REALISASI PANCASILA
Disusun Oleh :
Kelompok 7
- Nurul Sri Anisa (BA2019009)
- Lusi Nur Azizah (BA2019019)
- Riski Rosidi (BA2019001)
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Realisasi Pancasila” ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
pendidikan pancasila. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu kamu selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya
dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 KESIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pancasila sebagai dasar filsafat negara, pandangan hidup bangsa, sebagai filsafat
bangsa, sebagai ideologi bangsa dan negara indonesia dan fungsi lainnya, dalam realisasi
merealisasikan dan mengamalkan Pancasila mustahil dapat dilaksanakan dengan baik tanpa
memiliki pengetahuan yang jelas dan benar tentang fungsi dan kedudukan Pancasila yang
didalamnya terkandung nilai-nilai sebagai sumber untuk diamalkan secara konkrit. Pancasila
penyelenggaraan negara negara, dan semua sikap dan tingkah laku para penyelenggara
negara, dan hidup kebangsaan Indonesia harus berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Dalam
realisasi Pancasila ini diperlukan juga suatu kondisi yang dapat menjunjung terlaksananya
proses realisasi Pancasila tersebut, baik kondisi yang berkaitan dengan sikap setiap warga
Dari latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalahnya sebagai berikut :
PEMBAHASAN
aspek penyelenggaraan negara dan semua sikap dan tingkah laku bangsa Indonesia dalam
bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa harus berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Nilai-
nilai tersebutperlu dijabarkan lebih lanjut menjadi norma-norma kenegaraan maupaun norma-
norma moral untuk dilaksanakan dan diaktualisasikan setiap warga negara Indonesia.
moral maupun tingkah laku semua warga negara Indonesia. Olrh karena itu, permasalahan
pokok dalam aktualisasi Pancasila adalah bagaimana wujud aktualisasi itu, yaitu bagaimana
nilai-nilai Pancasila yang bersifat universal tersebut dijabarkan dalam bentuk norma-norma
yang jelas dalam kaitannya dengan tingkah laku semua warga dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, serta hubungannya dengan segala aspek dalam penyelengaraan
Negara.
Selain itu dalam aktualisasi Pancasila ini diperlukan juga suatu kondisi yang dapat
menunjang terlaksananya proses aktualisasi Pancasila tersebut, baik kondisi yang berkaitan
dengan sikap setiap warga negara Indonesia dan wujud realisasi nilai-nilai Pancasila.
konsekuensi bahwa kita harus merealisasikan Pancasila itu dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara dan setiap tingkah laku dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
moral.
2.2 Pengertian Realisasi Pancasila Yang Subjektif
perseorangan, setiap warga negara, setiap individu, seriap penduduk, setiap penguasa setiap
orang Indonesia. Aktualisasi Pancasila yang subjekltif justru lebih penting karena realisasi
yang subjektif merupakan persyaratan bagi aktualisasi Pancasila yang obejektif (Notonegoro,
1975:44). Dengan demikian pelaksanaan Pancasila yang subjektif sangat berkaitan dengan
kesadaran, ketaatan serta kesiapan individu untuk merealisasikan Pnacasila. Dalam inilah
pelaksanaan Pancasila yang subjektif yang mewujudkan suatu bentuk kehidupan dimana
kesadaran wajib hukum, telah terpadu menjadi kesadaran wajib moral. Dalam hal ini milai
yang berkaitan pada diri seseorang adalah sikap dan tingkah laku dalam realisasi Pancasila
secara subjektif yang disebut moral Pancasila. Jadi aktualisasi Pancasila yang bersifat
subjektif ini lebih berkaitan dengan kondisi objektif, yaitu berkaitan dengan norma-norma
moral.
tealh diapahami, diresapi, dan dihayati oleh seseorang, maka orang itu telah memiliki moral
pandangan hidup. Jadi, aktualisasi subjektif dari Pancasila, meliputi pelaksanaan Pancasila
sebagai kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dalam
Pengertian Pancasila yang objektif adalah pelaksanaan dalam bentuk realisasi dalam
setiap aspek penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif, eksekutif maupun yudikatif
dan semua bidang kenegaraan dan terutama realisasi dalam bentuk peraturan perundang-
1. Tafsir Undang-Undang Dasar 1945, harus dilihat dari sudut dasar filsafat negara Pncasila
negara.
Pokok kaidah negara serta pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan
UUD1945 dan UUD 1945 juga didasarkan atas kerohanian Pancasila. Bahkan yang terlebih
penting lag adalah dalam realiasi pelaksanaan kongkritnya yaitu dalam setiap penentuan
3. Sistem Demokrasi
7. Kesejahteraan
8. Kebudayaan
9. Pendidikan dan lain sebagainya
setiap individu, perseorangan, setiap warga negara, setiap penduduk Indonesia, setiap aparat
pelaksana negara, dalam segala aspek kehiduapan berbangsa dan bernegara. Realisasi
pengalaman pancasila secara objektif yaitu realisai serta implementasi nilai-nilai pancasila
dalam segala aspek penyelenggaraan negara, terutama dalam kaitannya dengan penjabaran
undangan di Indonesia.
Indonesia, yang realisasi konkritnya merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber
tertib hukum) Indonesia. Implementasi Pancasila yang objektif ini berkaitan dengan norma-
norma hukum dan moral, secara lebih luas dengan norma-norma kenegaraan.
wajib hukum yang memiliki norma-norma yang tertuang dalam suatu sistem hukum positif.
Hal ni dimaksudkan agar memiliki daya imperatif secara yuridis. Walaupun aktualisasi
implementasi pelaksanaan Pancasila secara optimal justru realisasi subjektif yang memiliki
kekuatan daya imperatif moral merupakan suatu prasyarat bagi keberhasilan pelaksanaan
Pancasila secara objektif. Dengan kata lain aktualisasi subjektif lebih menentukan
keberhasilan aktualisasi Pancasila yang objektif, dan tidak sebaliknya. Dapat juga dikatakan
bahwa aktualisasi secara objektif itu akan berhasil secara optimal bilamana didukung oleh
Realisasi nilai-nilai Pancasila dasar filsafat negara Indonesia, perlu secara berangsur-angsur
dengan jalan pendidikan baik disekolah, masyarakat, maupun di dalam keluarga sehingga
1. Pengetahuan, yaitu suatu pengetahuan yang benar tentang Pancasila, baik aspek nilai,
norma maupun aspek praksisnya. Hal ini harus disesuaikan dengan tingkat pengetahuan
dan kemampuan individu. Tanpa pendidikan yang cukup maka dapat dipastikan bahwa
pemahaman tentang ideologi bangsa dan dasar filsafat Negara hanya dalam tingkat-
tingkat yang sangat pragmatis, dalam hal ini sangat berbahaya terhadap ketahanan
2. Kesadaran, yaitu selalu mengetahui pertumbuhan keadaan yang ada dalam diri sendiri.
3. Ketaaatan, yaitu selalu dalam keadaan kesediaan untuk memenuhi wajib lahir dan batin,
lahir berasal dari luar misalnya pemerintah, adapun wajib batin dari diri sendiri.
4. Kemampuan kehendak, yaitu yang cukup kuat sebagai pendorong untuk melakukan
5. Watak dan hati nurani, yaitu agar seseorang selalu mawas diri dan dapat menilai diri
sendiri dengan baik. Dengan demikian akan memiliki suatu ketahanan ideologi yang
Statis dalam pengertian intinya atauesensinya (yaitu nilai-nilai yang bersifat rohaniah dan
universal). Sedangkan bersifat dinamis dalam arti bahwa aktualisasinya senantiasa bersifat
Strategi dan metode proses internalisasi harus diikuti dengan strategi serta metode yang
relevan dan memadai. Oleh karena itu dalam proses internalisasi dan aktualisasi harus
Pemahaman dan aktualisasi Pancasila sampai pada tingkat mentalitas, kepribadian dan
1. Proses penghayatan diawali dengan memiliki tentang pengetahuan yang lengkap, dan
2. Kemudian ditingkatkan ke dalam hati sanubari sampai adanya suatu ketaatan, yaitu suatu
3. Kemudian disusul dengan adanya kemampuan dan kebiasaan untuk melakukan perbuatan
bermasyarakat
batin, kesatuan akal, rasa, kehendak sikap dan perbuatan. Mentalitas ini melalui suatu
bersangsi.
6. Bilamana kondisi peresapan dan aktualisasi Pancasila sampai pada tingkat yang optimal,
maka revitalitas, relalisasi, sosialisasi dan pembudayaan Pancasila, tidak mungkin secara
langsung dapat diamalkan, sehingga harus melalui transformasi dari sistem nilai, norma,
dasarnya terdapat secara sporadis dan fragmentaris dalam kebudayaan, sistem sosial, nilai-
nilai religius bangsa, yang tersebar di seluruh kepulauan nusantara baik pada abad kedua
oleh para pendiri bangsa kemudian dikembangkan dan secara yuridis disahkan sebagai suatu
dasar negara, dan secara verbal tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
Wujud kebudayaan Pancasila yang bersifat kongkret yaitu berupa aktivitas manusia
dalam masyarakat, saling berinteraksi, sehingga terwujudlah suatu sistem sosial. Hasil
budaya manusia yang berupa benda-benda budaya atau budaya fisik ini senantiasa bersumber
pada kebudayaan Pancasila yang berupa sistem nilai, yang merupakan pedoman dan
Pancasila dapat dilakukan dengan berbagai metode, namun yang terpenting sesuai dengan
Pembudayaan nilai-nilai Pancasila dapat juga berupa wujud kebudayaan fisik yang
dihasilakan oleh manusia. Wujud budaya ini sering disebut sebagai benda-benda budaya.
Benda-benda budaya tersebut baik berupa sarana atau alat-alat dalam kehiduapna
bermasyarakat, maupun sebagai hasil ekspresi dan kreasi manusia. Benda-benda budaya ini
baik berupa benda bergerak seperti mesin, kendaraan, serta hasil teknologi lainnya, maupun
benda tidak bergerak misalnya, tempat ibadah, pakaian, candi, gapura, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Realisasi Pancasila terbagi menjadi dua, yaitu realisasi secara objektif dan realisasi
secara subjektif. Aktualisasi objektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang
kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara antara lain legislatif, eksekutif,
maupun yudikatif. Sedangkan aktualisasi subjektif adalah aktualisasi Pancasila pada setiap
individu terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat.
Realisasi nilai-nilai Pancasila dasar filsafat negara Indonesia, perlu dilakukan secara
keluarga. Agar realisasi dapat dilaksanakan sebaik mungkin oleh seluruh lapisan masyarakat,
Dan juga, realisasi Pancasila akan berjalan dengan baik jika adanya sosialisasi dan
pembudayaan Pancasila.