PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman seseorang terhadap suatu teks al-Qur’an sangat ditekankan pada faktor
eksternal yakni pada penguasaan terhadap ilmu-ilmu baru yang relevan yang terkait
dengan teks al-Qur’an yang dimaksud. Dr. Muhammad Husain al-Dzahabi dalam
Tafsir al-Mufassirun menjelaskan setidaknya ada lima belas ilmu-ilmu bantu yang
harus dikuasai oleh seseorang guna memahami teks al-Qur’an, salah satu di
antaranya adalah ilm nasikh dan mansukh.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Nasikh
Nasikh secara istilah berarti menghilangkan, dan secara bahasa, nasikh berarti
pembatalan, penghapusan, pemindahan dari satu wadah ke wadah lain, dan
lainnya. Dengan demikian nasikh menghapus dan menggantikan hukum yang awal
turun sedangkan hukum yang pertama disebut sebagai mansukh (yang terhapus).
Sementara itu penghapusan hukum tersebut dinamakan nasikh. Jadi, ketentuan
yang datang kemudian menghapus ketentuan atau hukum yang datang sebelumnya.
Hal ini di karenakan yang terakhir di pandang lebih luas dan lebih sesuai. Akan
tetapi ketentuan tersebut juga harus melalui prosedur persyaratan dari naskh dan
mansukh.
Pengertian Mansukh
3
C. Syarat Nasikh
4
D. Kontroversi tentang nasikh dan mansukh
“ayat mana saja yang Kami nasikhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa
kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding
dengannya. tidakkah kamu mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu?” (QS. Al-Baqarah:
106)
-Nasikh Sharih
Nasikh Sharih yaitu ayat yang secara jelas menghapus hukum yang terdapat pada
ayat yang terdahulu. Misalnya ayat yang tentang perang (qital) pada ayat : 65 surah
Al – Anfal yang mengharuskan satu orang muslim melawan satu orang kafir; “Hai
Nabi, kobarkanlah semangat orang mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh
orang yang sabar diantar kamu, pasti mereka akan dapat mengalahkan dua ratus
orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) diantara kamu, mereka dapat
5
mengalahkan seribu kafir, sebab orang – orang kafir adalah kaum yang tidak
mengerti.” Q.S Al- Anfal: 65.
Ayat ini menurut Jumhur ulama di nasikh oleh ayat yang mengharuskan satu orang
mukmin melawan dua orang kafir pada ayat 66 dalam surah yang sama. Artinya:“
sekarang Allah telah meringankan kamu dan mengetahui pula bahwa kamu
memiliki kelemahan, maka jika diantara kamu seratus orang yang sabar, niscaya
mereka dapat mengalahkan dua ratus orang kafir, dan jika diantara kamu terdapat
seribu orang (yang sabar), mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang orang
kafir.” Q.S Al-Anfal:66.
-Nasikh Dhimmy
Nasikh Dhimmy yaitu jika terdapat dua naskh yang saling bertentangan dan tidak
dikompromikan, dan keduanya turun untuk sebuah masalah yang sama, serta kedua
duanya diketahui waktu turunnya ayat yang datang kemudian menghapus ayat yang
terdahulu. Contohnya, ketetapan Allah yang mewajibkan bagi orang – orang yang
akan mati yang terdapat dalam surah Al – Baqarah: 180, Artinya:“diwajibkan atas
kamu, apabila diantara seseorang di antara kamu kedatangan (tanda – tanda) maut,
jika dia meninggalkan harta yang banyak, untuk berwasiat bagi ibu, bapak serta
kerabat kerabatnya secara ma’ruf.” Ayat ini menurut pendukung teori nasikh oleh
hadits Ia washiyyah Ii waris ( tidak ada wasiat bagi ahli waris).
-Nasikh Kully
-Nasikh juz’iy
6
Naskh juz’iy, yaitu menghapus hukum umum yang berlaku bagi semua individu
dengan hukum yang hanya berlaku bagi sebagian individu, atau menghapus hukum
yang bersifat mutlaq dan muqayyad. Contohnya, hukum dera 80 kali bagi orang
yang menuduh seorang wanita tanpa adanya saksi pada surat An-Nur ayat 4,
dihapus oleh ketentuan li’an, yaitu bersumpah empat kali dengan nama Allah, jika
si penuduh suami yang tertuduh, pada ayat 6 dalam surat yang sama.
BAB III
7
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengertian ilmu Nasikh mansukh adalah :
Ilmu yang membahas hadits-hadits yang saling berlawanan maknanya, yang tidak
mungkin dapat dikompromikan dari segi hukum, dengan cara menentukan salah
satu hadits sebagai nasikh (penghapus) dan hadits yang lain sebagai mansukh (yang
dihapus), hadits yang mendahului adalah sebagai mansukh dan hadits yang terakhir
adalah sebagai nasikh.
Urgensi ilmu nasikh dan mansukh mempunyai fungsi dan peranan yang besar bagi
para ahli ilmu agar pengetahuan tentang suatu hukum tidak kacau dan kabur.
Karena itulah kita temukan perhatian mereka kepada hadis sangat besar, Imam
Syafi’I, imam Hambali dan para imam yang lain begitu menganggap penting ilmu
ini, karena dia termasuk ilmu yang dengannya pemahaman hadis akan menjadi
benar dan tidak sempit.
Karena urgensinya ilmu ini, maka sahabat, tabi’in dan ulama sesudah mereka
memberikan perhatian yang sangat serius terhadapnya, imam imam juga
menjelaskan hal ini kepada murid murid mereka, menganjurkan mempelajarinya,
menekuninya, menemukan hal-hal pelik berkenaan dengannya, mensistematiskan
dan menyusun karya dalam bidang ini cara mengetahui nasikh dan mansukh ada
empat, yakni penjelasan dari nabi, keterangan sahabat, fakta sejarah dan yang ke-
empat adalah ijma’ umat.
8
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad bin Shu’aib bin Ali, Abu Abdirrahman , Sunan Nasa’i, (Riyadh: Maktabah
al Maarif, t,th). Hajjaj (al), Muslim, Shahih Muslim, (Riyadh: Dar al Mughni, 1998