Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

REALISASI PANCASILA

Disusun Oleh :

Kelompok 7
- Nurul Sri Anisa (BA2019009)
- Lusi Nur Azizah (BA2019019)
- Riski Rosidi (BA2019001)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


PASIM PLUS SUKABUMI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami

dapat menyelesaikan makalah tentang “Realisasi Pancasila” ini. Sholawat dan salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah

menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna

dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas

pendidikan pancasila. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu kamu selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat

terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya

dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat

kekurangannya

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Keharusan Moral Untuk Mengaktualisasi Pancasila

2.2 Pengertian Realisasi Pancasila Yang Subjektif

2.3 Pengertian Realisasi Pancasila Yang Objektif

2.4 Implementasi Nilai-nilai Pancasila

2.5 Internalisasi Nilai-nilai Pancasila

2.6 Proses Pembentukan Kepribadian Pancasila

2.7 Sosialisasi dan Pembudayaan Pancasila

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar filsafat negara, pandangan hidup bangsa, sebagai filsafat

bangsa, sebagai ideologi bangsa dan negara indonesia dan fungsi lainnya, dalam realisasi

(pengalamannya) memiliki konsekuensi yang berbeda-beda tergantung konteksnya. Untuk

merealisasikan dan mengamalkan Pancasila mustahil dapat dilaksanakan dengan baik tanpa

berdasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.

Konsekuensi untuk merealisasikan dan mengamalkan sila-sila Pancasila harus

memiliki pengetahuan yang jelas dan benar tentang fungsi dan kedudukan Pancasila yang

didalamnya terkandung nilai-nilai sebagai sumber untuk diamalkan secara konkrit. Pancasila

sebagai dasar filsafat negara Indonesia mengandung konsekuensi setiap aspek

penyelenggaraan negara negara, dan semua sikap dan tingkah laku para penyelenggara

negara, dan hidup kebangsaan Indonesia harus berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Dalam

realisasi Pancasila ini diperlukan juga suatu kondisi yang dapat menjunjung terlaksananya

proses realisasi Pancasila tersebut, baik kondisi yang berkaitan dengan sikap setiap warga

negara Indonesia dan wujud realisasi nilai-nilai Pancasila.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimana keharusan moral untuk mengaktualisasi Pancasila?

2. Bagaimana pengertian realisasi Pancasila yang subjektif?

3. Bagaimana pengertian realisasi Pancasila yang objektif?

4. Bagaimana implementasi nilai-nilai Pancasila?


5. Bagaimana internalisasi nilai-nilai Pancasila?

6. Bagaimana proses pembentukan kepribadian Pancasila?

7. Bagaimana sosialisasi dan pembudayaan Pancasila?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keharusan Moral Untuk Mengaktualisasi Pancasila

Pancasila sebagai dasar filasafat negara Indonesia mengandung konsekuensi setiap

aspek penyelenggaraan negara dan semua sikap dan tingkah laku bangsa Indonesia dalam

bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa harus berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Nilai-

nilai tersebutperlu dijabarkan lebih lanjut menjadi norma-norma kenegaraan maupaun norma-

norma moral untuk dilaksanakan dan diaktualisasikan setiap warga negara Indonesia.

Pengaktualisasian nilai-nilai Pancasila tersebut baik dalam kaitannya denagn sikap

moral maupun tingkah laku semua warga negara Indonesia. Olrh karena itu, permasalahan

pokok dalam aktualisasi Pancasila adalah bagaimana wujud aktualisasi itu, yaitu bagaimana

nilai-nilai Pancasila yang bersifat universal tersebut dijabarkan dalam bentuk norma-norma

yang jelas dalam kaitannya dengan tingkah laku semua warga dalam bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara, serta hubungannya dengan segala aspek dalam penyelengaraan

Negara.

Selain itu dalam aktualisasi Pancasila ini diperlukan juga suatu kondisi yang dapat

menunjang terlaksananya proses aktualisasi Pancasila tersebut, baik kondisi yang berkaitan

dengan sikap setiap warga negara Indonesia dan wujud realisasi nilai-nilai Pancasila.

Kesepakatan untuk mendirikan negara Indonesia yang berdasrakan Pancasila mengandung

konsekuensi bahwa kita harus merealisasikan Pancasila itu dalam setiap aspek

penyelenggaraan negara dan setiap tingkah laku dalam bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara. Bagi bangsa Indonesia mengaktualisasikan Pnacasila adalah suatu keharusan

moral.
2.2 Pengertian Realisasi Pancasila Yang Subjektif

Aktualisasi Pancasila yang subjektif adalah pelaksaan pada setiap pribadi

perseorangan, setiap warga negara, setiap individu, seriap penduduk, setiap penguasa setiap

orang Indonesia. Aktualisasi Pancasila yang subjekltif justru lebih penting karena realisasi

yang subjektif merupakan persyaratan bagi aktualisasi Pancasila yang obejektif (Notonegoro,

1975:44). Dengan demikian pelaksanaan Pancasila yang subjektif sangat berkaitan dengan

kesadaran, ketaatan serta kesiapan individu untuk merealisasikan Pnacasila. Dalam inilah

pelaksanaan Pancasila yang subjektif yang mewujudkan suatu bentuk kehidupan dimana

kesadaran wajib hukum, telah terpadu menjadi kesadaran wajib moral. Dalam hal ini milai

yang berkaitan pada diri seseorang adalah sikap dan tingkah laku dalam realisasi Pancasila

secara subjektif yang disebut moral Pancasila. Jadi aktualisasi Pancasila yang bersifat

subjektif ini lebih berkaitan dengan kondisi objektif, yaitu berkaitan dengan norma-norma

moral.

Dalam aktualisasi Pancasila yang bersifat subjektif bilamana nilai-nilai Pancasila

tealh diapahami, diresapi, dan dihayati oleh seseorang, maka orang itu telah memiliki moral

pandangan hidup. Jadi, aktualisasi subjektif dari Pancasila, meliputi pelaksanaan Pancasila

sebagai kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dalam

pelaksanaan kongkritnya tercemin dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari.

2.3 PENGERTIAN REALISASI PANCASILA YANG OBJEKTIF

Pengertian Pancasila yang objektif adalah pelaksanaan dalam bentuk realisasi dalam

setiap aspek penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif, eksekutif maupun yudikatif
dan semua bidang kenegaraan dan terutama realisasi dalam bentuk peraturan perundang-

undangan negara Indonesia. Hal itu dapat dirinci sebagai berikut :

1. Tafsir Undang-Undang Dasar 1945, harus dilihat dari sudut dasar filsafat negara Pncasila

sebagaimana tercantum dalam pebukaan UUD 1945 alinea IV

2. Pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 dalam undang-undang harus mengingat dasar-

dasar pokok pikiran yang tercantum dalam filsafat negara Indonesia.

3. Tanpa mengurangi sifat-sifat Undang-Undang yang tidak dapat diganggu gugat,

interpretasi pelaksanaannya harus mengingat unsur-unsur yang terkandung dalam filsafat

negara.

4. Pelaksanaan Undang-Undang harus lengkap dan menyeluruh, meliputi seluruh

perundang-undangan di bawah Undang-Undang dan keputusan-keputusan administrasi

dari semua tingkat penguasa negara.

Pokok kaidah negara serta pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan

UUD1945 dan UUD 1945 juga didasarkan atas kerohanian Pancasila. Bahkan yang terlebih

penting lag adalah dalam realiasi pelaksanaan kongkritnya yaitu dalam setiap penentuan

kebijaksanaan di bidang kenegaraan antara lain :

1. Bentuk dan Kedaulatan dalam Negara

2. Hukum, perunang-undangan dan peradilan

3. Sistem Demokrasi

4. Pemerintah Pusat sampai Daerah

5. Politik dalam dan luar negeri

6. Keselamatan, keamanan dan pertahanan

7. Kesejahteraan

8. Kebudayaan
9. Pendidikan dan lain sebagainya

10. Tujuan Negara

11. Reformasi dan segala pelaksanaannya

12. Pembangunan Nasional dan lain pelaksanaan kenegaraan.

2.4 Implementasi Nilai-Nilai Pancasila

Aktualisasi Pancasila yang subjektif dalah pelaksanaan nilai-nilai Pancasila dalam

setiap individu, perseorangan, setiap warga negara, setiap penduduk Indonesia, setiap aparat

pelaksana negara, dalam segala aspek kehiduapan berbangsa dan bernegara. Realisasi

pengalaman pancasila secara objektif yaitu realisai serta implementasi nilai-nilai pancasila

dalam segala aspek penyelenggaraan negara, terutama dalam kaitannya dengan penjabaran

nilai-nilai pancasila dalam praktis penyelenggaraan negara dan peraturan perundang-

undangan di Indonesia.

Implementasi penjabaran pancasila yang bersifat objektif adalah merupakan

perwujudan nilai-nilai pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar negara Republik

Indonesia, yang realisasi konkritnya merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber

tertib hukum) Indonesia. Implementasi Pancasila yang objektif ini berkaitan dengan norma-

norma hukum dan moral, secara lebih luas dengan norma-norma kenegaraan.

Realisasi dan pengamalan Pancasila secara objektif berkaitan dengan pembentukan

wajib hukum yang memiliki norma-norma yang tertuang dalam suatu sistem hukum positif.

Hal ni dimaksudkan agar memiliki daya imperatif secara yuridis. Walaupun aktualisasi

objektif tertuang dalam suatu sistem peraturan perundang-undangan namun dalam

implementasi pelaksanaan Pancasila secara optimal justru realisasi subjektif yang memiliki

kekuatan daya imperatif moral merupakan suatu prasyarat bagi keberhasilan pelaksanaan

Pancasila secara objektif. Dengan kata lain aktualisasi subjektif lebih menentukan
keberhasilan aktualisasi Pancasila yang objektif, dan tidak sebaliknya. Dapat juga dikatakan

bahwa aktualisasi secara objektif itu akan berhasil secara optimal bilamana didukung oleh

aktualisasi atau pelaksaan Pancasila secara subjektif.

2.5 Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila

Realisasi nilai-nilai Pancasila dasar filsafat negara Indonesia, perlu secara berangsur-angsur

dengan jalan pendidikan baik disekolah, masyarakat, maupun di dalam keluarga sehingga

diperoleh hal – hal sebagai berikut:

1. Pengetahuan, yaitu suatu pengetahuan yang benar tentang Pancasila, baik aspek nilai,

norma maupun aspek praksisnya. Hal ini harus disesuaikan dengan tingkat pengetahuan

dan kemampuan individu. Tanpa pendidikan yang cukup maka dapat dipastikan bahwa

pemahaman tentang ideologi bangsa dan dasar filsafat Negara hanya dalam tingkat-

tingkat yang sangat pragmatis, dalam hal ini sangat berbahaya terhadap ketahanan

ideologi penerus bangsa.

2. Kesadaran, yaitu selalu mengetahui pertumbuhan keadaan yang ada dalam diri sendiri.

3. Ketaaatan, yaitu selalu dalam keadaan kesediaan untuk memenuhi wajib lahir dan batin,

lahir berasal dari luar misalnya pemerintah, adapun wajib batin dari diri sendiri.

4. Kemampuan kehendak, yaitu yang cukup kuat sebagai pendorong untuk melakukan

perbuatan berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

5. Watak dan hati nurani, yaitu agar seseorang selalu mawas diri dan dapat menilai diri

sendiri dengan baik. Dengan demikian akan memiliki suatu ketahanan ideologi yang

berdasarkan keyakinan atas kebenaran Pancasila, sehingga dirinya akan merupakan

sumber kemampuan untuk memelihara, mengembangkan, mengamalkan, mewariskan,

merealisasikan Pancasila dalam segala aspek kehidupan.


Pada dasarnya ada dua bentuk realisasinya yaitu bersifat statis dan yangbersifat dinamis.

Statis dalam pengertian intinya atauesensinya (yaitu nilai-nilai yang bersifat rohaniah dan

universal). Sedangkan bersifat dinamis dalam arti bahwa aktualisasinya senantiasa bersifat

inovatif, sesuai dengan dinamika masyarakat, perubahan, serta konteks lingkungannya.

Strategi dan metode proses internalisasi harus diikuti dengan strategi serta metode yang

relevan dan memadai. Oleh karena itu dalam proses internalisasi dan aktualisasi harus

diterapkan strategi yang relevan serta metode yang efektif.

2.6 Proses Pembentukan Kepribadian Pancasila

Pemahaman dan aktualisasi Pancasila sampai pada tingkat mentalitas, kepribadian dan

ketahanan ideologis adalah sebagai berikut :

1. Proses penghayatan diawali dengan memiliki tentang pengetahuan yang lengkap, dan

jelas tentang kebaikan dan kebenaran Pancasila

2. Kemudian ditingkatkan ke dalam hati sanubari sampai adanya suatu ketaatan, yaitu suatu

kesediaan yang harus senantiasa ada untuk merealisasikan Pancasila

3. Kemudian disusul dengan adanya kemampuan dan kebiasaan untuk melakukan perbuatan

mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan dalam bidang kenegaraan dan bidang

bermasyarakat

4. Kemudian ditingkatkan menjadi mentalitas, yaitu selalu terselenggaranya kesatuan lahir

batin, kesatuan akal, rasa, kehendak sikap dan perbuatan. Mentalitas ini melalui suatu

proses pengulangan dan kestabilan dan berkembang menjadi watak.

5. Kemudian mengadakan penilaian sendiri setelah melakukan sesuatu perbuatan yang

bersangsi.

6. Bilamana kondisi peresapan dan aktualisasi Pancasila sampai pada tingkat yang optimal,

maka orang akan memiliki kepribadian Pancasila.


7. Sosialisasi dan pembudayaan Pancasila

8. Epistomologi realisasi nilai-nilai Pancasila, berdasarkan sistem epistemologis tersebut

maka revitalitas, relalisasi, sosialisasi dan pembudayaan Pancasila, tidak mungkin secara

langsung dapat diamalkan, sehingga harus melalui transformasi dari sistem nilai, norma,

kemudian dijabrakan dalam realisasi yang bersifat praksis.

2.7 Proses Sosialisasi Dan Pembudayaan Pancasila

Nilai-nilai Pancasila sebelum terbentuknya negara dan bangsa Indonesia pada

dasarnya terdapat secara sporadis dan fragmentaris dalam kebudayaan, sistem sosial, nilai-

nilai religius bangsa, yang tersebar di seluruh kepulauan nusantara baik pada abad kedua

puluh maupun sebelumnya, diaman masyarakat Indonesia tealh mendapatkan kesempatan

berkomunikasi dan beralkulturasi dengan kebudayaan lain. Nilai-nilai tersebut dikembangkan

oleh para pendiri bangsa kemudian dikembangkan dan secara yuridis disahkan sebagai suatu

dasar negara, dan secara verbal tercantum dalam pembukaan UUD 1945.

Wujud kebudayaan Pancasila yang bersifat kongkret yaitu berupa aktivitas manusia

dalam masyarakat, saling berinteraksi, sehingga terwujudlah suatu sistem sosial. Hasil

budaya manusia yang berupa benda-benda budaya atau budaya fisik ini senantiasa bersumber

pada kebudayaan Pancasila yang berupa sistem nilai, yang merupakan pedoman dan

pandangan hidup suatu masyarakat.

Proses pembudayaan pada domain values (nilai). Proses pembudayaan nilai-nilai

Pancasila dapat dilakukan dengan berbagai metode, namun yang terpenting sesuai dengan

tingkat pengetahuan kelompok masyarakat yang menjadi objek pembudayaan.

Pembudayaan nilai-nilai Pancasila dapat juga berupa wujud kebudayaan fisik yang

dihasilakan oleh manusia. Wujud budaya ini sering disebut sebagai benda-benda budaya.

Benda-benda budaya tersebut baik berupa sarana atau alat-alat dalam kehiduapna
bermasyarakat, maupun sebagai hasil ekspresi dan kreasi manusia. Benda-benda budaya ini

baik berupa benda bergerak seperti mesin, kendaraan, serta hasil teknologi lainnya, maupun

benda tidak bergerak misalnya, tempat ibadah, pakaian, candi, gapura, dan lain-lain.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Realisasi Pancasila terbagi menjadi dua, yaitu realisasi secara objektif dan realisasi

secara subjektif. Aktualisasi objektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang

kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara antara lain legislatif, eksekutif,

maupun yudikatif. Sedangkan aktualisasi subjektif adalah aktualisasi Pancasila pada setiap
individu terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat.

Realisasi nilai-nilai Pancasila dasar filsafat negara Indonesia, perlu dilakukan secara

berangsur-angsur dengan jalan pendidikan baik di sekolah, masyarakat, maupun di dalam

keluarga. Agar realisasi dapat dilaksanakan sebaik mungkin oleh seluruh lapisan masyarakat,

sebelum merealisasikan Pancasila dibutuhkan proses pembentukan kepribadian Pancasila.

Dan juga, realisasi Pancasila akan berjalan dengan baik jika adanya sosialisasi dan

pembudayaan Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai