MENU
Search for:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “AMTSALUL QUR’AN DAN AQSAMUL QUR’AN” yang
telah kami susun semaksimal mungkin agar pembaca dapat mendapatkan pelajaran dan informasi
tentang Pengertian, unsur dan manfaat bisa kita terapkan dalam bermasyarakat. Semoga yang telah kami
susun berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber agar dapat mempermudah pembaca untuk
memahami isi makalah ini.
Dalam menyelesaikan Makalah ini tentunya kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh
sebab itu kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kami yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah yang telah kami susun ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan bermanfaat
bagi kami sendiri maupun pembacanya, untuk kedepannya dapat memperbaiki maupun menambah isi
makalah menjadi lebih baik. Karena Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik
segi susunan kalimat, tata bahasa maupun pengetahuan kami dalam makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL......................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAAN............................................................................4
A. LATAR BELAKANG........................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................4
C. TUJUAN MASALAH........................................................................4
BAB II PEMBAHASAAN.............................................................................5
1. PENGERTIAN AMTSALUL........................................................5
2. MACAM-MACAM AMTSALUL.................................................6
3. CIRI-CIRI AMTSALUL................................................................7
4. UNSUR-UNSUR AMTSALUL.....................................................9
B. AQSAMUL QUR’AN..................................................................... 12
1.PENGERTIAN AQSAM............................................................. 12
2. UNSUR-UNSUR AQSAM.......................................................... 14
3. MACAM-MACAM QASAM...................................................... 17
5. BENTUK-BENTUK AQSAM.....................................................20
A. KESIMPULAN.................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 23
[1]BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk bahasa Arab, sebab masyarakat yang dihadapi pada masa itu adalah
masyarakat Arab. Ketika mereka menerima pemberitaan ini, tentunya ada yang percaya dan mengimani
sepenuh hatinya, tetapi tidak menutup kemungkinan juga ada yang mengingkari dan tidak mau
mempercayai kebenaran Al-Qur’an.
Kesiapan jiwa setiap individu sangat menentukan bagaimana reaksinya terhadap penerimaan kebenaran
Al-Qur’an sebagai wahyu Illahi. Bermacam-macam uslub dalam Al-Qur’an ditujukan untuk memikat hati
mereka, agar mereka tertarik untuk menerima kebenaran wahyu. Di antara uslub yang dipergunakan
adalah amtsal dan qasam, untuk memperkuat kebenaran berita yang akan disampaikan kepada manusia.
Tidak sedikit peumpamaan dan sumpah yang dipergunakan Allah SWT dalam Al-Qur’an, agar manusia
menjadi terbuka hatinya, menerima suatu kebenaran.
Oleh karena itu, sangatlah penting bagi kita untuk mendalami materi Aqsam Al-Qur’an dalam materi
pembelajaran ini, kaitannya untuk menambah keyakinan kita tehadap kebenaran Al-Qur’an dan
khazanah keilmuan yang ada di dalamnya.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PEMBAHASAN
[2]BAB II
PEMBAHASAAN
A. AMSALUL QUR’AN
1. PENGERTIAN AMTSAL
Kata amtsal adalah jamak dari kata matsal. Matsal, mitsl, dan matsil sama dengan syabah, syibh dan
syabih (semakna). Matsal diartikan dengan keadaan, kisah dan sifat yang menarik perhatian,
menakjubkan. Orang yang pertama kali menyebut matsal ialah Al-Hakam ibn Yaghus yang membuat
suatu perumpamaan bagi orang yang biasanya tidak tepat lemparannya, yang sesekali tepat
lemparannya. Menurut keterangan ini harus ada sesuatu yang lebih dulu untuk diserupakan dengan yang
lain. Tetapi dalam Amtsal al-Quran tidak demikian.[1]
Menurut Drs. Rosihon anwar, M.A.g beliau berkata bahwasanya ilmu amtsal Al-Qur’an adalah ilmu yang
menerangkan perumpamaan Al-Qur’an, yakni menerangkan ayat-ayat perumpamaan yang dikemukakan
Al-Quran.
Amtsal adalah menonjolkan makna dalam bentuk perkataan yang menarik dan padat serta mempunyai
pengaruh mendalam terhadap jiwa, baik berupa tasybih atau pun perkataan bebas (lepas, bukan
tasybih).
Menurut Ibnul Qoyyim amtsal Al-Qur’an adalah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam
hal hukum dan mendekatkan sesuatu yang abstrak (ma’qul) dengan yang kongkrit (mahsus), atau
mendekatkan salah satu dari dua mahsus dengan yang lain dan menganggap salah satunya sebagai yang
lain. Sebagaian besar contoh amtsal Al-Qur’an menurut Ibnul Qoyyim menggunakan tasybih shorih
seperti firman Allah:
“Sesungguhnya matsal kedudukan dunia itu adalah seperti air (hujan) yang Kami
turunkan dari langit” (QS.Yunus:24)
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa amtsal Al-Qur’an adalah ilmu yang menerangkan tentang
majaz, perbandingan, penyerupaan sesuatu dengan yang lain dalam Al-Qur’an.
[3]ت تربشبإبیههاَ أربو قربوهل زمبررسهل صبوررةة رراَئإرعةة زمبوإجرزةة لررهاَ روقرزعرهاَ إفيِ اَبلننبف إ
س رسرواَءء ركاَنر ب إإببرراَزز اَبلرمبعرنىَ إفيِ ز
Yaitu menampakkan pengertian yang abstrak dalam bentuk yang indah dan singkat yang mengena dalam
jiwa baik dalam bentuk tasybih maupun majaz mursal (ungkapan bebas).
Definisi inilah yang relevan dengan yang terdapat dalam al-Qur’an, karena mencakup semua macam
amtsal al-Qur’an.
2. Macam-Macam Amtsal
1. Amsal Musarrahah
Amsal Musarrahah ialah Amsal yang didalammya dijelaskan dengan lafaz Masal atau sesuatu yang
menunjukkan tasybih. Amsal seperti ini banyak ditemukan dalam Al-Qur’an.
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi
sekelilingnya, Allah menghilangkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam
kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka ini bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan
yang benar). Atau seperti orang-orang yang ditimpa hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh
dan kilat. …. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu”
2. Amsal Kaminah
yaitu Amsal yang didalamnya tidak disebutkan dengan lafaz tamsil (pemisalan) tetapi ia menunjukkan
dengan makna yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri
bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya, untuk masal ini mereka mengajukan sejumlah contoh,
diantaranya suratAl-Baqarah: 68:
{68} ك رفاَبفرعزلواَ رماَتزبؤرمزرورن ك يزبريین لنرناَ رماَإهريِ رقاَرل إإننهز يرزقوزل إإننرهاَ برقرررةء لن رفاَإر زز
ضرولر بإبكءر رعرواَءن بربیرن رذلإ ر رقاَلزواَ اَبد ز
ع لررناَ رربن ر
“Sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan dari itu.“
3. Amsal Mursalah
Amsal Mursalah yaitu Kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafaz tasybih secara jelas. tetapi
kalimat-kalimat itu berlaku sebagai masal. Sebagai contoh dalam surat Al-Mudassir: 38:
Para ulama berbeda pendapat terhadap ayat-ayat Amsal Mursalah ini, apa atu bagai mana hukum
mempergunakan sebagai masal. Adapun menurut As-Suyuthi dan Zarkasyi, amtsalAl-Quran terbagi
dalam dua bagian saja, yaitu musharrahah dan kaminah.
Samih Atif Az-Zain mengemukakan bahwa amtsal Al-Qur’an memilki ciri-ciri spesifik yang menonjol,
yaitu:
1. Amtsal Al-Qur’an kadang-kadang bersifat haqiqi (menggambarkan fakta yang sebenarnya), dan
kadang-kadang bersifat fardhi (ilustratif). Contohnya:
Sementara amtsal yang fardhi biasanya diungkapkan dalam bentuk tasybih (penyerupaan). Contohnya:
.رمثرزل اَلنإذبيرن رحيمزلواَ اَلتنبورىةر ثزنم لربم يربحإمزلورهاَ ركرمثرإل اَلإحرماَإر يربحإمزل اَربسرفاَهراَ
2. Di antara ciri-ciri spesifik amtsal Al-Qur’an adalah qiyas tamtsili. Contohnya:
3. Amtsal Al-Qur’an memiliki dua ciri atau aspek, yaitu yang tersurat dan yang tersirat.
Matsal yang tersurat adalah matsal yang jelas eksplisit dengan kata matsal, contohnya:
Sedangkan matsal yang tersirat ialah yang tidak eksplisit dengan kata matsal. Contohnya:
4. Kehebatan lain dari amtsal Al-Qur’an adalah bahwa sebagian ayatnya telah “berlaku di masyarakat
sebagai peribahasa yang telah di kenal, seperti firman Alloh:
ص باَلرح م
ق باَلئررن رح ب.
صرح ر
5. Spesifikasi lainnya ialah amtsal Al-Qur’an bersifat muthlaqah, dengan pengertian bersifat menyeluruh
dan tidak hanya bersifat parsial atau sebagian. Contohnya:
Amtsal terdiri dari beberapa unsur, sebagaimana dalam tasybih yang meliputi tiga unsur berikut:
2.al-musyabbah bih (asal cerita atau tempat menyamakan); yaitu sesuatu yang dijadikan tempat
menyamakan
3.wajh al-syibh (segi atau arah persamaan), yaitu arah persamaan antara kedua hal yang disamakan
tersebut.
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang kami turunkan
dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya.........”
وجه اَلشبة: perumpamaan kehidupan dunia yang singkat diserupakan dengan waktu turunnya hujan yang
juga singkat.
Dalam kaidah balghah, matsal itu harus terdiri dari ketiga unsur itu. Begitu juga dengan amtsal Al-qur’an.
Tetapi, menurut hasil penelitian para penulis Al-qur’an, amtsal Al-qur’an, baik yang berbentuk isti’arah,
tasybih maupun majaz mursal, tidak selamanya harus ada musyabah bihnya sebagaimana yang berlaku
dalam amtsal menurut para ahli bahasa dan ilmu bayan. Sebagaimna amtsal Al-qur’an yang disebutkan
para pengarang ulumul Qur’an, ternyata mereka merangkum ayat-ayat Al-qur’an yang mempersamakan
keadaan sesuatu dengan sesuatu yang lain, baik yang berbentuk isti’arah, tasbih ataupun majaz mursal,
yang tidak ada kaitannya dengan dengan asal cerita[6].
Adapun alat penyerupaan yang terkandung dalam Al-qur’an, sebagaimana diterangkan oleh Moh. Chaziq
Charisma dalam bukunya tiga aspek kemukjizatan Al-qur’an, adalah menggunakan hal-hal berikut:
· menggunakan kaaf ()ك, seperti dalam surat al-Qooriah ayat 4-5. “ Pada hari itu manusia adalah
seperti anai-anai yang bertebaran (4), Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-
hamburkan”.
· menggunakan ka-anna () كاَن, seperti dalam surat al-Qomar ayat 7-8. “ Sambil menundukkan
pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan, (7),
Mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. orang-orang kafir berkata: "Ini adalah hari yang berat.
(8)"
· Menggunakan kalimat fi’il yang menggunakan makna tasybeh. Seperti dalam surat al-Insan ayat 19.
“Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. apabila kamu melihat mereka,
kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan.”
· Dengan membuang alat tasybeh dan wajah syibehnya. Seperti dalam surat an-Naba’ ayat 10.“Dan
kami jadikan malam sebagai pakaian”
· [4]Menonjolkan sesuatu yang hanya dapat dijangkau dengan akal menjadi bentuk kongkrit yang
dapat dirasakan atau difahami oleh indera manusia.
· Menyingkapkan hakikat dari mengemukakan sesuatu yang tidak nampak menjadi sesuatu yang
seakan-akan nampak.
· Mengumpulkan makna yang menarik dan indah dalam ungkapan yang padat, seperti dalam amtsal
kaminah dan amtsal mursalah dalam ayat- ayat di atas.
· Memotivasi orang untuk mengikuti atau mencontoh perbuatan baik seperti apa yang digambarkan
dalam amtsal.
Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat, lebih kuat dalam
memberikan peringatan dan lebih dapat memuaskan hati. Dalam Al-Qur’an Allah swt. banyak menyebut
amtsal untuk peringatan dan supaya dapat diambil ibrahnya.
Memberikan kesempatan kepada setiap budaya dan juga bagi nalar para cendekiawan untuk
menafsirkan dan mengaktualisasikan diri dalam wadah nilai-nilai universalnya.
Allah banyak menyebut amtsal dalam al-Quran untuk pengajaran dan peringatan. Allah swt. berfirman:
37:ُ اَلزمر.ولقد ضربناَ للنناَس فيِ هذاَ اَلقراَنإن من كنل رمثرةل لعنلهمیتذنكرون
“Dan sungguh telah Kami buat untuk manusia dalam al-Quran ini berbagai macam rupa matsal. Mudah-
mudahan mereka mengambil pelajaran dari padanya.” (QS. Az-Zumar [39]: 2727)
“Itulah matsal-matsal yang Kami buat untuk manusia dan tidaklah dapat dipahamkan matsal-matsal itu
melainkan oleh orang-orang yang berilmu.” (QS. Al-Ankabut [29]: 43)
B. [5]AQSAMUL QUR’AN
Secara etimologi aqsam adalah bentuk jamak dari qasam yang berarti al-hilf dan al-yamin, yakni sumpah.
Sighat (akar kata) asli qasam adalah fi’il atau kata kerja yaitu ”aqsama” atau ”ahlafa”, yang dita’addikan
(transitifkan) dengan ”ba” untuk sampai kepada muqsam bihi (sesuatu yang digunakan untuk
bersumpah). Kemudian barulah disebut muqsam ‘alaihi (sesuatu yang karena sumpah diucapkan), yang
dinamakan jawab qasam.[4] Sebagaimana firman Allah swt QS. An-Nahl, 16: 38:
Artinya: Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh: “Allah tidak
akan membangkitkan orang yang mati”. (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitkannya),
sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.[5]
Dalam buku Mabahis fi Ululmi al-Quran juga dikemukakan bahwa aqsam yang bentuk jamak dari qasam
ini juga berarti al-hilf dan al-yamin artinya sumpah. Sumpah dinamakan dengan yamin karena orang Arab
ketika sedang bersumpah memegang tangan kanan sahabatnya.[6] Dan kata yamin artinya kanan atau
lawan kiri, sumpah dinamai dengan kata ini karena jika orang-orang dahulu saling bersumpah satu sama
lain adalah sering memegang tangan kanan temannya. Dan juga karena dapat memelihara sesuatu,
seperti halnya tangan kanan memelihara.[7]
Lebih jauh, sebagian besar ayat Al-Quran yang memuat Qasam adalah ayat-ayat makkiyyah (diturunkan
selama periode Mekkah dalam kehidupan dakwah Nabi Suci Saw.), ini disebabkan kenyataan terdapatnya
aktivitas penentangan dari masyarakat Mekah terhadap orisinalitas dan kebenaran Islam. Maka adalah
kewajaran adanya jika Al-Quran memuat begitu banyak sumpah dalam dirinya, selain untuk menarik
perhatian linguistik masyarakat Arab, qasam juga dimaksudkan sebagai indikasi tantangan intelektual
bagi segala upaya penentangan terhadap kebenaran al-Qur’an.
Pengertian qasam secara terminologi adalah mengikat jiwa (hati) agar tidak melakukan atau melakukan
sesuatu, dengan suatu makna yang dipandang besar, baik secara hakiki maupun secara i’tiqadi, oleh
orang yang bersumpah itu.[8]
Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin menyatakan bahwa qasam (sumpah) adalah memperkuat maksud
dengan disertai menyebutkan sesuatu yang memiliki kedudukan lebih tinggi dengan mengfungsikan
huruf waw ( ) وatau alatnya yang lain seperti ba ( ) بdan ta ( ) ت.[9] Di samping itu qasam (sumpah)
menurut ulama nahwu ibnu al-Qayyim adalah kalimat yang karenanya ditegaskan suatu berita.[10]
Sebagaimana firman Allah swt dalam QS. Al-Munafiqun (63) ayat 1 :
Artinya : Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa
sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-
benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar
orang pendusta.[11]
Sebagai sumpah walaupun di dalamnya hanya berita, akan tetapi adanya penegasan terhadap berita
tersebut, maka dinamakanlah sumpah.[12]
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa aqsam al-Qur’an adalah sumpah-sumpah yang dinyatakan
oleh Allah dalam al-Qur’an, baik yang diperbuat atau tidak diperbuat terhadap sesuatu perbuatan yang
diperkuat dengan kata-kata sumpah sesuai dengan ketentuan syara’.
2. Unsur-unsur Aqsam al-Qur’an
1. أدواَت اَلقسم, yakni sesuatu atau alat yang digunakan dalam sighat sumpah yang berupa huruf اَلو اَو – اَلبء
– اَلتء, yang berfungsi sebagai huruf jar dan berarti “ demi”, maupun lafaz yang menunjukkan sumpah.
Dan karena qasam ini sering digunakan dalam percakapan, maka ia diringkas yakni fiil qasam dihilangkan
dan dicukupkan dengan huruf “” ب, contohnya firman Allah swt dalam QS. Al-Nur (24); 53:
Artinya : Dan mereka bersumpah dengan nama Allah sekuat-kuat sumpah, jika kamu suruh mereka
berperang, pastilah mereka akan pergi. Katakanlah: “Janganlah kamu bersumpah, (karena ketaatan yang
diminta ialah) ketaatan yang sudah dikenal. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.[13]
Dan diganti dengan “( ”)تpada lafz jalalah, seperti firman Allah swt dalam QS al-Anbiya’(21); 57:
Artinya : “Demi Allah sesungghunya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu.”[14]
Namun qasam dengan “terdiri atas” ini jarang dipergunakan, sedangkan yang banyak adalah” [15]ُ.” و
2. اَلمقسم بهatau penguat sumpah adalah sumpah yang harus diperkuat sesuatu yang diagungkan oleh yang
bersumpah.[16] Jika diamati secara mendalam dari sekian literatur umumnya menggambarkan bahwa
dalam al-Quran Allah bersumpah dengan menggunakan dua macam اَلمقسم به, yakni:
a. Allah bersumpah dengan zatnya yang kudus dan mempunyai sifat-sifat khusus, atau dengan ayat-
ayatnya memantapkan eksistensi dan sifat-sifatnya
Adapun Allah bersumpah dengan zat-Nya sendiri dalam al-Quran ini terdapat pada tujuh tempat, yaitu:
Dalam ketiga ayat pertama di atas, Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw agar bersumpah dengan
zatnya.
b. Allah bersumpah dengan sebagian makhluknya, untuk menunjukkan penciptaan-Nya, dan juga
merupakan isyarat kepada keutaman dan kemanfaatan makhluk tersebut, agar dijadikan pelajaran bagi
manusia.[17]
Dan diantara contoh pada bagian ini adalah dalam QS. Al-Lail (92): 1:
١﴿ رواَليتیإن رواَلنزبيزتوإن
Allah bersumpah dengan apa yang Dia kehendaki, namun bagi seorang hamba (makhluk) tidak boleh
bersumpah kecuali dengan nama Allah. Karena apabila bersumpah dengan selian Allah, maka dia
termasuk kepada golongan syirik.[20] Ini sesuai dengan hadis Rasulullah saw yang artinya:
“Ibnu Umar ra. Mendengar orang bersumpah : tidak, demi ka’bah, Ibnu Umar memperigatkannya:
jangan bersumpah dengan nama selain nama Allah, karena saya mendegar Rasulullah saw. Bersabda;
siapa yang bersumpah dengan nama selain Allah, maka telah kafir atau musyrik.” (At-Turmudzy).[21]
3. اَلمقسم علیهadalah suatu ucapan yang ingin supaya diterima/dipercaya orang yang mendengar lalu
diperkuat dengan sumpah tersebut. dan juga dikatakan مقسم علیهini adalah hal-hal yang karenanya patut
diadakan Qasam atau sumpah saperti urusan yang jauh dan tersembunyi apabila kita bermaksud
menetapkan adanya.[22]
Disamping itu karena tujuan qasam adalah untuk mengukuhkan dan mewujudkan, maka muqsam alaih
haruslah berupa hal-hal yang layak didatangkan qasam baginya, seperti yang gaib dan tersembunyi. Dan
jika qasam itu dimasukkan maka berfungsi untuk menetapkan eksistensinya[23], seperti dalam Q.S. al-
Qiyamah (75): 1-2.
Artinya : “Aku tidak bersumpah dengan hari kiamat dan aku tidak bersumpah dengan jiwa yang amat
menyesali dirinya.”[24]
Sumpah tersebut mencakup penetapan adanya balasan dari yang berhak mendapatkan balasan,
penekanan yang sungguh-sungguh kepada keburukan jiwa untuk mengetahui dan menyakininya.[25]
Dan perlu diketahui bahwa kadang-kadang jawab qasam disebutkan (ini yang biasa) dan terkadang juga
dihilangkan, seperti halnya jawab “( ”لوjika) sering dibuang, contoh dalam Q.S. At-Takatsur (102): 5
Artinya : “Jangan begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin.”[26]
contoh yang dibuang ini merupakan salah satu uslub yang paling baik, karena menunjukkan kebesaran
dan keagungan. Jadi dapat dipahami bahwa seandainya kamu mengetahui apa yang akan kamu hadapi
secara yakin, tentulah kamu akan melakukan kebaikan yang tak terlukiskan banyakanya.[27] Sedangkan
jawab qasam yang dibuang, seperti dalam Q.S. Al-Fajr (89): 1-5
﴾ هربل إفيِ رذلإ ر٤﴿ ﴾ رواَللنبیإل إإرذاَ يربسإر٣﴿ ﴾ رواَلنشبفإع رواَبلروبتإر٢﴿ ﴾ رولرریاَةل رعبشةر١﴿ رواَبلفربجإر
ك قررسءم يلذ إ
٥﴿ يِ إحبجةر
Artinya : “Demi Fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan yang ganjil, dan malam bila berlalu,
pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal”.[28]
Dan yang dimaksud dengan qasam (sumpah) disini adalah masa yang mengandung perbuatan atau amal-
amal seperti ini pantas untuk dikajikan oleh Allah sebagai muqsam bih, olehnya itu ia tidak memerlukan
jawaban lagi.
Ada juga yang menyatakan bahwa terkadang dibunag atau dihilangkan karena sudah ditujuhkan oleh
perkatan yang disebutkan sesudahnya. Seperti dalam Q.S. al-Qiyamah (75): 3
Artinya : “Apakah manusia mengira, bahwa kami tak akan mengumpulkan (kembali) tulang
belulangnya.”[29]
Jadi takdirnya di sini adalah sungguh kami akan membangkitkannya dan akan mengadilinya.[30]
1. Ditinjau dari segi tujuan seseorang melakukan sumpah, para ulama membagi sumpah kepada tiga
bagian, yaitu:[36]
a. Yamin al-Laghwi
Yamin al-Laghwi adalah suatu sumpah yang menggunakan nama Allah dalam sumpahnya, tetepi tidak
dimaksudkan atau diniatkan untuk bersumpah, seperti seseorang mengucapkan “Demi Allah, aku akan
benar-benar akan pergi hari ini”. Orang yang mengucapkan perkataan itu tidak bermaksud untuk
bersumpah, tetapi semata-mata agar orang yang mendengar ucapannya itu menjadi komitmen
kepadannya.
b. Yamin al-Mun’aqidah
Yamin al-Mun’aqidah adalah sumpah dengan menyebut nama Allah dalam sumpahnya dan diucapkan
dengan maksud untuk bersumpah, sesuai dengan ketentuan syara’, misalnya, ucapan seseorang “ Demi
Allah, Aku benar-benar akan menepati janji yang telah aku ikrarkan kepadamu”. Sumpah semacam ini,
dihukum sumpah bila diniatkan untuk bersumpah, dan jika ia melanggarnya, wajib membayar kaffarat.
c. Yamin al-Gumus
Yamin al-Gumus adalah sumpah palsu, sumpah ,yang berisi kedustaan, kepalsuan, untuk mengharamkan
yang halal dan meghalalkan yang haram, bukan sumpah untuk menegakkan kebenaran, keadilan, serta
menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram. Secara faktual, orang yang mengucapkan
sumpah itu adlah orang-orang yang tidak dapat dipercaya, suka mengambil hak orang lain, selalu
mengeksploitasi untuk dirinya sendiri atau golongan.
2. Pembagian sumpah, apabila ditinjau dari segi sifatnya, para ulama membaginya ke dalam dua hal:[37]
a. Sumpah yang bersifat konkrit (zahir), yaitu apabila lafal sumpah berasal dari ism zahir.
b. Sumpah yag bersifat abstrak, yaitu sumpah yang dipahami dari segi makna. Sumpah ini terbagi dua:
4. Pembagian sumpah, apabila dilihat dari segi fi’ilnya, qasam dalam al-Qur’an ada dua macam, yaitu
a. Qasam dhahir (nampak/jelas), yaitu qasam yang fi’il qasamnya disebutkanbersama dengan muqasam
bihnya. Seperti ayat berikut:
Artinya : “Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh: ‘Allah
tidak akan akan membangkitkan orang yang mati’.”
Dan diantaranya ada yang dihilangkan fi’il qasamnya, dan dicukupkan dengan huruf “ba’”, “wawu”, dan
“ta’”. Seperti:
رواَللنبیإل إإرذاَ رسرجىَ رواَل م
( ٢-١ : َ) اَلضحى. َضرحى
Artinya: “Demi waktu matahari sepenggalahan naik. Dan demi malam apabila telah sunyi (gelap).”
b. Qasam Mudhma.r (tersimpan/samar) yaitu qasam yang didalamnya tidak dijelaskan/disebutkan fi’il
qasam dan muqassam bihnya. Tetapi yang menunjukkan bahwa kalimat tersebut adalah qasam adalah
kata-kata setelahnya yang diberi lam taukid yang masuk kedalam jawab qasamnya. Seperti:
Qasam merupakan salah satu penguat perkataan yang masyhur untuk memantapkan dan memperkuat
kebenaran sesuatu di dalam jiwa. Dalam penurunan al-Qur’an ada yang meragukan, ada yang
mengingkari dan ada pula yang memusuhi. Karena itu dipakailah qasam dalam Kalamullah, guna
menghilangkan keraguan dan kesalahpahaman, membangun argumentasi, menguatkan khabar dan
menetapkan hukum dengan cara paling sempurna.
Menuruta al-Imam Abu Qasim al-Qusyairi, bahwa Allah menetapkan sumpah dalam al-Qur’an dengan
maksud untuk menyempurnakan sekaligus untuk memperkuat hujjah-Nya. Dengan demikian hukum
diparkuat dari dua hal, yaitu melalui saksi dan sumpah.[39
Menurut Subkhi saleh, surah-surah al-Qur’an yang dimulai dengan sumpah-sumpah Allah dengan alat
sumpah yang digunakannya, diantaranya: malaikat, matahari, bintang, dan sebagainya, pada hakekatnya
adalah di samping mengandung nilai sastra yang sangat tinggi, juga untuk menggugah para
pendengarnya, terutama yang kelihatan ragu, apalagi ingkar, agar ia mau kembali memperhatikan berita
yang datang sesudah kata sumpah itu.[40]
Di samping itu, Ada beberapa urgensi atau faedah atau hikmah lain dikemukakannya aqsam dalam Al-
Quran. Beberapa urgensi tersebut adalah:
1.Pertama memperkuat pembicaraan agar dipercaya oleh pendengarnya. Aqsam perlu karena pendengar
bisa bersikap salah satu dari tiga kemungkinan berikut, pertama, pendengar termasuk orang yang wajar-
wajar saja terhadap eksistensi berita, tidak ragu dan tidak mengingkarinya. Pendengar yang bersikap
seperti ini bisa diberikan kalam ibtidaiy (berita tanpa diberi taukid atau qasam).Contoh kalimat seperti ini
dapat dilihat dalam surah al-Baqarah ayat 2.
Kedua, pendengar bersikap ragu-ragu terhadap kebenaran berita, sehingga apa yang dikemukakan
kepadanya perlu diberikan sedikit penguat yang disebut kalam thalabiy (kalimat yang dikuatkan)
misalnya dengan qad sebagai mana terdapat dalam QS. al-Hadid ayat 8.
Ketiga, pendengar bersikap menentang dan membangkang terhadap berita yang didengarnya Dalam hal
ini kalimat beritanya harus menggunakan kalam inkariy (kalimat yang diperkuat dengan kadar
keingkarannya). Jika pembangkangan dan pengingkarannya relatif lemah, cukup diberi taukid satu kali
saja sebagaimana terdapat dalam QS. an-Nisa ayat 40. Namun jika intensitas penyangkalannya kuat,
maka perlu diberi dua taukid, dengan lam taukid dan qad seperti dalam QS. al-Maidah ayat 72. Tetapi
kalau intensitas penyangkalannya sangat kuat, maka perlu diberi beberapa taukid, seperti dalam firman
Allah swt. pada QS. al-Anbiya ayat 57. Dalam ayat ini, taukid-nya ada tiga, yaitu sumpah dengan ta’, lam
taukid dan nun taukid.[41]
2.Aqsam dalam Al-Quran bertujuan untuk menjelaskan tauhid dan kebenaran Al-Quran sebagai mukjizat
Nabi Muhammad saw. melalui apa-apa saja yang dikandung oleh Al-Quran..
3.Aqsam dalam Al-Quran merupakan sumber berbagai macam pengetahuan yang tidak sedikit bagi siapa
saja yang menelitinya. umpah-sumpah yang dinyatakan oleh Allah dalam al-Qur’an, baik yang diperbuat
atau tidak diperbuat terhadap sesuatu perbuatan yang diperkuat dengan kata-kata sumpah sesuai
dengan ketentuan syara’.
Bentuk asli dalam sumpah ialah bentuk sumpah yang terdiri dari tiga unsur, yaitu fi’il sumpah yang
dimuta’addikan dengan ba’, muqsam bih dan muqsam alaih seperti contoh-contoh di atas. Kemudian fi’il
yang dijadikan sumpah itu bisa lafal aqsamu, ahlifu, atau asyhidu yang semuanya berarti “saya
bersumpah”.
Kalimat yang digunakan orang untuk bersumpah itu memakai berbagai macam bentuk. Begitu juga
dalam al-Qur’an ada bentuk sumpah yang keluar dari bentuk asli sumpah.
Misalnya bentuk sumpah yang ditambah huruf La di depan fi’il qasamnya seperti Surat Al-Ma’arij : 40,
Surat Al-Waqi’ah : 75,Surat Al-Insyiqaq : 16,Surat Al-Haqqah : 38.
Kadang, bentuk qasam dalam Al Qur’an ditambah dengan kata-kata qul balaa. Tambahan kata qul balaa
itu adalah untuk melengkapi ungkapan kalimat yang sebelumnya. Bentuk ini adalah untuk menambah
atau menyanggah keterangan yang tidak benar. Misalnya bentuk sumpah yang ditambah dengan kata-
kata qul balaa ada dalam Q.S at Taghaabun : 7.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Amtsal Al-Qur’an adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam bentuk yang indah dan singkat
yang mengena dalam jiwa baik dalam bentuk tasybih maupun majaz mursal (ungkapan
bebas).Diumpamakan dengan nyata dan indah sehingga lebih mengena di hati.
Makna amtsal Al-Qur’an demikian luas, yang dapat memunculkan berbagai pemahaman yang tak
terbatas. Inilah yang menyebabkan amtsal Al-Qur’an menjadi kaidah dari berbagai prinsip kebenaran.
Seperti firman Alloh:
Macam-macam amtsal Al-Qur’an adalah amtsal yang jelas dengan menggunakan lafazh mitslu atau
sesamanya,berupa ungkapan bebas tanpa ada adat tasybih.
Faedah mempelajari amtsal Al-Qur’an yang terpenting adalah untuk melakukan amal ibadah dan
mencegahnya melakukan hal yang dibenci oleh agama serta menggambarkan hal abstrak agar
pemahamannya semakin mantap dalam hati manusia untuk kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Pengertian qasam menurut bahasa adalah sumpah.Sedang Qasam menurut istilah adalah mengaitkan
jiwa untuk tidak melakukan sesuatu perbuatan, atau untuk mengerjakannya, yang diperkuat dengan
sesuatu yang diagungkan bagi orang yang bersumpah, baik secara nyata atau secara keyakinan saja.
Unsur yang harus dipenuhi dalam qasam: Harus ada fi’il qasam, Harus terdapat muqsam bih dan Harus
ada muqsam ‘ alaih.
1. Qasam Dzahir, yaitu qasam yang fi’il qasamnya disebutkan bersama dengan muqsam bihnya.
2. Qasam Mudhmar (qasam tersimpan) yaitu qasam yang fi’il qasam dan muqsam bihnya tidak
disebutka
DAFTAR PUSTAKA
[8] Ibid.
http://www.fauzulmustaqim.com/2015/12/makalah-aqsamul-quran.html
http://pustakailmiah78.blogspot.co.id/2016/01/pustaka-ilmiah78-pengertian-amtsal-al.html
http://hefamandiri.blogspot.co.id/2017/10/macam-macam-amtsal-dan-contohnya_23.html
https://dedikayunk.wordpress.com/2014/11/19/amtsal-dalam-al-quran/
http://khaidirsyafruddin.blogspot.co.id/2013/02/amtsal_2608.html
https://www.tongkronganislami.net/aqsam-sumpah-dalam-al-quran/
[1]http://rahmadashariuinsuska.blogspot.co.id/2013/03/makalah-amtsal-dan-aqsam.html
[2]Arminkasim.blogspot.co.id/2016/03/ilmu-alquran-aqsam-al-quran-amtsal-al.html?m=1
[3]Arminkasim.blogspot.co.id/2016/03/ilmu-alquran-aqsam-al-quran-amtsal-al.html?m=1
[4]Arminkasim.blogspot.co.id/2016/03/ilmu-alquran-aqsam-al-quran-amtsal-al.html?m=1
[5]http://coretanbinderhijau.blogspot.co.id/2013/12/pengertian-aqsam-al-quran-dan-unsur.html
Email This
BlogThis!
Share to Twitter
Share to Facebook
0 comments:
Post a Comment
Monggo Komentarnya. . .
IKLAN
ADVERTISEMENT
POPULAR POSTS
Makalah Ringkasan dan Abstrak
Tugas Terstruktur Mata Kuliah Bahasa Indonesia Ringkasan dan Abstrak Dosen penga...
MAKALAH PANCASILA “PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA ” Makalah di ajukan untuk memenuhi tugas
Kelompok 10 Dosen Pembimbing : Drs.So...
LANDASAN YURIDIS PENDIDIKAN Makalah diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Landasan Pendidkan Prodi PGMI Dosen pengam...
CATEGORIES
Santri (46)
BLOG ARCHIVE
► 2015 (1)
► 2016 (12)
► 2017 (142)
▼ 2018 (121)
January (65)
February (4)
March (1)
August (1)
October (50)
@2014.Santri Bisa . Powered by Blogger.
CATEGORY 1
REPORT ABUSE
MY PROFILE
Misbahusurur
KISAH UMAR BIN KHHATAB INGIN MENGISHOS PEMUDA YANG JUJUR DAN AMANAH.
Suatu hari, Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Di sekelilingnya, para
sahabat sedang asyik mendiskusikan sesuat...
CONTACT FORM
Name
Email *
Message *
SEND
SUBSCRIBE
TAGS
Agama Islam
Cerita Mendidik
Kumpulan Makalah
Pelajaran Sekolah
Santri
TRANSLATE
RECENT POSTS
POSTS
FOLLOW ON FACEBOOK
MENU
Beranda
Santri
Agama Islam
Cerita Mendidik
Pelajaran Sekolah
Kumpulan Makalah
Home
BTEMPLATES.COM
BLOGROLL
POPULAR POSTS
Tugas Terstruktur Mata Kuliah Bahasa Indonesia Ringkasan dan Abstrak Dosen penga...
MAKALAH PANCASILA “PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA ” Makalah di ajukan untuk memenuhi tugas
Kelompok 10 Dosen Pembimbing : Drs.So...
LANDASAN YURIDIS PENDIDIKAN Makalah diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Landasan Pendidkan Prodi PGMI Dosen pengam...
MAKALAH PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA Makalah di ajukan untuk memenuhi tugas kelompok
matakuliah Pancasila Dosen Pengampu : Drs....
KUTIPAN DAN SISTEM RUJUKAN Makalah diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah bahasa
Indonesia Dosen pengampu : Drs. H. Man...
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPS sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar pada
hakikatnya merupakan suatu integ...
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia nya
kepada kami, sehingga kami dapat men...
MAKALAH OBSERVASI “ TARI TOPENG PANJI CIREBON ” Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata
Kuliah : Filsafat Umum Dosen Pengam...
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi dalam kamus besar bahasa indonesia
diartikan sebagai pelaksana...
ABOUT