Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

BENTUK-BENTUK PENDEKATAN AKIDAH

Dosen Pengampu: Ahmad Barkatullah, S.Pdi, M.Pd

Disusun untuk: Memenuhi Tugas

Disusun oleh:

Nazhifa Najla Syahida : 190101010636

Nor Lainah : 190101010666

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BANJARMASIN

2019/2020

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat-Nya keada
kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Bentuk-Bentuk Pendekatan Aqidah”.

Makalah ini disusun dalam rangka memperdalam pemahaman tentang


pengertian bentuk-bentuk pendidikan Aqidah dan sekaligus dalam rangka
memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Pendidikan Kewarganegaran.
Penyusunan makalah ini tidak berniat merubah materi yang sudah tersusun.
Hanya lebih pendekatan pada studi banding atau membandingkan beberapa materi
yang sama dari berbagai refrensi.

Kami mengucakan terima kasih kepada Bapak Ahmad Barkatullah, S.Pd.I


M.Pd selaku dosen mata kuliah Pendidikan Aqidah yang telah memberikan
kesempatan bagi kami untuk mengerjakan tugas ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
kita semua khususnya tentang Bnetuk-bentuk pendidikan Aqidah dan hal-hal yang
berkaitan dengan hal tersebut. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, sehingga kami menghimbau kepada
para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
kedeannya bias menjadi lebih baik lagi. Terima kasih.

Banjarmasin, 8 September 2019

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................1
C. Tujuan Pembelajaran .....................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan Pendidikan Aqidah...................................................2
B. Bentuk-bentuk Pendekatan Aqidah ..............................................................2

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan ...................................................................................................6
B. Saran ..............................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan aqidah sangat penting bagi kita apalagi kita sebagai
pemeluk agama Islam harus mengerti tentang aqidah  Untuk itu kita perlu
mempelajarinya sehingga kita mengerti dan bisa menjalankannya dalam
kehidupan kita sehari-hari dan setelah kita memahaminya kita bisa
memberitahukannya kepada orang lain yang belum tahu. Dan sebelum kita
memberitahukan tentang aqidah kepada orang lain akan lebih baik jika kita
mengetahui benuk-bentuk pendekatan pendidikan aqidah. Adapun bentuk-
bentuk pendekatan pendidikan aqidah tersebut akan kami bahas dalam
makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara memahami bentuk pendekatan yang digunakan
dalam pendekatan Aqidah ?
2. Bagaimana memahami dengan baik pendekatan-pendekatan
teladan, pembersihan jiwa, pendekatan rasional dan emosional,
pendekatan komprehensif terpadu serta diskusi?

C. TUJUAN PENULISAN
1) Untuk memahami beberapa bentuk pendekatan yang digunakan
dalam pendekatan Aqidah.
2) Untuk memahami dengan baik pendekatan-pendekatan teladan,
pembersihan jiwa, pendekatan rasional dan emosional serta
pendekatan komprehensif terpadu serta diskusi.

ii
1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Pendidikan Aqidah1


Pendekatan adalah Usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk
mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk
mencapai pengertian tentang masalah tersebut.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkann potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Aqidah secara bahasa ialah ikatan atau keyakinan. Disebut demikian,
karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu.
Sedangkan menurut istilah adalah sebuah ikatan atau kepercayaan kuat dalam diri
sesorang terhadap apa yang diimaninya. Di dalam islam Aqidah meliputi
keimanan kepada Allah beserta sifat-sifatnya tanpa ada keraguan sedikitpun.
Pembelajaran Aqidah yang merupakan bagian dari pendidikan agama
islam yang lebih mengedepankan aspek afektif dengan nilai ketuhanan yang
hendak ditanamkan dan ditumbuh kembangkan kedalam peserta didik sehingga
tidak hanya berkonsentrasi pada persoalan teoritis yang bersifat kognitif semata,
tetapi juga sekaligus mampu mengubah pengetahuan akidah yang bersifat kogniti
menjadi bermakna dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya Pendekatan Pendidikan Aqidah inilah untuk
menyiapkan peserta didik dapat mengenal, memahami, menghayati dan
mengimani Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman, keteladanan dan pembiasaan.

1
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rhineka Cipta, 2005), h.
40-41

iii
Dari beberapa uraian tersebut dapat dipahami bahwa secara umum
karakteristik pelajaran aqidah lebih menekankan pada pengetahuan, pemahaman,
dan pemikiran siswa terhadap keyakinan atau kepercayaan (iman), serta
perwujudan keyakinan (iman) dalam bentuk sikap hidup siswa dalam berbagai
aspek dalam kehidupan sehari-hari.
Secara terminologi menurut para tokoh :

1. Hasan albanna aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya
oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak
bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.

2.Menurut abu bakar jabir aljazairi, aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat
diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.

Berdasarkan pengertian pendekatan dan pembelajaran atau pendidikan dan


akidah  tersebut dapat di simpulkan bahwa, pendekatan merupakan cara kerja
mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan
membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah di
tetapkan.

 Pendekatan dalam Pendidikan Islam


Pendekatan  merupakan cara pandang dan tindakan nyata yang dilakukan
untuk memecahkan masalah belajar dan cara siswa belajar agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Pendekatan apapun yang
digunakan dalam pembelajaran diharapkan dapat memberikan peran kepada
siswa sebagai pusat perhatian dan kegiatan pembelajaran.

B. Bentuk- bentuk Pendekatan Aqidah


Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan pembelajaran merujuk
kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan
dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.

ii
Setiap pendidik dalam pendidikan islam wajib mengetahui pendekatan
umum pembentukan dan penerapan metode pendidikan islam
sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah SWT. Dalam Al-qu’an
melalui proses pendidikan yang dipraktekkan oleh Rasulullah .
A. Pendekatan yang dipraktikkan Nabi saw, yang terdapat dalam Al-
Qur’an antara lain :
1. Pendekatan tilawah, tazkiyah, dan ta’lim (Qs. Al Baqarah:151)
َ ‫َك َما أَرْ َس ْلنَا فِي ُك ْم َر ُسواًل ِم ْن ُك ْم يَ ْتلُو َعلَ ْي ُك ْم آيَاتِنَا َويُ َز ِّكي ُك ْم َويُ َعلِّ ُم ُك ُم ْال ِكت‬
‫َاب‬
َ‫َو ْال ِح ْك َمةَ َويُ َعلِّ ُم ُك ْم َما لَ ْم تَ ُكونُوا تَ ْعلَ ُمون‬
Arti: “Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat
Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul
diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada
kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu
Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu
apa yang belum kamu ketahui.”

2. Pendekatan amar ma’ruf nahi mungkar dan ihsan (Qs. Ali


Imran:104)
ِ ‫َو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أُ َّمةٌ يَ ْد ُعونَ إِلَى ْال َخي ِْر َويَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
ۚ ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬ َ ِ‫َوأُو ٰلَئ‬

3. Pendekatan hikmah, mu’izah, dan mujaddalah (Qs. An-


Nahl:125)

‫ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة ۖ َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِي ِه َي أَحْ َسنُ ۚ إِ َّن‬
َ ِّ‫ع إِلَ ٰى َسبِي ِل َرب‬ُ ‫ا ْد‬
َ‫ض َّل ع َْن َسبِيلِ ِه ۖ َوهُ َو أَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِدين‬ َ ‫ك ه َُو أَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬
َ َّ‫َرب‬

B. Berbagai pendekatan yang dikutip dari pendapat dalam pendidikan


Islam adalah :

iii
1. Pendekatan tilawah, yakni membacakan ayat-ayat Allah SWT.
Baik yang qur’aniyah maupun yang kauniyah sehingga
berdampak kemampuan pikir dan dzikir kepada Tuhan.
Contoh :
Umur 1-2 tahun cocok dengan pendekatan tilawah dengan
membacakan ayat-ayat Al Qur’an kepada anak sehingga apa
yang didengar anak akan selalu diingat sampai ia tumbuh dan
berkembang sampai besar nanti.
2. Pendekatan tazkiyah, adalah upaya mensucikan diri dari
lingkungan yang dapat merusak tauhid manusia.
Contoh :
Umur 13-Dewasa, pendekatan tazkiyah dimulai dari sudah
baligh tujuan untuk memlihara kebersihan diri dari
lingkungannya, memelihara dan mengembalikan akhlak yang
baik, menolak dan menjauhi akhlak tercela, berperan serta
dalam memelihara kesucian lingkunangannya.

3. Pendekatan ta’lim al-kitab, yakni upaya membelajarkan


peserta didik dengan cara mempelajari sumber pokok ajaran
islam Qur’an dan sunnah baik lewat membaca maupun
menerjemahkan.
Contoh :
Usia 13-20 tahun sangat wajib sekali memperlajari ta’lim
alkitab selain bertujuan untuk membaca juga untuk memahami
dan merenungkan Al-qur’an dan as sunnah. Pendekatan ini
bukan hanya memahami fakta tetapi makna dibalik fakta
sehingga dapat menafsirkan informasi secara kreatif.
Indikatornya pembelajaran membaca Al-Qur’an, diskusi
tentang Al-Qur’an di bawah bimbingan para ahli, memonitor

ii
pengkajian islam, kelompok diskusi, kegiatan membaca
literature islam.
4. Pendekatan ta’lim hikmah, yakni upaya membelajarkan
peserta didik dengan cara memahami dan secara mendalam
sumber pokok ajaran islam (Al-Qur’an dan sunnah) dengan
menggunakan akal yang sehat dan ketajaman berfikir rasional,
disamping membaca dan menerjemahkan.
Contoh :
Usia 13-20 Tahun wajib untuk mempelajari pendekatan ini.
Pendekatan ini hampir sama dengan pendekatan ta’lim al-
kitab, hanya saja bobot dan proporsinya serta frekuensinya di
perluas dan di perbesar. Insikator pendekatan ini adalah
mengadakan perenungan bagi umur 13 sampai 20 tahun
keatas.  Aplikasi pendekatan ta’lim al-hikmah ini dapat berupa
studi banding antar lembaga pendidikan, antar lembaga
pengkajian, antar lembaga penelitian dan sebagainya sehingga
terbentuk suatu konsensus umum yang dapat di pedomani
oleh remaja sampai dewasa.
5. Pendekatan yu’allimukummalam takun ta’lamun, adalah
pendekatan dengan cara menjelaskan makna dibalik suatu
yang belum bisa diketahui makna sesungguhnya.
Contoh :
Pada umur 20-40 tahun, Pendekatan ini hanya mungkin dapat
di nikmati oleh nabi dan rasul saja, seperti adanya malaikat,
sedangkan manusia hanya bias menikmati sabagian kecil saja.
Indikator pendekatan ini adalah penemuan teknologi canggih
yang dapat membawa manusia pada penjelajahan luar angkasa,
sedangkan aplikasinya adalah mengemabangkan produk
teknologi yang dapat mempermudah dan membantu kehdupan
manusia sehari-hari. Karena pendekatan ini mengajarkan suatu
hal yang memang benar-benar asing dan belum di ketahui,

iii
sehingga pendekatan ini membawa peserta didik pada suatu
alam pemikiran yang benar-benar luar biasa.
6. Pendekatan ishlah, yakni memperbaiki pola kehidupan islami
dari berbagai macam persoalan yang berbeda , terjadi suatu
konflik atau percekcokan, karena perbedaan kepentingan.
Contoh :
Umur 17-25 tahun, pada usia tersebut sangat bagus dalam
pendekatan ishlah ini dikarenakan bertujuan memiliki
kepekaan terhadap penderitan orang lain, sanggup
menganalisis kepincangan-kepincangan yang lemah, memiliki
komitmen memihak bagi kaum yang tertindas dan berupaya
menembatani perbedaan paham. Di samping itu, pelepasan
beban dan belenggu ini bertujuan memelihara ukhuwah
islamiyah dengan aplikasinya kunjungan ke
kelompok dhu’afa, kampanye amal saleh, kebiasaan
bersedekah, dan proyek-proyek social, serta mengembangkan
badan amil zakat infak dan sedekah (BAZIS)

Menurut Tolkhah (2004) ada beberapa pendekatan yang


perlu mendapatkan kajian lebih lanjut berkaitan dengan
pembelajaran islam diantaranya : Pertama, pendekatan
psikologis (psychological approach). Pendekatan ini perlu
dipeertimbangkan mengingat aspek psikologis manusia yang
meliputi aspek rasional/intelektual, aspek emosional, dan
aspek ingatan. Aspek rasional mendorong manusia untuk
merasakan adanya kekuasaan tertinggi yang ghaib sebagai
pengendali jalannya alam dan kehidupan. Sedangkan aspek
ingatan dan keinginan manusia didorong untuk difungsikan
dalam kegiatan kegiatan menghayati dan mengamlkan nilai-
nilai agama yang diturunkannya. Seluruh aspek dimensi
manusia sejatinya dibangkitkan untuk dipergunakan

ii
semaksimal mungkin bagi kesejahteraan dan kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
Kedua, pendekatan sosio-kultural (socio-cultural approach)
suatu pendekatan yang melihat dimensi manusia tidak saja
sebagai individu melainkan juga sebagai makhluk sosial
budaya yang memiliki berbagai potensi yang signifikan bagi
pengembangan masyarakat, dan juga mampu mengembangkan
sistem budaya dan kebudayaan yang berguna bagi
kesejahteraan dan kebahagiaan.

Sedangkan Depag (2004) menyajikan konsep pendekatan


terpadu dalam pembelajaran agama islam yang meliputi
1) Teladan
Keteladan dalam pendidikan merupakan metode yang
berpengaruh dan terbukti berhasil dalam mepersiapkan dan
membentuk aspek moral, spiritual dan etos anak. Mengingat
pendidik adalah figur terbaikdalam pandangan anak, yang
tindak-tanduk, sopan santunnya, disadari atau tidak, akan ditiru
oleh mereka bahkan bentuk perbuatan dan perkataan akan
senantiasa tertanam dalam kepribadian anak. Oleh karena itu
masalah keteladan menjadi faktor penting dalam menentukan
baik buruknya anak, jika pendidik jujur, amanah, berani, dan
menjauhkan diri dari perbuatan yang dilarang oleh agama, maka
anak tersbut akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dalam
akhlak mulia, berani, dan menjauhkan dari perbuatan yang
bertentangan dengan agama. Dengan demikian pendidikan
dengan memberikan keteladanan yang baik adalah penopang
dalam upaya meluruskan perbuatan yang tercela anak bahkan
merupakan dasar dalam meningkatkan keutamaan, kemuliaan
dan etika sosial yang terpuji2.

2
Ibid,h. 184

iii
Contoh :
Umur 2-5 tahun dan juga 6-12 tahun tahun sangat cocok dalam
mendidik keteladanan anak, karena apa yang dicontohkan guru
terhadap anak anak pada usia 2-5 tahun dan 6-12 tahun akan
ditiru oleh anak. Keteladanan pendidik terhadap anak didiknya
merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasila
pembelajaran karena guru sebagai figur terbaik dalam
pandangan anak didiknya.
2) Pembersihan jiwa
Pendekatan ini meliputi menyucikan diri dengan upaya
amar ma’ruf dan nahi munkar. Pendekatan ini bertujuan untuk
memelihara kebersihan diri dari lingkungannya, memelihara dan
mengembangkan akhlak dengan baik, menolak dan menjauhi
akhlak tercela, berperan serta memilihara kesucian lingkungan.
Aplikasi bentuk pendekatan ini adanya gerakan kebersihan,
kelompok-kelompok usrah, riyadhah keagamaan, ceramah,
tabligh, pemeliharaan syiar islam, teladan pendidikan serta
pengembangan kontrol sosial.
Syeikh Abdurrahman bin Nashir as Sa’di mengatakan “wa
yuzakkiihim” artinya mensucikan akhlak dan jiwa mereka
dengan men tarbiyahkan pada akhlak yang indah serta
mensucikan dari akhlak-akhlak yang rendah. Hak itu misalnya
membersihkan diri mereka dari syirik menjadi tauhid, dari riya’
menjadi ikhlas, dan dusta menjadi jujur, dari khianat menjadi
amanah, dari sombong menjadi tawadhu, dari buruk akhlak
menjadi baik akhlak, dari saling membenci, menyingkiri, dan
memutuskan hubugan menjadi saling mencintai, saling
menyambung hubungan, dan saling menyayangi dan macam-
macam jiwa pembersih lainnya.
Contoh :

ii
13-20 tahun, 20-60 tahun sampaia akhir hayat harus
menggunkan pendekatan ini, mwngingat pentingnya tazkiyatun
nafs (pembersihan jiwa) yakni perbaikan pola sikap dan
tindakan manusia denngan cara memperbaiki hati , maka
tidaklah berlebuhan jika kita berharap hal ini diupayakan oleh
segenap remaja sampai dewasa dan sampai umur 60 tahun.
Dengan demikian dari mereka lahir sikap dan tindakan yang
memberikan kebaikan, dan juga dengan tazkiyatun nafs mereka
akan terhindar dari sikap dan tindakan merugikan, yaitu
tindakan yang didorong oleh hati yang rusak.

3) Pendekatan rasional
Suatu pendekatan mempergunakan akal, dalam memahami
dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah. Pendekatan
rasional ini merupakan pendekatan suatu usaha memberikan
peranan pada rasio (akal) peserta didik dalam memahami dan
mebedakan berbagai bahan ajar serta kaitannya dengan perilaku
baik dan buruk dalam kehidupan duniawi. Usaha maksimal
dalam pendekatan rasional adalah dengan memberikan peran
akal dalam memahami dan menerima kebenaran agama.
Contoh :
Usia 13-20 tahun sangat bagus untuk mempelajari pendekatan
rasioanal ini. Metode diskusi merupakan salah satu cara
mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi,
baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan
argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Dalam proses
pembelajaran ini harus mendapatkan perhatian yang lebih
khusus, karena denga metode diskusi ini dapat merangsang usia
13-20 tahun untuk memecahkan suatu permasalahan
menggunakan akal pikirannya, hal ini agar mereka berfikir kritis
terhadap permasalahan yang ada.

iii
4) Emosional
Pendekatan emosional ialah usaha untuk menggugah
perasaan dan emosi peserta didik dalam menyakini ajaran islam
serta dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada dalam diri seseorang.
Emosi tersebut berhubungan dengan masalah perasaan. Justru
itulah pendekatan emosional dijadikan salah satu pendekatan
dalam pendidikan islam. Metode mengajar yang digunakan
dalam pendekatan ini di antaranya ; metode ceramah, sosio
drama dan cerita. Pendekatan emosinal ini salah satu bentuk
upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam
menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan
budaya bangsa.
Contoh :
Usia 13-20 tahun sangat cocok untuk mempelajari pendekatan
emosional, metode pembelajaran ini yang digunakan seperti
metode bercerita dengan menggunakan teknik/strategi
assessment search. Metode cerita , cerita termasuk salah satu
media pengajaran yang sukses di usia remaja, ini merupakan
suatu cara pendidikan yang disenangi kalangan remaja dan
orang dewasa, tujuan metode ini ialah sangat boleh jadi cerita
karena merupakan suatu faktor pendidikan yang penting untuk
menumbuhkan sikap dan merubah nilai-nilai, menyeru kepada
perbaikan serta menghias diri dengan akhlak dan sifat-sifat
mulia, karena ia mempunyai daya kekuatan pengaruh dan
bimbingan, kenyataan menunjukan bahwa cerita itu mempunyai
pengaruh yang dalam untuk mengadakan perubahan dan
pengarahan.
5) Komperhensif Terpadu
Pendekatan ini adalah pendekatan yang dilakukan dalam
proses pembelajaran dengan memadukan secara serentak

ii
beberapa proses pendekatan. Pendekatan komprehensif terpadu
dalam agama islam memliputi :
1. Keimanan, memberikan peluang pada perserta didik
untuk mengembangkan pemahaman adanya Tuhan
sebagai sumber kehidupan makhluk sejagat ini.
2. Pengalaman, Pendekatan pengalaman yaitu pemberian
pengalaman kepada peserta didik dalam rangka
penanaman nilai-nilai keagamaan baik secara individual
maupun kelompok. Syaiful Bahri Djamarah menyatakan
bahwa pengalaman yang dilalui seseorang adalah guru
yang baik. Pengalaman merupakan guru tanpa jiwa,
namun selalu dicari oleh siapapun juga, belajar dari
pengalaman adalah lebih baik dari sekedar bicara dan
tidak pernah berbuat sama sekali. Pendekatan
pengalaman memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mempraktekan dan merasakan hasil-hasil
pengalaman ibadah dan akhlak dalam kehidupan.
Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari
selama hidup, namun tidak semua pengalaman dapat
bersifat mendidik, karena ada pengalaman yang tidak
bersifat mendidik. Suatu pengalaman dikatakan tidak
mendidik jika pendidik tidak membawa peserta didik ke
arah tujuan pendidikan akan tetapi ia menyelewengkan
peserta didik dari tujuan itu, misalnya mengajar anak
menjadi pencuri. Karena itu ciri-ciri pengalaman yang
edukatif adalah berpusat pada suatu tujuan yang berarti
bagi anak, kontinyu dengan kehidupan anak, interaktif
dengan lingkungan, dan juga sesamanya. Pepatah Arab
mengatakan : “Ilmu tanpa diiringi dengan amal
(pengalaman) bagaikan pohon tanpa buah”. Betapa
tingginya nilai suatu pengalaman, maka disadari akan

iii
pentingnya pengalaman bagi perkembangan jiwa peserta
didik sehingga dijadikanlah pengalaman itu sebagai
suatu pendekatan. Metode mengajar yang dapat dipakai
dalam pendekatan ini diantaranya, (1) metode
eksperiman (percobaan) (2) metode dril (latihan) (3)
metode sosio drama dan bermain peran, (4) metode
pemberian tugas belajar dan lainya.
3. Pembiasaan, memberikan kesempatan untuk peserta
didik membiasakan sikap dan perilaku baik yang sesuai
dengan ajaran islam dan budaya bangsa dan menghadapi
masalah kehidupan. Pembiasaan adalah suatu tingkah
laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan
terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa difikirkan
lagi. Dengan pembiasaan, pendidikan dapat memberikan
kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan
ajaran agamanya, baik secara individual maupun secara
berkelompok dalam kehidupan sehari-hari. Berawal
kepada pembiasaan itulah peserta didik membiasakan
dirinya menuruti dan patuh kepada aturan-aturan yang
berlaku ditengah kehidupan masyarakat. Dengan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
membiasakan sikap dan prilaku baik yang sesuai dengan
ajaran islam dan budaya bangsa dalam menghadapi
masalah kehidupan, diharapkan anak didik akan terbiasa
mengamalkan agamanya secara berkelanjutan. Metode
mangajar yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih dan
digunakan dalam pendekatan ini diantaranya; metode
latihan, metode demontrasi dan metode eksperimen.
4. Rasional, usaha memberikan peranan pada rasio (akal)
peserta didik dalam memahami dan membedakan
berbagai bahan ajar dalam materi pokok serta kaitannya

ii
dengan perilaku yang baik dengan perilaku yang buruk
dalam kehidupan duniawi.
5. Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta
didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan
ajaran agama dan budaya bangsa.
6. Fungsional, menyajikan bentuk semua materi pokok ( Al
Qur’an, aqidah, syariah, akhlak dan tarikh ) dan segi
manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-
hari.
Pengertian fungsional ialah usaha memberikan materi
agama menekankan kepada segi kemanfaatan bagi
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan
tingkatanperkembangannya.
Ilmu agama yang dipelajari oleh anak di sekolah
bukanlah hanya sekedar melatih otak tetapi diharapkan
berguna bagi kehidupan anak, baik dalam kehidupan
individu maupun dalam kehidupan sosial. Dengan agama
anak-anak dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Dengan demikian, dengan pendekatan fungsional berarti
anak dapat memanfaatkan ajaran dalam kehidupan
sehari-hari,
Sabda Rasululah SAW yang artinya: “sebaik-baik
manusia adalah orang yang memberi manfaat (nilai
guna) bagi manusia.” (al-Hadits)
Pendekatan fungsional yang diterapkan di sekolah dapat
menjadikan agama lebih hidup dan dinamis. Untuk
menuliskan jalan ke arah itu diperlukan metode
mengajar yang serasi, dalam hal ini ada beberapa metode
yang dapat digunakan antara lain: metode latihan,
ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan demontrasi.

iii
7. Keteladanan, yaitu menjadikan figur guru agama dan
non agama maupun orang tua peserta didik sebagai
cermin manusia sebagai berkepribadian agama.
6) Diskusi
Metode diskusi dapat diartikan sebagai jalan untuk
memecahkan suatu permasalahan yang memerlukan beberapa
jawaban alternatif yang dapat mendekati kebenaran dalam
proses belajar mengajar (PBM). Metode ini bila digunakan
dalam PBM akan dapat merangsang murid untuk berpikir
sistematis, kritis dan bersikap demokratif dalam
menyumbangkan pikiran-pikirannya untuk memecahkan segala
masalah.3
Contoh :
Usia 13-24 tahun, metode diskusi ini

3
Dr. Armai Arief, M.A., Pengantar Ilmu dan Medologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers,
2002, h. 149

ii
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pendekatan adalah usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk
mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode
untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian sedangkan
pembelajaran atau pendidikan merupakan usaha sadar dan disengaja
oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan tujuan mengaktifkan
faktor internal dan eksternal dalam kegiatan pembelajaran. Secara
etimologis aqidah berasal dari kata aqada-ya’qidu a’dan-aqidatan.
A’dan berarti simpulan, ikatan, perjanjian dan kokoh. Adapun bentuk-
bentuk pendekatan pendidikan aqidah diantaranya yaitu keteladanan,
pembersihan jiwa, rasional, emosional, komprehensif terpadu, diskusi.

B. Saran
Dengan selesainya makalah ini tentunya masih banyak yang
kurang didalamnya, maka dari itu kami mengharapkan kritikan dan saran
yang sifatnya membangun dari Bapak Dosen yang membawakan mata
kuliah Pendidikan Aqidah. Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai
salah satu rujukan bagi teman-teman dalam proses memahami lebih
dalam mengenai Pendekatan Pendidikan Aqidah serta bentuk-bentuknya.

iii
DAFTAR PUSTAKA

Ali Daud M. 2013. Pendidikan Agama Islam. Jakarta. Rajawali


Pers
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan,
(Jakarta: Rhineka Cipta, 2005)
Dr. Armai Arief, M.A., Pengantar Ilmu dan Medologi Pendidikan
Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002
Ulwan, Abdullah, Nashih. 1999. Tarbiyatul Aulad fil Islam.
Jakarta: Pustaka Amani
Zuhri, Saifuddin, dan Yahya, Syamsuddin. 2004. Metodologi
Pengajaran Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

No Penanya Yang Ditanyakan Jawaban


1 Nur Sifa Bagaimana cara pendekatan aqidah
dengan seorang teman yang muallaf
dan keluarga besarnya adalah non
muslim, dia padahal sudah muallaf tapi
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan
oleh orang non muslim masih
dilakukannya terutama pada natalan
dia mengikuti perayaannya, dia santai-
santai saja saat makan ditempat non
muslim dan bahkan rumahnya ada
khamr dan dia memelihara anjing, dan
dia pun tidak suka kalau ada orang
yang menasihatinya apalgi masalah
agama, dia akan menyanggah justru
menggunjing yang memberi nasehat
tadi. Apa yang harus saya lakukan
sebagai teman?
2 Muzdalifah Apa contoh dari pendekatan rasioanal?

3 Ahmad Khairani Bagaimana pendapat kalian terhadap


orang yang ikut ke majelis tetapi
setelah selesai majelis dia melakukan
dosa lagi?

ii

Anda mungkin juga menyukai