Anda di halaman 1dari 22

Makalah Pengimplementasian Pancasila Dalam Bidang Ekonomi

Dosen

: Ade Jamhuri,Drs.,M.A.

Di Susun Oleh :
M.ilham Fadilah
(0216101298)
Kelas J

FAKULTAS BISNIS MANAJEMEN

UNIVERSITAS WIDYATAMA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Secara yuridiskonstitusional kedudukan Pancasila sudah jelas, bahwa Pancasila ad
alah pandangan hidup bangsa, dasar negara Republik Indonesia, dan sebagai ideologi nasi
onal. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai yang k
ebenarannya diakui, dan menimbulkan tekad untuk dilaksanakan dalam kehidupan seharihari. Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia
, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam m
engejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil
dan makmur.
Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu
diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamalan nilai-nilai luhur
yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara n
egara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupu
n di daerah.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a) Apa pengertian implementasi?
b) Bagaimana cara mengimplementasikan Pancasila?
c) Bagaimana mengimplementasikan konsep, prinsip dan nilai Pancasila dalam bidang
sosial budaya?
d) Bagaimana cara mengimplementasikan Pancasila dalam bidang sosial budaya?
e)Bagaimana cara mengimplementasikan setiap sila dalam Pancasila dalam bidang iiiisosi
al budaya?
1.3 TUJUAN
Tujuan penulisan makalah yang berjudul Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Bida
ng Sosial Budaya ini adalah sebgai berikut:
a) Mengetahui pengertian pengimplementasian nilai-nilai Pancasila
b) Mengetahui pengimplementasian niali-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
c) Mengetahui cara mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
d) Mengetahui cara pengimpletasian Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dalam bidang sosi
al budaya

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN IMPLEMENTASI
Impelentasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang suda
h disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perenca
naaan sudah dianggap fix.
Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone dan W
ildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2002), mengemukakan implementasi sebagai evaluas
i. Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2004:70) mengemukakan bahwa i
mplementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Pengertian implemen
tasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dala
m Nurdin dan Usman, 2004). Adapun Schubert (dalam Nurdin dan Usman, 2002:70) men
gemukakan bahwa implementasi adalah sistem rekayasa.
Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pa
da aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme
mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang
terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untu
k mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipe
ngaruhi oleh obyek berikutnya yaitu kurikulum.
Dalam kenyataannya, implementasi kurikulum menurut Fullan merupakan proses unt
uk melaksanakan ide, program atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain
dapat menerima dan melakukan perubahan.
Dalam konteks implementasi kurikulum pendekatan-pendekatan yang telah dikemuka
kan di atas memberikan tekanan pada proses. Esensinya implementasi adalah suatu proses
, suatu aktivitas yang digunakan untuk mentransfer ide/gagasan, program atau harapanharapan yang dituangkan dalam bentuk kurikulum desain (tertulis) agar dilaksanakan sesu
ai dengan desain tersebut. Masing-masing pendekatan itu mencerminkan tingkat pelaksan
aan yang berbeda.
Dalam kaitannya dengan pendekatan yang dimaksud, Nurdin dan Usman (2004) menj
elaskan bahwa pendekatan pertama, menggambarkan implementasi itu dilakukan sebelum
penyebaran (desiminasi) kurikulum desain. Kata proses dalam pendekatan ini adalah akti
vitas yang berkaitan dengan penjelasan tujuan program, mendeskripsikan sumber-sumber
baru dan mendemosntrasikan metode pengajaran yang diugunakan.
Pendekatan kedua, menurut Nurdin dan Usman (2002) menekankan pada fase penye
mpurnaan. Kata proses dalam pendekatan ini lebih menekankan pada interaksi antara pen

gembang dan guru (praktisi pendidikan). Pengembang melakukan pemeriksaan pada prog
ram baru yang direncanakan, sumber-sumber baru, dan memasukan isi/materi baru ke pro
gram yang sudah ada berdasarkan hasil uji coba di lapangan dan pengalaman-pengalaman
guru. Interaksi antara pengembang dan guru terjadi dalam rangka penyempurnaan progra
m, pengembang mengadakan lokakarya atau diskusi-diskusi dengan guru-guru untuk me
mperoleh masukan. Implementasi dianggap selesai manakala proses penyempurnaan prog
ram baru dipandang sudah lengkap.
Sedangkan pendekatan ketiga, Nurdin dan Usman (2002) memandang implementa
si sebagai bagian dari program kurikulum. Proses implementasi dilakukan dengan mengik
uti perkembangan dan megadopsi program-program yang sudah direncanakan dan sudah
diorganisasikan dalam bentuk kurikulum desain (dokumentasi).
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaa
n atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kurikulum yang telah
dirancang/didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya.Kalau diibaratkan dengan seb
uah rancangan bangunan yang dibuat oleh seorangInsinyur bangunan tentang rancangan s
ebuah rumah pada kertas kalkirnya makaimpelemntasi yang dilakukan oleh para tukang a
dalah rancangan yang telah dibuattadi dan sangat tidak mungkin atau mustahil akan mele
nceng atau tidak sesuai denganrancangan, apabila yang dilakukan oleh para tukang tidak s
ama dengan hasilrancangan akan terjadi masalah besar dengan bangunan yang telah di bu
at karenarancangan adalah sebuah proses yang panjang, rumit, sulit dan telah sempurna d
arisisi perancang dan rancangan itu. Maka implementasi kurikulum juga dituntut untuk m
elaksanakan sepenuhnya apa yang telah direncanakan dalam kurikulumnya untuk dijalank
an dengan segenap hati dan keinginan kuat, permasalahan besar akan terjadiapabila yang
dilaksanakan bertolak belakang atau menyimpang dari yang telahdirancang maka terjadila
h kesia-sian antara rancangan dengan implementasi.Rancangan kurikulum dan impelemnt
asi kurikulum adalah sebuah sistem danmembentuk sebuah garis lurus dalam hubunganny
a (konsep linearitas) dalam artiimpementasi mencerminkan rancangan, maka sangat penti
ng sekali pemahaman guruserta aktor lapangan lain yang terlibat dalam proses belajar me
ngajar sebagai intikurikulum untuk memahami perancangan kuirkulum dengan baik dan b
enar.
2.2 Implementasi Pancasila
Pancasila adalah dijiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup k
epada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yan
g makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti ter
cantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pand
angan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga
tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan
bangsa Indonesia.
Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu di
usahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamalan nilai-nilai luhur y
ang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara ne

gara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun
di daerah.
Pendekatan pancasila secara historis
Pancasila artinya lima dasar atau lima asas yaitu nama dari dasar negara kita, Negara
Republik Indonesia. Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit pada
abad XIV yang terdapat dalam buku Nagara Kertagama karangan Mpu Prapanca dan buk
u Sutasoma karangan Mpu Tantular, dalam buku Sutasoma ini, selain mempunyai arti Be
rbatu sendi yang lima (dari bahasa Sansekerta) Pancasila juga mempunyai arti Pelaksan
aan kesusilaan yang lima (Pancasila Krama), yaitu sebagai berikut:
1. Tidak boleh melakukan kekerasan
2. Tidak boleh mencuri
3. Tidak boleh berjiwa dengki
4. Tidak boleh berbohong
5. Tidak boleh mabuk minuman keras/obat-obatan terlarang
Pada perjuangan merebut kemerdekaan Pancasila mulai dirumuskan kembali. Pemba
hasan historis Pancasila dibatasi pada tinjauan terhadap perkembangan rumusan Pancasila
sejak tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan keluarnya Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1
968.
Pembatasan ini didasarkan pada dua pengandaian, yakni:
1. Telaah tentang dasar negara Indonesia merdeka baru dimulai padatanggal 29 Mei 1
945, saat dilaksanakan sidang Badan PenyelidikUsaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Ind
onesia (BPUPKI).
2. Sesudah Instruksi Presiden No.12 Tahun 1968 tersebut, kerancuan pendapat tentan
g rumusan Pancasila dapat dianggap tidak ada lagi.
Permasalahan Pancasila yang masih terasa mengganjal adalah tentang penghayatan d
an pengamalannya saja. Hal ini tampaknya belum terselesaikan oleh berbagai peraturan o
perasional tentangnya. Dalam hal ini, pencabutan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 (Ekap
rasetia Pancakarsa) tampaknya juga belum diikuti upaya penghayatan dan pengamalan Pa
ncasila secara lebih alamiah. Tentu kita menyadari juga bahwa upaya pelestarian dan pe
warisan Pancasila tidak serta merta mengikuti Hukum Mendel.
Tinjauan historis Pancasila dalam kurun waktu tersebut kiranya cukup untuk memper
oleh gambaran yang memadai tentang proses dan dinamika Pancasila hingga menjadi Pan
casila otentik. Hal itu perlu dilakukan mengingat bahwa dalam membahas Pancasila, kita
terikat pada rumusan Pancasila yang otentik dan pola hubungan sila-silanya yang selalu
merupakan satu kebulatan yang utuh.
Pengertian nilai
Nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek. Jadi,
bukan objek itu sendiri yang dinamakan nilai. Suatu yang mengandung nilai artinya ada si
fat atau kualiatas yang melekat pada suatu tersebut.

Menilai adalah menimbang, artinya suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan s


uatu dengan suatu yang lain, kemudian untuk selanjutnya diambil keputusan yang dapat
menyatakan bahwa suatu itu berguna, benar atau salah, baik atau buruk, indah atau jelek,
suci atau berdosa.

Macam-macam nilai
Seperti yang telah didefinisikan bahwa nilai itu tersembunyi dibalik kenyataan lain. I
mplikasinya yaitu bahwa sebenernya segala sesuatu itu bernilai atau mengandung nilai, ha
nya saja derajad nilai itu positif atau negative. Disamping itu dalam suatu itu, masih harus
ditentukan kemudian.
Walter G. Everet mengelompokkan nila-nilai manusiawi menjadi delapan kelompok,
yaitu:
1.Nilai-nilai ekonomis, yaitu mengacu pada semua yang dapat dijual dan dibeli.
2.Nilai-nilai kejasmanian, yaitu mengacu pada kebugaran, kesehatan, kemulusan tubuh,
i iiidan kebersihan.
3.Nilai-nilai hiburan, yaitu mengacu pada kenikmatan rekreasi, keharmonian music, ii
ikeselarasan nada.
4.Nilai-nilai social, yaitu mengacu pada kerukunan, persahabatan, persaudaraan,
iiikesejahteraan, keadilan, kerakyatan, dan persatuan.
5.Nilai-nilai watak, yaitu mengacu pada kejujuran, kesederhanaan, dan kesetian.
6.Nilai-nilai estetis, yaitu mengacu pada keindahan, keselarasan, keseimbangan, dan ii
ikeserasian.
7.Nilai-nilai intelektual, yaitu mengacu pada kecerdasan, ketekunan, kebenaran, dan ii
ikepastian.
8.Nilai-nilai keagamaan, yaitu mengacu pada kesucian, keagungan Tuhan, keesaan Tuhan
, iiidan keibadahan.
Notonagoro membagi nilai menjadi tiga yaitu:
1.Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia. Misalnya: iiike
butuhan makan, minum, sandang, papan, kesehatan dll.
2.Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan iii
kegiatan atau aktivitas. Misalnya: semangat kemauan, kerja keras, ketekunan dll.
3.Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai-nilai ii
ikerohanian dibagi menjadi empat yaitu:
a) Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta manusia).
b) Nilai keindahan, (nilai estetika) yang bersumber _istri perasaan.
c) Nilai kebaikan, (nilai moral) yang bersumber pada kehendak manusia (will, wollen
, iiiikarsa manusia
d)Nilai religius, yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilai ini
iiibersumber pada kepercayaan dan keyakinan.

Sistem nilai dalam pancasila


System secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu rangkaian yang saling berkaita
n antara nilai yang satu dengan yang lain. Jika kita berbicara tentang sistem nilai berarti a
da beberapa nilai yang menjadi satu dan bersama-sama menuju pada suatu tujuan tertentu.
Sistemnilai adalah konsep atau gagasan yang menyeluruh mengenai apa yang hidup d
alam pikiran seseorang atau sebagian besar anggota masyarakat tentang apa yang dipanda
ng baik. Pancasila sebagai nilai mengandung serangkaian nilai, yaitu: ketuhanan, kemanu
siaan, persatuan, keadilan. Kelima nilai tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh, tek t
erpisahkan mengacu kepada tujuan yang satu. Pancasila sebagai suatu system nilai termas
uk ke dalam nilai moral (nilai kebaikan) dan merupakan nilai-nilai dasar yang bersifat abs
trak.
Makna sila-sila pancasila
Pengkajian pancasila secara filosofis dimaksudkan untuk mencapai hakikat atau mak
na terdalam dari sila-sila pancasila. Dengan analisis makna sila-sila diharapkan akan diper
oleh makna yang akurat dan mempunyai nilai filosofis. Metode yang digunakan untuk me
nganalisis adalah interprestasi (hermeneutika) terhadap masing-masing sila pancasila.
1.Arti dan Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
a.Pengakuan adanya kausa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
b.Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
iiiagamanya.
c.Tidak memaksa warga Negara untuk beragama, tetapi diwajibkan memeluk agama
iiiiiiiiisesuai hukum yang berlaku.
d.Atheisme dilarang hidup dan berkembang di Indonesia.
e.Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama, toleransi antar
iiiiiiiiiumat dan dalam beragama.
f.Negara member fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga Negara
iiiiiiiidan menjadi mediator ketika terjadi konflik antar agama.
2. Arti dan Makna Sila Kemanusian yang Adil dan Beradab
a.Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makluk Tuhan.
iiiiMaksudnya manusia mempunyai sifat yang universal.
b.Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, hal ini juga bersifat
iiiuniversal.
c.Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah. Hal ini berarti bahwa yang
i
iiidituju masyarakat Indonesia adalah kedilan dan peradaban yang tidak pasif, yaitu perlu
i iiipelurusan dan penegakan hukum yang kuat jika terjadi penyimpanganpenyimpangan, i iiikarena keadilan harus dirrealisasikan dalam kehidupan masyarakat.
3.Arti dan Makna Sila Persatuan Indonesia
a.Nasionalisme

b.Cinta bangsa dan tanah air


c.Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa
d.Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan dan perbedaan
warna kulit.
e.Menumbuhkan rasa senesib dan sepenanggulangan.
4.Arti dan Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalamiPer
musyawaratan/Perwakilan.
a.Hakikat Sila ini adalah demikrasi. Demokrasi dalam umum, yaitu pemerintah da
rirakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
b.Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru ses
udah itu diadakan tindakan bersama.
Disini terjadi simpul yang penting yaitu
iiiiiiimengusahakan putusan bersama secara bulat.
c.Dalam melakukan putusan diperlukan kejujuran bersama. Dalam hal ini perlu
iiiiiidiingat bahwa keputusan bersama dilakukan secara bulat sehingga membawa
iiiiiikonsekuensi adanya kejujuran bersama.
d.Perbedaan secara umum demokrasi dibarat dan di Indonesia, yaitu terletak pada
permusyawaratan rakyat.
5.

Arti dan Makna Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a.Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat

.
b.Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan bersama
menurut potensi masing-masing.
c.Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat bekerja sesuai d
engan bidangnya.
Pengamalan Pancasila sila kelima dalam kehidupan sehari- hari
Menilik kembali kepada tujuan nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam p
embukaan Undang-undang Dasar 1945 dan kehendak dalam mengisi kemerdekaan RI yak
ni sebagai berikut:
1.Membentuk suatu pemerintahan Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap i
ii
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2.Memajukan kesejahteraan umum / bersama
3.Mencerdaskan kehidupan bangsa
4.Ikut berperan aktif dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berlandask
an i
iikemerdekaan, perdamaian abadi dan kedilan sosial.
Masih jauh impian dengan kenyataannya. Ketika hak-hak sebagai warga negara m
asih sangat sedikit yang menikmati, namun kewajibannya harus tetap dilaksanakan. Dilih

at dari pasal kelima seharusnya saat ini hak warga negara lebih diperhatikan, misalnya ha
k yang paling mendasar yakni Hak Asasi Manusia. Hak Asasi Manusia adalah hak yang
melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tid
ak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjun
g tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, aga
ma, jabatan, dan lain sebagainya.
Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
Hak Asasi Manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak
asasi manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran HAM di Indonesia memang masih
banyak yang belum terselesaikan/tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia HAM
di Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh HAM di Indonesia
adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indone
sia.
Di Indonesia ini pelanggaran-pelanggaran terhadap HAM menyebabkan banyak raky
at yang sangat menderita. Contoh nyata akibat pelanggaran tersebut adalah:
1.Kemiskinan
Indonesia adalah sebuah negara yang penuh paradoks. Negara ini subur dan kekay
aan alamnya melimpah, namun sebagian cukup besar rakyat tergolong miskin. Hal ini seb
enarnya didasari oleh rendahnya kualitas SDM Karena latar belakang pendidikan yang m
asih tergolong rendah dan kualitas moral para pemimpin yang tidak baik. Maksudnya adal
ah ketidak merataan pembangunan dibeberapa daerah sehingga beberapa wilayah di Indo
nesia memiliki nilai kemiskinan yang rendah sedangkan daerah lainnya memiliki angka k
emiskinan yang tinggi. Jadi ini adalah bukti tidak adilnya pemerintah terhadap kehidupan
sosial masyarakat Indonesia yang menyebabkan kemiskinan.
2.Ketimpangan dalam pendidikan
Banyak anak usia sekolah harus putus sekolah karena biaya, mereka harus bekerja
dan banyak yang menjadi anak jalanan. Walaupun sudah diberlakukannya beberapa progr
am untuk mengurangi biaya sekolah atau bahkan membebaskan biaya sekolah BOS (Bia
ya Operasional Sekolah) tapi kenyataannya pembagiannya masih belum merata diseluruh
wilayah Indonesia dan masih banyak dipotong oleh pihak-pihak tertentu.
3.Ketimpangan dalam pelayanan kesehatan
Keadilan dalam kesehatan masih belum dirasakan oleh masyarakat miskin Indone
sia. Didalam hal ini maksudnya adalah belum dirasakan manfaat PJKMM (Program Jami
nan Kesehatan Masyarakat Miskin) atau ASKESKIN (Asuransi Kesehatan Masyarakat M
iskin) sehingga munculnya anggapan orang miskin dilarang sakit karena biaya berobat
di Indonesia bisa dikatakan cukup tinggi dan hanya untuk kalangan menengah ke atas
2.3. Implementasi Konsep, Prinsip dan Nilai Pancasila dalam Bidang Sosial
Budaya

Pancasila sebagai dasar negara dan landasan idil bangsa Indonesia, dewasa ini dalam
zaman reformasi telah menyelamatkan bangsa Indonesia dari ancaman disintegrasi selam
a lebih dari lima puluh tahun. Namun sebaliknya sakralisasi dan penggunaan berlebihan d
ari ideologi Negara dalam format politik orde baru banyak menuai kritik dan protes terha
dap pancasila. Sejarah implementasi pancasila memang tidak menunjukkan garis lurus bu
kan dalam pengertian keabsahan substansialnya, tetapi dalam konteks implementasinya. T
antangan terhadap pancasila sebagai kristalisasi pandangan politik berbangsa dan bernega
ra bukan hanya bersal dari faktor domestik, tetapi juga dunia internasional.
Pada zaman reformasi saat ini pengimplementasian pancasila sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, karena di dalam pancasila terkandung nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang
sesuai dengan kepribadian bangsa. Selain itu, kini zaman globalisasi begitu cepat menjan
gkiti negara-negara di seluruh dunia termasuk Indonesia. Gelombang demokratisasi, hak a
sasi manusia, neo-liberalisme, serta neo-konservatisme dan globalisme bahkan telah mem
asuki cara pandang dan cara berfikir masyarakat Indonesia. Hal demikian bisa meminggir
kan pancasila dan dapat menghadirkan sistem nilai dan idealisme baru yang bertentangan
dengan kepribadian bangsa. Implementasi pancasila dalam kehidupam bermasyarakat pad
a hakikatmya merupakan suatu realisasi praksis untuk mencapai tujuan bangsa. Adapun p
engimplementasian tersebut dirinci dalam berbagai macam bidang, salah satu diantaranya
adalah implementasi Pancasila dalam bidang Sosial Budaya.

Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya hendaknya didasarkan atas sist
em nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Te
rutama dalam rangka bangsa Indonesia melakukan reformasi di segala bidang dewasa ini.
Sebagai anti-klimaks proses reformasi dewasa ini sering kita saksikan adanya stagnasi nil
ai social budaya dalam masyarakat sehingga tidak mengherankan jika di berbagai wilayah
Indonesia saat ini terjadi banyak gejolak yang sangat memprihatinkan antara lain amuk m
assa yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyarakat satu dengan yang lain
nya yang muaranya adalah masalah politik. Oleh karena itu, dalam pengembangan sosial
budaya pada masa reformasi dewasa ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki b
angsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai pancasila itu sendiri. Dalam prinsip et
ika pancasila pada hakikatnya bersifat humanistic, artinya nilai-nilai pancasila mendasark
an pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang be
rbudaya. Kebudayaan dalam arti luas adalah keseluruhan ide, aktivitas dan hasil karya ma
nusia yang tidak berakar pada naluri, yang menjadi milik bersama untuk menciptakan ke
mudahan hidup, diwariskan melalui proses sosialisasi dan transformasi.
Sosial budaya merupakan salah satu bidang kehidupan manusia dalam mengembangk
an kebudayaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berkaitan deng
an pemenuhan hajat hidup manusia khususnya dalam memenuhi kepuasan batiniah, mater
ial dan sosial. Sejak abad ke-20 dengan terjadinya keanekaragaman yang luar biasa dalam
kehidupan berbangsa di negara-negara berkembang, masyarakat dunia mengakui bahwa k
eanekaragaman sosial budaya atau pluralisme merupakan masalah yang hakiki. Masyarak
at pluralistik adalah masyarakat yang terdiri atas sejumlah golongan suku bangsa yang ter
wujud dalam satuan-satuan masyarakat dengan kebudayaannya yang berdiri sendiri, dan

menyatu menjadi bangsa dalam sebuah negara. Masyarakat Indonesia digolongkan sebaga
i masyarakat pluralistik, dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang harus diwujudkan
dalam membangun
jiwa kebangsaan yang kuat, berdiri di atas perbedaan kultur, agama, adat-istiadat, ras
, etnis dan bahasa. Keanekaragaman tersebut tidak boleh meretakkan kesatuan dan persat
uan bangsa Indonesia. Itulah bentuk kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia yang juga
mewarnai kehidupan bidang politik, ekonomi dan keamanan nasional.
1. Bangsa yang berbudaya Pancasila adalah bangsa yang berpegang pada prinsip religiositas,
pengakuan bahwa manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, maka manusia hendaknya mampu menempatkan diri sec
ara tepat dalam hubungan dengan Tuhannya. Pertama ia harus yakin akan adanya Tuhan sebagai
kekuatan gaib, yang menjadikan alam semesta termasuk manusia, yang mengatur dan me
ngelolanya sehingga terjadi keteraturan, ketertiban dan keharmonian dalam alam semesta.
Kedua, sebagai akibat dari keyakinannya itu, maka manusia wajib beriman dan bertakwa
kepada-Nya, yakni mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya
.
2. Bangsa yang berbudaya Pancasila berpandangan bahwa manusia sebagai ciptaan Tuhan di
karuniai berbagai kemampuan dasar, dengan kapasitas rasional dan memiliki hati nurani,
yang membedakan manusia dari makhluk lain ciptaan Tuhan. Kemampuan dasar tersebut
adalah cipta, rasa, karsa, karya dan budi luhur. Di samping itu manusia juga dikarunia keb
ebasan untuk memanfaatkan potensi tersebut. Dengan kemampuan ini manusia dapat me
mahami segala hal yang berkembang di sekitar dunianya, mampu menangkap maknanya,
mampu memberikan penilaian dan selanjutnya menentukan pilihan terhadap hal-hal yang
akan dilaksanakan atau dihindarinya, yang harus dipertanggung jawabkan.
3. Bangsa yang berbudaya Pancasila menghendaki berlangsungnya segala sesuatu dalam sua
sana yang selaras, serasi dan seimbang. Hal ini hanya mungkin terjadi apabila setiap warg
a masyarakat menyadari akan hak dan kewajibannya, menyadari akan peran, fungsi dan k
edudukannya sesuai dengan amanah Tuhan Yang Maha Esa.
4. Dalam menunjang hidup manusia, Tuhan menciptakan makhluk lain seperti makhluk jama
di, makhluk nabati, dan makhluk hewani baik di darat, laut maupun udara, untuk dapat di
manfaatkan oleh manusia dengan penuh kearifan. Segala makhluk tersebut perlu diduduk
kan sesuai dengan peruntukannya, sesuai dengan fungsinya, peran dan kedudukannya dal
am menciptakan harmoni, dan kelestarian ciptaan-Nya. Setiap makhluk mengemban ama
nah dari Tuhan untuk diamalkan dengan sepatutnya.
5. Di samping kemampuan dasar tersebut di atas, manusia juga dikaruniai oleh Tuhan dengan
nafsu, akal dan kalbu yang merupakan pendorong dalam menentukan pilihan dan tindakan. Tan
pa nafsu, akal dan kalbu tersebut maka manusia sekedar sebagai makhluk nabati, yang tid
ak memiliki semangat untuk maju, mencari perbaikan dan kesempurnaan dalam hidupnya
. Dalam memanifestasikan nafsu tersebut maka perlu dipandu oleh akal dan budi luhur, se
hingga pilihan tindakan akan menjadi arif dan bijaksana. Di sini letak martabat seorang m
anusia dalam menentukan pilihannya; dapat saja yang berkuasa dalam menentukan piliha
n ini adalah hawa nafsu, sehingga pilihan tindakannya menjadi bermutu rendah; dapat pul
a pilihan ini didasarkan oleh pertimbangan akal sehat dan dilandasi oleh budi luhur dan bi
mbingan keyakinan agama, sehingga pilihan tindakannya menjadi berbudaya dan beradab
.

10

6. Bangsa yang berbudaya Pancasila menciptakan masyarakat yang demokratis, suatu masya
rakat yang pluralistik, menghargai segala perbedaan yang dialami manusia, menghargai p
erbedaan pendapat, sportif, yang pada akhirnya bermuara pada suatu masyarakat yang sel
alu mengutamakan kesepakatan dalam menentukan keputusan bersama, dan selalu memat
uhinya. Keputusan bersama ini dapat berupa kesepakatan yang bersifat informal, sosial m
aupun kultural oleh masyarakat, dapat pula bersifat formal maupun yuridis, seperti peratu
ran perundang-undangan yang dikeluarkan oleh negara. Masyarakat yang demokratis adal
ah masyarakat yang anggotanya menjunjung tinggi kesepakatan bersama dan menjunjung
tinggi peraturan hukum. Hal ini berarti bahwa penegak hukum dan warga masyarakat samasama mematuhi hukum sesuai dengan peran dan kedudukan masing-masing.
7. Bangsa yang berbudaya Pancasila menghargai harkat dan martabat manusia. Dengan kata
lain hak asasi manusia dijunjung tinggi. Manusia didudukkan dan ditempatkan sesuai den
gan harkat dan martabatnya. Hak-hak sipil dan politik warga masyarakat dihormati, demi
kian pula hak-hak ekonomi, sosial dan budaya. Dalam masyarakat yang demokratis yang
menjunjung tinggi hak asasi warganya maka akan tercipta keadilan, kesetaraan gender, ke
benaran dan keutamaan hidup, nilai yang sangat didambakan. Dengan demikian akan terc
ipta masyarakat yang berbudaya dan beradab.
8. Bangsa yang berbudaya Pancasila menuntut berlangsungnya disiplin, transparansi, kejujur
an dan tanggung jawab sosial dalam segala penyelenggaraan kehidupan. Dengan nilainilai tersebut akan tercipta keteraturan, ketertiban, ketentraman, kelugasan, saling percaya
mempercayai, kebersamaan, anti kekerasan dan kondisi lainnya yang memperkuat kesatu
an dan persatuan masyarakat sehingga terhindar dari berbagai penyimpangan termasuk ko
rupsi, kolusi dan nepotisme dalam berbagai penyelenggaraan kehidupan, termasuk penyel
enggaraan pemerintahan.
9. Bangsa yang berbudaya Pancasila mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, tanpa
mengesampingkan kepentingan pribadi dan kelompok masyarakat. Berbagai kepentingan
ini perlu diatur begitu rupa sehingga tercipta ke-harmonian.
2.4. Implementasi Pancasila dalam Bidang Sosial Budaya
1. Hubungan Antara Sila ke-3 Pancasila dengan Keanekaragaman Budaya Indonesi
a.
Keberagaman menjamin kehormatan antarmanusia di atas perbedaan, dari seluruh
prinsip ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia, baik ilmu ekonomi, politik, hukum,
dan sosial. Hak asasi manusia memperoleh tempat terhormat di dunia, hak memperoleh k
ehidupan, kebebasan dan kebahagiaan yang dirumuskan oleh MPR, dan ketika amandeme
n UUD `45, pasal 28, ditambah menjadi 10 ayat dengan memasukkan substansi hak penca
paian tujuan di dalam pembukaan UUD `45. Pancasila yang digali dan dirumuskan para p
endiri bangsa ini adalah sebuah rasionalitas yang telah teruji. Pancasila adalah rasionalitas
kita sebagai sebuah bangsa yang majemuk, yang multi agama, multi bahasa, multi budaya
, dan multi ras yang bernama Indonesia.
Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai penjel
maan sifat kodrat manuasia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosi
al. Negara adalah suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang membe
ntuk negara yang berupa, suku, ras, kelompok, golongan maupun kelompok agama. Oleh

11

karena perbedaan merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas eleme
n-elemen yang membentuk negara. Konsekuensinya negara adalah beranekaragam tetapi
satu, mengikatkan diri dalam suatu persatuan yang diliukiskan dalam Bhineka Tunggal Ik
a. Perbedaan bukan untuk diruncingkan menjadi konflik dan permusuhan melainkan diara
hkan pada suatu sintesa yang saling menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan ber
sama untuk mewujudkan tujuan bersama.
Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, indvidu, maupun golonga
n agama. Mengatasi dalam arti memberikan wahana atas tercapainya harkat dan martabat
seluruh warganya. Negara memberikan kebebasan atas individu, golongan, suku, ras, mau
pun golongan agama untuk merealisasikan seluruh potensinya dalam kehidupan bersama
yang bersifat integral. Oleh karena itu tujuan negara dirumuskan untuk melindungi segena
p warganya dan seluruh tumpah darahnya, memajukan kesejahteraan umum (kesejahteraa
n seluruh warganya) mencerdaskan kehidupan warganya serta dalam kaitannya dengan pe
rgaulan dengan bangsa-bangsa lain di dunia untuk mewujudkan suatu ketertiban dunia ya
ng berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Kebinekaan yang kita miliki harus dijaga sebaik mungkin. Kebhinekaan yang kita ing
inkan adalah kebhinekaan yang bermartabat, yang berdiri tegak di atas moral dan etika ba
ngsa kita sesuai dengan keragaman budaya kita sendiri. Untuk menjaga kebhinekaan yang
bermartabat itulah, maka berbagai hal yang mengancam kebhinekaan mesti ditolak, pada
saat yang sama segala sesuatu yang mengancam moral kebhinekaan mesti diberantas. Kar
ena kebhinekaan yang bermatabat di atas moral bangsa yang kuat pastilah menjunjung ek
sistensi dan martabat manusia berbeda.
2.

Pengaruh Budaya Luar terhadap Budaya Indonesia.


Kebudayaan Indonesia walau beranekaragam, namun pada dasarnya terbentuk dan di
pengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan Indi
a dan Kebudayaan Arab. Kebudayaan India masuk dari penyebaran agama Hindu dan Bu
dha di Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk.
Dari waktu ke waktu budaya barat semakin marak dan diserap dengan mudah oleh m
asyarakat kita. Tidak peduli budaya itu merusak ataukah tidak, namun nampaknya masyar
akat kita lebih suka menghadapi budaya-budaya luar itu daripada melestarikan budaya tan
ah airnya sendiri. Hal ini harus bisa disikapi dengan seksama karena bila kebiasaan ini ter
us berlangsung tanpa proses penyaringan dan pengontrolan, maka dapat dipastikan bahwa
budaya Indonesia akan hilang lenyap tinggal nama. Permasalahan ini timbul bukan karena
faktor luar, namun timbul dari diri pribadi masing-masing warga masyarakat yang seakan
malu dan menganggap kuno budayanya sendiri. Beberapa contoh budaya asing yang sang
at negatif namun telah marak di Indonesia yaitu freesex, pengkonsomsian narkoba, dan ab
ortus. Freesex ini bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, namun dari golongan re
majalah yang sekarang ini marak diberikan misalnya saja kasus Itenas. Pengkonsomsian n
arkoba dilakukan orang barat untuk merilekskan pikiran mereka dari berbagai macam ker
umitan hidup, untuk menambah stamina, semangat, dan kreatifitas saat bekerja itupun den
gan dosis aman bagi mereka. Namun di Indonesia mengkonsumsi narkoba adalah ajang c
oba-coba dan cara menghilangkan stres tanpa mengetahui kandungan zat berbahaya yang
ada di dalamnya. Sehingga tidak jarang kasus kematian, tindak kriminal dan kenakalan re

12

maja yang disebabkan benda haram tersebut. Kasus abortus ini sebenarnya tidak terlalu ja
uh hubungannya dengan kasus freesex inilah banyak kaum wanita yang hamil di luar nika
h dan karena rasa malu kebanyakan para wanita itu melakukan aborsi. Selain dibenci oleh
Tuhan, kegiatan ini dapat mencelakai pihak wanita itu sendiri. Namun, selain mempunyai
sisi negatif budaya barat juga memnpunyai pengaruh positif pada budaya Indonesia, misal
nya dalam bidang IPTEK, pembangunan, dsb, yang tentunya kesemuanya itu tidak terlepa
s dari pengawasan Pancasila sebagai paradigma kehidupan di Indonesia.
Dalam penjelasan di atas jelas sekali bahwa kebudayaan luar sangat berpengaruh pad
a kebudayaan Indonesia, tinggal bagaimana cara kita menyaring dan menyeleksi budayabudaya luar itu agar tidak merusak budaya kita. Budaya luar yang sesuai dengan kepribad
ian bangsa dapat diterapkan guna memperkaya budaya Indonesia. Sedangkan budaya luar
yang tidak sesuai hendaknya kita buang jauh-jauh agar tidak menjadi kebiasaan yang buru
k di masyarakat.

3.

Konflik yang Muncul Akibat Adanya Keanekaragaman Budaya Indonesia.


Kesalahan budaya sering terjadi di Indonesia masa kini karena banyak pemimpin Ind
onesia menggunakan ukuran budaya asalnya sendiri dalam menghadapi masalah-masalah
di wilayah budaya lain.
Kesalahpahaman atau konflik yang timbul akibat adanya keanekaragaman budaya di
Indonesia antara lain konflik Ambon, Poso, Timor-Timor dan konflik Sambas.
Masyarakat Ambon misalnya, umumnya mereka adalah kelompok masyarakat yang statis
. Mereka lebih suka menjadi pegawai negeri, menguasai lahan tempat kelahirannya, juga
memiliki ladang dan pengolahan sagu. Berbeda dengan masyarakat Bugis. Sebagai kaum
pendatang yang tidak memiliki lahan, mereka sangat dinamis dan mampu menangkap pel
uang dengan cepat. Pada umumnya mereka adalah pedagang. Keadaan ini menyebabkan
masyarakat Bugis banyak menguasai bidang ekonomi di Ambon, lama kelamaan kemamp
uan finansial mereka lebih besar yaitu lebih kaya. Sedangkan warga lokal (Ambon) hanya
bisa menyaksikan tanpa mampu berbuat banyak. Akibatnya, kesenjangan ini kian hari kia
n bertambah dan menjadi bom waktu yang siap meledak, bahkan sudah meledak. Sepertin
ya konflik Poso pun berlatar belakang hampir sama dengan konflik Ambon. Hal sama jug
a terjadi di Timor-Timor. Ketika Tim-Tim masih dikuasai di Indonesia, masyarakat TimTim yang statis tidak bisa berkembang. Sedangkan warga pendatang, yang umumnya bers
uku Batak, Minang, Jawa, penguasa ini berbagai bidang ekonomi, sehingga terjadi kecem
buruan sosial. Kondisi serupa terjadi di Sambas. Konflik yang terjadi karena suku Madura
yang menguasai sebagian besar kehidupan ekonomi setempat.
Untuk mengantisipasi konflik-konflik di masa yang akan datang, masyarakat yang be
rpotensi tunggal seperti itu harus didorong untuk ikut beradaptasi dengan masyarakat dina
mis. Jadi, penyelesaian konflik-konflik perlu cara yang spesifik bukan dengan cara kekera
san. Pendekatan yang mungkin dilakukan adalah pendekatan budaya- politik. Pendekatan
budaya dapat dilakukan dengan menyerap dan memahami sari-sari budaya kelomokkelompok masyarakat yang berupa nilai-nilai yang mereka yakini, pelihara dan pertahaka
n, termasuk keinginan-keinginan yang paling dasar.

13

Untuk menanamkan nilai-nilai budaya nasional pada generasi penerus bangsa, instans
i-instansi hendaknya menyusun kurikulum tentang pendidikan karakter dan budi pekerti b
angsa di sekolah-sekolah. Tujuannya, untuk menjaga nilai-nilai budaya nasional dan pena
ngkal masuknya arus globalisasi. Pendidikan budi pekerti juga diharapkan mampu mence
gah timbulnya konflik antar suku bangsa di Indonesia melalui ketahanan budaya.
4.

Keadaan Budaya Indonesia.


Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan Indonesia yan
g telah ada sebelum terbentuknya negara Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan
tempat yang berasal daripada kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam suku-suku. Ke
budayaan tersebut telah mengikat dan mempersatukan setiap kelompok suku bangsa Indo
nesia. Budaya kelompok akan tercermin dalam sikap atau kepribadian kelompok itu. Hal i
ni dapat dilihat saat kebudayaan kelompok pertama kali membentuk kita sebagai manusia
yang menganut dan menghargai nilai-nilai bersama. Dengan demikian kelompok suku ba
ngsa akan tumbuh menjadi manusia berbudaya dengan kondisioning terhadap nilai-nilai
masyarakat sekitar, melalui orang tua dan keluarga.
Di samping itu, perlu kita ketahui bahwa alam pun ikut menentukan serta memberi ci
ri yang khas terhadap corak kebudayaan. Namun tidak sepenuhnya pengaruh lingkungan
akan menimbulkan akibat yang seragam terhadap kebudayaan. Manusia sebagai makhluk
budaya tidak menggantungkan semata-mata kepada alam, tetapi manusia bertindak sebag
ai gaya perombak alam untuk digunakan bagi kepentingan hidupnya. Oleh karena itu, ant
ara lingkungan dan manusia saling bergantung. Demi seluruh kebutuhan langsung dan ke
pentingan-kepentingan praktis, manusia tergantung dari lingkungan fisiknya. Manusia tid
ak dapat hidup kalau tidak menyesuaikan diri dengan dunia sekitarnya.
Begitu pun juga jika lingkungan itu melekat kuat pada setiap suku bangsa, maka kebu
dayaan asing tidak akan berpengaruh pada kebudayaan mereka. Sehingga masing-masing
suku bangsa itu mengembangkan corak kebudayaannya sendiri. Dalam proses pertumbuh
annya, kebudayaan daerah ini mengalami perkembangan baru, sebagai akibat hubungan y
ang makin luas antar suku- suku, di samping sebagai akibat makin kendurnya ikatanikatan kesukuan.
Hingga saat ini bangsa Indonesia belum memiliki identitas kebudyaan yang jelas.
Selama ini, Indonesia hanya memiliki identitas semu yang belum mantap tetapi dipaksaka
n seolah-seolah menjadi ciri khas kebudayaan bangsa. Menurut James Danandjaja menye
butkan, Indonesia memiliki dua unsur kebudayaan, yaitu kebudayaan daerah dan kebuday
aan nasional. Menurutnya, unsur kebudayaan daerah yang dimiliki masing-masing daerah
dan suku bangsa di Indonesia sudah mantap, tetapi kebudayaan nasional yang mewakili s
eluruh bangsa masih belum mantap.
Kebudayaan nasional sendiri hanya memiliki dua unsur kebudayaan yang dapat di
katakan sudah mantap, yaitu bahasa Indonesia dan Pancasila sebagai filosofi atau pandan
gan hidup bangsa. Bahkan, Pancasila pun lanjutnya hingga kini masih terus dipermasalah
kan sebagai pandangan hidup bangsa oleh beberapa pihak. Padahal, hanya filosofi Pancas
ila sajalah yang bisa membuat seluruh bangsa bisa bersatu. Begitu juga menurut Yunus M
elalatoa identitas bangsa Indonesia yang disebutkan dalam UUD 1945 adalah identitas tia
p-tiap etnik di seluruh Indonesia. Jadi, identitasnya bersifat plural atau jamak.

14

Yang menjadi masalah sekarang ini adalah identitas dan nilai-nilai kebudayaan ma
sing-masing suku-suku bangsa di tiap daerah di seluruh Indonesia sudah mulai luntur, bah
akan menghilang. Padahal, nilai-nilai kebudayaan itu berfungsi untuk mempertahankan h
arga diri kita, nilai-nilai yang mulai luntur itu akan menggerogoti harga diri kita dan harga
diri bangsa sendiri.

Hal itu dikarenakan telah banyak budaya asing yang telah masuk bahkan ada yang su
dah mendarah daging pada budaya Indonesia. Anggapan bangsa Indonesia saat ini, jika ha
nya mempertahankan nilai-nilai budaya Indonesia yang ada, maka mereka beranggapan h
al tersebut adalah budaya lama dan kurang moderen.
Budaya asing telah berhasil membaurkan budaya kita dengan budayanya. Demikian j
uga dikarenakan kurang mantapnya kebudayaan nasional dalam mempertahankan nilai
nilai budaya. Sehingga kebudayaan daerah yang telah dibentengi dengan adanya kebuday
aan nasional kuga ikut terpengaruh oleh budaya asing. Dalam hal ini , pancasilapun menja
di tersangka. Karena pancasila tidak bisa memberikan penerapan yang jelas terhadap kebu
dayaan nasional maupun daerah.
Saat ini budaya Indonesia bukan saja dikatakan sudah mulai luntur tetapi sudah sedik
it banyak ada yang telah menghilang dari kebudayaan Indonesia. Misalnya tradisi Pela Ga
ndong di Ambon, Maluku, yang sudah sejak dua generasi lalu tidak pernah dipraktekan tr
adisi yang mengandung identitas dan nilai-nilai budaya asli orang Ambon itu, yaitu cinta
persaudaraan dan perdamaian, saat ini hanya bisa dijumpai dalam literature-literatur buata
n luar negeri, tanpa adanya prakteknya dalam kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat
Ambon.
Mungkin kita tidak menyadari bahwa kita telah dijajah. Meskipun secara tidak terang
-terangan, hal itu telah cukup membuat bangsa kita kehilangan identitas bangsanya, sehin
gga ada yang sampai terjadi perpecahan antar suku dan budaya. Penjajahan itu berupa bud
aya asing yang telah campur tangan ke dalam budaya Indonesia. Padahal budaya Indonesi
a merupakan salah satu bentuk kepribadian bangsa kita. Pendeknya jika bangsa Indonesia
tercerai berai maka budaya Indonesia tidak akan bisa terbentuk dan bersatu. Begitu pula k
epribadian Indonesia lama-lama akan terhapus.
5. Solusi yang Diberikan Pancasila dalam Mengatasi Konflik
Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan tuntunan dan pegangan d
alam mengatur sikap dan perilaku manusia Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat da
n bernegara. Nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia yang m
enjadi sumber moral dan menjelma dalam wujud yang beraneka ragam kebudayaan daera
h dapat dikembangkan dalam rangka memperkaya nilai-nilai pancasila, yang merupakan
nilai-nilai luhur bangsa. Nilai-nilai tersebut adalah nilai baru yang tumbuh dalam kehidup
an bangsa Indonesia yang sedang membangun, yang sedang teruji sebagai nilai luhur yan
g perlu dikembangkan. Dalam konteks pengembangan nilai-nilai dasar yang terkandung d
alam pancasila, perlu diperhatikan perubahan sikap masyarakat terhadap nilai-nilai yang a
da sebagai akibat dinamika yang terjadi dalam kehidupan bangsa Indonesia.

15

Pancasila yang digali dan dirumuskan para pendiri bangsa ini adalah sebuah rasio
nalitas kita sebagai bangsa majemuk, multi agama, multi bahasa, multi budaya, dan multi
ras, yang bergambar dalam Bhineka Tunggal Ika. Kebinekaan Indonesia harus dijaga seba
ik mungkin. Kebhinekaan yang kita inginkan adalah kebhinekaan yang bermartabat.
Untuk menjaga kebhinekaan yang bermartabat itulah, maka berbagai hal yang menganca
m kebinekaan harus ditolak. Namun dengan kebhinekaan tersebut hingga saat ini bangsa I
ndonesia belum memiliki identitas kebudayaan yang jelas. Selama ini Indonesia hanya me
miliki identitas semu yang belum mantap tetapi dipaksakan seolah-olah menjadi ciri khas
kebudayaan. Hal inilah yang mengakibatkan peselisihan dan menimbulkan konflik.
Di dalam Pancasila terdapat nilai-nilai yang digunakan bangsa Indonesia sebagai l
andasan serta motivasi atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun da
lam kehidupan kenegaraan. Nilai-nilai tersebut selalu dapat memberikan solusi atas masal
ah yang terjadi dalam negara Indonesia kususnya masalah kemajemukan. Nilai-nilai luhur
pancasila tersebut tertuang dalam setiap butir-butir pancasila
2.5. Implementasi Pancasila setiap Sila dalam Bidang Sosial Budaya
1. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
Keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa bukanlah dokma atau kepercayaan yan
g tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui penalaran, melainkan suatu penalaran yan
g berpangkaldari kesadaraan manusia sebagai makhluk tuhan. Bagi kita dan dalam negara
Indonesia, tidak boleh ada pertentangan dalam hal Ketuhanan Yang Maha Esa, tidak bole
h ada sikap dan perbuatan yang anti Ketuhanan Yang Maha Esa, srta anti kehidupan berga
ma. Dengan kata lain didalam negara Indonesia tiadak ada dan tidak boleh ada faha m yan
g meniadakan atau mengingkari akan adanaya Tuhan Yang Maha Esa (ateisme) dan yang
seharusnya ada yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa (monoteisme) denggan toleransi kebebas
an untuk memeluk agama dengan keyakinannya dan untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannya masing-masing.
2. Nilai Kemanusiaan yang adil dan beradab
Dalam sila ini kemanusiaan merupakan norma untuk menilai apapun yang menyan
gkut kepentingan manusia sebagai makhluk Tuhan yang mulai denagn kesadaran martaba
t dan derajatnya. Kemanusiaan yang adil dan beradap adalah kesadaran sikapa dan perbua
tan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan norma
-norma kebudayaan pada umumnya. Hubungan dan norma baik terhadap diri pribadi, sesa
me manusia dan terhadap lingkungannya. Nilai-nilai dalam sial Kemanusiaan yang adil d
an beradab itu adalah nilai yang merupakan nilai refleksi dari martabat serta harkat manu
sia ayng memiliki nilai cultural. Potensi itu dihayati sebagai hal yang bersifat umum (univ
ersal) dan dipunyai oleh semua bangsa tanpa terkecuali Dalam sila ini tersimpul nilai kem
anusiaan yang lengkap, yang adil serta bermutu tinggi, karena kemampuannya berbudaya.
Menurut sila kemanusiaan yang adil dan beradap itu, setiap manusia Indonesia adalah ba
gia dari warga dunia, yang meyakini adanaya prinsip persamaan harkat dan martabatnya
sebagai hamba Tuhan.
16

3. Nilai Persatuan Indonesia


Persatuan dalam sila ketiga ini meliputi makna persatuan dan kesatuan dalam arti i
deologis, pilotik social budaya dankeamanan.Sila peratuan Indonesia ini mengandung nila
i-nilai keharmonian dan nilai etis yang mencakup nilai kedudukan dan martabat manuisa I
ndonesia untuk menghargai keseimbangan antar kepentingan pribadi dan masyarakat. Nil
ai yang menjunjung tinggi tradisi kejuangan dan kerelaan untuk berkorban dan membela
kehormatan bangsa dan negara. Mengandung nilai petirotik serta penghargaan ras abangg
a sebagai realitas yang dinamis.
4. Nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam maiiipermus
yawaratan / perwakilan.
Dalam sila ini, diakui bahwa negara RI menganut asas demokrasi yang bersumber ke
pada nilai-nilai kehidupan yang berakar dalam budaya bangsa Indonesia. Perwujudan asas
demokrasi itu dipersepsi sebagai paham kedaulatan rakyat, yang bersumber kepada nilai k
ebersamaan, kekeluargaan dan kegotong royongan. Penghargaan nilai tertinggi terhadap
nilai musyawarah mencerminkan nilai kebenaran. Dalam nilai sila keempat ini, tercermin
nilai yang mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat yang harus didahulukan. D
idalam sila ini terungkap nilai yang lebih mengahrgai kesukarelaan dan lesadaran daripad
a memaksakan sesuatu kepada orang lain. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat keb
ijaksanaan ini, menghargai sikap etis berupa tanggung jawab yang harus ditunaikan, seba
gai amanat seluruh rakyat. Tanggung jawab itu bukan hanya ditujukan kepada manusia, te
tapi tanggung jawab moral kepada Tuhan Yang Mha Esa. Sila ini pun mengandung pengk
uan atas nilai kebenaran dan keadilan dalam menegakkan kehidupan yang bebas dan seja
htera.
5. Nilai keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila ini mencakup bahwa keadilan sosial berarti
keadilan yang berlaku dalam masyarakat disegala bidang kehidupan baik material maupu
n spiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti setiap orang yang berdiam ditanah air, maupu
n bertempat tinggal dinegara asing. Keadilan social ini juga menjamin bahwa setiap rakya
t Indonesia diperlakukan dengan adil dalam bidang hukum, elonomi, kebudayaan dan soci
al. Dalam sila ini diakui bahwa kedudukan pribadi tidak dapat dipisahkan kedudukannya
sebagai warga masyarakat.
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila kelima ini meliputi nilai keselarasan, kesei
mbangan dan keserasian yang menyangkut hak dan kewajiban yang dimiliki oleh rakyat I
ndonesia, tanpa membedakan asal suku, agama yang dianut, keyakinan politik, serta tingk
at ekonominya. Dalam sila inipun terkandung nilai kedermawanan terhadap sesama, nilai
yang memberi sikap juga mengembangkan nili untu kmenghargai karya dan norma yang
menolak adanya kesewenang-wenangan serta pemerasan kepada sesama. Nilai kelima ini
juga mengandung nilai vital yaitu keniscayaan secara bersama mewujudkan kemajuan ya
ng merata dan keadilan sosial, dalam makan untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia. Nilai-nilai yang mencakup keadilan sosial itu memberi jaminan untuk mencapai

17

taraf kehidupan yang layak dan terhormat sesuai dengan kodratnya dan menempatkan nila
i demokrasi dalam bidang ekonomi dan sosial.

BAB III
PENUTUP

18

3.1. Kesimpuan
Telah kita ketahui bersama bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki
banyak ragam budaya yang berbedabeda dari setiap suku daerah yang berbeda pula. Perbe
daan itu sendiri justru memberikan kontribusi yang cukup besar pada citra bangsa Indones
ia. Kebudayaan dari tiaptiap suku daerah inilah yang menjadi penyokong dari terciptanya
budaya nasional Indonesia.
Identitas budaya nasional kita saat ini memang belum jelas selain hanya bahasa In
donesia sebagai bahasa nasional dan Pancasila sebagai filosofi atau pandangan hidup ban
gsa.
Selain itu, perbedaan juga akan menyulut terjadinya sebuah konflik jika para pelak
unya tidak dapat mengendalikan emosi mereka masingmasing. Lingkungan dan masyarak
at sangatlah menentukan bagaimana sebuah kebudayaan itu tumbuh dan berkembang di d
alam masyarakat itu sendiri. Manusia sebagai pelaku dan pencipta kebudayaan mengatur
perkembangan budaya, dan budaya sebagai fenomena sosial citapaan manusia mendidik
manusia itu sendiri untuk mengerti dan memahami tentang keadaan sosial masyarakatnya.
itulah yang disebut dengan dialektika atau saling ketergantungan antara manusia dengan k
ebudayaan.
Ancaman lain yang turut serta datang dan membahayakan kebudayaan bangsa ada
lah budaya asing yang terbawa dalam arus globalisasi. Kebudayaan dalam konteks Nasion
al saja masih bisa berbeda, apalagi kebudayaan yang datang dari luar konteks tersebut, jel
as sangat berbeda. Seiring dengan berjalannya waktu, manusia akan mengikuti budaya ya
ng sedang marak dan mulai melupakan budaya nenek moyang mereka, walaupun pada ha
kikatnya manusia tidak dapat bebas dari budayanya sendiri.
Jika kita melihat bangsa Indonesia pada masa lalu, maka yang ada di benak kita ad
alah sebuah pertanyaan mengapa bagsa Indonesia dapat menunjukkan kesatuaannya saat
itu dan sekarang tidak?. Hal itu terjadi karena seluruh komponen masyarakat mengalami
nasib yang, yaitu dalam masa penjajahan. Sekarang, rasa persatuan tersebut hanya dapat k
ita lihat dalam beberapa kejadian saja di mana seluruh komponen masyarakat Indonesia k
embali merasa senasib, sepenanggungan, dan seperjuangan. Dalam permainan sepak bola
misalnya. Baik masyarakat Jawa, Batak, Minang, Sunda, dan masyarakat budaya Indonesi
a lainnya akan mendukung tim sepak bola Indonesia dengan rasa kesatuannya, yaitu Indo
nesia, bukan Bugis, Madura atau suku-suku lainnya.
Dengan kata lain, kebudayaan Nasional Indonesia tidak bisa hanya diukur dengan
salah satu budaya daerah saja. Kepemimpinan menurut suku Jawa akan berbeda dengan k
epemimpinan menurut suku Asmat dan juga suku yang lainnya. Kebudayaan Nasional Ind
onesia harusnya bersifat umum yang bisa diikuti oleh semua suku-suku bangsa Indonesia,
dan bukan menggunakan budaya di mana pusat pemerintahan itu dijalankan. Pusat hanya
menjadi fasilitator, bukan educator. Hal inilah yang dibutuhkan bangsa Indonesia dalam
membentuk kebudayaan Nasionalnya
3.2. Saran

19

Nilai-nilai dan identitas kebudayaan daerah yang menjadi citra bangsa, yang juga
merupakan sebagai alat untuk mempertahankan harga diri bangsa ini mulai luntur. Masyar
akat mulai enggan mengenali budaya nenek moyang mereka. Padahal, sebagaimana yang
telah tertulis di atas, bahwa kebudayaan daerah adalah dasar dari kebudayaan nasional.
Oleh karena itu, demi terbentuknya kebudayaan Nasional yang benar-benar dapat
menyatukan kembali seluruh komponen budaya bangsa, perlu kita mempelajari dan meng
enal lebih dalam lagi tentang sejarah dan warisan-warisn budaya kita, dan juga demi men
cari jati diri yang bhineka itu.

3.3. Daftar Pustaka


http://putracenter.net/2010/04/05/implementasi-pancasila-dalam-kehidupan-berbangsa/
http://www.scribd.com/doc/35219304/Pancasila-Sebagai-Dasar-Negara-Dan-IdeologiNasional

20

http://www.scribd.com/doc/35219304/Pancasila-Sebagai-Dasar-Negara-Dan-IdeologiNasional
http://kumoro.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/2008/12/implementasi-dan-monitoringkebijakan.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi
http://lppkb.wordpress.com/2011/03/16/pedoman-umum-implementasi-pancasila-dalamkehidupan-bernegara/
http://www.anneahira.com/pengertian-sosial-budaya.htm
http://okkie.student.fkip.uns.ac.id/2012/04/05/implementasi-nilai-pancasila-dalamkehidupan-bermasyarakat/

21

Anda mungkin juga menyukai