Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diantara sifat rahman dan rahim Allah SWT., adalah Dia telah mengutus
seorang rasul dengan membawa al-kitab dari Allah, dan menyampaikan
berita gembira, memberikan peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia
untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus.
Sebagai penyempurna risalah para rasul, Allah mengutus nabi
Muhammad SAW., dengan kitab yang diturunkan kepadanya yaitu al-Qur’an
al-Karim. Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW.,
selain itu ia juga menjadi rujukan dan sumber hukum utama dalam
kehidupan. Cakupan pembahasannya sangat lengkap dan menyeluruh dengan
susunan kata dan tata bahasa yang indah.
Para ulama berbeda pendapat tentang pemaknaan kata al-Qur’an, namun
menurut Subhi as-Sāleh sebagaimana dikutip oleh Ahmad Zuhdi, bahwa
pendapat yang paling kuat adalah menurut al-lihyani (seorang ahli bahasa w.
215 H) yang didukung oleh jumhur ulama’ yakni kata al-Qur’an merupakan
kata benda (masdar) dari fi’il ‫ قرأنا‬- ‫راءة‬7‫ قرأ – يقرأ – ق‬yang berarti membaca
atau bacaan. Dengan dasar bahwa al-Qur’an telah mempergunakan kata ‫قرأن‬
tanpa ‫ ال‬dengan arti bacaan.1 Sebagaimana Allah berfirman dalam surat al-
Waqi’ah: 77-78.

)78( ‫) يف كتاب مكنون‬77( ‫إنه لقرأن كرمي‬


Artinya: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia,
pada kitab yang terpelihara (Lauh al-mahfudh)”

Secara terminologi Al-Qur’an adalah "kalam Allah yang diturunkan


kepada Nabi dan Rasul terakhir melalui perantara malaikat jibril as., yang
ditulis dalam mushaf dan dinukil kepada kita dengan jalan mutawatir,

1
Ahmad Zuhdi et.al, Studi al-Qur’an (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2015), 3-5.

1
membacanya merupakan ibadah, dimulai dengan surat al-Fatihah dan
diakhiri dengan surat al-Naas".2
Sedangkan menurut al-Zarqani al-Qur’an adalah kalam yang
mengandung mukjizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW.,
tertulis di dalam mushaf, dinukil dengan cara mutawatir dan membacanya
adalah ibadah.3
Dari definisi di atas menjelaskan kepada kita bahwa karakteristik dari
al-Qur’an yaitu kalamullah, mengandung mukjizat, diturunkan kepada nabi
Muhammad, melalui perantara malaikat jibril, tertulis dalam mushaf,
disampaikan dengan jalan mutawatir, membacanya bernilai ibadah, diawali
dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat al-Nas. Karakteristik
tersebut dimaksudkan untuk membedakan antara wahyu al-Qur’an dan
wahyu yang lain.
Sebagai mukjizat, al-Qur’an memiliki banyak kelebihan, salah satunya
adalah diturunkannya al-Qur’an dalam tujuh huruf, dan qira’at yang
bermacam-macam. Para ulama berbeda pendapat akan maksud dari hal
tersebut. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk membahas dan
mendiskripsikannya.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan atau topik bahasan dalam makalah ini ada enam
poin, diantara kajiannya meliputi: (1) pengertian al-Qur’an turun dalam tujuh
huruf, (2) pendapat para ulama tentang al-Qur’an turun dengan tujuh huruf,
(3) al-Qira’ah dan macam-macamnya, (4) latar belakang timbulnya
perbedaan, (5) manfaat keragaman Qira’ah, (6) pengaruh keragaman Qira’ah
terhadap istinbath hukum.
C. Tujuan
Penulis berharap makalah ini bisa memberikan pemahaman tentang -

2
Muhammad Ali al-Shobuni, at-Tibyȃn fî ‘Ulûmi al-Qur’ȃn (Rembang: Qodimi Kutub Khonah,
t.t), 8
3
Muhammad Abd. Al-Azim al-Zarqani, Manahil al-irfan fi ulum al-Qur’an, Vol.I (Bairut, Dar al-
Fikr, 1995)

2
pengertian al-Qur’an turun dalam tujuh huruf, pendapat para ulama tentang
al-Qur’an turun dengan tujuh huruf, al-Qira’ah dan macam-macamnya, latar
belakang timbulnya perbedaan, dan manfaat keragaman Qira’ah serta
pengaruh keragaman Qira’ah terhadap istinbath hukum.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an Turun dalam Tujuh Huruf
Pada umumnya, setiap kabilah mempunyai lahjah (dialek) yang berbeda
dengan kabilah yang lain. Begitu juga dengan kaum Quraisy yang mana
mereka mempunyai faktor-faktor penyebab bahasa mereka lebih unggul
diantara bahasa lainnya. Hal ini disebabkan karena mereka bertugas
menjaga baitullah, menjamu para tamu jama’ah haji, memakmurkan
masjidil haram, dan menguasai perdagangan. Oleh sebab itu, orang-orang
arab menjadikan Bahasa Quraisy sebagai bahasa induk bagi bahasa-bahasa
mereka karena adanya berbagai karakteristik tersebut. Maka wajar apabila
al-Qur’an diturunkan dalam Bahasa Quraisy, kepada rasul berbangsa
Quraisy, untuk mempersatukan bangsa Arab dan mewujudkan kemukjizatan
al-Qur’an.4
Terdapat perbedaan lahjah dalam pengungkapan makna oleh qabilah
Quraisy, maka al-Qur’an yang menyempurnakan makna kemukjizatannya,
karena ia mencakup semua huruf dan ragam qira’ah diantara lahjah-lahjah
tersebut. Sehingga memudahkan mereka untuk membaca, menghafal

sekaligus memahaminya.5 Allah SWT berfirman:

)2 : ‫انا انزلنه قرانا عربيا لعلكم تعقلون(يوسف‬


“Sesungguhnya kami menurunkannya berupa al-Qur’an dengan
berbahasa arab agar kamu memahaminya” (Q.S. Yusuf:2).

Dalam hadits lain disebutkan :

4
Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. Ainur Rafiq El-Mazni, (Jakarta:
Pustaka al-Kautsar, 2006), 194.
5
Muhammad Ali al-Shabuni, Studi Ilmu Al-Qur’an, terj.Aminuddin, (Bandung; Pustaka Setia,
1998), 355.

4
‫ أَْق**رأَيِن‬: ‫*ال‬ ِ َ *‫َن رس‬ ِ ٍ َّ‫ع ِن اب ِن عب‬
َ َ *َ‫ول اهلل ص**لى اهلل علي**ه وس**لم ق‬ ُ َ َّ ‫ َرض* َي اللَّهُ َعْن ُه َ*م*ا أ‬، ‫اس‬ َ ْ َ
ٍ ‫يده حىَّت ا ْنتهى إِىَل سبع ِة أَحر‬
)‫ (رواه البخاري‬.‫ف‬ َ َ َ ُ ُ ‫َستَ ِز‬
ٍ
ْ ‫يل َعلَى َحْرف َفلَ ْم أ ََزْل أ‬ِِ
ُ ‫جرْب‬
6
ُ ْ َ َْ
Artinya: Rasulullah saw., berkata: Jibril membacakan al-Qur’an
kepadaku dengan satu huruf. Kemudian berulang kali aku
mendesak dan meminta agar huruf itu di tambah dan ia pun
menambahnya kepadaku sampai dengan tujuh huruf.

‫ إن ه**ذا الق *رأن أن**زل عل**ىى س**بعة‬: ‫ق**ال رس**ول اهلل ص**لى اهلل ص**لى اهلل علي**ه وس**لم‬
)‫ (رواه البخاري ومسلم‬.‫أحرف فاقرؤوا ما تيسر منه‬
Artinya: sesungguhnya al-qur’an ini diturunkan dalam tujuh huruf
(tujuh macam bacaan), bacalah apa saja jenis bacaan yang mudah
bagimu dari al-Qur’an (HR. Bukhari Muslim).7

Hadits-hadits di atas tampak dengan jelas bahwa nabi Muhammad SAW.


memberikan kemudahan kepada umatnya dalam membaca al-qur’an lebih
dari satu huruf (bacaan), sehingga mereka tidak merasa dibebani oleh
bacaan-bacaan yang susah mereka lafadzkan.
Dengan kemudahan tersebut diharapkan mereka semakin tertarik kepada
islam dan merasakan islam itu benar-benar diturunkan untuk mereka demi
membimbing kehidupan mereka dan memperoleh kemudahan di dunia dan
akhirat.8
Kata al-ahruf pada kalimat al-ahruf as-sab’ah (tujuh huruf) adalah jamak
dari kata al-harf yang memiliki banyak arti diantaranya: ujung, tepi, satu
segi saja, metode, wajah )segi). Namun dari banyaknya arti al-harf di atas,
yang paling tepat dalam pengertian tujuh huruf adalah metode dan wajah
(segi).9 Hal ini sesuai dengan sabda rasulullah saw., yang berbunyi:

6
Lihat Kitab Shohih al-Bukhori dalam Maktabah Syâmilah versi al-Raudloh, juz 4,137.
7
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 94.
8
Ibid., 95
9
Ibrohim Ahsin et.al. al-Mu’jam al-Wasîth (al-Qohirah: t.p, 1972), 167.

5
‫ َن َ*زَل الْ ُق ْ*رآ ُن َعلَى َس*ْب َع ِة‬: ‫*ال‬
َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس*لَّ َم ق‬ ِ َ ‫َن رس‬
َ ‫ول اهلل‬ ُ َ َّ ‫ أ‬، ‫َع ْن أَيِب ُهَرْيَرَة‬
10 ٍ ‫أَحر‬
)‫ف (رواه أمحد‬ ُْ
Artinya: Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk tujuh huruf (HR. Ahmad)
Hadits di atas menjelaskan bahwasanya al-Qur’an diturunkan dengan
keluasan bagi para pembaca untuk membaca dengan bentuk tujuh wajah
(bacaan). Ia bisa dibaca dengan cara dan wajah yang dikehendaki oleh
siapapun yang ingin membacanya.11 Pendapat yang sama juga disampaikan
oleh Abi Amr al-Dani bahwa al-Qur’an diturunkan dalam bentuk tujuh
wajah dari bahasa.
Jadi yang dimaksud al-qur’an diturunkan dalam tujuh huruf adalah; Al-
Qur’an diturunkan dan bisa dibaca dengan tujuh metode/wajah/segi dari
bahasa yang ada. Hal ini sebagai isyarat kepada umat manusia bahwa
mereka diberi kelonggaran untuk membaca al-qur’an sesuai dengan bacaan
yang mudah bagi mereka.
B. Pendapat para Ulama tentang Al-Qur’an Turun dalam Tujuh Huruf
Para ulama’ berbeda pendapat dalam menafsirkan maksud tujuh huruf
dengan bermacam-macam perbedaan, diantaranya:
1. Tujuh huruf adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab
mengenai satu makna. Yakni, jika terdapat perbedaan bahasa dalam
mengungkapkan satu makna, maka Qur’an juga diturunkan sesuai
dengan ragam bahasa tentang satu makna tersebut, dan sebaliknya.12
2. Tujuh Huruf adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab yang
ada. Dengan pengertian, bahwa kata-kata dalam al-Qur’an secara
keseluruhan tidak keluar dari ketujuh bahasa tersebut. Dan kebanyakan
yang dipakai adalah bahasa Quraisy. Akan tetapi secara keseluruhan al-

10
Lihat dalam kitab Musnad Ahmad bin Hanbal dalam Maktabah Syâmilah versi al-Raudloh, juz
2, 300.
11
Muhammad Ali Al- Shobuni, Studi Ilmu Al-Qur’an.., 362.
12
Manna’ al Qaththan, Mabâhits Fî ‘Ulûm al-Qur’ân.., 197

6
Qur’an mencakup ketujuh bahasa tersebut,13 yang meliputi Bahasa
Quraisy, Hudzail, Tsaqif, Hawazin, Kinanah, Tamim, dan Yaman
3. Tujuh huruf adalah tujuh segi atau tujuh macam (bagian) di dalam al-
Qur’an. Dalam hal ini, ulama’ berbeda pendapat dalam menentukan
macam (bagian) dan uslub pengungkapannya. Diantaranya; amr, nahi,
halal, haram, muhkam, mutasyabih, dan amsal. Ulama’ lain mengatakan
wa’ad, waid, halal, haram, mawaid, amsal, dan ihtijaj. Pendapat lainnya
mengatakan; muhkam, mutsabih, nasikh, mansukh, khusus, umum, dan
qasas.14
4. Tujuh huruf adalah, tujuh hal yang mengalami ikhtilaf (perbedaan),
meliputi:15
a. Perbedaan nama-nama dalam bentuk mufrad, mudzakkar, dan
cabangnya. (Tasniyah, jamak, dan ta’nis), seperti:

)8:‫َوالَّ ِذيْ َن ُه ْم أِل ََمانَاهِتِ ْم َو َع ْه ِد ِه ْم َراعُ ْو َن (املؤمنون‬

dibaca ‫ألم* * * * **انتهم‬dengan bentuk mufrad, dan dibaca pula

‫ألمان **اهتم‬dengan bentuk jamak. Akan tetapi rasmnya dalam mushaf

adalah ‫ألمنتهم‬
b. Perbedaan dalam tashrif fi’il dari bentuk mudhari’, madhi, dan amr.

‫َس َفا ِرنَا‬ ِ


Contoh: ْ ‫ َف َقالُوا َربَّنَا بَاع ْد َبنْي َ أ‬dibaca ‫ َربُّنَا‬dan ‫اع َد‬
َ َ‫ب‬
c. Perbedaan dalam segi ibdal (penggantian), baik berupa ibdal huruf

ِ ‫نُْن‬ ِ ِ
dengan huruf. ‫ش ُزَها‬ َ ‫ َوانْظُْر إِىَل الْعظَ ِام َكْي‬, dibaca ‫ َنْنش ُرَها‬, lafadz dengan
‫ف‬

ِ ‫الْ َمْن ُف ْو‬


lafadz, ‫ش‬ ِ ‫الصو‬
‫ َكالْعِ ْه ِن‬dibaca ‫ف الْ َمْن ُق ْو ِش‬ ْ ُّ ‫َك‬

13
Ibid., 197
14
Ibid., 363.
15
Manna’ al Qaththan, Mabâhits Fî ‘Ulûm al-Qur’ân.., 198 - 200

7
d. Perbedaan dalam taqdim (mendahulukan) dan ta’khir

(mengakhirkan), contoh: ‫ن‬


َ ‫وي ْقَتلُو‬ ْ ُ َ ‫ َفَي ْقُتلُ ْو َن‬dibaca ‫َفُي ْقَتلُ ْو َن َوَي ْقُتلُ ْو َن‬
e. Perbedaan dalam segi i’rab (harokat akhir kata) yang mengubah

ٍ *‫َفَتلَقَّى أَدم ِمن ربِِّه َكلِ *م‬


‫*ات‬ ‫َفَتلَقَّى أ ََد َم ِم ْن َربِِّه‬
makna, contoh;
َ َ ْ َُ dibaca

‫ات‬ ِ
ٌ ‫َكل َم‬

f. Perbedaan dalam segi penambahan dan pengurangan, contoh; ‫َع* َّ*د‬


َ ‫َوأ‬
ٍ ِ ِ ٍ
ُ *‫ هَلُ ْم َجنَّات جَتْ * ِر ْي حَتَْت َه**ا اأْل َْن َه‬dibaca ‫َوأ ََع* َّ*د هَلُ ْم َجنَّات جَتْ * ِر ْي م ْن حَتْت َه**ا‬
‫*ار‬

‫اأْل َْن َه ُار‬


g. Perbedaan lahjah tentang tafkhim (tebal), tarqiq (tipis), fathah dan
imalah, izhar dan idhgham, hamzah dan tashil, isymam dll.
5. Tujuh huruf itu tidak bisa diartikan secara harfiah, tetapi angka tujuh
tersebut sebagai simbol kesempurnaan menurut kebiasaan orang arab.
6. Tujuh huruf adalah qira’ah sab’ah.
Menurut az-zarkasyi, sebagaimana dikutip oleh rahmat syafi’i, bahwa:16
a. Tujuh huruf adalah ilmu al-Qur’an mencakup tujuh aspek; Al-Itsbat wa
al-ijad, ilmu tauhid, ilmu tanzih, ilmu shifat ad-dzat, ilmu shifat al-af’al,
ilmu afwi wa al-azab, ilmu al-hasyr wa al-hisab, ilmu an-nubuwwat wa
al-imamat
b. Adanya tujuh hal dalam al-qur’an; muthlaq -- muqayyad, ‘am -- khash,
nash -- muawwal, nasikh -- mansukh, mujmal-- mufassar, serta istisna’
dan macam-macamnya.
c. Adanya bermacam-macam hal dari sudut tinjauan ahli bahasa; al-hadzf
wa as-shilah, at-taqdim wa at-ta’khir, al-qalb wa al-isti’arah, at-tikrar,

16
183 - 184

8
al-kinayah alhaqiqiyah dan majaz, al-mujmal dan al-mufassar, azh-
zhahir dan al-gharib.
d. Adanya macam-macam dari sudut tinjauan ahli nahwu di dalam al-
Qur’an; at-tadzkir wa at-ta’nits, asy-syarath wa al-jaza’, al-tashrif wa
al-i’rab, al-aqsam dan jawabnya.
e. Adanya perbedaan dari segi tilawah dan cara mengucapkannya; idhhar,
idhgham, tafhim, tarqiq, imalah, isyba’, madd dan qash-takhfif, talyin
serta tasydid.
Dari pendapat yang beragam tersebut, terdapat pendapat terkuat yakni,
pendapat yang pertama yang menyatakan bahwa tujuh huruf adalah tujuh
macam dari bahasa-bahasa arab mengenai satu makna. seperti; halumma,
aqbil, ta’al, ajjil, isra’, qasdi, dan nahwi. Ketujuh kata tersebut memiliki
satu pengertian, yaitu perintah untuk menghadap.17
C. Al-Qira’ah dan Macam-macamnya
Secara bahasa qira’at merupakan bentuk jamak dari qira’ah, berasal dari
kata dasar qara’a yang artinya menghimpun atau membaca.18
Sedangkan menurut istilah, qira’ah adalah:

1. Menurut Az-Zarqani

‫مذهب ي*ذهب إلي*ه إم*ام من أئم*ة الق*راء خمالف*ا ب*ه غ*ريه ىف النط*ق ب*القرأن الك*رمي‬
‫مع اتفاق الرواي*ات والط*رق عن*ه س*واء أك*انت ه*ذه املخالف*ة يف نط*ق احلروف أم‬
‫يف نطق هيئاهتا‬
“Suatu madzhab yang dianut seorang imam qira’at yang berbeda
dengan lainnya dalam pengucapan al-Qur’an serta sepakat
riwayat-riwayat dan jalur-jalurnya, baik perbedaan itu dalam
pengucapan huruf-huruf ataupun dalam pengucapan bentuk-
bentuknya”19

17
Manna’ al Qaththan, Mabahits Fii ‘Ulum al-Qur’an. terj. Aunur Rafiq El-Mazni (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2006), 201
18
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan (Jakarta: Rajawali Pers,
2014 ),143
19
Muhammad ‘Abd. Al-Azhim Al-Zarqani, Manahil al-Irfan, (Beirut: Dar Al-Fikr, t.t) jilid I, 412

9
2. Menurut Ibn Al-Jazari
‫علم بكيفيات أداء كلمات القرأن واختالفها بعزو النافلة‬

“ Ilmu yang menyangkut cara-cara mengucapkan kata-kata al-


Qur’an dan perbedaan-perbedaannya dengan cara menisbatkan
kepada penukilnya”20

3. Menurut Ash-Shabuni
‫م**ذهب من م**ذهب النط**ق ىف الق *ران ي**ذهب ب**ه إم**ام من األئم**ة بأس**انيدها إىل‬
‫رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬
“Qira’at adalah suatu madzhab cara pelafalan al-Qur’an yang
dianut seorang imam berdasarkan sanad-sanad yang bersambung
kepada Rasulullah SAW”21

4. Menurut al-Qasthalani

“Suatu ilmu yang mempelajari hal-hal yang disepakati atau


diperselisihkan ulama yang menyangkut persoalan lughat, hadzaf,
i’rab, itsbat, fashl, dan washl yang kesemuanya diperoleh secara
periwayatan”22

5. Menurut az-Zarkasyi

‫إختالف ألف**اظ ال**وحي املذكور يف كتاب**ة احلروف أو كيفيته**ا من ختفي**ف وتثقي**ل‬


‫وغريها‬
“Qira’at adalah perbedaan (cara mengucapkan) lafazh-lafazh al-
Qur’an, baik menyangkut huruf-hurufnya atau cara pengucapan
huruf-huruf tersebut, seperti takhfif (meringankan), tatsqil
(memberatkan), dan atau yang lainnya”23

20
Ibid., 412
21
Muhammad Ali Al-Shabuni, Al-Tibyan fi ‘Ulumil Qur’an, (Damaskus: Maktabah Al-Ghazali,
1390), 223
22
Fathurrasyid, et.al, Studi Al-Qur’an, (Surabaya: Kopertais IV Press, 2015), 125.
23
Badr ad-Din Muhammad bin ‘Abdillah Az-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an, jilid I.
395.

10
Dari definisi diatas dapat disimpulkan, bahwa Qira’at adalah cara
membaca ayat-ayat al-Qur’an, dipilih oleh seorang imam ahli qira’ah,
berbeda dengan cara ulama lain, berdasarkan atas riwayat yang bersambung
kepada Rasulullah SAW.
Dari segi kuantitas, qira’at dibagi menjadi tiga macam, yaitu qira’ah
sab’ah (qira’ah tujuh), qira’at asyrah (qira’at sepuluh), dan qira’ah arba’ah
asyrah (qira’at empat belas). Berikut akan dijelaskan maksud dari tiga qira’at
di atas.
1. Qira’ah Sab’ah, adalah qira’ah yang disandarkan kepada tujuh tokoh ahli
qira’ah yang termasyhur. Qira’ah ini terkenal sejak abad II H, pada masa
pemerintahan al-Makmun, mereka adalah a) Abdullah bin katsir al-dari
wafat tahun 120 H. ia termasuk dari kalangan tabi’in dari Makkah. b)
Nafi’ bin abdurrahman bin Abu naim wafat tahun 169 H. ia seorang
tabi’in dari Madinah. c) Abdullah al-Yahsyibi (terkenal dengan sebutan
Abu ‘Amir Ad-Dimasyqi) wafat tahun 118 H. ia seorang tabi’in dari
Syam. d) Abu ‘Amar (Zabban bin Al-A’ala bin ‘Ammar) wafat tahun 154
H. ia berasal dari Bashrah Irak. e) Abu Ali Al-Kisai, wafat tahun 189 H.
ia berasal dari Kufah. f) Hamzah (Ibn Habib At-Taymy), berasal dari
Kufah, wafat tahun 158 H g) Ashim (Ibn Abi An-Najud Al-Asadi),
berasal dari Kufah, wafat tahun 127 H.
2. Qira’ah ‘Asyrah. Adalah qira’ah yang disandarkan kepada sepuluh orang
ahli qira’ah yaitu tujuh orang qira’at sab’ah di atas ditambah 3 orang
qira’at berikut ini: a) Abu Jakfar (Yazid bin al-Qa’qa Al-Makhzumi Al-
Madani). b) Ya’qub (Ya’qub bin Ishaq bin Yazid bin ‘Abdullah bin Abu
Ishaq Al-Hadhrami Al-Bashri), wafat tahun 205 H. c) Khallaf bin
Hisyam (Abu Muhammad Khalaf bin Hisyam bin Tsa’lab al-Bazzaz Al-
Baghdadi) wafat tahun 229 H.
3. Qira’ah Arba’ah ‘Asyrah. Maksud dari qira’ah arba’ah asyrah adalah
qira’ah yang disandarkan kepada empat belas orang ahli qira’at. Yakni 10
orang ahli qira’ah ‘asyrah ditambah empat qira’at berikut: a) Al-Hasan Al
—Bashri (w. 110 H). b) Muhammad bin ‘Abdirrahman (w. 123 H). c)

11
Yahya’ bin Al-Mubarok Al-Yazid An-Nahwi Al-Baghdadi (w.202 H). d)
Muhammad Ibn Ahmad Al-Baghdadi (Abu Al-Farj Muhammad bin
Ahmad Asy-Syanbudz) w. 388 H.24
Dari segi kualitas qira’at dapat dikelompokkan menjadi enam bagian
yaitu qira’ah mutawatir, qira’ah masyhur, qira’ah ahad, qira’ah syadz,
qira’ah maudhu’ dan qira’ah mudraj.
1. Qira’ah Mutawatir adalah qira’ah yang diriwayatkan oleh orang banyak
yang tidak mungkin bersepakat untuk berbuat dusta. Contoh: qira’ah
sab’ah.
2. Qira’ah Masyhur adalah qira’ah yang memiliki sanad shohih tetapi tidak
sampai pada kualitas mutawatir, sesuai dengan kaidah bahasa arab dan
tulisan mushaf utsmani.
3. Qira’ah Ahad adalah qiraan yang sanadnya shohih tetapi menyalhi
tulisan mushaf utsmani dan kaidah bahasa arab.
4. Qira’ah Syadz (menyimpang) adalah qira’ah yang sanadnya tidak shohih.
5. Qira’ah Maudhu’ (palsu) adalah qira’ah yang bacaanya dibuat-buat dan
tidak ada dasarnya sama sekali.
6. Qira’ah Mudraj (sisipan) adalah qira’ah yang bacaannya ditambah-
tambah sebagai penjelasan atau penafsiran.25
Ditinjau dari segi nama jenis, qira’ah dibagi menjadi empat macam yaitu:
1. Qira’ah adalah untuk nama bacaan yang memenuhi tiga syarat yaitu
qira’ah tersebut sesuai dengan kaidah bahasa arab, sanadnya harus shohih
dan bacaan dari qira’ah harus sesuai dengan mushaf utsmani. Seperti
qira’ah sab’ah, asyrah dan arba’a asyrah.
2. Riwayah yaitu nama bacaan yang hanya berasal dari salah seorang
perawinya sendiri, dan diketahui oleh para ahli qira’ah
3. Thoriq yaitu nama untuk bacaan yang sanadnya terdiri dari orang-orang
sesudah para perawinya sendiri, dan diketahui oleh para ahli qira’ah

Abdul Djalal, Ulum al Qur’an. (Surabaya: CV.Dunia Ilmu, 2013), 349.


24

Rosikhon Anwar, ‘Ulûm al Qur’ân (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), 151-154.


25

12
4. Wajah yaitu nama untuk bacaan terhadap al-qur’an yang tidak didasarkan
sifat-sifat tersebut di atas akan tetapi pilihan pembacanya sendir, dan
diketahui oleh para ahli qira’ah.26
D. Latar belakang timbulnya perbedaan
Pada masa rasulullah sebenarnya Qira’at sudah ada, namun pada waktu
itu qira’at belum menjadi disiplin ilmu seperti yang ada sekarang ini.
sebelum hijrah belum terjadi perbedaan qira’ah di kalangan sahabat, karena
pada saat itu islam belum tersebar luas dan rasulullah blm banyak
mengajarkan bacaan al-Qur’an kepada para sahabat di mekkah kecuali hanya
kepada kaum Quraisy dengan bahasa Quraisy. Namun setelah rasulullah
hijrah ke madinah, tepatnya setelah pembebasan kota Mekkah yaitu pada
tahun ke delapan setelah hijrah terjadi banyak perbedaan qira’ah, hal itu
disebabkan telah ada kabilah-kabilah yang sudah masuk islam seperti kabilah
hawazin dan thoy, kemudian rasulullah mengajarkan mereka Al-Qur’an
dengan bahasa mereka masing-masing di setiap kabilah, sehingga terjadilah
perbedaan qira’ah di kalangan para sahabat.27 Hal itu diperkuat dengan
penjelasan beberapa hadits nabi tentang perbedaan qira’at tersebut,
diantaranya sabda rasulullah yang berbunyi:

‫*ان يِف َحيَ* * ِ*اة‬ ِ * *َ‫ مَسِ عت ِه َش * *ام بن ح ِكي ٍم ي ْ*ق **رأُ س * *ورَة الْ ُفرق‬: ‫*ول‬ ُ * *‫اب َي ُق‬ِ َّ‫عُ *م **ر بْن اخْلَط‬
ْ َ ُ َ َ َ َْ َ ُ ْ َ َُ
‫ِريٍة‬ ٍ ِ ِ ِِ ُ ‫اهلل صلى اهلل عليه وس*لم فَا ْس*تَم ْع‬ ِ ‫ول‬ ِ ‫رس‬
َ ‫ت لقَراءَتِه فَ*إ َذا ُه َ*و َي ْق َ*رأُ َعلَى ُح ُ*روف َكث‬ َ َُ
‫ت‬ ِ َّ ‫اهلل ص **لى اهلل علي **ه وس **لم فَكِ ْدت أُس *ا ِوره يِف ال‬ ِ ‫ول‬ ُ * ‫مَلْ يُ ْق ِرئْنِ َيه**ا َر ُس‬
ُ ‫ص *َّب ْر‬َ َ‫ص *الَة َفت‬ ُُ َ ُ
‫*ال أَْقَرأَنِ َيه*ا‬ ِِ
َ َ‫ك َت ْق َ*رأُ ق‬ َ ُ‫ت َم ْن أَْق َ*رأ ََك َه*ذه ال ُّس* َورة الَّيِت مَسِ ْعت‬ ِ
ُ ‫َحىَّت َس*لَّ َم َفلَبَّْبتُ*هُ بِ ِرَدائِه َف ُق ْل‬
‫اهلل ص**لى اهلل علي**ه وس**لم‬ ِ ‫ول‬ َ *‫ت فَ*ِإ َّن َر ُس‬ ِ ُ ‫رس‬
َ ْ‫ت َك َذب‬ُ ‫ول اهلل صلى اهلل عليه وسلم َف ُق ْل‬ َُ
ِ ‫ول‬ ِ * ‫*وده إِىَل رس‬ ِ ‫قَ * ْد أَْقرأَنِيه**ا علَى َغ ِ م**ا َق**رأْت فَ **انْطَلَ ْق‬
‫اهلل ص **لى اهلل علي **ه‬ ُ َ ُ ُ * ُ‫ت بِه أَق‬ ُ َ َ َ ‫َ َ َ رْي‬
ٍ ‫*ان علَى *ح*ر‬
*َ ِ‫وف مَلْ ُت ْق ِرئْن‬ ِ ِ ِ ِ
‫*ال‬
َ *‫ َف َق‬، ‫يه*ا‬ ُ ُ َ *َ‫ت َه* َذا َي ْ*ق َ*رأُ ب ُس * َورة الْ ُف ْرق‬ ُ ‫ت إِيِّن مَس ْع‬ ُ ‫وس**لم َف ُق ْل‬

Abdul Djalal, Ulûm al Qur’ân..., 350.


26

Ahmad al-Baili, al-Ikhtilâf baina al-Qirâ’at (Bairut: Dâr al-Jail, 1988), 39


27

13
ِ ِ ِ ِ ِ ُ * ‫رس‬
ُ‫ِراءَ َة الَّيِت مَس ْعتُه‬ َ ‫ول اهلل ص**لى اهلل علي**ه وس**لم أ َْرس * ْلهُ ا ْق* َ*رأْ يَ**ا ه َش * ُام َف َق* َ*رأَ َعلَْي**ه الْق‬ َُ
ِ ِ ‫ول‬
‫*ال ا ْق* َ*رأْ يَ **ا عُ َم* ُ*ر‬
َ * َ‫ت مُثَّ ق‬ ْ َ‫ك أُنْ * ِزل‬
َ ‫اهلل ص **لى اهلل علي **ه وس **لم َك* َذل‬ َ *‫ َف َق‬، ُ‫َي ْق* َ*رأ‬
ُ * ‫*ال َر ُس‬
‫ت إِ َّن‬ ِ ِ ‫ول‬ َ ‫ َف َق‬، ‫ت الْ ِقَراءَةَ الَّيِت أَْقَرأَيِن‬
ْ َ‫ك أُنْ* ِزل‬ َ ‫اهلل ص*لى اهلل علي*ه وس*لم َ*ك َذل‬ ُ ‫ال َر ُس‬ ُ ْ‫َف َقَرأ‬
28
)‫ (رواه البخاري‬.ُ‫ف فَا ْقَرُؤوا َما َتيَ َّسَر ِمْنه‬ ٍ ‫ه َذا الْ ُقرآ َن أُنْ ِزَل علَى سبع ِة أَحر‬
ُ ْ َ َْ َ ْ َ
Artinya: aku mendengar hisyam bin hakim membaca surat al-
Furqan di masa hidup rasulullah. Aku perhatikan bacaannya tiba-
tiba ia membacanya dengan banyak huruf yang belum pernah
dibacakan rasulullah kepadaku. Sehingga hampir saja aku
melabraknya disaat ia shalat, tetapi akau berusaha sabar
menunggunya sampai salam. Begitu selesai salam aku tarik
selendangnya dan bertanya: siapakah yang membacakan
(mengajarkan bacaan) surat itu kepadamu? Ia menjawab:
rasulullah yang membacakannya kepadaku. Lalu aku katakan
kepadanya: kamu telah berdusta! Demi Allah, rasulullah telah
membacakan juga kepadaku surat yang aku dengar tadi engkau
membacanya (tapi tidak sepert bacaanmu). Kemudian aku bawa
dia menghadap rasulullah dan aku ceritkan kepadanya bahwa aku
telah mendengar orang ini membaca surat al-Fuirqan dengan
huruf-huruf yang tidak pernah engkau bacakan keopadaku,
padahal engkau sendiri telah membacakan surat al-Furqan
kepadaku. Maka raslullah berkata: lepaskan dia wahai Umar
bacalah surat tadi, wahai hisyam! Hisyam pun membacanya
dengan bacaan yang aku dengar tadi. Maka rasulullah berkata
begitulah surat itu diturunkan. Ia berkata lagi bacalah wahai
umar! Lalu aku membacanya dengan bacaan sebagaimana
diajarkan rasulullah kepadaku. Maka rasulullah berkata: begitulah
surat itu diturunkan. Dan ia berkata lagi: sesungguhnya al-Qur’an
itu diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah dengan huruf
yang mudah bagimu di antaranya. (HR. Bukhori)

E. Manfaat keragaman Qira’ah


Keragaman Qira’ah memiliki beberapa manfaat bagi kaum muslimin,
diantara manfaatnya yaitu untuk memberikan keluasan bagi yang ingin

Lihat kitab Shohîh al-Bukhâri dalam Maktabah Syâmilah versi al-Raudloh juz 6227 ‫و‬.
28

14
membacanya, hal itu juga merupakan rahmat Allah bagi mereka,
memberikan kemudahan untuk menjawab ketika ditanya oleh rasulullah
tentang al-Qur’an. Diantara manfaatnya juga mudah mengingat kembali Al-
Qur’an dengan bahasa mereka masing-masing, karena setiap kabilah
memiliki adat dan kebiasaan masing-masing dan pastinya akan sangat sulit
untuk dipisahkan dari kebiasaan mereka dalam berkomonikasi atau
membaca Al-Qur’an jika hanya satu Qira’ah saja.29 Hal itu diperkuat dengan
sabda rasulullah saw., yang berbunyi:

‫ أَْق**رأَيِن‬: ‫*ال‬ ِ َ *‫َن رس‬ ِ ٍ َّ‫ع ِن اب ِن عب‬


َ َ *َ‫ول اهلل ص**لى اهلل علي**ه وس**لم ق‬ ُ َ َّ ‫ َرض* َي اللَّهُ َعْن ُه َ*م*ا أ‬، ‫اس‬ َ ْ َ
ٍ ‫يده حىَّت ا ْنتهى إِىَل سبع ِة أَحر‬
)‫ (رواه البخاري‬.‫ف‬ َ َ َ ُ ُ ‫َستَ ِز‬
ٍ
ْ ‫يل َعلَى َحْرف َفلَ ْم أ ََزْل أ‬ِِ
ُ ‫جرْب‬
30
ُ ْ َ َْ
Artinya: Rasulullah saw., berkata: Jibril membacakan al-Qur’an
kepadaku dengan satu huruf. Kemudian berulang kali aku
mendesak dan meminta agar huruf itu di tambah dan ia pun
menambahnya kepadaku sampai dengan tujuh huruf.

Dalam hadis lain juga disebutkan:

‫ض* ِاة‬ ِ
َ َ‫ َ*ك*ا َن عْن* َ*د أ‬-‫ص**لى اهلل علي**ه وس**لم‬- َّ ‫َن النَّىِب‬ ٍ ‫َع ْن أُىَبِّ بْ ِن َك ْع‬
َّ ‫ب أ‬
‫ال إِ َّن اللَّهَ يَأْ ُمُرَك أَ ْن‬ َ ‫السالَ ُم َف َق‬ َّ ‫يل َعلَْي ِه‬ ِ‫ فَأَتَاهُ ِجرْب‬- ‫ال‬ َ ‫ق‬
َ - ٍ ‫بَىِن ِغ َفا‬
‫ر‬
ُ
ِ ٍ ‫َت ْ*ق*رأَ أ َُّمت**ك الْ ُق**رآ َن علَى *ح*ر‬
ُ‫*ال « أَ ْس*أ َُل اللَّهَ ُم َعافَاتَ**هُ َوَم ْغفَرتَ**ه‬ َ *‫ َف َق‬.‫ف‬ َْ َ ْ َ ُ َ
‫*ال إِ َّن اللَّهَ يَ* *أْ ُمُرَك أَ ْن‬َ * ‫ مُثَّ أَتَ **اهُ الثَّانِيَ* *ةَ َف َق‬.» ‫لِك‬ َ ‫َوإِ َّن أ َُّمىِت الَ تُ ِطي * ُ*ق َذ‬
ِ َ *‫*ك الْ ُق* ْ*رآ َن َعلَى َ*ح ْ*رَفنْي ِ َف َق‬
ُ‫*ال « أَ ْس *أ َُل اللَّهَ ُم َعافَاتَ**هُ َوَم ْغفَرتَ**ه‬ َ *ُ‫َت ْ*ق َ*رأَ أ َُّمت‬
‫*ال إِ َّن اللَّهَ يَ *أْ ُمُرَك أَ ْن‬ َ *‫ مُثَّ َ*ج*اءَهُ الثَّالِثَ *ةَ َف َق‬.» ‫لِك‬ َ ‫َوإِ َّن أ َُّمىِت الَ تُ ِطي* ُ*ق َذ‬
ٍ ‫َت ْق**رأَ أ َُّمت **ك الْ ُق**رآ َن علَى ثَالَثَ * ِ*ة أَح**ر‬
ُ‫*ال « أَ ْس *أ َُل اللَّهَ ُم َعافَاتَ **ه‬ َ *‫ َف َق‬.‫ف‬ ُْ َ ْ َ ُ َ
Abi Amr al-Dani, al-Ahruf al-Sabʻah li al-Qur’ân, 31.
29

Lihat Kitab Shohîh al-Bukhâri dalam Maktabah Syâmilah versi al-Raudloh juz 4, 137.
30

15
ِ
َ *‫الرابِ َع *ةَ َف َق‬
َ‫*ال إِ َّن اللَّه‬ َ ‫َوَم ْغفَرتَ **هُ َوإِ َّن أ َُّمىِت الَ تُ ِطي * ُ*ق َذ‬
َّ ُ‫ مُثَّ َج**اءَه‬.» ‫لِك‬
‫ف َق* َ*رءُوا‬ٍ ‫ف فَأَمُّيَ **ا ح**ر‬ٍ ‫ي *أْمرَك أَ ْن َت ْق**رأَ أ َُّمت **ك الْ ُق**رآ َن علَى س *بع ِة أَح**ر‬
َْ ُ ْ َْ َ َ ْ َ ُ َ ُُ َ
.‫َصابُوا‬ ِ
َ ‫َعلَْيه َف َق ْد أ‬
31

Artinya: Dari Ubai bin Ka’ab bahwasanya rasulullah ketika


berada di dekat parit bani ghafar, ia didatangi Jibril seraya
mengatakan: Allah memerinthkanmu agar membacakan Qur’an
kepada Umatmu dengan satu huruf. Ia menjawab: Aku memohon
kepada Allah ampunan dan maghfirohnya, karena umatku tidak
dapat melaksanakan perintah itu. Jibril datang lagi untuk yang
ketiga kalinya dan berkata: Allah memerinthakanmu agar
membacakan Qur’an kepada umutmu dengan tiga huruf. Nabi
mejawab: Aku memohon kepada Allah ampunan dan
maghfirohnya, umatku tidak kuat melaksakannya. Jibril datang
lagi untuk yang keempat kalinya dan berkata: Allah
memerinthakanmu agar membacakan Qur’an kepada umutmu
dengan tujuh huruf, dengan huruf mana saja mereka membaca,
mereka tetap benar. (HR. Muslim)

F. Pengaruh macam-macam qirâ’at terhadap istinbâth hukum

Adanya perbedaan qirâ’at tentunya akan berpengaruh terhadap istinbâth

hukum, namun hal itu bukanlah suatu kekurangan dari al-Qur’an, akan tetapi

merupakan kelebihan al-Qur’an yang mengandung banyak makna jika

terdapat perubahan dalam bacaannya. Ada beberapa contoh perubahan

istinbâth hukum yang disebabkan oleh perbedaan qirâ’at, antara lain:

1. Surat al-Nisa’: 43.

ِ * *‫يدا طَيِّب * **ا فَامس* * *حواْ بِوج‬


‫*وه ُك ْم‬ ِ ْ‫ِدواْ م* **اء َفَتي َّم *م * * وا‬
ُ ُ ُ َ ْ ً ً ‫ص* * *ع‬ َ ُ َ َ ُ ‫الََم ْس* * *تُ ُم النِّ َس* * *اء فَلَ ْم جَت‬
)43 :‫َوأَيْ ِدي ُك ْم إِ َّن اللَّهَ َكا َن َع ُف ًّوا َغ ُف ًورا (سورة النساء‬
Lihat Kitab Shohîh Muslim dalam Maktabah Syâmilah versi al-Raudloh juz 2, 202.
31

16
Kata ‫ اَل َم ْس * *تُ ْم‬dalam ayat di atas dapat dibaca ‫ لَ َم ْس * *تُ ْم‬sehingga
keduanya memiliki arti dan maksud yang berbeda sehingga istinbath

hukumnya juga berbeda. Kata ‫ اَل َم ْس * *تُ ْم‬mengandung makna saling

menyentuh antara laki-laki dan perempuan sehingga membatalkan

wudhu’ keduanya. Sedangkan kata ‫ لَ َم ْستُ ْم‬mengandung makna satu orang


yang menyentuh yaitu laki-laki saja, sehingga membatalkan wudhu’nya,
sedangkan pihak perempuan tidak batal.
2. Surat al-Baqarah: 222

)222 :‫وه َّن َحىَّت يَطْ ُه ْر َن (سورة البقرة‬ ِ ‫ِّساءَ يِف الْ َم ِح‬
ُ ُ‫يض َوالَ َت ْقَرب‬ ِ ْ َ‫ف‬
َ ‫اعتَزلُواْ الن‬
Kata ‫ن‬
َ ‫ يطْ ُهر‬dalam ayat di atas dapat dibaca dalam Qira’at lain ‫يطَ ِّهر َن‬.
ْ َ ْ ُ
Kata ‫ن‬
َ ‫ يطْ ُهر‬mengandung makna li al-takhfif yang memberi hukum cukup
ْ َ
asal tidak najis lagi artinya darah haid tidak keluar lagi dan boleh bagi
suaminya menyetubuhinya walaupun belum mandi. Sedangkan kata

‫يُطَ ِّه ْر َن‬ mengandung makna li al-Mubalaghah yaitu harus benar-benar

suci tidak keluar darahnya dan boleh disetubuhi oleh suaminya apabila
sudah mandi wajib.
3. Surat al-Maidah: 6.

ِ ‫*وه ُك ْم وأَيْ* ِ*ديَ ُك ْم إِىَل الْمراف‬


‫ِق‬ ِ ِ َّ ‫يا أَيُّها الَّ ِذين آمنُواْ إِ َذا قُمتُم إِىَل‬
ََ َ َ ‫الصالة فا ْغسلُواْ ُو ُ*ج‬ ْ ْ َ َ َ َ
ِ ِ
ِ َ‫وس ُكم وأ َْر ُجلَ ُكم إِىَل الْ َك ْعب‬
)6 :‫ني (سورة املائدة‬ ْ َ ْ ‫َو ْام َس ُحواْ ب ُرُؤ‬
Kata ‫َوأ َْر ُجلَ ُك ْم‬ dalam ayat di atas dapat dibaca dalam Qira’at lain

‫ َوأ َْر ُجلِ ُك ْم‬. Kata ‫ َوأ َْر ُجلَ ُك ْم‬huruf wa dalam kalimat tersebut athaf kepada

17
kata mujuhakum sehingga mengandung makna membasuh kedua kaki,

seperti halnya membasuh kedua wajah. Sedangkan kata ‫ َوأ َْر ُجلِ ُك ْم‬huruf
wa dalam kalimat tersebut athaf kepada kata bi ru’usikum sehingga
mengandung makna mengusap kedua kaki, seperti halnya mengusap
sebagian kepala.32

Rachmat Syafe’i, Pengantar Ilmu Tafsir (Bandung: Pustaka Setia, t.t ), 187-189.
32

18
BAB III

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dalam makalah ini ada enam poin, diantara kajiannya
meliputi:
1. Yang dimaksud dengan al-Qur’an turun dalam tujuh huruf adalah; Al-Qur’an
diturunkan dan bisa dibaca dengan tujuh metode/wajah/segi dari bahasa yang
ada. Hal ini sebagai isyarat kepada umat manusia bahwa mereka diberi
kelonggaran untuk membaca al-qur’an sesuai dengan bacaan yang mudah
bagi mereka.
2. Dari pendapat yang beragam di atas, pendapat terkuat yakni, pendapat yang
pertama yang menyatakan bahwa tujuh huruf adalah tujuh macam dari
bahasa-bahasa arab mengenai satu makna. seperti; halumma, aqbil, ta’al,
ajjil, isra’, qasdi, dan nahwi. Ketujuh kata tersebut memiliki satu pengertian,
yaitu perintah untuk menghadapal-Qira’ah dan macam-macamnya
3. Dari segi kuantitas, qira’at dibagi menjadi tiga macam, yaitu qira’ah sab’ah
(qira’ah tujuh), qira’at asyrah (qira’at sepuluh), dan qira’ah arba’ah asyrah
(qira’at empat belas). Sedangkan dari segi kualitas qira’at dapat
dikelompokkan menjadi enam bagian yaitu qira’ah mutawatir, qira’ah
masyhur, qira’ah ahad, qira’ah syadz, qira’ah maudhu’ dan qira’ah mudraj.
4. Perbedaan qira’ah terjadi setelah rasulullah hijrah ke madinah, tepatnya
setelah pembebasan kota Mekkah yaitu pada tahun ke delapan setelah hijrah
terjadi banyak perbedaan qira’ah, hal itu disebabkan telah ada kabilah-
kabilah yang sudah masuk islam seperti kabilah hawazin dan thoy, kemudian
rasulullah mengajarkan mereka Al-Qur’an dengan bahasa mereka masing-
masing di setiap kabilah, sehingga terjadilah perbedaan qira’ah di kalangan
para sahabatmanfaat keragaman Qira’ah
5. Adanya perbedaan qirâ’at berpengaruh terhadap istinbâth hukum, namun hal
itu bukanlah suatu kekurangan dari al-Qur’an, akan tetapi merupakan
kelebihan al-Qur’an yang mengandung banyak makna jika terdapat
perubahan dalam bacaannya hukum.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anshori. 2014. Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan.


Jakarta: Rajawali Pers.
Anwar, Rosikhon 2012. ‘Ulûm al Qur’ân. Bandung: CV Pustaka Setia.
Baidan, Nashruddin. 2011. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.Zuhdi et.al. Ahmad. 2015. Studi al-Qur’an. Surabaya: UIN
Sunan Ampel Press
al-Baili, Ahmad. 1988. al-Ikhtilâf baina al-Qirâ’at. Bairut: Dâr al-Jail.
Djalal, Abdul. 2013. ‘Ulum al Qur’an. Surabaya: CV. Dunia Ilmu.
Fathurrasyid, et.al. 2015. Studi Al-Qur’an. Surabaya: Kopertais IV Press.
Al-Qaththan, Manna’. 2006. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. Ainur Rafiq
El-Mazni. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.
Musnad Ahmad bin Hanbal dalam Maktabah Syâmilah versi al-Raudloh.
al-Shabuni, Muhammad Ali. t.t at-Tibyȃn fî ‘Ulûmi al-Qur’ȃn. Rembang:
Qodimi Kutub Khonah
al-Shabuni, Muhammad Ali. 1998. Studi Ilmu Al-Qur’an, terj.Aminuddin,
(Bandung; Pustaka Setia.
Shohih al-Bukhori dalam Maktabah Syâmilah versi al-Raudloh
Shohîh Muslim dalam Maktabah Syâmilah versi al-Raudloh.
Syafe’i, Rachmat. t.t Pengantar Ilmu Tafsir. Bandung: Pustaka Setia

20

Anda mungkin juga menyukai