Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1


1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3. Tujuan ........................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pancasila Dan Permasalahan Sara ................................................................ 4


2.2. Hak Asasi manusia ........................................................................................ 7
2.3. Krisis ekonomi............................................................................................... 11
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ................................................................................................... 17


3.2. Saran ............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara


Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi poliltik
sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang
berlindung di balik legitimasi ideology Negara Pancasila. Dengan kata lain Pancasila
tidak lagi dijadikan Pandangan hidup bangsa dan Negara.

1| PANCASILA DAN PERMASALAHAN AKTUAL


Berdasarkan kenyataan tersebut diatas gerakan reformasi berupaya untuk
mengembalikan kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar Negara Republik
Indonesia yang direalisasikan dalam TAP SI MPR No. XVIII/MPR/1998 disertai
dengan pencabutan P-4 dan sekaligus juga pencabutan Pancasila sebagai satu-satunya
azas bagi Organisasi Sosial Politik (ORSOSPOL) di Indonesia.

Pancasila merupakan pandangan hidup dan falsafah bangsa Indonesia yang


mana dahulu pernah akan digantikan keberadaannya dari hati sanubari rakyat
Indonesia oleh paham ideology lain. Pancasila adalah pandangan hidup yang ber-
Ketuhanan Maha Esa yang artinya bahwa manusia adalah makhluk ciptaan tujan yang
wajib percaya dan menyembah-NYA. Pancasila menjunjung tinggi kemanusiaan,
keadilan, persatuan, kesatuan, keserasian, keselarasan dan keseimbangan. Pancasila
bersifat akomodatif dan menganut system pemerintahan demokrasi berdasarkan
kebijaksanaan musyawarah dan mufakat. Pancasila diamalkan melalui pembangunan
nasional dalam empat bidang politik, ekonomi, social budaya dan pertahanan
keamanan. Dengan mendalami nilai-nilai luhur Pancasila tentu kita sadar dan yakin
akan keunggulan Pancasila.

Hal-hal tersebut diatas merupakan modal utama untuk menangkal bahaya


laten komunisme ataupun laten-laten yang lain. Cara pandang masyarakat mengenai
Pancasila mulai masa Orde Baru sampai Orde Reformasi mengalami perkembangan
persepsi yang berbeda. Masa Orde Baru dimana penerapan Pancasila dilaksanakan
secara konsisten dan terarah walaupun masih banyak penyimpangannya. Dari dulu
hingga sekarang kita kenal dengan Wawasan Nusantara yang artinya cara pandang
bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungan nya kini lambat laun pudar dan
hampir-hampir siswa sekolah kurang mengerti akan hal ini, itu merupakan salah satu
contoh kemunduran dari penerapan dari nilai-nilai Pancasila.

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang biasa kita kenal


dengan P4 mungkin merupakan salah satu contoh upaya pemerintah dalam
menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila tapi pada masa

2| PANCASILA DAN PERMASALAHAN AKTUAL


reformasi nilai-nilai tersebut mulai pudar dan hilang dalam pandangan masyarakat
Indonesia. Pada masa reformasi penghayatan dan pengamalan Pancasila rupanya
mulai hilang dari benak warga Indonesia. Ancaman disintegrasi bangsa merupakan
salah satu contoh kurangnya pemahaman terhadap nilai luhur Pancasila. Toleransi
beragama pun juga mengalami pengapuran.

Jadi bila dibandingkan dengan masa reformasi penerapan nilai-nilai luhur


Pancasila lebih baik pada masa orde baru yang pelaksanaannya dilakukan dengan
konsisten serta tanggungjawab. Tapi mengapa TAP MPR No. 2 tahun 1978 di cabut
tanpa harus ada formula penggantinya? Banyak sekali permasalahan yang harus kita
sikapi dengan cermat mengenai perlunya kita memahami Pancasila dan bagaimana
menjalankannya secara murni dan konsekuen ?

1.2. Rumusan masalah


1. Sejauhmana imbas dari permasalahan aktual terhadap etika politik para
penguasa Indonesia?
2. Hal apa saja yang mungkin muncul di balik permasalahan aktual ?
3. Bagaimana peranan Pancasila dalam etika politik ?
4. Bagaimana peranan Pancasila menyelesaikan permasalahan aktual ?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui sejauhmana imbas dari permasalahan actual terhadap etika politik


para penguasa Indonesia.
2. Mengetahui kemungkinan yang muncul dibalik permasalahan actual.
3. Mengetahui peranan Pancasila dalam etika politik.
4. Memahami dan menjelaskan berbagai permasalahan aktual dewasa ini,
khususnya permasalahan SARA, HAM, dan krisis ekonomi serta berbagai
pemikiran yang digali dari nilai-nilai Pancasila untuk memecahkan
permasalahan tersebut.

3| PANCASILA DAN PERMASALAHAN AKTUAL


BAB II
PEMBAHASAN

2. PANCASILA DAN PERMASALAHAN AKTUAL

2.1 PANCASILA DAN PERMASALAHAN SARA

Konflik itu dapat berupa konflik vertikal maupun horisontal. Konflik vertikal
misalnya antara si kuat dengan si lemah, antara penguasa dengan rakyat, antara
mayoritas dengan minoritas, dan sebagainya. Sementara itu konflik horisontal
ditunjukkan misalnya konflik antarumat beragama, antarsuku, atarras, antargolongan
dan sebagainya. Jurang pemisah ini merupakan potensi bagi munculnya konflik.

4| PANCASILA DAN PERMASALAHAN AKTUAL


Data-data empiris menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang
tersusun atas berbagai unsur yang sangat pluralistik, baik ditinjau dari suku, agama,
ras, dan golongan.

Pluralitas ini di satu pihak dapat merupakan potensi yang sangat besar dalam
pembangunan bangsa, namun di lain pihak juga merupakan sumber potensial bagi
munculnya berbagai konflik yang mengarah pada disintegrasi bangsa. Pada
prinsipnya Pancasila dibangun di atas kesadaran adanya kompleksitas, heterogenitas
atau pluralitas kenyataan dan pandangan. Artinya segala sesuatu yang
mengatasnamakan Pancasila tetapi tidak memperhatikan prinsip ini, maka akan gagal.

Berbagai ketentuan normatif tersebut antara lain: Pertama, Sila ke-3 Pancasila
secara eksplisit disebutkan Persatuan Indonesia. Kedua, Penjelasan UUD 1945
tentang Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan terutama pokok pikiran pertama.
Ketiga, Pasal-Pasal UUD 1945 tentang Warga Negara, terutama tentang hak-hak
menjadi warga negara. Keempat, Pengakuan terhadap keunikan dan kekhasan yang
berasal dari berbagai daerah di Indonesia juga diakui, (1) seperti yang terdapat dalam
penjelasan UUD 1945 tentang Pemerintahan Daerah yang mengakui kekhasan
daerah, (2) Penjelasan Pasal 32 UUD 1945 tentang puncak-puncak kebudayaan
daerah dan penerimaan atas budaya asing yang sesuai dengan budaya Indonesia; (3)
penjelasan Pasal 36 tentang peng-hormatan terhadap bahasa-bahasa daerah.

Kiranya dapat disimpulkan bahwa secara normatif, para founding fathers


negara Indonesia sangat menjunjung tinggi pluralitas yang ada di dalam bangsa
Indonesia, baik pluralitas pemerintahan daerah, kebudayaan, bahasa dan lain-lain.
Justru pluralitas itu merupakan aset yang sangat berharga bagi kejayaan bangsa.
Beberapa prinsip yang dapat digali dari Pancasila sebagai alternatif pemikiran dalam
rangka menyelesaikan masalah SARA ini antara lain: Pertama, Pancasila merupakan
paham yangmengakui adanya pluralitas kenyataan, namun mencoba merangkumnya
dalam satu wadah ke-indonesiaan.

5| PANCASILA DAN PERMASALAHAN AKTUAL


Kesatuan tidak boleh menghilangkan pluralitas yang ada, sebaliknya pluralitas
tidak boleh menghancurkan persatuan Indonesia. Implikasi dari paham ini adalah
berbagai produk hukum dan perundangan yang tidak sejalan dengan pandangan ini
perlu ditinjau kembali, kalau perlu dicabut, karena jika tidak akan membawa risiko
sosial politik yang tinggi. Kedua, sumber bahan Pancasila adalah di dalam tri prakara,
yaitu dari nilai-nilai keagamaan, adat istiadat dan kebiasaan dalam kehidupan
bernegara yang diterima oleh masyarakat. Dalam konteks ini pemikiran tentang
toleransi, kerukunan, persatuan, dan sebagainya idealnya digali dari nilai-nilai agama,
adat istiadat, dan kebiasaan kehidupan bernegera yang diterima oleh masyarakat

Secara alamiah timbul konflik pada sebagian komunitas nusantara yang ingin
mempertahankan identitas komunalnya dalam konteks etnis-kultural, termasuk
SARA, menghadapi nasionalisme melalui arus transformasi politik yang ingin
membangun sebuah masyarakat baru, yaitu masyarakat bangsa dari seluruh
komunitas nusantara yang hidup di dalam bekas wilayah jajahan Hindia Belanda yang
heterogenik. Berdasarkan keinginan alamiah inilah pula, maka ada elite yang ingin
daerahnya merdeka sebagai negara atau merdeka di dalam status negara federal
setelah proklamasi 17 Agustus 1945.

Pemadaman pemberontakan terhadap gerakan separatis di sejumlah daerah,


seperti RMS, PRRI/Permesta, Daud Beureu di Aceh, Kartosuwiryo di Jabar, Kahar
Muzakkar di Sulsel, dan gerakan OPM, secara militer atau secara represif tidak
menyelesaikan akar persoalan. Selama keadilan yang menjadi substansi utama yang
dapat merekat segenap masyarakat plural di atas bumi nusantara gagal diwujudkan,
selama itu potensi konflik akan tetap mengancam, termasuk ancaman politik yang
bernuansa separatisme.

Berbagai kerusuhan yang bernuansa SARA selama ini dan api pemberontakan
di tahun 50-an dan sesudahnya beraroma separatisme sudah berhasil dipadamkan.
Namun, bara apinya mungkin saja masih tersisa. Lanjutan tindakan pemulihan
kehidupan masyarakat melalui pembangunan yang berkeadilan dan berkeseimbangan

6| PANCASILA DAN PERMASALAHAN AKTUAL


adalah jawaban jitu untuk benar-benar memadamkan seluruh sumber api kerusuhan
dan pemberontakan dalam berbagai bentuknya. Terwujudnya keadilan akan
menyempitkan kesenjangan sebagai lahan subur bagi tumbuh dan berkembangnya
potensi konflik, baik yang bernuansa SARA, maupun yang bermuatan isu
separatisme.

Isu-isu SARA yang saat ini sedang menjadi perbincangan di kalangan publik
tentang maraknya paham-paham sesat yang sangat meresahkan bahkan sampai kasus
penistaan agama yang dilakukan oleh salah satu ormas agama tertentu tehadap agama
lain sangat mengganggu ketentraman kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Bila
kita bertolak dari dasar Negara kita yaitu Pancasila sebagai Pandangan hidup bangsa
Indonesia khususnya sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa telah dijelaskan secara
gamblang bahwa setiap warganegara Indonesia diwajibkan memeluk agama yang
telah ada untuk diyakini. Dalam pengertian inilah maka Negara menegaskan dalam
Pokok Pikiran ke IV UUD 1945 bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan yang
Maha Esa atas dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Pada proses reformasi
dewasa ini di beberapa wilayah Negara Indonesia terjadi konflik sosial yang
bersumber pada masalah SARA khususnya masalah agama. Hal ini menunjukkan
kemunduran bangsa Indonesia kearah kehidupan beragama yang tidak
berkemanusiaan dan betapa melemahnya toleransi kehidupan beragama yang
berdasarkan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Bila kita mengerti dan memahami
apa yang telah dijabarkan dalam butir-butir Pancasila tentunya kasus-kasus konflik
social yang menjurus pada SARA tentunya dapat kita hindari. Dengan semangat
saling menghormati perbedaan keyakinan, toleransi beragama dan tenggang rasa
tentu kita bisa mewujudkan suasana kehidupan yang harmonis dan penuh kerukunan
menuju Indonesia yang Merdeka seutuh-utuhnya.

2. 2. Hak Asasi Manusia (HAM)

Hak Asasi Manusia: Makna dan Historisitas.

7| PANCASILA DAN PERMASALAHAN AKTUAL


Dari membandingkan beberapa definisi tentang hak, ia dapat dimaknai
sebagai sesuatu nilai yang diinginkan seseorang untuk melindungi dirinya, agar ia
dapat memelihara dan meningkatkan kehidupannya dan mengembangkan
kepribadiannya.Hak itu mengimplisitkan kewajiban, karena pada umumnya seseorang
berbicara tentang hak manakala ia mempunyai tuntutan yang harus dipenuhi pihak
lain. Dalam pergaulan masyarakat, adalah mustahil membicarakan tanpa secara
langsung mengaitkan hak itu dengan kewajiban orang atau pihak lain.

Dari sejumlah hak-hak manusia itu ada yang dinilai asasi. Dalam kata asasi
terkandung makna bahwa subjek yang memiliki hak semacam itu adalah manusia
secara keseluruhan, tanpa membedakan status, suku, adat istiadat, agama, ras, atau
warna kulit, bahkan tanpa mengenal kenisbian relevansi menurut waktu dan tempat.
Dengan demikian, hak asasi manusia haruslah sedemikian penting, mendasar, diakui
oleh semua peradaban, dan mutlak pemenuhannya.

Kesadaran akan hak asasi dalam peradaban Barat timbul pada abad ke-17 dan
ke 18 Masehi sebagai reaksi terhadap keabsolutan raja-raja kaum feodal terhadap
rakyat yang mereka perintah atau manusia yang mereka pekerjakan. Sebagaimana
dapat diketahui dalam sejarah, masayarakat manusia pada zaman dahulu terdiri dari
dua lapisan besar : lapisan atas, minoritas, yang mempunyai hak-hak; dan lapisan
bawah, yang tidak mempunyai hak-hak tetapi hanya mempunyai kewajiban-
kewajiban, sehingga mereka diperlakukan sewenang-sewenang oleh lapisan atas.
Kesadaran itu memicu upaya-upaya perumusan dan pendeklerasian HAM, menurut
catatan sejarah HAM berkembang melalalui beberapa tahap. Hal ini terutama dapat
dilihat dalam sejarah ketatanegaraan di Inggris dan Prancis. Yaitu ditandainya dengan
keberhasilan rakyat Inggris memperoleh hak tertentu dari raja dan pemerintahan
Inggris yang dituangkan dalam berbagai piagam seperti: Petition Of Rights tahun
1628, Habeas Corpus Act tahun 1679 dan Bill Of Rights tahun 1689 serta
dikeluarkannya Declaration des D du Citoyen tahun 1789 di Prancis. Selain dua
negara di atas, Bill Of Rights juga terjadi di negara bagian Virginia tahun 1776,
deklarasi kemerdekaan 13 Negara Bagian Amerika Serikat tahun 1789.

8| PANCASILA DAN PERMASALAHAN AKTUAL


Setelah berakhirnya perang dunia I dan II dibentuk PBB dan dikeluarkan
pernyataan HAM internasional : Universal Declaration of Human Rights pada
tanggal 10 Desember 1948, dan disusul dengan Covenant on Civil and Political
Rights tahun 1966 dan Covenant on Economic, Social and Cultur Rights tahun 1966
dan Optional Protocol to he Covenant on Civil and Political Rights tahun 1966.
Kempat dokumen HAM internasional sering disebut sebagai The International Bill Of
Human Rights.

Dokumen-dokumen tersebut merupakan instrumen normatif HAM


internasional yang harus dihormati dan dipatuhi oleh setiap negara anggota PBB.
Bahkan dalam Covenant on Civil and Political Rights dimuat beberapa HAM yang
penerapannya tidak dapat diperkecualikan meskipun dalam keadaan sabagai luar
biasa. Apapun kedaaannya hak-hak yang dianggap sebagai intisari dari HAM harus
tetap dihormati.

Adanya pengakuan dan perlindungan kedudukan pribadi dalam instrumen


HAM tersebut menunjukkan adanya kemajuan dalam nilai dan norma yang mendasari
hubungan antar negara. HAM yang dulu lebih merupakan urusan dalam negri
masing-masing negara telah bergeser menjadi nilai dan hubungan internasional, yaitu
dibuktikan dengan adanya persetujuan semua negara, setidak-tidaknya negara-negara
anggota PBB terhadap deklarasi, konvensi dan konvenan HAM internasional.

Deklarasi PBB tersebut dapat diklasifakasikan dalam tiga katagori:

1. Hak sipil dan hak ploitik, hak persamaan /kemerdekaan sejak lahir (pasal
1), hak untuk hidup (pasal 3), hak untuk memperoleh keadilan didepan
hukum (pasal 6-8), hak untuk memperoleh perlakuan yang manusiawi (tidak
sewenang-wenang) dalam penyelesain tertib sosial (pasal 5, dan 9-11), hak
untuk bebas bergerak, mencari suaka ke negara lain, dan menetapkan suatu
kewarganegaraan (pasal 13-15), hak untuk menikah dan membangun

9| PANCASILA DAN PERMASALAHAN AKTUAL


keluarga (pasal 16), hak untuk bebas berpikir, berkesadaran dan beragama
(pasal 18-19), dan hak untuk berkumpul dan berserikat (pasal 20-21).

2. Hak eknomi dan sosial (pasal 22- 28) antara lain; hak untuk bekerja dan
memeperoleh upah yang layak, hak untuk beristirahat dan berkreasi, hak
untuk mendapat liburan periodik dengan (tetap) mendapat upah, hak untuk
menikmati standar hidup yang cukup, termasuk perumahan dan pelayanan
medis, hak untuk memperoleh jaminan sosial, hak untuk memperoleh
pendidikan, dan hak untuk berperan serta dalam kegiatan kebudayaan.

3. Dan hak kolektif mencakup hak semua bangsa untuk menentukan nasibnya
sendiri, hak semua ras dan suku bangsa untuk bebas dari segala bentuk
diskrimainasi, hak masyarakat untuk bebas dari neo-kolonialisme (pasal 28-
30).

Hak-hak asasi manusia di atas, walaupun merupakan dekalarasi PBB dimana


seluruh bangsa dari pelbagai penjuru dunia terlibat, namun harus diakui berasal dari
buah pemikiran dan anak peradaban barat.

Pengaturan HAM di Indonesia dapat dilihat dari berbagai peraturan


perundang-undangan, khususnya dalam pembukaan dan batang tubuh Undang-
undang Dasar 1945 serta peraturan perundangan lain diluar UUD 1945, misalnya
HAM yang berhubungan dengan proses peradilan dalam UU No. 14 Tahun 1970
tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dan UU No. 8 Tahun
1981 tentang KUHAP dan sebagainya. Sedangkan konsepsi HAM bangsa Indonesia
dapat dilihat dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1998 tentang Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN) dan tercantum dalam Bidang Pembangunan Hukum yang
menyatakan bahwa :

"HAM sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa adalah hak-hak dasar yang
secara kodrati melekat pada diri manusia dan Meliputi : hak untuk hidup layak, hak

10 | P A N C A S I L A D A N P E R M A S A L A H A N A K T U A L
memeluk agama dan beribadat menurut agama masing-masing, hak untuk
berkeluarga dan memperoleh keturunan melalui perkawinan yang sah, hak untuk
mengembangkan diri termasuk memperoleh pendidikan, hak untuk berusaha, hak
milik perseorangan, hak memperoleh kepastian hukum dan persamaan kedudukan
dalam hukum, keadilan dan rasa aman, hak mengeluarkan pendapat, berserikat dan
berkumpul."

Dari latar historis beberapa perumusan dan dekalarasi HAM (yaitu:


perlindungan terhadap kebebasn individu di depan kekuasan raja, kaum feodal atau
negara yang domina atau tersentaralisasi), dan kesadaran ontologis tentang struktur
deklarasi PBB, serta kesadaran historis tentang peradaban yang melahirkannya,
dapatlah diidentifikasi karektaristik utama HAM. Perspektif Barat dalam melihat
HAM dapat disebut bersifat antrhoposentris, dengan pengertian bahwa manusia
dipandang sebagai ukuran bagi segala sesuatu karena ia adalah pusat atau ttitik tolak
dari semua pemikiran dan perbuatan. Produk dari perspektif antrhoposentris ini tidak
lain adalah individu yang otonom.

Hak dapat dimaknai sebagai suatu nilai yang diinginkan seseorang untuk
melindungi dirinya, agar ia dapat ia memelihara dan meningkatkan kehidupannya dan
mengembangkan kepribadiannya. Ketika diberi imbuhan asasi, maka ia sedemikian
penting, mendasar, diakui oleh semua peradaban, dan mutlak pemenuhannya.

Setelah melalui proses yang panjang, kesadaran akan hak asasi manusia
mengglobal sejak 10 Desember 1948 dengan ditetapkannya oleh PBB Deklarasi
tentang Hak Asasi Manusia. Deklarasi PBB ini, juga deklarasi-deklarasi sebelumnya,
dirancang untuk melindungi kebebasan individu di depan kekuasaan raja, kaum
feodal, atau negara yang cenderung dominan dan terdesentralisasi. Karena itu,
deklarasi-deklarasi tersebut, yang nota bene anak peradaban Barat, melihat hak-hak
asasi manusia dalam perspektif anthroposentris.

11 | P A N C A S I L A D A N P E R M A S A L A H A N A K T U A L
Dalam hal pelaksanaan hak-hak asasi manusia dalam Pancasila yang perlu
mendapat perhatian kita adalah bahwa disamping hak-hak asasi, wajib-wajib asasi
harus kita penuhi terlebih dahulu dengan penuh rasa tanggungjawab. Hak-hak
asasi manusia dilaksanakan dalam rangka hak-hak serta kewajiban warga Negara.

2. 3. Krisis Ekonomi

Tahun 1998 menjadi saksi bagi tragedi perekonomian bangsa. Keadaannya


berlangsung sangat tragis dan tercatat sebagai periode paling suram dalam sejarah
perekonomian Indonesia. Mungkin dia akan selalu diingat, sebagaimana kita selalu
mengingat black Tuesday yang menandai awal resesi ekonomi dunia tanggal 29
Oktober 1929.

Hanya dalam waktu setahun, perubahan dramatis terjadi. Prestasi ekonomi


yang dicapai dalam dua dekade, tenggelam begitu saja. Dia juga sekaligus
membalikkan semua bayangan indah dan cerah di depan mata menyongsong
milenium ketiga.

Selama periode sembilan bulan pertama 1998, tak pelak lagi merupakan
periode paling hiruk pikuk dalam perekonomian. Krisis yang sudah berjalan enam
bulan selama tahun 1997,berkembang semakin buruk dalam tempo cepat. Dampak
krisis pun mulai dirasakan secara nyata oleh masyarakat, dunia usaha.

Dana Moneter Internasional (IMF) mulai turun tangan sejak Oktober 1997,
namun terbukti tidak bisa segera memperbaiki stabilitas ekonomi dan rupiah. Bahkan
situasi seperti lepas kendali, bagai layang-layang yang putus talinya. Krisis ekonomi
Indonesia bahkan tercatat sebagai yang terparah di Asia Tenggara.

Seperti efek bola salju, krisis yang semula hanya berawal dari krisis nilai
tukar baht di Thailand 2 Juli 1997, dalam tahun 1998 dengan cepat berkembang
menjadi krisis ekonomi, berlanjut lagi krisis sosial kemudian ke krisis politik.

12 | P A N C A S I L A D A N P E R M A S A L A H A N A K T U A L
Akhirnya, dia juga berkembang menjadi krisis total yang melumpuhkan nyaris
seluruh sendi-sendi kehidupan bangsa. Katakan, sektor apa di negara ini yang tidak
goyah. Bahkan kursi atau tahta mantan Presiden Soeharto pun goyah, dan akhirnya
dia tinggalkan. Mungkin Soeharto, selama sisa hidupnya akan mengutuk devaluasi
baht, yang menjadi pemicu semua itu.

Efek bola salju


Faktor yang mempercepat efek bola salju ini adalah menguapnya dengan
cepat kepercayaan masyarakat, memburuknya kondisi kesehatan Presiden Soeharto
memasuki tahun 1998, ketidakpastian suksesi kepemimpinan, sikap plin-plan
pemerintah dalam pengambilan kebijakan, besarnya utang luar negeri yang segera
jatuh tempo, situasi perdagangan internasional yang kurang menguntungkan, dan
bencana alam La Nina yang membawa kekeringan terburuk dalam 50 tahun terakhir.

Dari total utang luar negeri per Maret 1998 yang mencapai 138 milyar dollar
AS, sekitar 72,5 milyar dollar AS adalah utang swasta yang dua pertiganya jangka
pendek, di mana sekitar 20 milyar dollar AS akan jatuh tempo dalam tahun 1998.
Sementara pada saat itu cadangan devisa tinggal sekitar 14,44 milyar dollar AS.

Terpuruknya kepercayaan ke titik nol membuat rupiah yang ditutup pada level
Rp 4.850/dollar AS pada tahun 1997, meluncur dengan cepat ke level sekitar Rp
17.000/dollar AS pada 22 Januari 1998, atau terdepresiasi lebih dari 80 persen sejak
mata uang tersebut diambangkan 14 Agustus 1997.
Rupiah yang melayang, selain akibat meningkatnya permintaan dollar untuk
membayar utang, juga sebagai reaksi terhadap angka-angka RAPBN 1998/ 1999 yang
diumumkan 6 Januari 1998 dan dinilai tak realistis.

Krisis yang membuka borok-borok kerapuhan fundamental ekonomi ini


dengan cepat merambah ke semua sektor. Anjloknya rupiah secara dramatis,

13 | P A N C A S I L A D A N P E R M A S A L A H A N A K T U A L
menyebabkan pasar uang dan pasar modal juga rontok, bank-bank nasional dalam
kesulitan besar dan peringkat internasional bank-bank besar bahkan juga surat utang
pemerintah terus merosot ke level di bawah junk atau menjadi sampah.

Puluhan, bahkan ratusan perusahaan, mulai dari skala kecil hingga


konglomerat, bertumbangan. Sekitar 70 persen lebih perusahaan yang tercatat di
pasar modal juga insolvent atau nota bene bangkrut.

Sektor yang paling terpukul terutama adalah sektor konstruksi, manufaktur,


dan perbankan, sehingga melahirkan gelombang besar pemutusan hubungan kerja
(PHK). Pengangguran melonjak ke level yang belum pernah terjadi sejak akhir 1960-
an, yakni sekitar 20 juta orang atau 20 persen lebih dari angkatan kerja.

Akibat PHK dan naiknya harga-harga dengan cepat ini, jumlah penduduk di
bawah garis kemiskinan juga meningkat mencapai sekitar 50 persen dari total
penduduk. Sementara si kaya sibuk menyerbu toko-toko sembako dalam suasana
kepanikan luar biasa, khawatir harga akan terus melonjak.

Pendapatan per kapita yang mencapai 1.155 dollar/kapita tahun 1996 dan
1.088 dollar/kapita tahun 1997, menciut menjadi 610 dollar/kapita tahun 1998, dan
dua dari tiga penduduk Indonesia disebut Organisasi Buruh Internasional (ILO)
dalam kondisi sangat miskin pada tahun 1999 jika ekonomi tak segera membaik.

Data Badan Pusat Statistik juga menunjukkan, perekonomian yang masih


mencatat pertumbuhan positif 3,4 persen pada kuartal ketiga 1997 dan nol persen
kuartal terakhir 1997, terus menciut tajam menjadi kontraksi sebesar 7,9 persen pada
kuartal I 1998, 16,5 persen kuartal II 1998, dan 17,9 persen kuartal III 1998.
Demikian pula laju inflasi hingga Agustus 1998 sudah 54,54 persen, dengan angka
inflasi Februari mencapai 12,67 persen.

14 | P A N C A S I L A D A N P E R M A S A L A H A N A K T U A L
Di pasar modal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta
(BEJ) anjlok ke titik terendah, 292,12 poin, pada 15 September 1998, dari 467,339
pada awal krisis 1 Juli 1997. Sementara kapitalisasi pasar menciut drastis dari Rp 226
trilyun menjadi Rp 196 trilyun pada awal Juli 1998.

Di pasar uang, dinaikkannya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)


menjadi 70,8 persen dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) menjadi 60 persen pada
Juli 1998 (dari masing-masing 10,87 persen dan 14,75 persen pada awal krisis),
menyebabkan kesulitan bank semakin memuncak. Perbankan mengalami negative
spread dan tak mampu menjalankan fungsinya sebagai pemasok dana ke sektor riil.

Di sisi lain, sektor ekspor yang diharapkan bisa menjadi penyelamat di tengah
krisis, ternyata sama terpuruknya dan tak mampu memanfaatkan momentum
depresiasi rupiah, akibat beban utang, ketergantungan besar pada komponen impor,
kesulitan trade financing, dan persaingan ketat di pasar global.

Selama periode Januari-Juni 1998, ekspor migas anjlok sekitar 34,1 persen
dibandingkan periode sama 1997, sementara ekspor nonmigas hanya tumbuh 5,36
persen.

Anomali
Krisis kepercayaan ini menciptakan kondisi anomali dan membuat instrumen
moneter tak mampu bekerja untuk menstabilkan rupiah dan perekonomian.
Sementara di sisi lain, sektor fiskal yang diharapkan bisa menjadi penggerak
ekonomi, juga dalam tekanan akibat surutnya penerimaan.

Situasi yang terus memburuk dengan cepat membuat pemerintah seperti


kehilangan arah dan orientasi dalam menangani krisis. Di tengah posisi goyahnya,
Soeharto sempat menyampaikan konsep "IMF Plus", yakni IMF plus CBS (Currency
Board System) di depan MPR, sebelum akhirnya ide tersebut ditinggalkan sama

15 | P A N C A S I L A D A N P E R M A S A L A H A N A K T U A L
sekali tanggal 20 Maret, karena memperoleh keberatan di sana-sini bahkan sempat
memunculkan ketegangan dengan IMF, dan IMF sempat menangguhkan bantuannya.

Ditinggalkannya rencana CBS dan janji pemerintah untuk kembali ke


program IMF, membuat dukungan IMF dan internasional mengalir lagi. Pada 4 April
1998, Letter of Intent ketiga ditandatangani. Akan tetapi kelimbungan Soeharto, telah
sempat menghilangkan berbagai momentum atau kesempatan untuk mencegah krisis
yang berkelanjutan.

Bahkan memicu adrenali masyarakat, yang sebelumnya terbilang tenang


menjadi beringas. Kemarahan rakyat atas ketidakberdayaan pemerintah
mengendalikan krisis di tengah harga-harga yang terus melonjak dan gelombang
PHK, segera berubah menjadi aksi protes, kerusuhan dan bentrokan berdarah di Ibu
Kota dan berbagai wilayah lain, yang menuntun ke tumbangnya Soeharto pada 21
Mei 1998.

Tragedi berdarah ini memicu pelarian modal dalam skala yang disebut-sebut
mencapai 20 milyar dollar AS, gelombang hengkang para pengusaha keturunan,
rusaknya jaringan distribusi nasional, terputusnya pembiayaan luar negeri, dan
ditangguhkannya banyak rencana investasi asing di Indonesia.

Munculnya pemerintahan baru yang tidak memiliki legitimasi, dan lebih sibuk
dengan manuvernya untuk merebut hati rakyat, tidak banyak menolong keadaan.
Pemburukan kondisi ekonomi, sosial, dan politik dengan cepat ini setidaknya terus
berlangsung hingga kuartal kedua, bahkan kuartal ketiga 1998. Begitulah, kita telah
menyaksikan episode terburuk perekonomian sepanjang tahun 1998.

16 | P A N C A S I L A D A N P E R M A S A L A H A N A K T U A L
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Dalam penegakan hak asasi manusia kita sebagai mahasiswa harus bersifat
objektif dan benar-benar berdasarkan kebenaran moral demi harkat dan
martabat manusia bukan karena kepentingan politik.

2. Perlu disadari bahwa dalam penegakan hak asasi manusia tersebut


pelanggaran hak asasi manusia dapat dilakukan seseorang, kelompok orang
termasuk aparat Negara, penguasa Negara baik disengaja ataupun tidak (UU
No. 39 tahun 1999).

3. Sistem ekonomi harus berdasarkan pada nilai dan upaya terwujudnya


kesejahteraan seluruh bangsa maka peningkatan kesejahteraan akan dirasakan
oleh sebagian besar rakyat sehingga dapat mengurangi kesenjangan ekonomi.

17 | P A N C A S I L A D A N P E R M A S A L A H A N A K T U A L
4. Kehidupan beragama dalam Negara Indonesia dewasa ini harus
dikembangkan kearah terciptanya kehidupan bersama yang penuh toleransi,
saling menghargai berdasarkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.

5. Rehabilitasi dan pemulihan ekonomi. Hal ini dilakukan dengan


menciptakan kondisi kepastian usaha yaitu dengan diwujudkannya
perlindungan hukum serta undang-undang persaingan yang sehat

3.2. Saran

Dengan adanya Pancasila yang menjadi sumber hukum, sudah


seharusnya pemerintah mempersiapkan segala bentuk rencana kebijakan yang
bernafaskan asas kekeluargaan dan rasa keadilan yang seadil-adilnya kepada
rakyat tanpa pandang bulu. Seluruh masyarakat Indonesia sudah sejak lama
mendambakan wakil-wakilnya yang peduli pada rakyat yang mengangkat
mereka menjadi penguasa di bumi Indonesia ini. Kembalikan citra Indonesia
sebagai Negara hukum yang bersih dan menjadikan Pancasila sebagai etika
politik bangsa yang murni dan jujur, dalam hal pemenuhan tuntutan
kewajiban pembangunan yang merata.
DAFTAR PUSTAKA

http://tugaslaporan.blogspot.com/2009/02/pancasila-dan-
permasalahannya-sara-ham.html

file:///F:/%C2%A0/6184-14977-1-PB.pdf

18 | P A N C A S I L A D A N P E R M A S A L A H A N A K T U A L

Anda mungkin juga menyukai