Anda di halaman 1dari 10

MUNASABAH AL-QUR’AN

MAKALAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi matakuliah

Studi Al-Qur’an

Dosen Pengampun

Yuliana Desi Rahmawati S.Th.I, M.Ag

Disusun oleh:

Nurul Fuad (933516319)

Ani Rahmawati (933516419)

M. Shofful Ababil (933516219)

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) KEDIRI

2019
BAB I
PENDALUHUAN

A. Latar belakang

Al-Qur’ân adalah kitab pedoman umat islam yang berisi petunjuk dan tuntunan untuk
mengatur kehidupan di dunia maupun di akhirat. Sebagai pedoman tentunya al-Qur’ân harus
dipahami terlebih dahulu, baru kemudian diamalkan. Upaya pemahaman al-Qur’ân tersebut
dapat dilakukan berbagai cara, Salah satunya dalam ilmu munasabah. Istilah tersebut
mungkin terdengar asing untuk kalangan awam, ataupun akademisi yang tidak berkecimpung
di dunia ulum al-Qur’an. Hal ini tentulah sangat disayangkan mengingat betapa besarnya
peran munasabah dalam penafsiran al-Qur’an.
Selama ini, kebanyakan orang lebih mengenal asbab an-Nuzul daripada munasabah.
Padahal, dengan mengetahui sebab-sebab turunnya saja, para mufassir (ahli tafsir) masih
mendapat kesulitan dalam menemukan tafsiran yang tepat mengenai suatu ayat atau surat
dalam al-Qur’an. Dengan mengetahui munasabah dalam al-Qur’an, seseorang akan lebih
mudah mengetahui maksud dari suatu ayat ataupun surat dalam al-Qur’an.
Dalam hal ini kami akan menjelaskan munasabah lebih rinci dalam makalah sederhana
ini dengan berpatokan pada beberapa pembahasan yang sesuai dengan Rumusan Masalah
dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud Munasabah al-Qur’an?
2. Bagaimana pendapat ulama’ tentang Munasabah al-Qur’an?
3. Apa saja macam-macam Munasabah al-Qur’an?
4. Bagaimana bentuk-bentuk Munasabah al-Qur’an?
5. Apa Urgensi mempelajari Munasabah al-Qur’an?
C. Tujuan makalah
1. Untuk mengetahui pengertian Munasabah al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui pendapat ulama’ tentang musabah al-Qur’an
3. Untuk mengetahui macam-macam Munasabah al-Qur’an.
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk Munasabah al-Qur’an.
5. Untuk mengetahui manfaat pembelajaran Munasabah al-Qur’an

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Munasabah

Munasabah adalah ilmu yang menerangkan kolerasi atau hubungan antara suatu ayat
dengan ayat yang lain, adanya hubungan tersebut maka dapat diperhatikan lebih jelas
bahwa ayat-ayat yang terputus-putus tanpa adanya kata penghubung mempunyai
munasabah atau persesuaian antara yang satu dengan yang lain. Lebih lanjut bahwa
keguanaan munasabah adalah “menjadikan bagian-bagian kalam saling berkait sehingga
penyusunannya menjadi seperti bangunan yang kokoh yang bagianbagiannya tersusun
harmonis.
Dengan demikian, secara bahasa munasabah dapat dipahami sebagai sebuah
kesesuaian antara satu hal dengan hal yang lain. Dengan kata lain, munasabah ada di
antara dua hal, baik berupa benda yang berwujud maupun hal yang abstrak seperti sifat,
karakteristik, pesan, maksud dan lain-lain. Adapun munâsabah dalam teori Studi Ilmu-
Ilmu Al Qur’an dipahami sebagai segi-segi hubungan antara satu kalimat dengan kalimat
yang lain dalam satu ayat; antara satu ayat dengan ayat yang lain dalam banyak ayat; atau
antara satu surat dengan surat yang lain. Pemahaman tentang munâsabah ini dimaksudkan
untuk memahami keserasian antar makna, mukjizat Al Qur’an secara retorik, kejelasan
keterangannya, keteraturan susunan kalimatnya dan keindahan gaya bahasanya. Imam az-
Zarkasyi sendiri memaknai munâsabah sebagai ilmu yang mengaitkan pada bagian-
bagian permulaan ayat dan akhirnya, mengaitkan lafadz umum dan lafadz khusus, atau
hubungan antar ayat yang terkait dengan sebab akibat, ‘illat dan ma’lul, kemiripan ayat,
pertentangan (ta’arudh) dan sebagainya1

1
Al-Imam Badr ad-Dîn Muhammad ibn ‘Abdillâh Al-Zarkasyi, Al-Burhân fî ‘Ulûm al-Qur’ân
Jilid I (Dâr al-Fikr, Bairût :1988), hal. 35
Adapun beberapa pendapat ulama’ secara terminologi tentang munasabah al
Qur’an yaitu sebagai berikut:
a. Menurut imam az-Zarkasyi
Imam az-Zarkasyi sendiri memaknai munâsabah sebagai ilmu yang mengaitkan pada
bagian-bagian permulaan ayat dan akhirnya, mengaitkan lafadz umum dan lafadz khusus,
atau hubungan antar ayat yang terkait dengan sebab akibat, ‘illat dan ma’lul, kemiripan
ayat, pertentangan (ta’arudh) dan sebagainya.
b. Menurut al-biqa’i
Al-Biqa’i menjelaskan munasabah ialah suatu ilmu untuk mengetahui alasan-
alasan sistematis perurutan bagian bagian al-Qur’an. Dengan kata lain, yaitu ilmu
yang membicarakan hubungan suatu ayat dengan ayat lain, atau suatu surah dengan
surah lain.
c. Menurut Ibn al-‘Arabi
Munasabah ialah hubungan antara bagian ayat ayat al-Qur’an sehingga
menjadi suatu kata yang bermakana dan terstruktur2. Hubungan itu dapat berupa
hubungan khusus,hubungan logis seperti hubungan sebab akibat, dan hubungan
dua hal yang sebandimg atau berlawanan.

B. Macam-macam Munasabah Al-Qur’an

Jika di tinjau dari segi sifat munasabah atau keadaan persesuaian dan persambungannya,
maka munasabah itu ada dua macam sebagai berikut:

1. Persesuaian yang nyata ( zahir al-Irtibat )

Yaitu yang persambungan atau persesuaian antara bagian al-Qur’an yang satu dengan
yang lain tampak jelas dan kuat, karena kaitan kalimat yang satu dengan yang lain erat
sekali, sehingga yang satu tidak bisa menjadi kalimat yang sempurna, jika di pisahkan
dengan kalimat yang lain. Maka deretan beberapa ayat yang menerangkan sesuatu materi itu
kadang-kadang ayat yang satu berupa penguat, penafsir, penyambung, penjelas,
pengecualian atau pembatasan dari ayat yang lain, sehingga semua ayat-ayat tersebut tampak
sebagai satu kesatuan yang sama.

2
Amroeni Drajat, Ulumul Qur’an (Depok: Kencana, 2007) hlm. 57
2. Persambungan yang tidak jelas ( khaafiyyu al-Irtibath )

Samarnya persesuaian antara bagian al-Qur’an dengan yang lain, sehingga tidak tampak
adanya pertalian untuk keduanya, bahkan seolah-olah masing-masing ayat/surah itu berdiri
sendiri-sendiri, baik karena ayat yang satu itu diathafkan kepada yang lain, atau karena yang
satu bertentangan dengan yang lain. Contoh: seperti hubungan antara ayat 189 surah al-
Baqarah dengat ayat 190 surah al-Baqarah.3

C. Bentuk-Bentuk Munasabah Al-Qur’an

Jika ditinjau dari segi materinya dalam al-Qur’an sekurang-kurangngya terdapat tujuh
macam munasabah, yaitu:

1. Munasabah antara surat dengan surat sebelumnya


Satu surah berfungsi menjelaskan surah sebelumnya, 4
contoh, di dalam Q.S. Al-Fatihah ayat 6 :
َ ‫الص َرا‬
‫ط ال ُمست َ ِقيم‬ ِ ‫اه ِدنَا‬
“tunjukilah kami kejalan yang lurus”
Lalu dijelsakan di dalam ayat 2 surah al-Baqarah, bahwa jalan yang lurus itu ialah
mengikuti petunjuk al-Qur’an. Sebagaimana di sebutkan:
َ‫ْب ۛ ِفي ِه ۛ ُهدًى ِل ْل ُمتَّقِين‬ ُ ‫َٰذَلِكَ ْال ِكت‬
َ ‫َاب ََل َري‬
"Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa"
2. Munasabah antara nama surat dengan isi atau tujuan surah
Nama-nama surah biasanya diambil dari suatu masalah pokok di dalam satu
surah,misalnya Q.S.an-Nisa’ (perempuan) karena di dalamnya banyak menceritakan tentang
persoalan perempuan.

3. Hubungan antara fawatih as-suwar (ayat pertama yang terdiri dari beberapa
huruf) dengan isi surah
Hubungan fawatih as-suwar dengan isi surahnya bisa dilacak dari jumlah huruf-huruf
yang dijadikan sebagai fawatih as-suwar. Misalnya jumlah huruf alif, lam, dan mim pada
surah-surah yang dimulai dengan alif-lam-mim semuanya dapat dibagi 19 (Sembilan belas).5

3
Abdul jalal , ‘ulum al-Qur’an. 155-157
4
M.Qurash Shihab, Sejarah dan ‘Ulum al-Qur’an, (Jakata Pustaka Firdaus, 1999), 75
5
M. Qurash Shihab, Kemukjizatan Al Qur’an., 15
4. Hubungan antara ayat pertama dengan ayat terakhir dalam satu surah
Misalnya Q.S Al-Mu’minun: )1( ‫قَ ْد أ َ ْفلَ َح ا ْل ُمؤْ ِمنُون‬

“sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman”


kemudian di bagian akhir surat ayat 117 ditemukan kalimat;
)117( ‫ع َم َع هللاِ إِ ٰلها آ َخ َربُ ْرهانَ لَهُ ِب ِه فَ ِإنَّما ِحسابُهُ ِع ْن َد َر ِب ِه إِنَّهُ ال يُف ِل ُح ا ْلكافِ ُرون‬
ُ ‫َو َم ْن يَ ْد‬

“Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada
suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi
Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak beruntung”
Pada ayat 1 sudah dijelaskan bahwa hanya orang-orang beriman yang beruntung, lalu
dijelaskan lagi pada akhir surah ayat 117 bahwa orang-orang kafir tidak beruntung.
Itulah yang dimaksud dari hubungan antar ayat pertama dan terakhir dalam satu surah.

5. Hubungan Ayat dengan Ayat Berikutnya


Munasabah antar ayat ini dijumpai dalam contoh pada QS. al-Baqarah : 45-46
terdapat kata “al-khasyi’in” yang kemudian di jelaskan pada ayat berikutnya yang
memberi informasi tentang maksud dari kata “al-khasyi’in” tersebut:

}45{ َ‫علَى ْٱل َٰ َخ ِشعِين‬


َ ‫يرة ٌ ِإ ََّل‬
َ ِ‫صلَ َٰو ِة ۚ َو ِإنَّ َها لَ َكب‬
َّ ‫صب ِْر َوٱل‬ ۟ ُ‫َوٱ ْست َ ِعين‬
َّ ‫وا ِبٱل‬

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.”

۟ ُ‫ظنُّونَ أَنَّ ُهم ُّم َٰلَق‬


}46{ َ‫وا َربِ ِه ْم َوأَنَّ ُه ْم إِلَ ْي ِه َٰ َر ِجعُون‬ ُ َ‫ٱلَّذِينَ ي‬
“Orangorang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa
mereka akan kembali kepada-Nya.”
6. Hubungan Penutup Satu Surat dengan Mukaddimah Surat Berikutnya.

Misalnya permulaan surat Al-Hadid : 1dengan penutupan surat Al-Waqi’ah : 96


memiliki relevansi yang jelas, yakni keserasian dan hubungan dengan tasbih

‫س ِبحْ ِبٱس ِْم َر ِبكَ ْٱل َع ِظ ِيم‬


َ َ‫ف‬

“Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha besar.”

Lalu dengan ayat berikutnya,

‫يز ْٱل َح ِكي ُم‬


ُ ‫ض ۖ َو ُه َو ْٱلعَ ِز‬
ِ ‫ت َو ْٱْل َ ْر‬
ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬
َّ ‫سبَّ َح ِ َّّلِلِ َما فِى ٱل‬
َ
“Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah
(menyatakan kebesaran Allah). dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ”
(QS. al-Hadid :1)

Pada akhir ayat QS. Al- Waqi’ah hanya perintah untuk bertasbih dan tidak dijelaskan
siapa yang diperintah, lalu pada awal ayat surah al-Hadid dijelaskan bahwa perintah
untuk bertasbih yaitu kepada semua makhluk yang ada dilangit maupun di bumi.

7. Hubungan antara kalimat dengan kalimat lain dalam satu ayat

Munasabah pada bagian ini, Imam al-Sayuthi menyebut empat bentuk yaitu al-Tamkin
(mengukuhkan isi ayat), al-Tashdir (memberikan sandaran isi ayat pada sumbernya), al-
Tawsyih (mempertajam relevansi makna) dan al-Ighal (tambahan penjelasan). Sebagai
contoh:

‫ فتبارك هللا احسن الخالقين‬mengukuhkan ‫ ثم خلقنا النطفة علقة‬bahkan mengukuhkan hubungan


dengan dua ayat sebelumnya (al-mukminun: 14-12)

.
D. URGENSI DAN MANFAAT MEMPELAJARI MUNASABAH

Mengenai hubungan antara suatu ayat / surat dengan ayat / surat lain (sebelum /
sesudahnya), tidaklah kalah pentingnya dengan mengetahui sebab nuzulul ayat. Sebab
mengetahui adanya hubungan antara ayat-ayat dan surat itu dapat pula membantu kita
memahami dengan tepat ayat-ayat dan surat-surat yang bersangkutan.

Ilmu ini dapat berpesan mengganti Ilmu Asbabun Nuzul, apabila kita tidak dapat
mengetahui sebab turunnya suatu ayat, tetapi kita bisa mengetahui adanya relevansi ayat itu
dengan ayat lainnya.Sehingga di kalangan ulama timbul masalah mana yang didahulukan
antara mengetahui sebab turunnya ayat dengan mengetahui hubungan antara ayat itu dengan
ayat lain.

Ada beberapa pendapat di kalangan ulama tentang Ada yang berpendapat, bahwa setiap /
surat selalu ada relevansinya dengan ayat / surat lain. Adapula yang berpendapat, bahwa itu
tidak selalu ada hanya memang sebagian besar ayat-ayat dan surat-surat ada hubungannya
satu sama lain. Di samping itu, ada yang berpendapat, bahwa mudah mencari hubungan
antara suatu ayat dengan ayat lain, tetapi sukar sekali mencari hubungan antara suatu surat
dengan surat lain.

Di antara manfaat mempelajari ilmu munasabah ialah Dapat mengembangkan anggapan


orang yang menganggap bahwa tema-tema al Qur’an tidak mempunyai hubungan antara satu
bagian dengan bagian yang lainnya. Mengetahui hubungan antara bagian al-Qur’an, baik
antara kalimat-kalimat atau ayat-ayat maupun surat-suratnya yang satu dengan yang lain,
sehingga lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab al-Qur’an dan
memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan kemukjizatannya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sesuai pendapat dari beberapa ulama’ dapat disimpulkan dalam garis besar
munasabah dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan sutau ayat
dengan ayat lain, atau surah dengan surah yang lain. Tetapi terkadang seorang mufasir
dapat menemukan hubungan antara ayat ayat dan terkadang tidak menemukan
hubungan keserasian itu
Dalam kajian tentang munasabah berkaitan erat dengan kajian ayat dan surah
dalam al-Qur’an. Ilmu ini merupakan produk dari beberapa ulama tafsir. Mereka
mencari ayat-ayat yang benar-benar ada keterkaitan dengan ayat lain, tidak
memaksakan keberadaanya.Seperti pendapat az-Zarkasyi tentang manfaat munasabah
ialah menjadikan sebagian pembicaraan berkaitan dengan sebagian lainnya sehingga
hubungannya semakin kuat.
DAFTAR PUSAKA

Shihab, Quraish, dkk. 1999. Sejarah dan Ulum Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus

Al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Litera AntarNusa. Bogor. 2012.

Drajat, Amroeni. 2017. Ulumul Qur’an Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Depok: Kencana

Djalal, Abdul. 2000. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu

Al-Imam Badr ad-Dîn Muhammad ibn ‘Abdillâh Al-Zarkasyi, Al-Burhân fî ‘Ulûm al-
Qur’ân Jilid I (Dâr al-Fikr, Bairût :1988), hal. 35

Anda mungkin juga menyukai