Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu diusah
akan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamalan nilai-
nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelengga
ra negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di
daerah.
1.3 TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Impelentasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disus
un secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaaan sudah di
anggap fix.
Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wildavsk
y (dalam Nurdin dan Usman, 2002), mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan
Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2004:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah p
erluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang sa
ling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan Usman, 2004). Adapu
n Schubert (dalam Nurdin dan Usman, 2002:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah sis
tem rekayasa.”
Pengertian-
pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aks
i, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implem
entasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sunggu
h-
sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, imp
lementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya yaitu kurikulum.
Dalam kenyataannya, implementasi kurikulum menurut Fullan merupakan proses untuk mel
aksanakan ide, program atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat meneri
ma dan melakukan perubahan.
Dalam kaitannya dengan pendekatan yang dimaksud, Nurdin dan Usman (2004) menjelaska
n bahwa pendekatan pertama, menggambarkan implementasi itu dilakukan sebelum penyebaran (
desiminasi) kurikulum desain. Kata proses dalam pendekatan ini adalah aktivitas yang berkaitan
dengan penjelasan tujuan program, mendeskripsikan sumber-
sumber baru dan mendemosntrasikan metode pengajaran yang diugunakan.
Pendekatan kedua, menurut Nurdin dan Usman (2002) menekankan pada fase penyempurna
an. Kata proses dalam pendekatan ini lebih menekankan pada interaksi antara pengembang dan g
uru (praktisi pendidikan). Pengembang melakukan pemeriksaan pada program baru yang direnca
nakan, sumber-
sumber baru, dan memasukan isi/materi baru ke program yang sudah ada berdasarkan hasil uji co
ba di lapangan dan pengalaman-
pengalaman guru. Interaksi antara pengembang dan guru terjadi dalam rangka penyempurnaan pr
ogram, pengembang mengadakan lokakarya atau diskusi-diskusi dengan guru-
guru untuk memperoleh masukan. Implementasi dianggap selesai manakala proses penyempurna
an program baru dipandang sudah lengkap.
Sedangkan pendekatan ketiga, Nurdin dan Usman (2002) memandang implementasi seba
gai bagian dari program kurikulum. Proses implementasi dilakukan dengan mengikuti perkemba
ngan dan megadopsi program-
program yang sudah direncanakan dan sudah diorganisasikan dalam bentuk kurikulum desain (d
okumentasi).
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau p
enerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang/dide
sain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya.Kalau diibaratkan dengan sebuah rancangan bangun
an yang dibuat oleh seorangInsinyur bangunan tentang rancangan sebuah rumah pada kertas kalk
irnya makaimpelemntasi yang dilakukan oleh para tukang adalah rancangan yang telah dibuattad
i dan sangat tidak mungkin atau mustahil akan melenceng atau tidak sesuai denganrancangan, ap
abila yang dilakukan oleh para tukang tidak sama dengan hasilrancangan akan terjadi masalah be
sar dengan bangunan yang telah di buat karenarancangan adalah sebuah proses yang panjang, ru
mit, sulit dan telah sempurna darisisi perancang dan rancangan itu. Maka implementasi kurikulu
m juga dituntut untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang telah direncanakan dalam kurikulumn
ya untuk dijalankan dengan segenap hati dan keinginan kuat, permasalahan besar akan terjadiapa
bila yang dilaksanakan bertolak belakang atau menyimpang dari yang telahdirancang maka terja
dilah kesia-
sian antara rancangan dengan implementasi.Rancangan kurikulum dan impelemntasi kurikulum a
dalah sebuah sistem danmembentuk sebuah garis lurus dalam hubungannya (konsep linearitas) d
alam artiimpementasi mencerminkan rancangan, maka sangat penting sekali pemahaman guruser
ta aktor lapangan lain yang terlibat dalam proses belajar mengajar sebagai intikurikulum untuk m
emahami perancangan kuirkulum dengan baik dan benar.
Pancasila adalah dijiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada
bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik,
di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum
dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji keben
aran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu
memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu diusahak
an secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamalan nilai-
nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelengga
ra negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di
daerah.
Permasalahan Pancasila yang masih terasa mengganjal adalah tentang penghayatan dan peng
amalannya saja. Hal ini tampaknya belum terselesaikan oleh berbagai peraturan operasional tenta
ngnya. Dalam hal ini, pencabutan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 (Ekaprasetia Pancakarsa) ta
mpaknya juga belum diikuti upaya penghayatan dan pengamalan Pancasila secara lebih “alamiah
‟. Tentu kita menyadari juga bahwa upaya pelestarian dan pewarisan Pancasila tidak serta merta
mengikuti Hukum Mendel.
Tinjauan historis Pancasila dalam kurun waktu tersebut kiranya cukup untuk memperoleh ga
mbaran yang memadai tentang proses dan dinamika Pancasila hingga menjadi Pancasila otentik.
Hal itu perlu dilakukan mengingat bahwa dalam membahas Pancasila, kita terikat pada rumusan
Pancasila yang otentik dan pola hubungan sila-
silanya yang selalu merupakan satu kebulatan yang utuh.
Pengertian nilai
Nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek. Jadi, bukan
objek itu sendiri yang dinamakan nilai. Suatu yang mengandung nilai artinya ada sifat atau kuali
atas yang melekat pada suatu tersebut.
Menilai adalah menimbang, artinya suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan suatu de
ngan suatu yang lain, kemudian untuk selanjutnya diambil keputusan yang dapat menyatakan ba
hwa suatu itu berguna, benar atau salah, baik atau buruk, indah atau jelek, suci atau berdosa.
Macam-macam nilai
Seperti yang telah didefinisikan bahwa nilai itu tersembunyi dibalik kenyataan lain. Implikas
inya yaitu bahwa sebenernya segala sesuatu itu bernilai atau mengandung nilai, hanya saja deraja
d nilai itu positif atau negative. Disamping itu dalam suatu itu, masih harus ditentukan kemudian.
Sistemnilai adalah konsep atau gagasan yang menyeluruh mengenai apa yang hidup dalam p
ikiran seseorang atau sebagian besar anggota masyarakat tentang apa yang dipandang baik. Panc
asila sebagai nilai mengandung serangkaian nilai, yaitu: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kea
dilan. Kelima nilai tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh, tek terpisahkan mengacu kepada
tujuan yang satu. Pancasila sebagai suatu system nilai termasuk ke dalam nilai moral (nilai kebai
kan) dan merupakan nilai-nilai dasar yang bersifat abstrak.
4.Arti dan Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam iiiPermus
yawaratan/Perwakilan.
a.Hakikat Sila ini adalah demikrasi. Demokrasi dalam umum, yaitu pemerintah dari
irakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
b.Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru
iiiiiiisesudah itu diadakan tindakan bersama. Disini terjadi simpul yang penting yaitu
iiiiiiimengusahakan putusan bersama secara bulat.
c.Dalam melakukan putusan diperlukan kejujuran bersama. Dalam hal ini perlu
iiiiiidiingat bahwa keputusan bersama dilakukan secara bulat sehingga membawa
iiiiiikonsekuensi adanya kejujuran bersama.
d.Perbedaan secara umum demokrasi dibarat dan di Indonesia, yaitu terletak pada
permusyawaratan rakyat.
5. Arti dan Makna Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a.Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat.
b.Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan bersama
menurut potensi masing-masing.
c.Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat bekerja sesuai
iiiiiiidengan bidangnya.
Menilik kembali kepada tujuan nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembuk
aan Undang-
undang Dasar 1945 dan kehendak dalam mengisi kemerdekaan RI yakni sebagai berikut:
1.Membentuk suatu pemerintahan Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap iiibangs
a Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2.Memajukan kesejahteraan umum / bersama
3.Mencerdaskan kehidupan bangsa
4.Ikut berperan aktif dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan iiike
merdekaan, perdamaian abadi dan kedilan sosial.
Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak As
asi Manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi manusia
yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran HAM di Indonesia memang masih banyak yang belum t
erselesaikan/tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia HAM di Indonesia dapat terwujud
ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh HAM di Indonesia adalah Munir yang tewas dibunuh d
i atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia.
Di Indonesia ini pelanggaran-
pelanggaran terhadap HAM menyebabkan banyak rakyat yang sangat menderita. Contoh nyata a
kibat pelanggaran tersebut adalah:
1.Kemiskinan
Indonesia adalah sebuah negara yang penuh paradoks. Negara ini subur dan kekayaan ala
mnya melimpah, namun sebagian cukup besar rakyat tergolong miskin. Hal ini sebenarnya didas
ari oleh rendahnya kualitas SDM Karena latar belakang pendidikan yang masih tergolong rendah
dan kualitas moral para pemimpin yang tidak baik. Maksudnya adalah ketidak merataan pemban
gunan dibeberapa daerah sehingga beberapa wilayah di Indonesia memiliki nilai kemiskinan yan
g rendah sedangkan daerah lainnya memiliki angka kemiskinan yang tinggi. Jadi ini adalah bukti
tidak adilnya pemerintah terhadap kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang menyebabkan ke
miskinan.
2.Ketimpangan dalam pendidikan
Banyak anak usia sekolah harus putus sekolah karena biaya, mereka harus bekerja dan ba
nyak yang menjadi anak jalanan. Walaupun sudah diberlakukannya beberapa program untuk men
gurangi biaya sekolah atau bahkan membebaskan biaya sekolah BOS (Biaya Operasional Sekola
h) tapi kenyataannya pembagiannya masih belum merata diseluruh wilayah Indonesia dan masih
banyak dipotong oleh pihak-pihak tertentu.
2.3. Implementasi Konsep, Prinsip dan Nilai Pancasila dalam Bidang Sosial Budaya
Pancasila sebagai dasar negara dan landasan idil bangsa Indonesia, dewasa ini dalam zaman
reformasi telah menyelamatkan bangsa Indonesia dari ancaman disintegrasi selama lebih dari lim
a puluh tahun. Namun sebaliknya sakralisasi dan penggunaan berlebihan dari ideologi Negara da
lam format politik orde baru banyak menuai kritik dan protes terhadap pancasila. Sejarah implem
entasi pancasila memang tidak menunjukkan garis lurus bukan dalam pengertian keabsahan subst
ansialnya, tetapi dalam konteks implementasinya. Tantangan terhadap pancasila sebagai kristalis
asi pandangan politik berbangsa dan bernegara bukan hanya bersal dari faktor domestik, tetapi ju
ga dunia internasional.
Pada zaman reformasi saat ini pengimplementasian pancasila sangat dibutuhkan oleh masyar
akat, karena di dalam pancasila terkandung nilai-
nilai luhur bangsa Indonesia yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Selain itu, kini zaman glob
alisasi begitu cepat menjangkiti negara-
negara di seluruh dunia termasuk Indonesia. Gelombang demokratisasi, hak asasi manusia, neo-
liberalisme, serta neo-
konservatisme dan globalisme bahkan telah memasuki cara pandang dan cara berfikir masyaraka
t Indonesia. Hal demikian bisa meminggirkan pancasila dan dapat menghadirkan sistem nilai dan
idealisme baru yang bertentangan dengan kepribadian bangsa. Implementasi pancasila dalam ke
hidupam bermasyarakat pada hakikatmya merupakan suatu realisasi praksis untuk mencapai tuju
an bangsa. Adapun pengimplementasian tersebut dirinci dalam berbagai macam bidang, salah sat
u diantaranya adalah implementasi Pancasila dalam bidang Sosial Budaya.
Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya hendaknya didasarkan atas sistem nilai y
ang sesuai dengan nilai-
nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Terutama dalam rangka bangsa Indonesia m
elakukan reformasi di segala bidang dewasa ini. Sebagai anti-
klimaks proses reformasi dewasa ini sering kita saksikan adanya stagnasi nilai social budaya dala
m masyarakat sehingga tidak mengherankan jika di berbagai wilayah Indonesia saat ini terjadi ba
nyak gejolak yang sangat memprihatinkan antara lain amuk massa yang cenderung anarkis, bentr
ok antara kelompok masyarakat satu dengan yang lainnya yang muaranya adalah masalah politik
. Oleh karena itu, dalam pengembangan sosial budaya pada masa reformasi dewasa ini kita harus
mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-
nilai pancasila itu sendiri. Dalam prinsip etika pancasila pada hakikatnya bersifat humanistic, arti
nya nilai-
nilai pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebaga
i makhluk yang berbudaya. Kebudayaan dalam arti luas adalah keseluruhan ide, aktivitas dan has
il karya manusia yang tidak berakar pada naluri, yang menjadi milik bersama untuk menciptakan
kemudahan hidup, diwariskan melalui proses sosialisasi dan transformasi.
Sosial budaya merupakan salah satu bidang kehidupan manusia dalam mengembangkan keb
udayaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berkaitan dengan pemenuha
n hajat hidup manusia khususnya dalam memenuhi kepuasan batiniah, material dan sosial. Sejak
abad ke-
20 dengan terjadinya keanekaragaman yang luar biasa dalam kehidupan berbangsa di negara-
negara berkembang, masyarakat dunia mengakui bahwa keanekaragaman sosial budaya atau plur
alisme merupakan masalah yang hakiki. Masyarakat pluralistik adalah masyarakat yang terdiri at
as sejumlah golongan suku bangsa yang terwujud dalam satuan-
satuan masyarakat dengan kebudayaannya yang berdiri sendiri, dan menyatu menjadi bangsa dal
am sebuah negara. Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat pluralistik, dengan se
mboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang harus diwujudkan dalam membangun jiwa kebangsaan yan
g kuat, berdiri di atas perbedaan kultur, agama, adat-
istiadat, ras, etnis dan bahasa. Keanekaragaman tersebut tidak boleh meretakkan kesatuan dan pe
rsatuan bangsa Indonesia. Itulah bentuk kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia yang juga me
warnai kehidupan bidang politik, ekonomi dan keamanan nasional.
1. Bangsa yang berbudaya Pancasila adalah bangsa yang berpegang pada prinsip religiositas, penga
kuan bahwa manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai ma
khluk ciptaan Tuhan, maka manusia hendaknya mampu menempatkan diri secara tepat dalam hub
ungan dengan Tuhannya. Pertama ia harus yakin akan adanya Tuhan sebagai kekuatan gaib, yang menjadik
an alam semesta termasuk manusia, yang mengatur dan mengelolanya sehingga terjadi keteratura
n, ketertiban dan keharmonian dalam alam semesta. Kedua, sebagai akibat dari keyakinannya itu,
maka manusia wajib beriman dan bertakwa kepada-Nya, yakni mematuhi segala perintah-
Nya dan menjauhi segala larangan-Nya
.
2. Bangsa yang berbudaya Pancasila berpandangan bahwa manusia sebagai ciptaan Tuhan dikarunia
i berbagai kemampuan dasar, dengan kapasitas rasional dan memiliki hati nurani, yang membeda
kan manusia dari makhluk lain ciptaan Tuhan. Kemampuan dasar tersebut adalah cipta, rasa, kars
a, karya dan budi luhur. Di samping itu manusia juga dikarunia kebebasan untuk memanfaatkan
potensi tersebut. Dengan kemampuan ini manusia dapat memahami segala hal yang berkembang
di sekitar dunianya, mampu menangkap maknanya, mampu memberikan penilaian dan selanjutn
ya menentukan pilihan terhadap hal-
hal yang akan dilaksanakan atau dihindarinya, yang harus dipertanggung jawabkan.
3. Bangsa yang berbudaya Pancasila menghendaki berlangsungnya segala sesuatu dalam suasana ya
ng selaras, serasi dan seimbang. Hal ini hanya mungkin terjadi apabila setiap warga masyarakat
menyadari akan hak dan kewajibannya, menyadari akan peran, fungsi dan kedudukannya sesuai
dengan amanah Tuhan Yang Maha Esa.
4. Dalam menunjang hidup manusia, Tuhan menciptakan makhluk lain seperti makhluk jamadi, ma
khluk nabati, dan makhluk hewani baik di darat, laut maupun udara, untuk dapat dimanfaatkan ol
eh manusia dengan penuh kearifan. Segala makhluk tersebut perlu didudukkan sesuai dengan per
untukannya, sesuai dengan fungsinya, peran dan kedudukannya dalam menciptakan harmoni, da
n kelestarian ciptaan-
Nya. Setiap makhluk mengemban amanah dari Tuhan untuk diamalkan dengan sepatutnya.
5. Di samping kemampuan dasar tersebut di atas, manusia juga dikaruniai oleh Tuhan dengan nafsu, ak
al dan kalbu yang merupakan pendorong dalam menentukan pilihan dan tindakan. Tanpa nafsu, akal da
n kalbu tersebut maka manusia sekedar sebagai makhluk nabati, yang tidak memiliki semangat u
ntuk maju, mencari perbaikan dan kesempurnaan dalam hidupnya. Dalam memanifestasikan nafs
u tersebut maka perlu dipandu oleh akal dan budi luhur, sehingga pilihan tindakan akan menjadi
arif dan bijaksana. Di sini letak martabat seorang manusia dalam menentukan pilihannya; dapat s
aja yang berkuasa dalam menentukan pilihan ini adalah hawa nafsu, sehingga pilihan tindakanny
a menjadi bermutu rendah; dapat pula pilihan ini didasarkan oleh pertimbangan akal sehat dan dil
andasi oleh budi luhur dan bimbingan keyakinan agama, sehingga pilihan tindakannya menjadi b
erbudaya dan beradab.
6. Bangsa yang berbudaya Pancasila menciptakan masyarakat yang demokratis, suatu masyarakat y
ang pluralistik, menghargai segala perbedaan yang dialami manusia, menghargai perbedaan pend
apat, sportif, yang pada akhirnya bermuara pada suatu masyarakat yang selalu mengutamakan ke
sepakatan dalam menentukan keputusan bersama, dan selalu mematuhinya. Keputusan bersama i
ni dapat berupa kesepakatan yang bersifat informal, sosial maupun kultural oleh masyarakat, dap
at pula bersifat formal maupun yuridis, seperti peraturan perundang-
undangan yang dikeluarkan oleh negara. Masyarakat yang demokratis adalah masyarakat yang a
nggotanya menjunjung tinggi kesepakatan bersama dan menjunjung tinggi peraturan hukum. Hal
ini berarti bahwa penegak hukum dan warga masyarakat sama-
sama mematuhi hukum sesuai dengan peran dan kedudukan masing-masing.
7. Bangsa yang berbudaya Pancasila menghargai harkat dan martabat manusia. Dengan kata lain ha
k asasi manusia dijunjung tinggi. Manusia didudukkan dan ditempatkan sesuai dengan harkat da
n martabatnya. Hak-hak sipil dan politik warga masyarakat dihormati, demikian pula hak-
hak ekonomi, sosial dan budaya. Dalam masyarakat yang demokratis yang menjunjung tinggi ha
k asasi warganya maka akan tercipta keadilan, kesetaraan gender, kebenaran dan keutamaan hidu
p, nilai yang sangat didambakan. Dengan demikian akan tercipta masyarakat yang berbudaya dan
beradab.
8. Bangsa yang berbudaya Pancasila menuntut berlangsungnya disiplin, transparansi, kejujuran dan
tanggung jawab sosial dalam segala penyelenggaraan kehidupan. Dengan nilai-
nilai tersebut akan tercipta keteraturan, ketertiban, ketentraman, kelugasan, saling percaya memp
ercayai, kebersamaan, anti kekerasan dan kondisi lainnya yang memperkuat kesatuan dan persatu
an masyarakat sehingga terhindar dari berbagai penyimpangan termasuk korupsi, kolusi dan nep
otisme dalam berbagai penyelenggaraan kehidupan, termasuk penyelenggaraan pemerintahan.
9. Bangsa yang berbudaya Pancasila mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, tanpa mengesa
mpingkan kepentingan pribadi dan kelompok masyarakat. Berbagai kepentingan ini perlu diatur
begitu rupa sehingga tercipta ke-harmonian.
Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai penjelmaan si
fat kodrat manuasia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Negara adal
ah suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-
elemen yang membentuk negara yang berupa, suku, ras, kelompok, golongan maupun kelompok
agama. Oleh karena perbedaan merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas
elemen-
elemen yang membentuk negara. Konsekuensinya negara adalah beranekaragam tetapi satu, men
gikatkan diri dalam suatu persatuan yang diliukiskan dalam Bhineka Tunggal Ika. Perbedaan buk
an untuk diruncingkan menjadi konflik dan permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa
yang saling menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan
bersama.
Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, indvidu, maupun golongan agam
a. Mengatasi dalam arti memberikan wahana atas tercapainya harkat dan martabat seluruh warga
nya. Negara memberikan kebebasan atas individu, golongan, suku, ras, maupun golongan agama
untuk merealisasikan seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat integral. Oleh k
arena itu tujuan negara dirumuskan untuk melindungi segenap warganya dan seluruh tumpah dar
ahnya, memajukan kesejahteraan umum (kesejahteraan seluruh warganya) mencerdaskan kehidu
pan warganya serta dalam kaitannya dengan pergaulan dengan bangsa-
bangsa lain di dunia untuk mewujudkan suatu ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian aba
di dan keadilan sosial.
Kebinekaan yang kita miliki harus dijaga sebaik mungkin. Kebhinekaan yang kita inginkan a
dalah kebhinekaan yang bermartabat, yang berdiri tegak di atas moral dan etika bangsa kita sesua
i dengan keragaman budaya kita sendiri. Untuk menjaga kebhinekaan yang bermartabat itulah, m
aka berbagai hal yang mengancam kebhinekaan mesti ditolak, pada saat yang sama segala sesuat
u yang mengancam moral kebhinekaan mesti diberantas. Karena kebhinekaan yang bermatabat d
i atas moral bangsa yang kuat pastilah menjunjung eksistensi dan martabat manusia berbeda.
Dari waktu ke waktu budaya barat semakin marak dan diserap dengan mudah oleh masyarak
at kita. Tidak peduli budaya itu merusak ataukah tidak, namun nampaknya masyarakat kita lebih
suka menghadapi budaya-
budaya luar itu daripada melestarikan budaya tanah airnya sendiri. Hal ini harus bisa disikapi den
gan seksama karena bila kebiasaan ini terus berlangsung tanpa proses penyaringan dan pengontro
lan, maka dapat dipastikan bahwa budaya Indonesia akan hilang lenyap tinggal nama. Permasala
han ini timbul bukan karena faktor luar, namun timbul dari diri pribadi masing-
masing warga masyarakat yang seakan malu dan menganggap kuno budayanya sendiri. Beberapa
contoh budaya asing yang sangat negatif namun telah marak di Indonesia yaitu freesex, pengkon
somsian narkoba, dan abortus. Freesex ini bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, namu
n dari golongan remajalah yang sekarang ini marak diberikan misalnya saja kasus Itenas. Pengko
nsomsian narkoba dilakukan orang barat untuk merilekskan pikiran mereka dari berbagai macam
kerumitan hidup, untuk menambah stamina, semangat, dan kreatifitas saat bekerja itupun denga
n dosis aman bagi mereka. Namun di Indonesia mengkonsumsi narkoba adalah ajang coba-
coba dan cara menghilangkan stres tanpa mengetahui kandungan zat berbahaya yang ada di dala
mnya. Sehingga tidak jarang kasus kematian, tindak kriminal dan kenakalan remaja yang disebab
kan benda haram tersebut. Kasus abortus ini sebenarnya tidak terlalu jauh hubungannya dengan k
asus freesex inilah banyak kaum wanita yang hamil di luar nikah dan karena rasa malu kebanyak
an para wanita itu melakukan aborsi. Selain dibenci oleh Tuhan, kegiatan ini dapat mencelakai pi
hak wanita itu sendiri. Namun, selain mempunyai sisi negatif budaya barat juga memnpunyai pe
ngaruh positif pada budaya Indonesia, misalnya dalam bidang IPTEK, pembangunan, dsb, yang t
entunya kesemuanya itu tidak terlepas dari pengawasan Pancasila sebagai paradigma kehidupan
di Indonesia.
Dalam penjelasan di atas jelas sekali bahwa kebudayaan luar sangat berpengaruh pada kebud
ayaan Indonesia, tinggal bagaimana cara kita menyaring dan menyeleksi budaya-
budaya luar itu agar tidak merusak budaya kita. Budaya luar yang sesuai dengan kepribadian ban
gsa dapat diterapkan guna memperkaya budaya Indonesia. Sedangkan budaya luar yang tidak ses
uai hendaknya kita buang jauh-jauh agar tidak menjadi kebiasaan yang buruk di masyarakat.
Kesalahpahaman atau konflik yang timbul akibat adanya keanekaragaman budaya di Indone
sia antara lain konflik Ambon, Poso, Timor-Timor dan konflik Sambas.
Masyarakat Ambon misalnya, umumnya mereka adalah kelompok masyarakat yang statis. Merek
a lebih suka menjadi pegawai negeri, menguasai lahan tempat kelahirannya, juga memiliki ladan
g dan pengolahan sagu. Berbeda dengan masyarakat Bugis. Sebagai kaum pendatang yang tidak
memiliki lahan, mereka sangat dinamis dan mampu menangkap peluang dengan cepat. Pada umu
mnya mereka adalah pedagang. Keadaan ini menyebabkan masyarakat Bugis banyak menguasai
bidang ekonomi di Ambon, lama kelamaan kemampuan finansial mereka lebih besar yaitu lebih
kaya. Sedangkan warga lokal (Ambon) hanya bisa menyaksikan tanpa mampu berbuat banyak. A
kibatnya, kesenjangan ini kian hari kian bertambah dan menjadi bom waktu yang siap meledak, b
ahkan sudah meledak. Sepertinya konflik Poso pun berlatar belakang hampir sama dengan konfli
k Ambon. Hal sama juga terjadi di Timor-Timor. Ketika Tim-
Tim masih dikuasai di Indonesia, masyarakat Tim-
Tim yang statis tidak bisa berkembang. Sedangkan warga pendatang, yang umumnya bersuku Ba
tak, Minang, Jawa, penguasa ini berbagai bidang ekonomi, sehingga terjadi kecemburuan sosial.
Kondisi serupa terjadi di Sambas. Konflik yang terjadi karena suku Madura yang menguasai seba
gian besar kehidupan ekonomi setempat.
Untuk menanamkan nilai-nilai budaya nasional pada generasi penerus bangsa, instansi-
instansi hendaknya menyusun kurikulum tentang pendidikan karakter dan budi pekerti bangsa di
sekolah-sekolah. Tujuannya, untuk menjaga nilai-
nilai budaya nasional dan penangkal masuknya arus globalisasi. Pendidikan budi pekerti juga dih
arapkan mampu mencegah timbulnya konflik antar suku bangsa di Indonesia melalui ketahanan
budaya.
Begitu pun juga jika lingkungan itu melekat kuat pada setiap suku bangsa, maka kebudayaan
asing tidak akan berpengaruh pada kebudayaan mereka. Sehingga masing-
masing suku bangsa itu mengembangkan corak kebudayaannya sendiri. Dalam proses pertumbuh
annya, kebudayaan daerah ini mengalami perkembangan baru, sebagai akibat hubungan yang ma
kin luas antar suku- suku, di samping sebagai akibat makin kendurnya ikatan-ikatan kesukuan.
Hingga saat ini bangsa Indonesia belum memiliki identitas kebudyaan yang jelas. Selama
ini, Indonesia hanya memiliki identitas semu yang belum mantap tetapi dipaksakan seolah-
seolah menjadi ciri khas kebudayaan bangsa. Menurut James Danandjaja menyebutkan, Indonesi
a memiliki dua unsur kebudayaan, yaitu kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Menurutn
ya, unsur kebudayaan daerah yang dimiliki masing-
masing daerah dan suku bangsa di Indonesia sudah mantap, tetapi kebudayaan nasional yang me
wakili seluruh bangsa masih belum mantap.
Kebudayaan nasional sendiri hanya memiliki dua unsur kebudayaan yang dapat dikatakan
sudah mantap, yaitu bahasa Indonesia dan Pancasila sebagai filosofi atau pandangan hidup bang
sa. Bahkan, Pancasila pun lanjutnya hingga kini masih terus dipermasalahkan sebagai pandangan
hidup bangsa oleh beberapa pihak. Padahal, hanya filosofi Pancasila sajalah yang bisa membuat
seluruh bangsa bisa bersatu. Begitu juga menurut Yunus Melalatoa identitas bangsa Indonesia ya
ng disebutkan dalam UUD 1945 adalah identitas tiap-
tiap etnik di seluruh Indonesia. Jadi, identitasnya bersifat plural atau jamak.
Yang menjadi masalah sekarang ini adalah identitas dan nilai-nilai kebudayaan masing-
masing suku-
suku bangsa di tiap daerah di seluruh Indonesia sudah mulai luntur, bahakan menghilang. Padaha
l, nilai-nilai kebudayaan itu berfungsi untuk mempertahankan harga diri kita, nilai-
nilai yang mulai luntur itu akan menggerogoti harga diri kita dan harga diri bangsa sendiri.
Hal itu dikarenakan telah banyak budaya asing yang telah masuk bahkan ada yang sudah me
ndarah daging pada budaya Indonesia. Anggapan bangsa Indonesia saat ini, jika hanya memperta
hankan nilai-
nilai budaya Indonesia yang ada, maka mereka beranggapan hal tersebut adalah budaya lama dan
kurang moderen.
Budaya asing telah berhasil membaurkan budaya kita dengan budayanya. Demikian juga dik
arenakan kurang mantapnya kebudayaan nasional dalam mempertahankan nilai–
nilai budaya. Sehingga kebudayaan daerah yang telah dibentengi dengan adanya kebudayaan nas
ional kuga ikut terpengaruh oleh budaya asing. Dalam hal ini , pancasilapun menjadi tersangka.
Karena pancasila tidak bisa memberikan penerapan yang jelas terhadap kebudayaan nasional ma
upun daerah.
Saat ini budaya Indonesia bukan saja dikatakan sudah mulai luntur tetapi sudah sedikit bany
ak ada yang telah menghilang dari kebudayaan Indonesia. Misalnya tradisi Pela Gandong di Am
bon, Maluku, yang sudah sejak dua generasi lalu tidak pernah dipraktekan tradisi yang mengand
ung identitas dan nilai-
nilai budaya asli orang Ambon itu, yaitu cinta persaudaraan dan perdamaian, saat ini hanya bisa
dijumpai dalam literature-
literatur buatan luar negeri, tanpa adanya prakteknya dalam kehidupan sehari-
hari di dalam masyarakat Ambon.
Mungkin kita tidak menyadari bahwa kita telah dijajah. Meskipun secara tidak terang-
terangan, hal itu telah cukup membuat bangsa kita kehilangan identitas bangsanya, sehingga ada
yang sampai terjadi perpecahan antar suku dan budaya. Penjajahan itu berupa budaya asing yang
telah campur tangan ke dalam budaya Indonesia. Padahal budaya Indonesia merupakan salah sat
u bentuk kepribadian bangsa kita. Pendeknya jika bangsa Indonesia tercerai berai maka budaya I
ndonesia tidak akan bisa terbentuk dan bersatu. Begitu pula kepribadian Indonesia lama-
lama akan terhapus.
Pancasila yang digali dan dirumuskan para pendiri bangsa ini adalah sebuah rasionalitas k
ita sebagai bangsa majemuk, multi agama, multi bahasa, multi budaya, dan multi ras, yang berga
mbar dalam Bhineka Tunggal Ika. Kebinekaan Indonesia harus dijaga sebaik mungkin. Kebhinek
aan yang kita inginkan adalah kebhinekaan yang bermartabat.
Untuk menjaga kebhinekaan yang bermartabat itulah, maka berbagai hal yang mengancam kebin
ekaan harus ditolak. Namun dengan kebhinekaan tersebut hingga saat ini bangsa Indonesia belu
m memiliki identitas kebudayaan yang jelas. Selama ini Indonesia hanya memiliki identitas semu
yang belum mantap tetapi dipaksakan seolah-
olah menjadi ciri khas kebudayaan. Hal inilah yang mengakibatkan peselisihan dan menimbulka
n konflik.
Nilai-
nilai yang terkandung dalam sila kelima ini meliputi nilai keselarasan, keseimbangan dan keseras
ian yang menyangkut hak dan kewajiban yang dimiliki oleh rakyat Indonesia, tanpa membedaka
n asal suku, agama yang dianut, keyakinan politik, serta tingkat ekonominya. Dalam sila inipun t
erkandung nilai kedermawanan terhadap sesama, nilai yang memberi sikap juga mengembangka
n nili untu kmenghargai karya dan norma yang menolak adanya kesewenang-
wenangan serta pemerasan kepada sesama. Nilai kelima ini juga mengandung nilai vital yaitu ke
niscayaan secara bersama mewujudkan kemajuan yang merata dan keadilan sosial, dalam makan
untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Nilai-
nilai yang mencakup keadilan sosial itu memberi jaminan untuk mencapai taraf kehidupan yang l
ayak dan terhormat sesuai dengan kodratnya dan menempatkan nilai demokrasi dalam bidang ek
onomi dan sosial.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpuan
Telah kita ketahui bersama bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki banyak
ragam budaya yang berbeda-
beda dari setiap suku daerah yang berbeda pula. Perbedaan itu sendiri justru memberikan kontrib
usi yang cukup besar pada citra bangsa Indonesia. Kebudayaan dari tiap-
tiap suku daerah inilah yang menjadi penyokong dari terciptanya budaya nasional Indonesia.
Identitas budaya nasional kita saat ini memang belum jelas selain hanya bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional dan Pancasila sebagai filosofi atau pandangan hidup bangsa.
Selain itu, perbedaan juga akan menyulut terjadinya sebuah konflik jika para pelakunya ti
dak dapat mengendalikan emosi mereka masing-
masing. Lingkungan dan masyarakat sangatlah menentukan bagaimana sebuah kebudayaan itu tu
mbuh dan berkembang di dalam masyarakat itu sendiri. Manusia sebagai pelaku dan pencipta ke
budayaan mengatur perkembangan budaya, dan budaya sebagai fenomena sosial citapaan manusi
a mendidik manusia itu sendiri untuk mengerti dan memahami tentang keadaan sosial masyaraka
tnya. itulah yang disebut dengan dialektika atau saling ketergantungan antara manusia dengan ke
budayaan.
Ancaman lain yang turut serta datang dan membahayakan kebudayaan bangsa adalah bud
aya asing yang terbawa dalam arus globalisasi. Kebudayaan dalam konteks Nasional saja masih
bisa berbeda, apalagi kebudayaan yang datang dari luar konteks tersebut, jelas sangat berbeda. Se
iring dengan berjalannya waktu, manusia akan mengikuti budaya yang sedang marak dan mulai
melupakan budaya nenek moyang mereka, walaupun pada hakikatnya manusia tidak dapat bebas
dari budayanya sendiri.
Jika kita melihat bangsa Indonesia pada masa lalu, maka yang ada di benak kita adalah se
buah pertanyaan ’mengapa bagsa Indonesia dapat menunjukkan kesatuaannya saat itu dan sekara
ng tidak?’. Hal itu terjadi karena seluruh komponen masyarakat mengalami nasib yang, yaitu dal
am masa penjajahan. Sekarang, rasa persatuan tersebut hanya dapat kita lihat dalam beberapa kej
adian saja di mana seluruh komponen masyarakat Indonesia kembali merasa senasib, sepenanggu
ngan, dan seperjuangan. Dalam permainan sepak bola misalnya. Baik masyarakat Jawa, Batak,
Minang, Sunda, dan masyarakat budaya Indonesia lainnya akan mendukung tim sepak bola Indo
nesia dengan rasa kesatuannya, yaitu Indonesia, bukan Bugis, Madura atau suku-suku lainnya.
Dengan kata lain, kebudayaan Nasional Indonesia tidak bisa hanya diukur dengan salah s
atu budaya daerah saja. Kepemimpinan menurut suku Jawa akan berbeda dengan kepemimpinan
menurut suku Asmat dan juga suku yang lainnya. Kebudayaan Nasional Indonesia harusnya bers
ifat umum yang bisa diikuti oleh semua suku-
suku bangsa Indonesia, dan bukan menggunakan budaya di mana pusat pemerintahan itu dijalank
an. Pusat hanya menjadi fasilitator, bukan educator. Hal inilah yang dibutuhkan bangsa Indonesi
a dalam membentuk kebudayaan Nasionalnya
3.2. Saran
Nilai-
nilai dan identitas kebudayaan daerah yang menjadi citra bangsa, yang juga merupakan sebagai a
lat untuk mempertahankan harga diri bangsa ini mulai luntur. Masyarakat mulai enggan mengena
li budaya nenek moyang mereka. Padahal, sebagaimana yang telah tertulis di atas, bahwa kebuda
yaan daerah adalah dasar dari kebudayaan nasional.
http://putracenter.net/2010/04/05/implementasi-pancasila-dalam-kehidupan-berbangsa/
http://www.scribd.com/doc/35219304/Pancasila-Sebagai-Dasar-Negara-Dan-Ideologi-Nasional
http://www.scribd.com/doc/35219304/Pancasila-Sebagai-Dasar-Negara-Dan-Ideologi-Nasional
http://kumoro.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/2008/12/implementasi-dan-monitoring-
kebijakan.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi
http://lppkb.wordpress.com/2011/03/16/pedoman-umum-implementasi-pancasila-dalam-
kehidupan-bernegara/
http://www.anneahira.com/pengertian-sosial-budaya.htm
http://okkie.student.fkip.uns.ac.id/2012/04/05/implementasi-nilai-pancasila-dalam-kehidupan-
bermasyarakat/