NIM : 320220404015
Masalah Tafsir
Pancasila memiliki lima sila yang berisi solusi dari setiap permasalahan yang terjadi.
Masalah sosial yang pada saat ini terjadi di Indonesia dapat memberikan efek yang berarti
adalah pengganguran, korupsi, konflik Ras, kenakalan remaja, narkoba, dan pendidikan
yang rendah.
Heterogenitas tafsir Pancasila tidak hanya menyentuh Pancasila secara keseluruhan tetapi
juga pada masing-masing sila di dalamnya, termasuk bagian mana diantara sila tersebut
yang utama.
Heterogenitas tafsir atas Pancasila meliputi tafsir berdasar agama atau tafsir theologis,
contoh Pancasila versi Islam, Pancasila versi Katolik, Pancasila versi Kristen dan Pancasila
versi Marxis.
Tafsir dalam pendekatan ideologis bersifat eklektis, tafsir filosofis dan sejarah. Ragam
pendekatan yang digunakan meliputi pendekatan ideologis, pendekatan ilmiah,
pendekatan filosofis dan pendekatan ideologis
Masalah Pelaksanaan.
Penerapan Pancasila tidak lagi dihadapkan pada ancaman pemberontakan yang ingin
mengganti Pancasila dengan ideologi lain, akan tetapi lebih dihadapkan pada kondisi
kehidupan masyarakat yang diwarnai oleh kehidupan yang serba bebas. Kebebasan yang
mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia saat ini meliputi berbagai macam bentuk
mulai dari kebebasan berbicara, berorganisasi dan berekspresi.
Kebebasan tersebut di satu sisi dapat memacu kreativitas masyarakat, tapi disisi lain juga
bisa mendatangkan dampak negatif yang merugikan bangsa
Hal negatif yang timbul sebagai akibat penerapan konsep kebebasan yang tanpa batas,
seperti munculnya pergaulan bebas, pola komunikasi yang tidak beretika dapat memicu
terjadinya perpecahan.
Tantangan lain dalam penerapan Pancasila adalah menurunnya rasa persatuan dan
kesatuan diantara sesama warga bangsa saat ini adalah yang ditandai dengan adanya
konflik di beberapa daerah, tawuran antarpelajar, tindak kekerasan yang dijadikan sebagai
alat untuk menyelesaikan permasalahan.
3. Jelaskan tentang kaitan pemikiran Pancasila sebagai ideology bangsa, dasar negara dan sumber
dari segala sumber hukum terkait dengan politik kenegaraan saat ini.
Jawaban:
Dasar Negara adalah dasar untuk mengatur penyelenggaraan ketatanegaraan suatu negara
dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan. Dasar
negara merupakan falsafah negara yang berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber
hukum. Falsafah negara atau dasar negara menjadi sikap hidup, pandangan hidup bagi
masyarakat, bangsa, dan negara. Indonesia, sebagai suatu bangsa, mempunyai ragam budaya,
suku bangsa, bahasa serta agama yang berbeda-beda. Atas perbedaan ini, Indonesia, mempunyai
falsafah sendiri dalam penyelenggaraan ketatanegaraannya.Dasar Negara atau falsafah bangsa
Indonesia merupakan perwujudan dari nilai luhur dari Bangsa Indonesia, yakni PANCASILA.
Indonesia sebagai suatu bangsa/ negara yang menyangkut dengan urusan negara atau
pemerintahannya dalam mewujudkan kebaikan dan kemakmuran bersama (POLITIK), yang warga
negaranya dalam berbagai suku bangsa, bahasa, agama dan budaya yang berbeda-beda. Dasar
Negara dalam menjalankan pemerintahannya berdasarkan negara hukum yang berlandaskan
pada Pancasila, UUD 1945 dan peraturan-peraturan lainnya yang mengatur dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.(NEGARA HUKUM).
Indonesia, sebagai suatu bangsa/negara yang menyangkut dengan urusan negara atau
pemerintahannya dalam mewujudkan kebaikan dan kemakmuran bersama (POLITIK), yang warga
negaranya dalam berbagai suku bangsa, bahasa, agama dan budaya yang berbeda-beda, (DASAR
NEGARA) dalam menjalankan pemerintahannya berdasarkan negara hukum yang berlandaskan
pada Pancasila, UUD 1945 dan peraturan-peraturan lainnya yang mengatur dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.(NEGARA HUKUM).
Karena itu, sangatlah dipertanyakan jika di sebuah negara hukum yang berdasarkan
Pancasila, belum tercapai suatu keadilan. Yang artinya, pelaksanaan negara hukum belum bisa
dikatakan berhasil, baik disebabkan karena pemerintahnya sebagai pemegang kekuasaan dan
pembuat kebijakan umum (POLITIK), maupun masyarakatnya/ warga negaranya. Sebagai Ilustrasi
apabila ada wacana dari Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan dan pembuat kebijakan yang
ingin memisahkan antara POLITIK dan AGAMA dalam sistem pemerintahan negara Indonesia,
tentu akan menimbulkan pertanyaan besar, akan membuat suatu gejolak sosial didalam
masyarakat/ warga negara Indonesia. Hal ini dikarenakan, sebagai Negara Hukum yang sudah
mempunyai dasar negara sebagai landasan hukum yang dalam pelaksanaan fungsi Politiknya,
tidak boleh bertentangan dengan dasar negara yakni Pancasila sebagai Dasar Hukum Negara
Indonesia. Sehingga, apabila ada wacana atau keinginan untuk memisahkan Politik dan Agama,
tentu saja hal ini sama dengan ingin merubah dasar negara. Karena, sebagai Negara Hukum yang
pemerintahannya berdasarkan Hukum yang mempunyai perangkat-perangkat negara yang
mengatur tentang hukum, dan yang menjadi dasar hukum utamanya adalah Pancasila. sehingga
apabila terjadi, maka Indonesia, tidak lagi bisa dikatakan sebagai Negara Hukum, karena
pemerintahnya sendiri telah melanggar atau menyalahi perangkat negara yang mengatur
tentang hukum itu sendiri.
4. Pemecahan berbagai kompleksitas permasalahan di dapat ditempuh dengan dua jalur, yaitu jalur
pemikiran politik kenegaraan, dan jalur pemikiran akademis. Jelaskan!
Jawaban:
1. Pemikiran Politik Kenegaraan
Jalur pemikiran kenegaraan ini memiliki kemiripan dengan jalur pelaksanaan objektif dalam
pemikiran Notonagoro, yaitu penjabaran Pancasila sebagai ideologi bangsa, Dasar Negara dan
sumber hukum dijabarkan dalam berbagai ketentuan hukum dan kebijakan politik.
Penyelenggara negara memiliki peranan penting sebagai pengemban misi ini. Penyelenggara
negara tersebut baik lembaga tertinggi negara (MPR) maupun lembaga tinggi negara lain seperti
Presiden, DPR, DPA, MA, BPK dan berbagai pemerintahan di bawahnya. Para penyelenggara
negara ini berkewajiban menjabarkan nilai-nilai Pancasila ke dalam perangkat perundang-
undangan serta berbagai kebijakan dan tindakan.
Tujuan penjabaran Pancasila dalam konteks ini adalah untuk mengambil keputusan konkret
dan praktis. Metodologi yang digunakan adalah memandang hukum sebagai metodologi,
sebagaimana yang telah diatur oleh UUD NRI.
2. Pemikiran Akademis
Tidak semua permasalahan mengenai Pancasila dapat dipecahkan melalui jalur politik
kenegaraan semata, melainkan memerlukan jalur lain yang membantu memberikan kritik dan
saran bagi pelaksanaan Pancasila, jalur itu adalah jalur akademis. Sejarah pemikiran Pancasila
menunjukkan adanya berbagai kompleksitas dan heterogenitas dalam pendekatan intelektual
mengenai Pancasila. Pendekatan intelektual ini dipelopori oleh Notonagoro dari Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta, yang mencoba menjelaskan Pancasila secara ilmiah populer. Langkah
ini juga dilanjutkan oleh Drijarkara, yang mencoba membahas Pancasila dari aspek filsafat
eksistensialisme, setelah itu mulai bermunculan beberapa pemikir mengenai Pancasila.
Pranarka (1985: 349) menunjukkan adanya heterogenitas dan kompleksitas pendekatan
intelektual terhadap Pancasila itu disebabkan oleh pertama, diterapkannya berbagai jenis
pengetahuan di dalam upaya mengetahui dan mendalami Pancasila, sehingga melahirkan
berbagai pendekatan yang sifatnya ideologis, filosofis, teologis, dan ilmiah. Kedua,
ditransplantasikannya ideologi-ideologi lain untuk memahami Pancasila, misalnya ideologi
Marxisme, Ideologi Liberalisme, dan Ideologi Islam. Ketiga, tidak adanya dukungan konsepsional
yang konsisten terhadap Pancasila, baik sebagai dasar negara, sumber hukum, maupun sebagai
ideologi nasional. Di samping itu belum ada teori mengenai cara objektif mempelajari Pancasila.
Sebagai inspirasi seseorang untuk menemukan identitas dan jati diri kebangsaannya.
Sebagai prinsip dasar untuk memahami dan menafsirkan kehidupannya dalam konteks
berbangsa dan bernegara.
Sebagai kekuatan yang memotivasi seseorang untuk melaksanakan hak dan kewajibannya
sebagai warga begara.
Sebagai pedoman seseorang dalam bertindak bagi bangsanya.
Sebagai inspirasi tumbuhnya jiwa nasionalisme dan patriotisme.
Sebagai sarana keilmuwan yang menghubungkan warga negara terhadap pemikiran para
pendiri bangsanya.
Sebagai jalan untuk menemukan jawaban mengapa bangsa Indonesia didirikan.
Kesadaran moral, mengenal diri sendiri, mengenal nilai-nilai moral, kemampuan memberi
pandangan, pengambilan keputusan, dan pengenalan diri sendiri, adalah kualitas manusia utama,
yang membuat orang memiliki pengetahuan moral (moral knowing), yang semuanya ini
berkonstribusi terhadap bagian dari kognitif karakter.
Conscience, kata hati atau hati nurani, yang memiliki dua sisi yaitu sisi kognitif dan sisi emosi.
Self-esteem atau harga diri. Mengukur harga diri kita sendiri berarti kita menilai diri sendiri.
Empathy atau empati adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, seolah-olah mengalami
sendiri apa yang dialami orang lain, atau merasakan apa yang orang lain rasakan.
Loving the good atau cinta pada kebaiukan, jika orang cinta akan kebaikan, maka mereka
akan berbuat baik, dan mereka memiliki moralitas.
Self-control atau kontrol diri, adalah kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri, dan hal
ini diperlukan juga untuk mengekang kesenangan diri sendiri.
Humility atau kerendahan hati (lembah manah), adalah merupakan kebaikan moral yang
kadang-kadang dilupakan atau diabaikan, pada hal ini merupakan bagaian terpenting dari
karakter yang baik. Kerendahan hati adalah bagian dari aspek afektif dari pengetahuan
terhadap diri sendiri. Kata hati, harga diri, empati, cinta kebaikan, pengendalian diri, dan
kerendahan hati, semuanya akan memperbaiki bagian emosi dari moralitas diri sendiri.
5. Tanpa adanya IPTEK kehidupan sosial manusia menjadi terhambat. Atas dasar kemampuan
kreatifitas berpikir, manusia dapat mengembangkan IPTEK dari waktu ke waktu. Segala
kemudahan mulai dari transportasi, telekomonikasi sampai pendidikan tak luput dari peran
IPTEK. Aspek Kawasan Iptek yang telah diletakkan diatas Pancasila sebagai paradigma, perlu
dipahami dasar dan arah peranannya. Jelaskan Aspek-aspek tersebut.
Jawaban:
Aspek kawasan IPTEK yang diletakan diatas Pancasila sebagai paradigmanya, perlu dipahami
dasar dan arah peranannya, yaitu :
Aspek ontology. Bahwa hakekat IPTEK merupakan aktivitas manusia yang tidak mengenal
titik henti dalam upayanya untuk mencari dan menentukan kebenaran dan kenyataan. Ilmu
Pengetahuan harus dipandang secara utuh, dalam dimensinya sebagai :
Sebagai masyarakat, menunjukkan adanya suatu academic community yang dalam
hidup keseharian para warganya untuk terus menggali dan mengembangkan ilmu
pengetahuan.
Sebagai proses, menggambarkan suatu aktivitas masyarakat ilmiah yang melalui
abstraksi, spekulasi, imajinasi, refleksi, observasi, eksperimentasi, komparasi dan
eksplorasi mencari dan menemukan kebenaran dan kenyataan.
Sebagai produk, adalah hasil yang diperoleh melalui proses, yang berwujud karya –
karya ilmiah beserta implikasinya yang berwujud fisik ataupun non-fisik.