Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

“GIZI & DIET”

Dosen Pembimbing : Ns. Agung Riyadi S.Kep;M.Kes

Disusun oleh :
DOMINICA ERIKA BR SAGALA
KELAS:IB/D3 KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PRODI DIII KEPERAWATAN BENMGKULU

TAHUN 2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap tubuh manusia menjadi hal yang menarik untuk dipelajari. Hal ini melihat dari
banyak masyarakat yang sedang sakit dan akan menjalani operasi. Diet merupakan salah satu
hal penting yang perlu diketahui oleh pasien dikarenakan bermanfaat untuk kesehatan pasien
itu sendiri.

Makanan bukanlah hal sepele yang bisa kita singkirkan, justru ini menjadi hal yang penting baik
pada pasien sakit biasa ataupun pada pasien yang akan menjalani dan yang telah menjalani
operasi.. Anggapan masyarakat mengenai sistem diet selama ini masih banyak sekali
kekurangan untuk itu kita perlu memberi kesadaran yang komprehensif dari cara, macam diet,
tujuan diet itu sendiri

Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif
dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani (R. Sjamsuhidajat &
Wim de Jong, 2005). Pembukaan bagian tubuh ini umumnya menggunakan sayatan. Setelah
bagian yang ditangani ditampilkan, dilakukan tindakan perbaikan yang di akhiri dengan
penutupan dan penjahitan luk. Digestif atau saluran pencernaan adalah saluran yang menerima
makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses
pencernaan dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut sampai anus. Tahap-
tahap Pembedahan terdiri dari Tahap pra bedah (pre opersi), Tahap pembedahan (intra
operasi), Tahap pasca bedah (post operasi),

Puasa merupakan hal yang rutin pada pembedahan berencana. Puasa lebih dari 24 jam akan
terjadi proses katabolik yang menghabiskan cadangan glycogen hati dan otot. Badan manusia
tanpa asupan nutrisi membutuhkan 25 kkal/kg/hari (kilokalori). Cadangan kalori habis memicu
terjadi gluconeogenesis yang diambil dari proteolisis otot juga dari protein viseral yang
mengakibatkan menurunnya integritas sel, sistem imunitas dan enzim. Puasa panjang dengan
mengistirahatkan saluran pencernaan diperlukan asupan nutrisi yang memadai.

Minggu pertama pascaoperasi bisa menjadi masa yang paling sulit, sebab rasa nyeri dan tidak
nyaman, padahal pasien ingin melakukan pekerjaan sehari-harinya. Hormone-hormon yang ada
juga dapat mengacaukan emosi, membuat pasien pasca operasi mudah menangis dan lelah.
Penting untuk pasien untuk melanjutkan latihan-latiham karena hal itu dapat meningkatkan
movbilitas yang akan mmpermudah saat pulang ke rumah nantinya. Sebelum meninggalkan
rumah sakit, perlu untuk memastikan bahwa semua hal sudah siap bagi pasien dan aka nada
cukup bantuan saat pasien pulang kerumah. Setelah operasi, rasanlya nyaris mustahil untuk
melakukan hal-hal yang paling sederhana sekalipun. Ada gerakan-gerakan tertentu yang
mungkin sulit untuk dilakukan sendiri.

Pengaruh pembedaan terhadap metabolisme pascabedah tergantung berat ringannya


pembedaan, keadaan gizi pasien prabedah, dan pengaruh pembedahan terhadap kemampuan
pasien untuk mencerna dan mengabsorsi zat-zat gizi.

Setelah pembedahan sering terjadi peningkatan ekresi nitrogen dan natrium yang dapat
berlansung selama 5-7 hari atau lebih pascabedah. Peningkatanekresi kalsium terjadi setelah
operasi besar, trauma kerangka tubuh, atau setalah lama tidak bergerak (imobilisasi). Demam
meningkatkan kebutuhan energy, sedangkan luka dan pendarahan meningkatkan kebutuhan
protein, zat besi, dan vitamin C. cairan yang hilang perlu diganti.
BAB II

PEMBAHASAN

Pra Bedah

Pra bedah atau Praoperasi merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan yang
dimulai sejak ditentukannya persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien berada di meja
bedah.

Diet Pre bedah adalah pengaturan makanan yang diberikan kepada pasien yang akan
mengalami pembedahan.

Pasca Bedah

Pasca bedah atau pascaoperasi merupakan masa setelah dilakukannya pembedahan yang
dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.

Diet pasca bedah atau post operasi adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah
menjalani pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam
pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

Waktu ketidakmampuan pasien setelah operasi atau pembedahan dapat diperpendek melalui
pemberian zat gizi yang cukup. Hal yang juga harus diperhatikan dalam pemberian diet pasca
operasi untuk mencapai hasil yang optimal adalah mengenai karakter individu pasien.

E. Penatalaksanaan diet

1. Jenis Diet, Bentuk Makanan dan lama Pemberian Diet

Pra bedah

Pemberian diet pra bedah yang harus diperhatikan didalam pemberian Diet Pra
Bedah ialah tergantung pada :

a. Keadaan umum pasien

Disini kita harus memperhatikan apakah keadaan umum dari pasien tersebut normal atau tidak
dalam hal status gizi, gula darah, tekanan darah, ritme jantung, denyut nadi, fungsi ginjal, dan
suhu tubuh pasien.

b.Macam Pembedahan

Disini kita harus mengetahui apakah pasien terssebut akan melakukan bedah minor atau bedah
mayor.
c. Sifat operasi

Disini kita harus mengetahui apakah sifat operasi pasien tersebut bersifat segera/dalam
keadaan darurat atau bersifat berencana /elektif.

d. Macam penyakit

Disini kita harus mengetahui apakah macam dari penyakit pasien tersebut,penyakit
utama/penyakit penyerta.

Indikasi diet pra bedah Sesuai dengan jenis dan sifat pembedahan, Diet Pra Bedah
diberikan dengan indikasi sebagai berikut :

1. Pra bedah darurat atau cito, sebelum pembedahan tidak diberikan diet tertentu

2. Pra bedah berencana atau elektif,

Pra bedah minor atau bedah kecil, seperti tonsilektomi tidak membutuhkan diet khusus. Pasien
dipuasakan 4-5 jam sebelum pembedahan. Sedangkan pada pasien yang akan menjalani
apendiktomi, herniatomi, hemoroidektomi, dan sebagiannya diberikan Diet Sisa Rendah sehari
sebelumnya.

Pra bedah mayor atau bedah besar, seperti :

- Pra bedah besar saluran cerna diberikan Diet Sisa Rendah selama 4-5 hari dengan
tahapan:

a. Hari ke-4 sebelum pembedahan diberi Makanan Lunak

b. Hari ke-3 sebelum pembedahan diberi Makanan Saring

c. Hari ke-2 dan 1 hari sebelum pembedahan diberikan Formula Enteral Sisa Rendah

- Pra bedah besar di luar saluran cerna diberi Formula Enteral Sisa Rendah selama 2-3 hari.
Pemberian makanan terakhir pada pra bedah besar dilakukan 12-18 jam sebelum pembedahan,
sedangkan minum terakhir 8 jam sebelumnya.

Pasca bedah

1. Diet Pasca-Bedah I (DPB I)

Diet ini diberikan kepada semua pasien pascabedah :Pasca-bedah kecil setelah sadar dan rasa
mual hilang, Pasca-bedah besar setelah sadar dan rasa mual hilang serta ada tanda-tanda usus
mulai bekerja
Cara Memberikan Makanan yaitu Selama 6 jam sesudah operasi, makanan yang diberikan
berupa air putih, teh manis, atau cairan lain seperti pada makanan cair jernih. Makanan ini
diberikan dalam waktu sesingkat mungkin, karena kurang dalam semua zat gizi. Selain itu
diberikan makanan parenteral sesuai kebutuhan.

2. Diet Pasca-Bedah II (PDB II)

Diet pasca-bedah II diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna atau sebagai
perpindahan dari Diet Pasca Bedah I.

Cara Memberikan Makanan yaitu diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu jernih,
sirup, sari buah, sup, susu, dan puding rata-rata 8-10 kali sehari selama pasien tidak tidur.
Jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan dan kondisi pasien. Selain itu dapat diberikan
makanan parenteral bila diperlukan. DPB II diberikan untuk waktu sesingkat mungkin karena zat
gizinya kurang. Makanan yang tidak boleh diberikan pada diet pasca-bedah II adalah air jeruk
dan minuman yang mengandung karbondioksida.

3. Diet Pascabedah III (DPB III)

DPB III diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna atau sebagai perpindahan dari
DPB II.

Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu dan biskuit. Cairan hendaknya
tidak melebihi 2000 ml sehari. Selain dapat diberikan Makanan Parenteral bila diperlukan.
Makanan yang tidak dianjurkan untuk DPB III adalah makanan dengan bumbu tajam dan
minuman yang mengandung karbondioksida.

4. Diet pasca bedah IV ( DPB IV)

DPB IV diberikan kepada pasien pascabedah kecil setelah Diet Pasca Bedah I, dan pada pasien
pasca bedah besar setelah Diet Pasca Bedah III.

Makanan yang diberikan berupa Makanan Lunak yang dibagi dalam 3 kali makanan lengkap
atau pokok dan 1 kali makanan selingan. Makanan yang dihindari Disesuaikan dengan
kondisi pasien Misalnya : Pada pasien Darah tinggi mengurangi konsumsi garam dan kolesterol,
Pada pasienKencing manis mengurangi konsumsi gula, dan pasien yang alergi terhadap
makanan tertentu seperti telur, ikan asin, kacang harus dihindari.

2. Tujuan Diet
Pra bedah

Tujuan Diet Pra Bedah adalah untuk mengusahakan agar status gizi pasien dalam keadaan
optimal pada saat pembedahan, sehingga tersedia cadangan untuk mengatasi stres dan
penyembuhan luka.

Pasca Bedah

Tujuan Diet Pasca Bedah adalah untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali
normal, untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien,
dengan cara sebagai berikut :

1. Memberikan kebutuhan dasar ( cairan, energi dan protein )

2. Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain

3. Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan

Pengaruh operasi terhadap metabolism pasca-operasi tergantung berat ringannya operasi,


keadaan gizi pasien pasca-operasi, dan pengaruh operasi terhadap kemampuan pasien untuk
mencerna dan mengabsorpsi zat-zat gizi.

Setelah operasi sering terjadi peningkatan ekskresi nitrogen dan natrium yang dapat
berlangsung selama 5-7 hari atau lebih pasca-operasi. Peningkatan ekskresi kalsium terjadi
setelah operasi besar, trauma kerangka tubuh, atau setelah lama tidak bergerak (imobilisasi).
Demam meningkatkan kebutuhan energi, sedangkan luka dan perdarahan meningkatkan
kebutuhan protein, zat besi, dan vitamin C. Cairan yang hilang perlu diganti.

3. Syarat Diet

Pra bedah

1. Energi

· Bagi pasien dengan status gizi kurang diberikan sebanyak 40-45 kkal/kg BB

· Bagi pasien yang status gizi lebih diberikan sebanyak 10-25% dibawah kebutuhan energi
normsl

· Bagi pasien yang status gizi baik diberikan sesuai dengan kebutuhan energi normal
ditambah faktor stres sebesar 15% dari AMB ( Angka Metabolisme Basal )

· Bagi pasien dengan penyakit tertentu energi diberikan sesuai dengan penyakinya.
2. Protein

· Bagi pasien yang status gizi kurang, anemia, albumin rendah (<2,5 mg/dl) diberikan protein
tinggi 1,5-2,0 g/kg BB

· Bagi pasien yang ststus gizi baik atau kegemukan diberikan protein normal 0,8-1 g/kg BB

· Bagi pasien dengan penyakit tertentu diberikan sesuai dengan penyakinya

3. Lemak cukup, yaitu 15-25% dari kebutuhan energi total. Bagi pasien dengan penyakit
tertentu diberikan sesuai dengan penyakinya

4. Karbohidrat cukup, sebagai sisa dari kebutuhan energi total untuk menghindari
hipermetabolisme. Bagi pasien dengan penyakit tertentu, karbohidrat diberikan sesuai dengan
penyakitnya

5. Vitamin cukup, terutama vitamin B, C, dan K. Bila perlu ditambahkan dalam bentuk
sumplemen

6. Mineral cukup, bila perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen

7. Rendah sisa agar mudah dilakukan pembersihan saluran cerna atau klisma, sehingga tidak
menggangu proses pembedahan ( tidak buang air besar atau kecil dimeja operasi)

Pasca bedah

Diet yang disarankan adalah :

1. Mengandung cukup energi, protein, lemak, dan zat-zat gizi

2. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan penderita

3. Menghindari makanan yang merangsang (pedas, asam, dll)

4. Suhu makanan lebih baik bersuhu dingin

5. Pembagian porsi makanan sehari diberikan sesuai dengan kemampuan dan kebiasaan
makan penderita.

6. Syarat diet pasca-operasi adalah memberikan makanan secara bertahap mulai dari bentuk
cair, saring, lunak, dan biasa. Pemberian makanan dari tahap ke tahap tergantung pada macam
pembedahan dan keadaan pasien, seperti :
- Pasca Bedah Kecil, Makanan diusahakan secepat mungkin kembali seperti biasa atau
normal.

- Pasca Bedah Besar, Makanan diberikan secara berhati-hati disesuaikan dengan


kemampuan pasien untuk menerimanya.

4. Rencana atau Evaluasi Pra dan Pasca Bedah

Pra Bedah

1. Rencana Tindakan

Untuk mengatasi adanya rasa cemas dan takut, dapat dilakukan persiapan psikologis
pada pasien melalui pendidikan kesehatan, penjelasan tentang peristiwa yang mungkin akan
terjadi, seterusnya.,

Untuk mengatasi masalah risiko infeksi atau cedera lainnya dapat dilakukan
dengan persiapan prabedah seperti diet, persiapan perut, kulit, persiapan bernapas dan latihan
batuk, persiapan latihan kaki, latihan mobilitas, dan lain-lain.

2. Persiapan Diet

Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khusus dalam hal pengaturan diet.
Pasien boleh menerima makanan biasa sehari sebelum bedah, tetapi 8 jam sebelum bedah
tidak diperbolehkan makan, sedangkan cairan tidak diperbolehkan 8 jam sebelum bedah, sebab
makanan atau cairan dalam lambung dapat menyebabkan terjadinya aspirasi.

3. Evaluasi

Evaluasi terhadap masalah prabedah secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam memahami masalah atau kemungkinan yang terjadi pada intra dan
pascabedah. Tidak ada tanda kecemasan, ketakutan, serta tidak ditemukannya risiko komplikasi
pada infeksi atau cedera lainnya

Pasca Bedah

1. Rencana Tindakan
a. Meningkatkan proses penyembuhan luka untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat dilakukan
dengan cara merawat luka dan memperbaiki asupan makanan yang tinggi protein dan vitamin
C. protein dan vitamin C dapat membantu pembentukan kolagen, dan mempertahankan
integritas dinding kapiler.

b. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan cara latihan napas, yakni tarik napas
yang dalam dengan mulut terbuka, tahan selama 3 detik, kemudian hembuskan. Atau, dapat
pula dilakukan dengan cara menarik napas melalui hidung dengan menggunakan diafragma,
kemudian keluarkan napas perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.

c. Mempertahankan sirkulasi, dengan cara menggunakanstocking pada pasien yang berisiko


tromboplebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki
pada tempat duduk guna memperlancar vena balik.

d. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara memberikan cairan sesuai
dengan kebutuhan pasien dan monitor asupan dan output serta mempertahankan nutrisi yang
cukup.

e. Mempertahankan eliminasi dengan cara mempertahankan asupan dan out put serta
mencegah tejadnya retensi urine .

f. Mempertahankan aktivitas dengan cara latihan memperkuat otot sebelum ambulatory.

g. Mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi secara terapeutik.

2. Evaluasi

Evaluasi terhadap masalah pascabedah secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan, seperti adanya peningkatan proses
penyembuhan luka, sistem respirasi yang sempurna, sistem sirkulasi, keseimbangan cairan dan
elektrolit, sistem eliminasi, aktivitas, serta tidak ditemukan tanda kecemasan lanjutan.

5. Penanganan pasca Operasi

Setelah operasi selesai, penderita tidak boleh ditinggalkan sampai ia sadar harus dijaga supaya
jalan pernapasan tetap bebas. Pada umunya, setelah dioperasi, penderita ditempatkan dalam
ruang pulih(recovery room) dengan penjagaan terus-menerus sampai ia sadar. Selama
beberapa hari sampai dianggap tiidak perlu lagi, suhu, nadi, tensi, dan dieresis harus diawasi
terus-menerus. Sesudah penderita sadar, biasanya ia mengeluh kesakitan.
Rasa sakit ini dalam beberapa hari berangsur kurang. Pada hari opersai dan esok harinya ia
biasnya memerlukan obat tahan nyeri, seperti petidin; kemudian, biasanya dapat diberikan
analgetikum yang lebih ringan.
Penderita yang mengalami operasi - kecuali operasi kecil- keluar dari kamar operasi dengan
infuse intravena yang terdiri atas larutan NaCl 0,9%, atau glukosa 5%, yang diberikan berganti –
ganti menurut rencana tertentu. Di kamar operasi(atausesudah keluar dari situ)ia, jika perlu,
diberi transfuse darah.

Pada waktu operasi penderita kehilangan sejumlah cairan, sehingga ia meninggalkan kamar
operasi dengan defisit cairan. Maka, khususnya apabila pada pascaoperasi minum air perlu
dibatasi, perlulah diawasi benar keseimbangan antara cairan yang masuk dengan infus, dan
cairan yang keluar. Perlu dijaga jangan sampai terjadi dehidrasi, tetapi sebaliknya juga jangan
juga jangan terjadi kelebihan dengan akibat edema paru – paru. Untuk diketahui, air yang
dikeluarkan dari badan dalam 24 jam, air kencing dan cairan yang keluar dengan muntah harus
ditambah dengan evaporasi dari kulit dan pernapasan. Dapat diperkirakan bahwa dalam 24 jam
sedikit-dikitnya 3 liter cairan harus dimasukkan untuk mengganti yang keluar.

Secara umum, untuk mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan kondisi pasien. pasca
operasi, perlu kita perhatikan tips di bawah ini:

1. Makan makanan bergizi, misalnya: nasi, lauk pauk, sayur, susu, buah.

2. Konsumsi makanan (lauk-pauk) berprotein tinggi, seperti: daging, ayam, ikan, telor dan
sejenisnya.

3. Minum sedikitnya 8-10 gelas per hari.

4. Usahakan cukup istirahat.

5. Mobilisasi bertahap hingga dapat beraktivitas seperti biasa. Makin cepat

6. makin bagus.

7. Mandi seperti biasa, yakni 2 kali dalam sehari.

8. Kontrol secara teratur untuk evaluasi luka operasi dan pemeriksaan kondisi tubuh.

9. Minum obat sesuai anjuran dokter.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembedahan terdiri dari 2 macam yaitu bedah minor dan bedah mayor. Dan operasi
terdiri dari 2 sifat yaitu bersifat segera dalam keadaan darurat atau cito dan bersifat berencana
atau elektif. Macam-macam penyakit yang membutuhkan pembedahan yaitu antara lain
penyakit yang paling utama membutuhkan pembedahan adalah penyakit saluran cerna,
jantung, ginjal, saluran pernapasan dan tulang serta penyakit penyerta yang dialami, misalnya
penyakit diabetes melitus, jantung, dan hipertensi.

Indikasi Diet Pasca Bedah ini terbagi atas 4 yaitu Diet Pasca Bedah I ( DPB ), Diet Pasca
Bedah II ( DPB II), Diet Pasca Bedah III (DPB III), dan Diet Pasca Bedah IV (DPB IV). Diet Pasca
Bedah Lewat Pipa Lambung adalah pemberian makanan bagi pasien dalam keadaan khusus
seperti koma, terbakar, gangguan psikis. Makanan harus diberikan lewat pipa lambung (enteral)
atau Naso Gastrik Tube (NGT). Sedangkan Diet Pasca Bedah Lewat Pipa Jejenum ialah dengan
cara makanan diberikan sebagai makanan cair yang tidak memerlukan pencernaan lambung
dan tidak merangsang jejenum secara mekanis maupun osmotis. Cairan diberikan tetes demi
tetes secara perlahan ,aga tidak terjadi diare atau kejang. Diet ini juga diberikan pada waktu
yang singkat karena kurang energi, protein, vitamin, dan zat besi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA:

Almatsier,Sunita (Ed).2006. Penuntun Diet Edisi Baru . Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai