Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an sejak pertama kali diturunkannya kepada Nabi Muhammad SAW


sampai sekarang ini mempunyai visi dan misi yang tetap. Hanya saja, semangat
al-Qu’ran itu bisa saja berbeda , ketika ditangkap oleh obyek yang berbeda pula,
sehingga pemahaman seseorang terhadap al-Qur’an pun dapat saja tepat atau
kurang tepat. Hal ini terjadi karena respon seseorang terhadap al-Qur’an pada
kurun waktu tertentu akan berbeda dengan respon seseorang yang hidup pada
kurun waktu lainnya.

Pemahaman seseorang terhadap suatu teks al-Qur’an sangat ditekankan pada faktor
eksternal yakni pada penguasaan terhadap ilmu-ilmu baru yang relevan yang terkait
dengan teks al-Qur’an yang dimaksud. Dr. Muhammad Husain al-Dzahabi dalam
Tafsir al-Mufassirun menjelaskan setidaknya ada lima belas ilmu-ilmu bantu yang
harus dikuasai oleh seseorang guna memahami teks al-Qur’an, salah satu di
antaranya adalah ilm nasikh dan mansukh.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari nasikh mansukh?


2. Bagaimana pendapat ulama mengenai nasikh dalam al-Qur’an?
3. Apa saja macam-macam nasikh dan mansukh?
4. Bagaimana manfaat dari mempelajari nasikh
dan mansukh?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian nasikh dan mansukh


2. Untuk mengetahui macam-macam nasikh dan mansukh
3. Untuk mengetahui manfaat dari mempelajari nasikh dan mansukh

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nasikh dan Mansukh

 Pengertian Nasikh
Nasikh secara istilah berarti menghilangkan, dan secara bahasa, nasikh berarti
pembatalan, penghapusan, pemindahan dari satu wadah ke wadah lain, dan
lainnya. Dengan demikian nasikh menghapus dan menggantikan hukum yang awal
turun sedangkan hukum yang pertama disebut sebagai mansukh (yang terhapus).
Sementara itu penghapusan hukum tersebut dinamakan nasikh. Jadi, ketentuan
yang datang kemudian menghapus ketentuan atau hukum yang datang sebelumnya.
Hal ini di karenakan yang terakhir di pandang lebih luas dan lebih sesuai. Akan
tetapi ketentuan tersebut juga harus melalui prosedur persyaratan dari naskh dan
mansukh.

 Pengertian Mansukh

Mansukh menurut bahasa, berarti sesuatu yang dihapus/ dihilangkan/ dipindah


ataupun disalin/ dinukilkan. Sedangkan menurut istilah para ulama, mansukh ialah
hukum syara’ yang diambil dari dalil syara’ yang pertama, yang belum diubah
dengan dibatalkan dan diganti dengan
hukum dari dalil syara’ baru yang datang kemudian. Tegasnya, dalam mansukh itu
adalah berupa ketentuan hukum syara’ pertama yang telah diubah dan diganti
dengan yang baru, karena adanya perubahan situasi dan kondisi yang menghendaki
perubahan dan penggantian hukum tadi.

B. Tujuan Nasikh dan Mansukh


Tujuan Nasikh dan Mansukh yaitu untuk membersihkan jiwa dan memelihara
keselamatan masyarakat serta meningkatkan dengan ikatan kerjasama dan
persaudaraan.

3
C. Syarat Nasikh

Sebagaiman telah dibahas diatas , harus memenuhi beberapa persyaratan. Syarat-


syarat tersebut ada yang disepakati dan ada yang tidak.

Syarat-syarat yang disepakati antara lain:


1. Yang dibatalkan adalah hukum syara’.
2. Pembatalan itu datangnya dari tuntutan syara’
3. Pembatalan hukum tidak disebabkan oleh berakhirnya waktu pemberlakuan
hukum, seperti perintah Allah tentang kewajiban berpuasa, tidak berarti
dinasakh setelah selesai melaksanakan puasa tersebut.
4. Tuntutan yang mengandung nasakh harus datang kemudian.

Adapun persyaratan yang diperselisihkan, antara lain:


1) Alasan yang dikemukakan oleh Mu’tazilah dan sebagian Hanafiyah yang
menyatakan bahwa hukum yang di nasikh itu pernah dilaksanakan, atau
syara’ telah memberi kesempatan untuk melaksanakan hukum tersebut,
yang menunjukkan bahwa hukum itu baik.

2) Golongan Mu’tazilah dan Maturidiyah berpendapat bahwa disyaratkan


hukum yang dinasakh itu haruslah ditujukan untuk sesuatu yang baik yang
diterima akal pembatalannya. Syarat tersebut tidak diterima Jumhur dengan
alasan bahwa baik dan buruknya suatu perbuatan itu ditentukan oleh syara’
bukan oleh akal.

3) Sebagian ahli ushul dari golongan Hanafiyah mensyaratkan bahwa apabila


akan menasikh terhadap nash al-qur’an atau hadis yang mutawatir, maka
nasikh itu harus sederajat, tidak boleh yang kualitasnya lebih rendah, seperti
menasikh hadis mutawatir dengan hadis ahad

4
D. Kontroversi tentang nasikh dan mansukh

Terdapat dua golongan ulama, baik dikalangan ulama mutaqaddimin


maupun mutakhirin, mengenai nasikh:

1. Golongan yang membenarkan adanya nasikh dan mansukh dalam Al-Qur’an.


Golongan ini dipelopori oleh Asy-Syafi’i, An Nahhas, As Suyuti, dan Asy
Syaukani. Mereka bersandar pada firman Allah:

“ayat mana saja yang Kami nasikhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa
kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding
dengannya. tidakkah kamu mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu?” (QS. Al-Baqarah:
106)

2. Golongan yang menolak adanya nasikh dan mansukh dalam Al-Qur’an.


Golongan yang menyatakan bahwa dalam Al-Qur’an tidak ada nasikh dan mansukh
dipelopori oleh Abu Muslim Ishfani, Al Fahrurrazi dan Muhammad Abduh.

E. Macam Macam Nasikh

1. Nasikh dan Mansukh dilihat Berdasarkan kejelasan dan cakupannya

-Nasikh Sharih

Nasikh Sharih yaitu ayat yang secara jelas menghapus hukum yang terdapat pada
ayat yang terdahulu. Misalnya ayat yang tentang perang (qital) pada ayat : 65 surah
Al – Anfal yang mengharuskan satu orang muslim melawan satu orang kafir; “Hai
Nabi, kobarkanlah semangat orang mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh
orang yang sabar diantar kamu, pasti mereka akan dapat mengalahkan dua ratus
orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) diantara kamu, mereka dapat

5
mengalahkan seribu kafir, sebab orang – orang kafir adalah kaum yang tidak
mengerti.” Q.S Al- Anfal: 65.
Ayat ini menurut Jumhur ulama di nasikh oleh ayat yang mengharuskan satu orang
mukmin melawan dua orang kafir pada ayat 66 dalam surah yang sama. Artinya:“
sekarang Allah telah meringankan kamu dan mengetahui pula bahwa kamu
memiliki kelemahan, maka jika diantara kamu seratus orang yang sabar, niscaya
mereka dapat mengalahkan dua ratus orang kafir, dan jika diantara kamu terdapat
seribu orang (yang sabar), mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang orang
kafir.” Q.S Al-Anfal:66.

-Nasikh Dhimmy

Nasikh Dhimmy yaitu jika terdapat dua naskh yang saling bertentangan dan tidak
dikompromikan, dan keduanya turun untuk sebuah masalah yang sama, serta kedua
duanya diketahui waktu turunnya ayat yang datang kemudian menghapus ayat yang
terdahulu. Contohnya, ketetapan Allah yang mewajibkan bagi orang – orang yang
akan mati yang terdapat dalam surah Al – Baqarah: 180, Artinya:“diwajibkan atas
kamu, apabila diantara seseorang di antara kamu kedatangan (tanda – tanda) maut,
jika dia meninggalkan harta yang banyak, untuk berwasiat bagi ibu, bapak serta
kerabat kerabatnya secara ma’ruf.” Ayat ini menurut pendukung teori nasikh oleh
hadits Ia washiyyah Ii waris ( tidak ada wasiat bagi ahli waris).

-Nasikh Kully

Naskh Kully, yaitu menghapus hukum yang sebelumnya secara keseluruhan.


Contohnya, ketentuan ‘iddah empat bulan sepuluh hari pada surat Al-Baqarah ayat
234 di naskh oleh ketentuan ‘iddah satu tahun pada ayat 240 dalam surat yang sama.

-Nasikh juz’iy

6
Naskh juz’iy, yaitu menghapus hukum umum yang berlaku bagi semua individu
dengan hukum yang hanya berlaku bagi sebagian individu, atau menghapus hukum
yang bersifat mutlaq dan muqayyad. Contohnya, hukum dera 80 kali bagi orang
yang menuduh seorang wanita tanpa adanya saksi pada surat An-Nur ayat 4,
dihapus oleh ketentuan li’an, yaitu bersumpah empat kali dengan nama Allah, jika
si penuduh suami yang tertuduh, pada ayat 6 dalam surat yang sama.

F. Urgensi dan Hikmah Nasikh Mansukh

1. Nasikh dan mansukh memberikan gambaran mengenai perkembangan


tasyri’ menuju kesempurnaan sesuai dengan perkembangan dakwah dan
perkembangan kondisi umat Islam.[18]
2. Memelihara kepentingan hamba
3. Cobaan dan ujian bagi orang mukallaf untuk mengikutinya atau tidak
4. Menghendaki kebaikan dan kemudahan bagi umat.

G. Pedoman Mengetahui Nasikh Dan Mansukh.


Pedoman mengetahui Nasikh dan Mansukh yaitu:
1. Keterangan dari Nabi dan Sahabat.
2. Ijma’ umat bahwa ayat ini nasikh dan yang itu mansukh.
3. Mengetahui mana yang terlebih dahulu dan mana yang belakangan
berdasarkan sejarah.

H. Hikmah Nasikh yaitu:


 Memelihara kemashlahatan hamba.
 Perkembangan tasyri’ menuju tingkat sempurna sesuai dengan
perkembangan dakwah dan perkembangan kondisi umat manusia
 Cobaan dan ujian bagi seorang mukallaf apakah mengikutinya atau tidak.
 Menghendaki kebaikan dan kemudahan bagi umat.

BAB III

7
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengertian ilmu Nasikh mansukh adalah :

Ilmu yang membahas hadits-hadits yang saling berlawanan maknanya, yang tidak
mungkin dapat dikompromikan dari segi hukum, dengan cara menentukan salah
satu hadits sebagai nasikh (penghapus) dan hadits yang lain sebagai mansukh (yang
dihapus), hadits yang mendahului adalah sebagai mansukh dan hadits yang terakhir
adalah sebagai nasikh.

Urgensi ilmu nasikh dan mansukh mempunyai fungsi dan peranan yang besar bagi
para ahli ilmu agar pengetahuan tentang suatu hukum tidak kacau dan kabur.
Karena itulah kita temukan perhatian mereka kepada hadis sangat besar, Imam
Syafi’I, imam Hambali dan para imam yang lain begitu menganggap penting ilmu
ini, karena dia termasuk ilmu yang dengannya pemahaman hadis akan menjadi
benar dan tidak sempit.

Karena urgensinya ilmu ini, maka sahabat, tabi’in dan ulama sesudah mereka
memberikan perhatian yang sangat serius terhadapnya, imam imam juga
menjelaskan hal ini kepada murid murid mereka, menganjurkan mempelajarinya,
menekuninya, menemukan hal-hal pelik berkenaan dengannya, mensistematiskan
dan menyusun karya dalam bidang ini cara mengetahui nasikh dan mansukh ada
empat, yakni penjelasan dari nabi, keterangan sahabat, fakta sejarah dan yang ke-
empat adalah ijma’ umat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abu Sulaiman bin al Ash’ath al Sijistani,Sunan Abi Dawud, (Beirut: al Maktabah


al Ashriyah, t.th).

Ahmad bin Shu’aib bin Ali, Abu Abdirrahman , Sunan Nasa’i, (Riyadh: Maktabah
al Maarif, t,th). Hajjaj (al), Muslim, Shahih Muslim, (Riyadh: Dar al Mughni, 1998

Anda mungkin juga menyukai