Anda di halaman 1dari 9

Nama : Lando Pardomuan Tambunan

NIM : 320220404015

Prodi : Teknik Sipil Militer

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila

Dosen : Kol. Laut (s) Kartoli,S.E.,M.Han

PEMIKIRAN DAN PELAKSANAAN PANCASILA


1. Jelaskan kompleksitas permasalahan dan heteregonitas pandangan yang mempengaruhi
perkembangan pemikiran yang terjadi pada masa sekarang.
Jawaban:
 Masalah Sumber
 Heterogenitas adalah keanekaragaman atau juga kemajemukan. Faktor geografis dan
sejarah di masa lalu, Indonesia memiliki tingkat Heterogenitas yang cukup tinggi dan
bahkan didaulat sebagai salah satu Negara paling beragam di dunia.  Wilayah yang
terdiri atas pulau dan juga ragam etnis, agama dan adat istiadat memang menjadikan
Indonesia besar dan kaya. Disatu sisi beresiko dengan perbedaan. Apabila tidak dikelola
dengan baik akan berpotensi terjadinya konflik. 
 Permasalah yang didahapi bangsa antara lain kemiskinan, radikalisme, perbedaan agama
dan permasalahan komplek lainnya, Masalah sosial perselisihan dalam masyarakat
akibat interaksi sosial antar individu, interaksi sosial dan kelompok, atau antara suatu
kelompok. Dalam keadaan normal masyarakat akan terintegrasi (bersatu) di dalam
kehidupan yang sesuai pada unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, akan tetapi
apabila unsur yang telah menjadi kaidah sosial terjadi benturan, maka dapat dipastikan
bahwa hubungan sosial akan terganggu sehingga memungkinkan terjadi kegoyahan
dalam kehidupan kelompok.

 Masalah Tafsir
 Pancasila memiliki lima sila yang berisi solusi dari setiap permasalahan yang terjadi.
Masalah sosial yang pada saat ini terjadi di Indonesia dapat memberikan efek yang berarti
adalah pengganguran, korupsi, konflik Ras, kenakalan remaja, narkoba, dan pendidikan
yang rendah.
 Heterogenitas tafsir Pancasila tidak hanya menyentuh Pancasila secara keseluruhan tetapi
juga pada masing-masing sila di dalamnya, termasuk bagian mana diantara sila tersebut
yang utama. 
 Heterogenitas tafsir atas Pancasila meliputi tafsir berdasar agama atau tafsir theologis,
contoh Pancasila versi Islam, Pancasila versi Katolik, Pancasila versi Kristen dan Pancasila
versi Marxis. 
 Tafsir dalam pendekatan ideologis bersifat eklektis, tafsir filosofis dan sejarah. Ragam
pendekatan yang digunakan meliputi pendekatan ideologis, pendekatan ilmiah,
pendekatan filosofis dan pendekatan ideologis

 Masalah Pelaksanaan.
 Penerapan Pancasila tidak lagi dihadapkan pada ancaman pemberontakan yang ingin
mengganti Pancasila dengan ideologi lain, akan tetapi lebih dihadapkan pada kondisi
kehidupan masyarakat yang diwarnai oleh kehidupan yang serba bebas. Kebebasan yang
mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia saat ini meliputi berbagai macam bentuk
mulai dari kebebasan berbicara, berorganisasi dan berekspresi. 
 Kebebasan tersebut di satu sisi dapat memacu kreativitas masyarakat, tapi disisi lain juga
bisa mendatangkan dampak negatif yang merugikan bangsa
 Hal negatif yang timbul sebagai akibat penerapan konsep kebebasan yang tanpa batas,
seperti munculnya pergaulan bebas, pola komunikasi yang tidak beretika dapat memicu
terjadinya perpecahan. 
 Tantangan lain dalam penerapan Pancasila adalah menurunnya rasa persatuan dan
kesatuan diantara sesama warga bangsa saat ini adalah yang ditandai dengan adanya
konflik di beberapa daerah, tawuran antarpelajar, tindak kekerasan yang dijadikan sebagai
alat untuk menyelesaikan permasalahan. 

   Masalah apakah Pancasila itu Subject to change

Permasalahan ini menyangkut pandangan yang beranggapan bahwa Pancasila dapat


berubah sewaktu-waktu. Pandangan tersebut dengan melihat perkembangan saat ini masih
ada pemikiran yang menganggap bahwa Pancasila dapat berubah, namun resistensinya
sangat besar. Hal tersebut apabila terus berkembang dapat menimbulkan perpecahan.
Secara yuridis Pancasila tidak dapat berubah sesuai mukadimah pembukaan pancasila alinea
ke IV. Merubah Pancasila berati membubarkan Negara Kesatuan Repblik Indonesia yang
diplokamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. 

 Problem evolusi dan kompleksitas di dalam pemikiran mengenai pemikiran Pancasila.


Problem evolusi dan kompleksitas di dalam pemikiran pancasila mengenai pemikiran
Pancasila secara histori telah terjadi dalam implementasi sejak tahun 1945-1945, masa Orde
Lama dan masa Orde Baru, demikian pula pada masa reformasi. Hal ini sangat dipengaruhi
oleh kepentingan politik dengan tidak dilaksanakannya Pancasila secara murni dan
konsekuen, sehingga terjadinya peristiwa pergantian Presiden melalui sidang Umum MPR
pada Tahun 1967, 1989, 1999 dan Tahun 2002. 

2. Jelaskan yang mahasiswa ketahui tentang konsistensi dalam mengimplementasikan Pancasila


sesuai dengan kondisi bangsa saat ini.
Jawaban:
Konsistensi adalah pengulangan yang sama akan suatu hal. Pancasila merupakan dasar
negara, pandangan negara, ideologi negara dan kepribadian negara Indonesia. Nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila tersebut hendakya dilaksanakan secara konsisten oleh masyarakat
Indonesia.
Ditengah era globalisasi ini, kita sebagai kadet mahasiswa harus mampu menjalankan dan
melakukan segala kegiatan berdasarkan nilai Pancasila. Karena saat ini, banyak nilai yang
bertentangan dengan Pancasila beredar dimasyarakat. Hal-hal yang menyeleweng yang kerap
dilakukan oleh rakyat Indonesia. Kita harus mampu menjadi contoh bagi masyarakat di sekitar
kita. Dan menjadi garda terdepan dalam menegakkan nilai Pancasila. Adapun hal-hal lain yang
dapat kita lakukan sesuai sila-sila Pancasila adalah:
 Percaya dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Essa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab..
Dan meningkatkan sikap saling toleransi sesame kadet mahasiswa.
 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Mengembangkan sikap tenggang rasa. Dan
mahasiswa harus berani membela kebenaran dan keadilan.
 Kadet mahasiswa harus memiliki jiwa nasionalisme yang ditujukan untuk menciptakan
rasa mencintai tanah air, bangsa dan negara, serta dapat menjalin rasa kebersamaan
antar kadet mahasiswa.
 Sebagai kadet mahasiswa, kita harus mengedepankan sikap suka ber
 Sebagai kadet mahasiswa, kita harus mengedepankan sikap suka bermusyawarah Ketika
ingin mengambil keputusan Bersama dan bijak dalam mengutarakan pendapat agara
dapat menghasilkan keputusan yang baik. Serta mengutamakan kepentingan negara dan
masyarakat.
 Kadet mahasiswa harus mampu bersikap adil terhadap sesame, menghormati hak-hak
orang lain dan menolong orang lain.

3. Jelaskan tentang kaitan pemikiran Pancasila sebagai ideology bangsa, dasar negara dan sumber
dari segala sumber hukum terkait dengan politik kenegaraan saat ini.
Jawaban:
Dasar Negara adalah dasar untuk mengatur penyelenggaraan ketatanegaraan suatu negara
dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan. Dasar
negara merupakan falsafah negara yang berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber
hukum. Falsafah negara atau dasar negara menjadi sikap hidup, pandangan hidup bagi
masyarakat, bangsa, dan negara. Indonesia, sebagai suatu bangsa, mempunyai ragam budaya,
suku bangsa, bahasa serta agama yang berbeda-beda. Atas perbedaan ini, Indonesia, mempunyai
falsafah sendiri dalam penyelenggaraan ketatanegaraannya.Dasar Negara atau falsafah bangsa
Indonesia merupakan perwujudan dari nilai luhur dari Bangsa Indonesia, yakni PANCASILA. 
Indonesia sebagai suatu bangsa/ negara yang menyangkut dengan urusan negara atau
pemerintahannya dalam mewujudkan kebaikan dan kemakmuran bersama (POLITIK), yang warga
negaranya dalam berbagai suku bangsa, bahasa, agama dan budaya yang berbeda-beda. Dasar
Negara dalam menjalankan pemerintahannya berdasarkan negara hukum yang berlandaskan
pada Pancasila, UUD 1945 dan peraturan-peraturan lainnya yang mengatur dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.(NEGARA HUKUM).
Indonesia, sebagai suatu bangsa/negara yang menyangkut dengan urusan negara atau
pemerintahannya dalam mewujudkan kebaikan dan kemakmuran bersama (POLITIK), yang warga
negaranya dalam berbagai suku bangsa, bahasa, agama dan budaya yang berbeda-beda, (DASAR
NEGARA) dalam menjalankan pemerintahannya berdasarkan negara hukum yang berlandaskan
pada Pancasila, UUD 1945 dan peraturan-peraturan lainnya yang mengatur dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.(NEGARA HUKUM).
Karena itu, sangatlah dipertanyakan jika di sebuah negara hukum yang berdasarkan
Pancasila, belum tercapai suatu keadilan. Yang artinya, pelaksanaan negara hukum belum bisa
dikatakan berhasil, baik disebabkan karena pemerintahnya sebagai pemegang kekuasaan dan
pembuat kebijakan umum (POLITIK), maupun masyarakatnya/ warga negaranya. Sebagai Ilustrasi
apabila ada wacana dari Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan dan pembuat kebijakan yang
ingin memisahkan antara POLITIK dan AGAMA dalam sistem pemerintahan negara Indonesia,
tentu akan menimbulkan pertanyaan besar, akan membuat suatu gejolak sosial didalam
masyarakat/ warga negara Indonesia. Hal ini dikarenakan, sebagai Negara Hukum yang sudah
mempunyai dasar negara sebagai landasan hukum yang dalam pelaksanaan fungsi Politiknya,
tidak boleh bertentangan dengan dasar negara yakni Pancasila sebagai Dasar Hukum Negara
Indonesia. Sehingga, apabila ada wacana atau keinginan untuk memisahkan Politik dan Agama,
tentu saja hal ini sama dengan ingin merubah dasar negara. Karena, sebagai Negara Hukum yang
pemerintahannya berdasarkan Hukum yang mempunyai perangkat-perangkat negara yang
mengatur tentang hukum, dan yang menjadi dasar hukum utamanya adalah Pancasila. sehingga
apabila terjadi, maka Indonesia, tidak lagi bisa dikatakan sebagai Negara Hukum, karena
pemerintahnya sendiri telah melanggar atau menyalahi perangkat negara yang mengatur
tentang hukum itu sendiri.
4. Pemecahan berbagai kompleksitas permasalahan di dapat ditempuh dengan dua jalur, yaitu jalur
pemikiran politik kenegaraan, dan jalur pemikiran akademis. Jelaskan!
Jawaban:
1. Pemikiran Politik Kenegaraan
Jalur pemikiran kenegaraan ini memiliki kemiripan dengan jalur pelaksanaan objektif dalam
pemikiran Notonagoro, yaitu penjabaran Pancasila sebagai ideologi bangsa, Dasar Negara dan
sumber hukum dijabarkan dalam berbagai ketentuan hukum dan kebijakan politik.
Penyelenggara negara memiliki peranan penting sebagai pengemban misi ini. Penyelenggara
negara tersebut baik lembaga tertinggi negara (MPR) maupun lembaga tinggi negara lain seperti
Presiden, DPR, DPA, MA, BPK dan berbagai pemerintahan di bawahnya. Para penyelenggara
negara ini berkewajiban menjabarkan nilai-nilai Pancasila ke dalam perangkat perundang-
undangan serta berbagai kebijakan dan tindakan.
Tujuan penjabaran Pancasila dalam konteks ini adalah untuk mengambil keputusan konkret
dan praktis. Metodologi yang digunakan adalah memandang hukum sebagai metodologi,
sebagaimana yang telah diatur oleh UUD NRI.

2. Pemikiran Akademis
Tidak semua permasalahan mengenai Pancasila dapat dipecahkan melalui jalur politik
kenegaraan semata, melainkan memerlukan jalur lain yang membantu memberikan kritik dan
saran bagi pelaksanaan Pancasila, jalur itu adalah jalur akademis. Sejarah pemikiran Pancasila
menunjukkan adanya berbagai kompleksitas dan heterogenitas dalam pendekatan intelektual
mengenai Pancasila. Pendekatan intelektual ini dipelopori oleh Notonagoro dari Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta, yang mencoba menjelaskan Pancasila secara ilmiah populer. Langkah
ini juga dilanjutkan oleh Drijarkara, yang mencoba membahas Pancasila dari aspek filsafat
eksistensialisme, setelah itu mulai bermunculan beberapa pemikir mengenai Pancasila.
Pranarka (1985: 349) menunjukkan adanya heterogenitas dan kompleksitas pendekatan
intelektual terhadap Pancasila itu disebabkan oleh pertama, diterapkannya berbagai jenis
pengetahuan di dalam upaya mengetahui dan mendalami Pancasila, sehingga melahirkan
berbagai pendekatan yang sifatnya ideologis, filosofis, teologis, dan ilmiah. Kedua,
ditransplantasikannya ideologi-ideologi lain untuk memahami Pancasila, misalnya ideologi
Marxisme, Ideologi Liberalisme, dan Ideologi Islam. Ketiga, tidak adanya dukungan konsepsional
yang konsisten terhadap Pancasila, baik sebagai dasar negara, sumber hukum, maupun sebagai
ideologi nasional. Di samping itu belum ada teori mengenai cara objektif mempelajari Pancasila.

3. Hubungan pemikiran politik kenegaraan dengan pemikiran akademis


Pemikiran politik kenegaraan tujuan utamanya adalah untuk pengambilan keputusan atau
kebijakan, maka lebih mengutamakan aspek pragmatis, sehingga kadang-kadang kurang
memperhatikan aspek koherensi, konsistensi, dan korespondensi. Akibatnya kadang berbagai
kebijakan justru kontra produktif dan bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
 
5. Pendekatan ideologis terkandung Makna bahwa Pancasila sebagai seperangkat ide atau gagasan
yang sistematis dalam pemerintahan saat ini. Jelaskan!
Jawaban:
Ideologi memiliki posisi yang sangat penting bagi setiap bangsa. Posisi penting ini
dikarenakan ideologi peranan sebagai arah atau pedoman bagi bangsa untuk mencapai
tujuannya masing-masing. Selain itu, peran lain yang dimiliki oleh ideologi adalah sebagai alat
untuk mencegah terjadinya konflik sosial dalam masyarakat agar setiap masyarakat dapat hidup
dalam ketentraman dan juga memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Peranan lain dari ideologi
adalah sebagai alat pemersatu suatu bangsa. Setiap bangsa tentu saja memiliki keberagaman
baik dalam suku,bahasa,adat-istiadat,kebudayaan, dan lain sebagainya.
Ideologi memiliki peran dalam mempersatukan keberagaman yang ada dalam masyarakat
supaya dapat terbentuknya kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik.Dari paparan
tersebut, maka dapat terlihat betapa pentingnya ideologi bagi setiap bangsa.
Identitas bangsa Indonesia sendiri tertuang kedalam ideologi yang dianut oleh bangsa Indonesia,
yaitu Ideologi Pancasila. Pancasila sebagai ideologi negara memiliki fungsi dan peranan antara
lain:

 Sebagai inspirasi seseorang untuk menemukan identitas dan jati diri kebangsaannya.
 Sebagai prinsip dasar untuk memahami dan menafsirkan kehidupannya dalam konteks
berbangsa dan bernegara.
 Sebagai kekuatan yang memotivasi seseorang untuk melaksanakan hak dan kewajibannya
sebagai warga begara.
 Sebagai pedoman seseorang dalam bertindak bagi bangsanya.
 Sebagai inspirasi tumbuhnya jiwa nasionalisme dan patriotisme.
 Sebagai sarana keilmuwan yang menghubungkan warga negara terhadap pemikiran para
pendiri bangsanya.
 Sebagai jalan untuk menemukan jawaban mengapa bangsa Indonesia didirikan.

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN


1. Salah satu agenda penting dalam upaya mengatasi krisis dalam kehidupan bangsa
kita adalah melalui pendidikan karakter. Jelaskan bahwa Pancasila Sebagai paradigma
pemabangunan Pendidikan.  
Jawaban:
Pancasila sebagai paradigma pembangunan pendidikan merupakan salah satu aspek yang
penting untuk membangun pendidikan di Indonesia. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha dasar
untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan atau keahlian dalam kesatuan organis
harmonis dinamais, di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan sebagai bagaian dari Ilmu Humaniora memperlihatkan proses yang terus
menerus mengarah pada kesempurnaan, yang semakin manusiawi. Pendidikan pada dasarnya ialah
pemanusiaan, dan ini memuat hominisasi dan humanisasi. Hominisasi merupakan proses
pemanusiaan secara umum, yakni memasukan manusia dalam lingkup manusiawi secara minimal.
Humanisasi adalah proses yang lebih jauh, kelanjutan hominisasi. Dalam proses ini, manusia bisa
meraih perkembangan yang lebih tinggi, seperti nampak dalam kemajuan-kemajuan budaya dan
ilmu pengetahuan.
Salah satu agenda penting dalam upaya mengatasi krisis dalam kehidupan bangsa kita
adalah melalui pendidikan karakter, pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan akhlak,
pendidikan budi pekerti. Pendidik(guru) yang baik adalah vital bagi kemajuan dan juga keselamatan
bangsa. Guru tidak hanya menyampaikan idea-idea, tetapi hendaknya menjadi suatu wakil dari suatu
cara hidup yang kreatif, suatu simbol kedamaian dan ketenangan dalam suatu dunia yang
dicemaskan dan dianiaya.
Pendidik (guru) yang memiliki akhlak, budi pekerti, karakter yang baik, akan sangat kondusif
dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan moral, yang muaranya akan mendukung bagi peserta
didik umum memiliki karakter yang baik. Karakter baik mencakup secara organis harmonis dan
dinamis komponen-komponen pengetahun moral yang baik, perasaan moral yang baik, dan tindakan
moral yang baik. Komponen-komponen karakter yang baik mencakup pengetahuan moral (moral
knowing), perasaan moral (moral feeling), dan tindakan (moral action).

Komponen Moral Knowing meliputi enam unsur yaitu :

 Moral awareness, kesadaran moral atau kesadaran hati nurani.


 Knowing moral values atau pengetahuan tentang nilai-nilai moral.
 Perspectives-talking atau perspektif yang memikat hati adalah kemampuan untuk memberi
pandangan pada orang lain.
 Moral reasoning atau pertimbangan-pertimbangan moral, adalah pengertian tentang apa
yang dimaksud dengan moral, dan mengapa kita harus bermoral.
 Decision-making atau pengambilan keputusan adalah kemampuan mengambil keputusan
dalam menghadapi masalah-masalah moral.
 Self-knowledge atau mengenal diri sendiri, adalahkemampuan mengenal atau memehami
diri sendiri.

Kesadaran moral, mengenal diri sendiri, mengenal nilai-nilai moral, kemampuan memberi
pandangan, pengambilan keputusan, dan pengenalan diri sendiri, adalah kualitas manusia utama,
yang membuat orang memiliki pengetahuan moral (moral knowing), yang semuanya ini
berkonstribusi terhadap bagian dari kognitif karakter.

Komponen-komponen Moral Feeling meliputi enam unsur penting, yaitu :

 Conscience, kata hati atau hati nurani, yang memiliki dua sisi yaitu sisi kognitif dan sisi emosi.
 Self-esteem atau harga diri. Mengukur harga diri kita sendiri berarti kita menilai diri sendiri.
 Empathy atau empati adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, seolah-olah mengalami
sendiri apa yang dialami orang lain, atau merasakan apa yang orang lain rasakan.
 Loving the good atau cinta pada kebaiukan, jika orang cinta akan kebaikan, maka mereka
akan berbuat baik, dan mereka memiliki moralitas.
 Self-control atau kontrol diri, adalah kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri, dan hal
ini diperlukan juga untuk mengekang kesenangan diri sendiri.
 Humility atau kerendahan hati (lembah manah), adalah merupakan kebaikan moral yang
kadang-kadang dilupakan atau diabaikan, pada hal ini merupakan bagaian terpenting dari
karakter yang baik. Kerendahan hati adalah bagian dari aspek afektif dari pengetahuan
terhadap diri sendiri. Kata hati, harga diri, empati, cinta kebaikan, pengendalian diri, dan
kerendahan hati, semuanya akan memperbaiki bagian emosi dari moralitas diri sendiri.

Komponen-komponen Moral Action, meliputi tiga unsur penting, yaitu :

 Competence atau kompetrensi moral adalah kemampuan untuk menggunakan


pertimbangan-pertimbangan moral dan perasaan dalam perilaku moral yang afektif.
 Will atau kemauan, adalah kemampuan yang sering menuntut tindakan nyata dari kemauan,
memobilitas energi moral untuk bertindak tentang apa yang kita pikirkan, apa yang harus
kita kerjakan. Kemauan berada pada keberanian moral inti.
 Habit atau kebiasaan. Suatu kebiasaan untuk bertindak secara baik dan benar perlu
senantiasa di kembangkan.
Tugas pendidikan moral adalah membantu peserta didik supaya memiliki karakter atau
akhlaq atau budi pekerti yang baik, sekaligus dimilikinya dalam diri peserta didik, pengetahuan,
perasaan, dan tindakan moral yang saling melengkapi satu sama lain, dalam suatu kesatuan organis
harmonis dinamis. Sedangkah tujuan pendidikan moral adalah membantu peserta didik agar menjadi
bijak atau pintar (smart) dan membantu mereka menjadi orang yang baik. Baik dalam artinya adalah
dimilikinya nilai-nilai yang dapat memperkokoh martabat manusia dan mengembangakan kebaikan
individu dan masyarakat.

2.      Pelaksanaan pembangunan hukum harus mampu mendayagunakan Pancasila sebagai


paradigma yang menekankan bahwa pembangunan itu harus bertumpu pada etika universal
yang terkandung pada sila-sila Pancasila, Jelaskan etika universal tersebut.
Jawaban:
 Tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa yang
menghormati ketertiban hidup beragama, rasa keagamaan dan agama sebagai kepentingan
yang besar
 Menghormati nilai-nilai Hak Asasi Manusia baik hak-hak sipil dan politik maupun hak-hak
ekonomi, sosial dan budaya dan dalam kerangka hubungan antar bangsa harus menghormati
“the right to development “
 Harus mendasarkan persatuan nasional pada penghargaan terhadap konsep “civic
nationalism “yang mengapresiasi pluralisme
 Harus menghormati indeks atau “core values of democracy “sebagai alat “audit democracy “
 Harus menempatkan “legal justice “dalam kerangka “social justice “dan dalam hubungan
antara bangsa berupa prinsip-prinsip “global justice “.

3.    Pancasila sebagai paradigma pengembangan politik diartikan bahwa Pancasila bersifat


politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan dengan menggunakan nilai-
nilai dalam Pancasila, Jelaskan Pemahaman Implementasinya. 
Jawaban:
 Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya,   agama, dan
ekonomi dalam kehidupan sehari-hari,
 Mementingkan kepentingan rakyat atau bersama (demokrasi) dalam pengambilan keputusan,
 Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep
mempertahankan persatuan,
 Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang adil dan
beradab,
 Tidak dapat tidak, nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan kemanusiaan (keadilan-
keberadaban) tersebut bersumber pada nilai Ketuhanan Yang Maha Esa

4.    Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah membawa perubahan


hampir di semua aspek kehidupan manusia, dimana berbagai permasalahan hanya dapat
dipecahkan dengan upaya penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi,Jelaskan Hakekat Pancasila sebagai paradigma Pemangunan IPTEK.
Jawaban:
 Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengkomplementasikan ilmu pengetahuan, mencipta,
perimbangan antara rasional dan irasional, antara akal rasa dan kehendak. Berdasarkan sila ini,
Iptek tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan atau diciptakan, tetapi juga harus
mempertimbangkan maksud dan akibat bagi manusia dan lingkungannya. Pengolahan diimbangi
dengan melestarikan. Sila ini menempatkan manusia dialam semesta bukan sebagai pusatnya,
melainkan sebagai bagian sistematik dari alam yang diolahnya.
 Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradap memberikan landasan bahwa pembngunan Iptek harus
bersifat beradap dan diabadikan untuk peningkatan harkat dan martabat manusia. Oleh karena
itu, pembangunan Iptek harus didasarkan kepada tujuan dasarnya untuk mewujudkan
kesejahteraan manusia serta peningkatan harkat dan martabat manusia.
 Sila persatuan Indonesia memberikan arahan bahwa pembangunan iptek hendaknya dapat
mengembangkan nasionalisme, kebesaran bangsa dan keluhuran bangsa sebagai bagian umat
manusia.
 Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksaan dalam permusyawaratan/perwakilan
mendasari pembangunan iptek secara demokratis. Artinya, setiap ilmuwan harus memiliki
kebebasan untuk mengembangkan Iptek. Selain itu dalam pembangunan Iptek, setiap ilmuwan
harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan harus ,memiliki sikap terbuka,
artinya terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan dengan teori lainnya.
 Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengkomplementasikan pembangunan iptek
haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan, yaitu keseimbangan
keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia
dengan manusia lainnya, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan
alam lingkungannya.

5.    Tanpa adanya IPTEK kehidupan sosial manusia menjadi terhambat. Atas dasar kemampuan
kreatifitas berpikir, manusia dapat mengembangkan IPTEK dari waktu ke waktu. Segala
kemudahan mulai dari transportasi, telekomonikasi sampai pendidikan tak luput dari peran
IPTEK. Aspek Kawasan Iptek yang telah diletakkan diatas Pancasila sebagai paradigma, perlu
dipahami dasar dan arah peranannya. Jelaskan Aspek-aspek tersebut.

Jawaban:

Aspek kawasan IPTEK yang diletakan diatas Pancasila sebagai paradigmanya, perlu dipahami
dasar dan arah peranannya, yaitu :

 Aspek ontology.  Bahwa hakekat IPTEK merupakan aktivitas manusia yang tidak mengenal
titik henti dalam upayanya untuk mencari dan menentukan kebenaran dan kenyataan. Ilmu
Pengetahuan harus dipandang secara utuh, dalam dimensinya sebagai :
 Sebagai masyarakat, menunjukkan adanya suatu academic community yang dalam
hidup keseharian para warganya untuk terus menggali dan mengembangkan ilmu
pengetahuan.
 Sebagai proses, menggambarkan suatu aktivitas masyarakat ilmiah yang melalui
abstraksi, spekulasi, imajinasi, refleksi, observasi, eksperimentasi, komparasi dan
eksplorasi mencari dan menemukan kebenaran dan kenyataan.
 Sebagai produk, adalah hasil yang diperoleh melalui proses, yang berwujud karya –
karya ilmiah beserta implikasinya yang berwujud fisik ataupun non-fisik.

 Aspek Epistemologi, bahwa pancasila dengan nilai–nilai yang terkandung didalamnya


dijadikan metode berpikir.

 Aspek Askiologi, dengan menggunakan nilai-nilai yang terkandung didalam  pancasila


sebagai metode berpikir, maka kemanfaatan dan efek pengembangan ilmu pengetahuan
secara negatif tidak bertentangan dengan ideal dari pancasila dan secara positif mendukung
atau mewujudkan nilai-nilai ideal pancasila

Anda mungkin juga menyukai