sangat baik, karena hasilnya nanti diharapkan terlahir insan-insan
negeri ini sejiwa dengan isi yang ada di dalam ke lima sila dari Pancasila itu sendiri.
Dikarena dalam pengelolaan penyelengaraan Penataran P4 tidak benar dan terarah serta
penerimaannya dengan suatu hal keterpaksaan dari para pesertanya itu, maka hasilnya
tidak dapat diharapkan sebagaimana mestinya. Dampak dari hal ini maka lahirlah sikap-
sikap yang melenceng dari garis besar yang ada dalam kelima sila dari Pancasila itu
sendiri, hingga negeri ini memunculkan manusia-manusia yang berjiwa korup, beringas,
individualistik, materialis, kapitalis, hedonis serta faham-faham melenceng dari makna-
makna Pancasila hingga menimbulkan suatu krisis budaya. Dari keadaan yang demikian
itu, maka secara tidak langsung akan tercipta suatu pembudayaan sikap yang
memperburuk keadaan peradaban bangsa ini pada taraf yang sangat memprihatinkan
hingga melahirkan pembiadaban budaya. Ketika terjadi krisis tentang jatidiri bangsa,
maka masyarakat tidak peduli lagi tentang ideologi bangsanya, karena dianggap tidak
berpihak kepadanya dan mencoba mencari-cari ideologi lain termasuk memuja-muja
bangsa lain dari berbagai aspek yang mereka pahami dan dengan serta merta caranya
sendiri, mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari (Naya Sujana, 2008). Dalam
situasi semacam ini masyarakat rawan denga tindakan-tindakan ke arah negatif, hal
tersebut disebabkan tidak adanya pegang hidup yang kuat dalam dirinya, dan bukan tidak
mungkin dapat kehilangan kendali diri hingga berdampak pada lunturnya jatidiri bangsa.
Seiring dengan kencangnya arus globalisasi yang mengusung beragam ideologi dari dunia
barat dengan intensitas tingginya penyebaran dalam situs virtual digital, dimana
keberadaannya sulit dibendung lagi pergerakannya, secara berkala sedikit banyak
mempengaruhi perilaku masyarakat negeri ini lebih banyak ke arah negatifnya daripda ke
arah positifnya. Dampak dari itu semua telah terekam dalam realitas kehidupan di tengah
masyarakat, atas melencengnya perilaku dari masyarakat akibat pengaruh eksisnya budaya
impor yang telah mencuci otak penghuni bangsa ini hingga membuat lunturnya semangat
kebangsaan dan pemahaman ideologi bangsanya sendiri. Masyarakat negeri ini telah
termakan oleh beragam ideologi yang terbawa oleh kencangnya arus globalisasi melanda
negeri ini, dan tanpa sadar telah merubah pola pikir dan gaya hidup kearah kebarat-baratan
yang notabene sebagai bagian dari masyarakat lebih modern. Berapa banyak negeri ini
yang perilakunya jelas-jelas mengingkari dari nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila, dalam pikirannya seolah-olah Pancasila sebagai penghambat modernisasi
sehingga kalau diajak ngomong tentang Pancasila kupingnya menjadi panas, matanya
merah melotot menndakan sikap berontak dan pikirannya bercampur baur penuh dengan
ketidak jelasan hingga melahirkan sikap sinis terhadapnya. Pancasila dihadapannya
seolah-olah merupakan barang bekas, produk gagal dan aliran rezim orde baru, sehingga
masyarakat tak mau menanggapinya bahkan timbul suatu kecenderungan untuk
menjauhinya gilaorang-orang yang sudah termakan oleh provokasi atas eksisnya
budaya impor!. Keadaan ini disebabkan oleh kenyataan tidak dimaknainya secara
benar tentang sistem nilai, wawasan hidup dan sikap yang berlaku di masyarakat selama
ini dan tidak dibatinkannya pilar-pilar kebudayaan itu dalam diri setiap anggota
masyarakat negeri ini (Kunjana Rahardi, 2000).

Anda mungkin juga menyukai