Abdul fattah
Erina Indrianti
Musyfia Adla
Regina
Wayan Bayu Sumandika
Pengertian Aktualisasi
Pancasila
SUBYEKTIF OBYEKTIF
1. Fungsi kognitif
2. Fungsi afektif
3. Fungsi motorik
Budaya akademik dapat diciptakan bila kondisi, semangat dan
perilaku civitas akademika untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
begitu intens, hidup dan berjalan tanpa gangguan. Budaya akademik
berintikan proses belajar mengajar dan kegiatan penelitian ilmiah
untuk mendapatkan pengetahuan baru melalui beragam kegiatan
akademik.
Budaya akademik, dengan budaya belajar sebagai intinya, tidak boleh
terlepas dari tuntutan Tuhan Yang Maha Esa dalam:
1. Menyusun suatu dasar pemikiran
2. Melihat suatu masalah
3. Merumuskan jawaban dan pemecahan serta
4. Memberikan penjelasan yang berdasar dan mendasar
Yang terpenting adalah bagaimana rakyat, terutama kalangan elite nasional,
melaksanakan Pancasila dalam segala sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Jangan lagi menjadikan Pancasila sekadar rangkaian kata-kata indah tanpa makna.
Jika begitu, maka Pancasila tak lebih dari rumusan beku yang tercantum dalam
Pembukaan UUD ’45. Pancasila akan kehilangan makna bila para elite tidak mau
bersikap atau bertindak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Bila Pancasila tidak
tersentuh dengan kehidupan nyata, Pancasila tidak akan bergema. Maka, lambat-laun
pengertian dan kesetiaan rakyat terhadap Pancasila akan kabur dan secara perlahan-
lahan menghilang.
Presiden Soekarno menegaskan bahwa ideologi Pancasila tidak berdasarkan faham
liberalisme ala dunia Barat dan faham sosialis ala dunia Timur. Juga bukan
merupakan hasil kawinan keduanya. Tetapi, ideologi Pancasila lahir dan digali dari
dalam bumi Indonesia sendiri. Secara singkat Pancasila berintikan Ketuhanan Yang
Maha Esa (sila pertama), nasionalisme (sila kedua), internasionalisme (sila ketiga),
demokrasi (sila keempat), dan keadilan sosial (sila kelima)
Pancasila bukan hanya sekadar fondasi nasional negara Indonesia, tetapi berlaku
universal bagi semua komunitas dunia internasional. Kelima sila dalam Pancasila telah
memberikan arah bagi setiap perjalanan bangsa-bangsa di dunia dengan nilai-nilai
yang berlaku universal. Tanpa membedakan ras, warna kulit, atau agama, setiap
negara selaku warga dunia dapat menjalankan Pancasila dengan teramat mudah. Jika
demikian, maka cita-cita dunia mencapai keadaan aman, damai, dan sejahtera, bukan
lagi sebagai sebuah keniscayaan, tetapi sebuah kenyataan. Karena cita-cita Pancasila
sangat sesuai dengan dambaan dan cita-cita masyarakat dunia.