Anda di halaman 1dari 22

Oleh : Dwi Astuti Setiawan, S.Pd, Gr.

MODUL

DINAMIKA PERWUJUDAN PANCASILA SEBAGAI


DASAR NEGARA DAN PANDANGAN HIDUP BANGSA

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


KELAS IX SEMESTER 1

2020
PETA KONSEP
BAB 1

DINAMIKA PERWUJUDAN PANCASILA SEBAGAI SEBAGAI


DASAR NEGARA DAN PANDANGAN HIDUP

ORDE NILAI-NILAI
REFORMASIPEN PANCASILA
ERAPAN SESUAI
PANCASILA DARI PERKEMBANGAN
MASA KE MASA ZAMAN

IMPLEMENTASI NILAI
ORDE LAMA PANCASILA DI BIDANG POLITIK

IMPLEMENTASI NILAI
ORDE BARU PANCASILA DI BIDANG EKONOMI

IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DI


ORDE REFORMASI BIDANG SOSIAL BUDAYA

IMPLEMENTASI NILAI
PANCASILA DI BIDANG HANKAM
Bahan Ajar
Kelas IX Semester 1

KD :3.1 Membandingkan antara peristiwa dan dinamika yang terjadi di


masyarakat dengan praktik ideal Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsa.

Indikator : 3.1.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk ancaman terhadap penerapan nilai-


nilai pancasila dari masa ke masa.

MATERI POKOK

BENTUK-BENTUK ANCAMAN TERHADAP PENERAPAN NILAI-NILAI


PANCASILA DARI MASA KE MASA

Masa Orde Lama


Pada masa orde lama kondisi politik dan keamanan negara diliputi oleh kekacauan dan
kondisi sosialnya berada dalam suasana peralihan dari masyarakat terjajah menuju
masyarakat merdeka. Terdapat 3 periode penerapan Pancasila yang berbeda, yaitu :

1. Periode 1945-1950
Pada periode 1945-1950 ada upaya-upaya mengganti Pancasila dengan ideologi
yang lain. Upaya tersebut terlihat dari munculnya gerakan pemberontakan yang
tujuannya menganti Pancasila dengan ideologi lainnya. Di bawah ini 2 contoh
pemberontakan yaitu :
• Pemberontakan PKI di Madiun terjadi pada tanggal 18 September 1948 yang
dipimpin oleh Muso. Tujuan adalah mendirikan negara Soviet Indonesia yang
berideologi komunis tetapi pembrontakan itu pada akhirnya dibatalkan.
• Pemberontakan DI/TII yang dipimpin oleh Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo.
Tujuan adalah didirikannya NII adalah untuk mengganti Pancasila sebagai
dasar negara dengan syari’at islam.
2. Periode 1950-1959
Pada periode ini dasar negara tetap Pancasila, akan tetapi dalam penerapannya
lebih diarahkan seperti ideologi leberal. Hal tersebut dapat dilihat dalam penerapan
sila keempat yang tidak lagi berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara
terbanyak (voting).Sehingga penerapan Pancasila selama periode ini adalah
Pancasila diarahkan sebagai ideologi liberal yang ternyata tidak menjamin stabilitas
pemerintahan.
3. Periode 1956-1965
Periode ini dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin karena demokrasi bukan
berada pada kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai Pancasila
tetapi berada pada kekuasaan pribadi presiden Soekarno.Akibatnya Soekarno
menjadi pemimpin yang otoriter, misalnya beliau diangkat menjadi presiden seumur
hidup, dan menggabungkan Nasionalis, Agama, dan Komunis, yang ternyata tidak
cocok bagi NKRI.

Masa Orde Baru


Era baru dalam pemerintahan dimulai setelah melalui masa transisi yang singkat yaitu
antara tahun 1966-1968.Jenderal Soeharto dipilih menjadi Presiden Republik Indonesia.Visi
utama pemerintahan Orde Baru adalah untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Namun
kenyataannya dalam perjalanan politik pemerintahan Orde Baru, masih sama dengan orde
lama yaitu sama-sama otoriter. Kekuasaan Presiden merupakan pusat dari seluruh proses
politik di Indonesia dan pelaksanaan penerpan nilai-nilai pancasila secara murni dan
konsekuen hanya dijadikan alat politik penguasa belaka.

Masa Reformasi
Pada masa reformasi, penerapan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan
hidup bangsa terus menghadapi berbagai tantangan. Penerapan Pancasila tidak lagi
dihadapkan pada ancaman pemberontakan yang ingin mengganti Pancasila dengan
ideologi lain, akan tetapi lebih dihadapkan pada kondisi kehidupan masyarakat. Beberapa
tantangan yang dihadapi pada masa reformasi antara lain sebagai berikut.
• Adanya kebebasan berbicara, berorganisasi, berekspresi.(contoh : munculnya berita-
berita hoax, timbulnya konflik di masyarakat yang merasa hidupnya terusik, Muncul
opini publik (pendapat masyarakat) yang pro-kontra, salah kaprah, dan tidak sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat,penyerapan informasi yang tak layak
untuk dikonsumsi masyarakat)
• Tantangan lainnya adalah menurunnya rasa persatuan dan kesatuan(contoh: konflik
pelajar, antar suku, dan antar agama)
• Cepatnya arus globalisasi yang berimbas pada moral pemuda, mereka lebih memilih
mengikuti arus yang mencerminkan budaya barat dibandingkan dengan mencintai
produk lokal dengan meningkatkan rasa nasionalisme. Para pemuda kini dikuasai
oleh narkoba dan minum-minuman keras, sehingga sangat merusak martabat
bangsa Indonesia, Paham liberalisme yang dianut oleh Negara-negara barat yang
memberikan dampak pada kehidupan bangsa. Para pemuda meniru paham
libelarisme, seperti sikap individualisme yang hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa
memperhatikan keadaan sekitar dan sikap acuh tak acuh pada pemerintahan.

Tugas Kelompok
1. Kelas di bagi menjadi 3 kelompok belajar
2. Masing-masing kelompok, silahkan cari ancaman-ancaman yang terjadi pada era
Orde Lama, Orde Baru, dan Era reformasi!

Ancaman era Orde Lama Ancaman era Orde Baru Ancaman era Reformasi
Daftar Pustaka
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Kelas IX. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Buku Guru Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan, Kelas IX. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sekretariat Jenderal MPR RI. 2012. Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI.
Agus Suprijono. (2009). Cooperative Learning – Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
https://pmangaraja.wordpress.com/pancasila-2/nilai-nilai-yang-terkandung-dalam-
pancasila/
KD : 3.1 Membandingkan antara peristiwa dan dinamika yang terjadi di
masyarakat dengan praktik ideal Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsa.

Indikator : 3.1.2 Menganalisis nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar negara


dan pandangan hidup bangsa.

MATERI POKOK

NILAI-NILAI LUHUR PANCASILA

1. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa

Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa memeberikan kebebasan kepada setiap


orang untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya. Tidak seorangpun
dapat memaksa orang atau kelompok lain untuk memeluk agama tertentu. Bahkan
negara sekalipun tidak dapat memaksakan kehendaknya agar seseorang memeluk
agama tertentu. Supaya kehidupan masyarakat yang berbeda keyakinan dan agama
dapat hidup berdampingan dengan rukun dan harmonis, maka antar pemeluk
agama yang berbeda-beda itu harus saling hormat- menghormati dan bekerjasama
satu sama lain. (Drs. I Made Suwanda, M.S,2017:10)
Dengan sila ketuhanan ini, sekaligus dengan penjabarannya di konstitusi,
ditegaskan bahwa Indonesia sebagai Negara Pancasila adalah sebuah negara
religious (religious national state). Di negara tidak boleh ada sikap dan pebuatan
anti ketuhanan dan anti keagamaan. Negara tidak mewakili agama tertentu tetapi
harus memfasilitasi, melindungi dan menjamin keamanannya jika warganya
dalam melaksanakan ajaran agama karena keyakinan dan kesadarannya sendiri. 4
Pilar, MPR RI
2. Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Nilai kesetaraan adalah suatu keadaan yang mampu menempatkan
kedudukan manusia tanpa membedakan jender, suku, ras, golongan, agama, adat
dan budaya dan lain-lain. Setiap orang diperlakukan sama di hadapan hukum dan
memperoleh kesempatan yang sama dalam segenap bidang kehidupan sesuai
dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Manusia diberlakukan sesuai
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan yang sama derajatnya, hak, dan
kewajiban asasinya. Sedangkan nilai keselarasan adalah keadaan yang
menggambarkan keteraturan, ketertiban dan ketaatan karena setiap makhluk
melaksanakan peran dan fungsinya secara tepat dan proporsional, sehingga timbul
suasana harmoni, tenteram dan damai (4 Pilar MPR RI).
3. Nilai Persatuan Indonesia
Nilai persatuan terkandung adanya perbedaan-perbedaan yang biasa terjadi
didalam kehidupan masyarakat dan bangsa, baik itu perbedaan bahasa,
kebudayaan, adat-istiadat, agama, maupun suku. Perbedaan perbedaan itu jangan
dijadikan alasan untuk berselisih, tetapi justru menjadidaya tarik ke arah
kerjasama, kearah resultante/sintesa yang lebih harmonis. Hal inisesuai dengan
semboyan “Bhineka Tunggal Ika”(Drs. I Made Suwanda, M.S, 2017).

4. Nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/ perwakilan
Nilai sila keempat mengandung makna : suatu pemerintahan rakyat dengan
cara melalui badan-badan tertentu yang dalam untuk mufakat, atas kebenaran dari
Tuhan, selaras dengan akal sehat, serta mempertimbangkan kehendak rakyat dan
rasa kemanusiaan demi tercapainya kebaikan hidup bersama. (Drs. I Made
Suwanda, M.S, 2017)
5. Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Suatu tata masyarakat adil dan makmur sejahtera lahiriah batiniah, yang
setiap warga negara mendapatkan segala sesuatu yang telah menjadi haknya
sesuai dengan esensi adil dan beradab. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam wujud pelaksanannya adalah bahwa setiap warga harus
mengembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan, keserasian,
12 keselarasan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.
Disamping itu wajib melaksanakan juga keadilan komulatif (keadilan antar
WNI dengan WNI): keadilan legal/taat (taat atau loyal terhadap negara); dan
keadilan distributif (keadilan membagi sebagai kewajiban negara kepada WNI).
Semua keadilan ini perlu diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa
dan bernegara. Perlu juga dipupuk sikap solider, bekerjasama dengan sesamanya,
membuka diri bagi kepentingan bersama merupakan sifat- sifat perilaku dalam
keadilan sosial yang harus dijunjung tinggi.
1. Nilai-nilai Pancasila Sesuai dengan Perkembangan Zaman
Nilai-nilai dasar Pancasila dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan
zaman. Dengan kata lain, nilai-nilai tersebut tetap dapat diterapkan dalam
berbagai kehidupan bangsa dari masa ke masa. Hal tersebut dikarenakan
Pancasila merupakan ideologi yang bersifat terbuka.
a. Hakikat Ideologi Terbuka
Ciri khas ideologi terbuka adalah nilai-nilai dan cita-citanya tidak
dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral
dan budaya masyarakat itu sendiri. Dasarnya dari konsensus masyarakat, tidak
diciptakan oleh negara, melainkan ditemukan dalam masyarakat sendiri. Oleh
sebab itu, ideologi terbuka adalah milik dari semua rakyat, masyarakat dapat
menemukan dirinya di dalamnya.
Ideologi terbuka mempunyai banyak sekali keunggulan dibandingkan
dengan ideologi tertutup. Keunggulan tersebut dapat kita temukan dengan cara
membandingkan karakteristik kedua ideologi tersebut. Dalam tabel berikut
dipaparkan perbedaan karakteristik kedua ideologi tersebut.
Perbedaan

Ideologi terbuka Ideologi tertutup

1) Sistem pemikiran yang terbuka 1) Sistem pemikiran yang tertutup


2) Nilai-nilai dan cita-citanya tidak 2) Cenderung untuk memaksakan
dipaksakan dari luar, melainkan mengambil nilai-nilai ideologi dari
dan diambil dari harta kekayaan luar masyarakatnya yang tidak
rohani, moral dan budaya sesuai dengan keyakinan dan
masyarakat itu sendiri. pemikiran masyarakatnya.
3) Dasar pembentukan ideologi bukan 3) Dasar pembentukannya adalah cita
keyakinan ideologis sekelompok cita atau keyakinan ideologis
orang, melainkan hasil perseorangan atau satu kelompok
musyawarah dan kesepakatan dari orang.
masyarakat sendiri 4) Pada dasarnya ideologi tersebut
4) Tidak diciptakan oleh negara, diciptakan oleh negara, dalam hal ini
melainkan oleh masyarakat itu penguasa negara yang mutlak harus
sendiri sehingga ideologi tersebut diikuti oleh seluruh warga
adalah milik seluruh rakyat atau masyarakat.
anggota masyarakat. 5) Pada hakikatnya ideologi tersebut
5) Tidak hanya dibenarkan, melainkan hanya dibutuhkan oleh penguasa
dibutuhkan oleh seluruh warga negara untuk melangengkan
masyarakat. kekuasaannya dan cenderung
6) Isinya tidak bersifat operasional. Ia memiliki nilai kebenaran hanya dari
baru bersifat operasional apabila sudut pandang penguasa saja.
sudah dijabarkan ke dalam 6) Isinya terdiri dari tuntutan-tuntutan
perangkat yang berupa konstitusi konkret dan operasional yang
atau peraturan perundang- bersifat keras yang wajib ditaati oleh
undangan lainnya. seluruh warga masyarakat.
7) Senantiasa berkembang seiring 7) Tertutup terhadap pemikiran
dengan perkembangan aspirasi, pemikiran baru yang berkembang di
pemikiran serta akselerasi dari masyarakatnya.
masyarakat dalam mewujudkan
cita-citanya untuk hidup berbangsa
dalam mencapai harkat dan
martabat kemanusian.

Dari tabel di atas, ideologi terbuka memang lebih unggul dibandingkan


dengan ideologi tertutup. Hal tersebut membuat ideologi terbuka tidak hanya
sekedar dibenarkan, melainkan dibutuhkan oleh berbagai negara. Hampir
dapat dipastikan, negara yang menganut sistem ideologi tertutup seperti
negara komunis, mengalami kehancuran secara ideologis. Dalam arti, negara
tersebut tidak mampu membendung desakan-desakan yang muncul baik dari
dalam maupun dari luar negaranya, yang pada akhirnya membuat ideologi
negara tersebut ditinggalkan oleh masyarakatnya sendiri.

b. Kedudukan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Pancasila berakar pada pandangan hidup bangsa dan falsafah bangsa,


sehingga memenuhi prasyarat menjadi ideologi yang terbuka. Sekalipun
Pancasila bersifat terbuka, tidak berarti bahwa keterbukaannya adalah sebegitu
rupa sehingga dapat memusnahkan atau meniadakan jati diri Pancasila sendiri.
Keterbukaan Pancasila mengandung pengertian bahwa Pancasila senantiasa
mampu berinteraksi secara dinamis. Nilai-nilai Pancasila tidak berubah,
namun pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan nyata
yang kita hadapi dalam setiap waktu. Hal ini dimaksudkan untuk menegaskan
bahwa ideologi Pancasila bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan
dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, keterbukaan ideologi Pancasila mengandung
nilai-nilai sebagai berikut:

1. Nilai Dasar, yaitu hakikat kelima sila Pancasila: Ketuhanan, Kemanusiaan,


Persatuan, Kerakyatan, Keadilan. Nilai-nilai dasar tersebut bersifat universal,
sehingga di dalamnya terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik dan
benar. Nilai dasar ini bersifat tetap dan terlekat pada kelangsungan hidup negara.
Nilai dasar tersebut selanjutnya dijabarkan dalam pasal-pasal Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Nilai instrumental, yaitu penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar ideologi
Pancasila. Misalnya program-program pembangunan yang dapat disesuaikan
dengan perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat, undang-undang, dan
departemen-departemen sebagai lembaga pelaksana juga dapat berkembang. Pada
aspek ini senantiasa dapat dilakukan perubahan.
3. Nilai praksis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu
pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Dalam realisasi praksis inilah maka penjabaran nilai-nilai
Pancasila senantiasa berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan
perbaikan (reformasi) sesuai dengan perkembangan zaman dan aspirasi
masyarakat. Inilah sebabnya bahwa ideologi Pancasila merupakan ideologi yang
terbuka.
Suatu ideologi selain memiliki aspek-aspek yang bersifat ideal yang berupa cita-
cita, pemikiran-pemikiran serta nilai-nilai yang dianggap baik, juga harus memiliki
norma yang jelas. Hal ini dikarenakan suatu ideologi harus mampu direalisasikan
dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, Pancasila sebagai ideologi terbuka secara
struktural memiliki tiga dimensi, yaitu:
1) Dimensi Idealisme

Dimensi ini menekankan bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung


dalam Pancasila yang bersifat sistematis, rasional dan menyeluruh itu, idealisme
yang terkandung dalam Pancasila mampu memberikan harapan, optimisme serta
mampu mendorong motivasi pendukungnya untuk berupaya mewujudkan cita-
citanya.
2) Dimensi normatif

Dimensi ini mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam


pancasila perlu dijabarkan dalam suatu sistem norma, sebagaimana terkandung
dalam norma-norma keagamaan. Dalam pengertian ini Pancasila terkandung dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
merupakan tertib hukum tertinggi dalam negara Republik Indonesia serta
merupakan staatsfundamentalnorm (pokok kaidah negara yang fundamental).
Dengan kata lain, Pancasila agar mampu dijabarkan ke dalam langkah-langkah
yang bersifat operasional, perlu memiliki norma atau aturan hukum yang jelas.

3) Dimensi Realitas

Dimensi ini mengandung makna bahwa suatu ideologi harus mampu


mencerminkan realitas kehidupan yang berkembang dalam masyarakat.
Dengan kata lain, Pancasila memiliki keluwesan yang memungkinkan
dan bahkan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang
relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat
yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya.

Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh Pancasila sebagai ideologi


terbuka, maka ideologi Pancasila:

a) Tidak bersifat utopis, yaitu hanya merupakan sistem ide-ide belaka yang
jauh dari kehidupan sehari-hari secara nyata.
b) Bukan merupakan suatu doktrin belaka yang bersifat tertutup,
melainkan suatu norma yang bersifat idealis, nyata dan reformatif yang
mampu melakukan perubahan.
c) Bukan merupakan suatu ideologi yang pragmatis, yang hanya
menekankan pada segi praktis-praktis belaka tanpa adanya aspek
idealisme.

Pancasila dapat dipastikan bukan merupakan ideologi tertutup, tetapi


ideologi terbuka. Akan tetapi, meskipun demikian keterbukaan Pancasila bukan
berarti tanpa batas. Keterbukan ideologi Pancasila harus selalu memperhatikan:

a) Stabilitas nasional yang dinamis


b) Larangan untuk memasukan pemikiran-pemikiran yang mengandung
nilai-nilai ideologi marxisme, leninisme dan komunisme
c) Mencegah berkembanganya paham liberal
d) Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan
kehidupan masyarakat
e) Penciptaan norma yang barus harus melalui konsensus

Tugas Kelompok

KELOMPOK 1

1. Amatilah berita “Menag: Selesaikan Masalah Masjid di Papua Lewat


Musyawarah”!
2. Bagaimana tanggapan kalian mengenai Persekutuan Gereja-gereja di Kabupaten
Jayapura yang menuntut pembongkaran Masjid Al Aqsha Sentani yang sebabkan
karena Bangunan Masjid tersebut lebih tinggi gari gereja yang sudah banyak
berdiri di daerah tersebut?
3. Apakah peristiwa sudah sesuai nilai dasar Pancasila? Berikan alasannya!

KELOMPOK 2

1. Amatilah berita “Tawuran Berdarah di Tambun, 40 Pelajar SMK Bekasi Ditangkap”!


2. Bagaimana tanggapan kalian mengenai puluhan pelajar SMK swasta di Bekasi yang
diamankan petugas kepolisian lantaran menggelar tawuran dengan siswa lainya
dijalan?
3. Apakah perilaku pelajar tersebut sudah sesuai nilai dasar Pancasila? Berikan
alasannya!
KELOMPOK 3

4. Amatilah berita “Tawuran Berdarah di Tambun, 40 Pelajar SMK Bekasi Ditangkap”!


5. Bagaimana tanggapan kalian mengenai puluhan pelajar SMK swasta di Bekasi yang
diamankan petugas kepolisian lantaran menggelar tawuran dengan siswa lainya
dijalan?
6. Apakah perilaku pelajar tersebut sudah sesuai nilai dasar Pancasila? Berikan
alasannya!

Daftar Pustaka
Salikun,dkk.2015.Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMP/MTS Kelas
IX.Jakarta:Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sekretariat Jenderal MPR RI.2012.Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara. Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI
Drs. I Made Suwanda, M.Si.2017.Pancasila Dasar Negara dan Pandangan Hidup
Bangsa.Solo: UNS
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Berita Menag: Selesaikan Masalah Masjid di Papua Lewat Musyawarah, diunduh dari
nasional.sindonews.com pada Sabtu 7 April 2018, pukul 14.30 WIB.
Tawuran Berdarah di Tambun, 40 Pelajar SMK Bekasi Ditangkap, diunduh
www.metro.sindonews.com pada Sabtu 7 April 2018, pukul 14.10 WIB.
Berikut 8 Bupati dan Wali Kota yang Terjerat Korupsi pada 2017, diunduh dari
www.nasional.tempo.co pada Sabtu 7 April 2018, pukul 14.00 WIB.
KD : 3.1 Membandingkan antara peristiwa dan dinamika yang terjadi di
masyarakat dengan praktik ideal Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsa.

Indikator : 3.1.3 Mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai


bidang kehidupan

MATERI POKOK

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM


BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN
a. Implementasi nilai pancasila di bidang politik
Perkembangan bidang politik antara lain meliputi persoalan lembaga negara, hak
asasi manusia, demokrasi, dan hukum (Salikun,dkk, 2015:18). Pembangunan yang
dilakukan dalam bidang politik harus dikembangkan dengan mendasarkan pada hakikat
manusia. Hal ini didasarkan pada kenyataan obyektif bahwa manusia merupakan subyek
pembangunan. Oleh karenanya kehidupan politik dalam Negara harus diarahkan untuk
mewujudkan tujuan dalam rangka mengangkat harkat dan martabat manusia.
1. Lembaga negara dikembangkan sesuai dengan kemajuan dan kebutuhan
masyarakat dan negara.
Sebagai contoh, dalam lingkungan lembaga negara, Indonesia telah mengalami
perubahan bentuk lembaga tinggi negara. Sebelum era reformasi, Majelis
Permusyawaratan Rakyat atau MPR adalah lembaga tertinggi negara yang membawahi
lembaga tinggi negara seperti DPR, MA, MK, BPK, dan DPA. Akan tetapi, demi
menjunjung tinggi nilai demokrasi sesuai yang tercantum dalam Pancasila, sistem
lembaga tinggi negara setelah reformasi berubah.
Perubahan tersebut ditandai dengan kedudukan MPR yang menjadi setara dengan
lembaga tinggi negara lainnya. Dengan persamaan kedudukan ini, diharapkan semua
lembaga tinggi negara bisa saling mengawasi dan mengoreksi. Selain itu, dibentuk
beberapa lembaga negara baru seperti DPD atau Dewan Perwakilan Daerah untuk
badan legislatif dan KY atau Komisi Yudisial yang berfungsi memilih hakim untuk
badan yudikatif. Akan tetapi, ada juga lembaga tinggi yang dihapus, yaitu Dewan
Pertimbangan Agung sebagai dewan pertimbangan presiden. Lembaga semacam itu
sebenarnya tetap ada untuk membantu kinerja presiden, namun statusnya tidak lagi
berada dalam lembaga tinggi negara.
Selain beberapa lembaga negara tersebut, terdapat lembaga negara yang tergolong
masih baru yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). KPK didirikan pada tahun
2003. KPK dibuat dengan tujuan untuk membebaskan Indonesia dari korupsi.
Kedudukan KPK berada di ibukota Negara Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi
seluruh wilayah Negara Indonesia dan di daerah provinsi dapat dibentuk kantor
perwakilan serta bertanggung jawab kepada publik atas pelaksanaan tugasnya dan
menyampaikan laporan berkala kepada Presiden RI, DPR RI dan Badan Pemeriksaan
Keuangan (BPK). KPK didirikan karena maraknya tindak korupsi, tentu saja ini tidak
sesuai dengan nilai Pancasila yaitu nilai ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan,
dan keadilan.
2. Bangsa Indonesia menghargai hak asasi manusia sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila.
Pada awal pembentukan Negara Republik Indonesia, pasal tentang Hak asasi
Manusia belum dijelasjkan secara rinci pada UUD Negara Republik Indonesia tahun
1945, setelah amandemen II penjaminan hak asasi manusia telah dimasukkan ke dalam
UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada pasal 28A – J sebagai perwujudan
nilai Pancasila dalam kehidupan politik Indonesia. Seiring dengan perkembangan
jaman dan banyaknya peristiwa yang dilalui oleh bangsa Indonesia khususnya yang
mengenai Hak Asasi Manusia sebelum era reformasi, maka dibuatlah undang-undang
baru tentang Hak Asasi Manusia. Undang-undang tersebut adalah Undang-Undang
Nomor 39 tahun 1999 yang disahkan oleh Presiden menjabat, B.J. Habibie. Undang-
undang tersebut terdiri dari BAB I – XI dengan total 106 pasal. Undang-undang
tersebut diharapkan telah memenuhi semua kebutuhan hukum tentang semua
permasalahan Hak Asasi Manusia yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Hal
tersebut juga jelas menjadi perwujudan pancasila dalam bidang politik Indonesia,
karena pada dasarnya sistem politik di Indonesia menjunjung tinggi nilai Hak Asasi
Manusia.
Dalam praktik penerapan HAM masih banyak terjadi penyimpangan yang
dianggap tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam UUD Negara Republik
Indonesia tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
manusia.
3. Demokrasi yang dikembangkan adalah demokrasi Pancasila. Demokrasi
Pancasila mengutamakan musyawarah mufakat dan kekeluargaan.
Pengembangan demokrasi pancasila sebagai perwujudan nilai-nilai pancasila di
bidang politik diwujudkan dengan berbagai bentuk. Salah satunya adalah dengan
menjunjung tinggi pendapat rakyat untuk sebuah keputusan politik Indonesia. Contoh
konkretnya adalah perubahan sistem pemilihan umum di Indonesia. Sejak tahun 1999
Presiden tidak lagi dipilih oleh MPR, akan tetapi langsung dipilih oleh rakyat. Di tahun
2004 pun rakyat juga telah langsung memimilih kepala daerah.
Dengan diadakan pemilihan langsung, bisa disimpulkan bahwa Indonesia juga
menjunjung tinggi nilai musyawarah mufakat yang tumbuh dari tradisi nilai budaya
bangsa. Indonesia tidak lagi bergantung pada dominasi mayoritas partai atau kelompok
tertentu. Indonesia juga mengutamakan sifat kekeluargaan yang tidak saling
menjatuhkan demi kepentingan individu atau golongan. Hal tersebut sesuai dengan nilai
pancasila sila ke-4 yaitu nilai kerakyatan.
4. Pembangunan bidang hukum diarahkan pada terciptanya sistem hukum nasional
yang berdasarkan Pancasila.
Pembentukan hukum nasional merupakan produk politik dari lembaga eksekutif
dan legislatif, pembentukannya didasarkan pada nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat
dan diakui sebagai hukum. Lembaga eksekutif dan legislatif dalam membuat undang-
undang tentu saja tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 dan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum sehingga dalam
pembuatan peraturan perundang-undangan pemerintah harus mementingkan kepentingan
umum untuk menghindari terjadi kesewenang-wenangan dalam praktik pemerintahan.
b. Implementasi nilai Pancasila di bidang Ekonomi
Sistem perekonomian yang dikembangkan adalah sistem ekonomi yang dijiwai
oleh-oleh nilai-nilai Pancasila. Landasan operasional sistem ekonomi yang berdasarkan
nilai-nilai Pancasila ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 33, yang menegaskan :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Koperasi merupakan salah satu wujud nilai keadilan, koperasi yang dimaksud
sebagaimana pernah dijelaskan Bung Hatta adalah koperasi yang dibentuk di atas
perekonomian rakyat meliputi usaha mikro, usaha kecil dan menengah. Melalui koperasi,
ekonomi Pancasila memainkan peran secara operasional untuk menjadikan masyarakat
Indonesia bebas dari kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi (Inggar dan Ahmad,
2017:143).
Konsepsi ekonomi Pancasila yang termanifestasikan dalam bentuk koperasi dapat
terlihat dari operasionalisasi berikut (Budimanta, 2012: 4-6) Pertama Ketuhanan Yang
Maha Esa, memberikan gambaran pentingnya etika dan moral bangsa dalam
perekonomian nasional. Para penggerak dan anggota koperasi harus menyadari bahwa
setiap perbuatan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, sehingga dalam menjalankan
koperasi selalu bertindak jujur, amanah, professional, disiplin dan menjalankan etos kerja
positif lainnya. Spirit ekonomi bermoral, beretika dan reiligiusitas menghendaki agar
segala kelemahan sistem ekonomi kapitalis maupun sosialis tidak hadir dan berkembang
dalam koperasi.
Kedua, menjadi penting dalam menjalankan kegiatan koperasi, dikembangkan
semangat pembangunan ekonomi dan finansial dengan mengedepankan rasa keadilan.
Nilai adil dan beradab dapat muncul dengan adanya kesadaran menyerap aspirasi anggota
koperasi, mengajak partisipasi aktif anggota dalam memberikan masukan terhadap kerja
pengurus koperasi dan pembagian Sisa Hasil Usaha yang adil dan merata, serta transparan
terhadap anggota.
Ketiga, koperasi dapat membantu terciptanya sisi nasionalisme anak bangsa.
Koperasi dapat memaksimalkan karya kreatif anggota untuk dijual di koperasi,
menginisiasi semangat kegotongroyongan dalam memajukan usaha bersama antar anggota
koperasi dan mendorong adanya pinjaman lunak dengan proses cepat dan mudah yang
nantinya dapat dipakai untuk menjalankan kegiatan usaha sehingga semakin banyak
bermunculan wirausahawan baru yang dapat mengurangi kesenjangan sosial di
masyarakat.
Keempat, koperasi dapat mendorong rakyat untuk bekerjasama mencapai tujuan
bersama yaitu kemakmuran dan kesejahteraan anggotanya. Mekanisme kerja koperasi
harus mampu memenuhi akses kebutuhan dasar anggotanya. Selain itu, koperasi harus
mampu kreatif dalam mengupayakan arus informasi mengenai peluang kerja sampai
kerjasama usaha dengan anggotanya sehingga tercipta kesepakatan yang saling
menguntungkan.
Kelima, mengupayakan keadilan sosial dalam arti, koperasi tidak membedakan
status sosial maupun sesuatu yang mengarah kepada tindakan SARA. Selama anggota
yang tergabung dalam koperasi memahami kewajibannya, maka mereka berhak
mendapatkan hak dari apa saja yang diusahakan koperasi demi memajukan kepentingan
usaha. Keadilan sosial dapat juga dimaknai pembagian hasil produksi koperasi secara
nyata kepada anggotanya.
c. Implementasi nilai Pancasila di bidang Sosial Budaya
Masyarakat di sekitar kita selalu mengalami perubahan sosial dan budaya. Agar
perubahan tersebut tetap terarah pada terwujudanya masyarakat berdasarkan Pancasila,
maka sistem nilai sosial dan budaya dalam masyarakat dikembangkan sesuai dengan nilai-
nilia Pancasila. Nilai-nilai sosial yang sudah ada dalam masyarakat yang sesuai dengan
Pancasila, seperti kekeluargaan, musyawarah, gotong royong terus dipelihara dan
diwariskan kepada generasi muda.
Implementasi nilai Pancasila di bidang sosial budaya adalah program Jaminan
Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) adalah program negara yang
merupakan perwujudan nilai-nilai Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Keberadaan program tersebut telah membuka kesempatan mendapatkan
pelayanan kesehatan secara adil dan merata bagi seluruh masyarakat, baik yang mampu
maupun yang tidak mampu, dari kalangan penerima bantuan iuran, hingga pemilik
perusahaan, dengan iuran yang terjangkau. Keadilan sosial sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila ini akan terwujud jika semua pihak sama-sama bergotong royong atau
berkontribusi dalam Program JKN-KIS.
Implementasi nilai Pancasila di bidang sosial dan budaya termuat dalam bab XIII
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indnesia tahun 1945 tentang pendidikan dan
kebudayaan. Dalam pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indnesia tahun 1945
yang menegaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan negara
menganggarkan pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari APBN serta
APBD.
Sedangkan dalam pasal 32 menegaskan bahwa negara menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. Tentu saja
dalam mengembangkan budaya tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
d. Implementasi nilai Pancasila di bidang Pertahanan dan Keamanan
Dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sejak sebelum diamandemen
telah memuat tentang pembelaan negara yakni termuat dalam pasal 30 ayat 1 dan 2.
Setelah amandemen UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengenai pembelaan
negara dimuat dalam UUD Tahun 1945 pasal 27 ayat 3 yang mengaskan bahwa
pembelaan negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara. Bidang pertahanan
dan keamanan diperjelas dalam pasal 30 ayat 1 sampai dengan 5. Dalam pasal 30 ayat (1)
menegaskan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikur serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.

Kemudian pada pasal 30 ayat (2) menjelaskan bahwa usaha pertahanan dan
keamanan Negara Indonesia dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta, di mana TNI sebagai kekuatan utama dalam pertahanan negara dan POLRI
sebagai kekuatan utama menjaga kemanan negara, serta rakyat sebagai kekuatan
pendukung.
Peraturan tentang pertahanan dan keamanan negara diatur dalam Undang-Undang
berikut:
a. Undang-Undang No.3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara
b. Undang-Undang No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
c. Undang-Undang No.34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia
Dengan demikian pasal tersebut menegaskan perlunya partisipasi seluruh rakyat dalam
pembelaan negara, pertahanan dan keamanan negara. Bentuk partisipasi rakyat dalam
pembelaan negara yang sudah ada dalam masyarakat seperti sistem “ronda” atau sistem
keamanan lingkungan (siskamling) yang melibatkan masyarakat secara bergantian,
sishankamrata, dan pembentukan kader bela negara. Di beberapa daerah juga terdapat
lembaga masyarakat atau adat yang bertugas menjaga keamanan masyarakat, seperti
Pecalang di Bali. Lembaga ini dibentuk oleh dan dari masyarakat sekitar untuk menjaga
keamanan lingkungan masyarakat.
Selain itu melalui pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Dalam penjelasan pasal 37 ayat (1) UU RI Nomor 3 Tahun 2003 dijelaskan, bahwa
pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Sehingga, pembentukan rasa
kebangsaan dan cinta tanah air peserta didik dapat dibina melalui penddikan
kewarganegaraan. Pembinaan kesadaran bela negara melalui pendidikan kewarganegaraan
dimaksudkan untuk membina dan meningkatkan usaha pertahanan negara
Tugas Kelompok

Petunjuk pengerjaan:
1. Kelas di bagi menjadi 4 kelompok belajar!
2. Masing-masing kelompok, silahkan cari contoh implementasi di berbagai bidang kehidupan!

Contoh implementasi Contoh Contoh implementasi Contoh implementasi di


di bidang politik implementasi di di bidang ekonomi bidang Pertahanan dan
sosial budaya Keamanan

Perekonomian di
Indonesia identik
dengan koperasi
berbasis ekonomi
kerakyatan
Daftar pustaka

Budimanta, A. (2012). Ekonomi Pancasila, Ekonomi Kita” Disampaikan pada Seminar


Sistem Perekonomian Nasional menurut pasal 33 UUD 1945 oleh Pusat Studi
Konstitusi, Universitas Tri Sakti. Jakarta 12 Juli 2012.
Dian Paramita. 2017. 11 Perwujudan Nilai-Nilai Pancasila di Bidang Politik Dalam
Perkembangannya. https://guruppkn.com/perwujudan-nilai-pancasila-bidang-
politik. Diakses pada tanggal 4 April 2018 pukul 10.30 WIB
Humas BPJS Kesehatan. 2017. Nilai Pancasila dalam Prinsip Gotong Royong JKN-KIS.
https://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/post/read/2017/462/Nilai-
Pancasila-dalam-Prinsip-Gotong-Royong-JKN-KIS. Diakses pada tanggal 5
April 2018 pukul 09.00 WIB
Inggar Saputra dan Akhmad Saoqillah. 2017. Koperasi Sebagai Soko Guru Penggerak
Ekonomi Pancasila. Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis Vol.2, No.2, Juni 2017.
Diakses tanggal 8 April 2018 pukul 20.05 WIB.
I Nyoman Ngurah Suwarnatha. 2012. Penguatan Eksistensi Lembaga Komisi
Pemberantasan Korupsi Dalam Undang Undang Dasar 1945. Jurnal Konstitusi
Vol.II No.1, Juni 2012.
Salikun, dkk. 2015. Buku Siswa Pendidikan Pancasial dan Kewarganegaraan: SMP/MTs
Kelas IX). Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang No.3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara
Undang-Undang No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
Undang-Undang No.34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai